Anda di halaman 1dari 13

Pendahuluan berjalannya waktu konsumsi BBM di

Indonesia merupakan negara Indonesia semakin lama meningkat.


kepulauan, sebagian besar wilayahnya Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
merupakan perairan yang kaya dengan pada tahun 2008 hingga tahun 2012
sumber daya alam (SDA) yaitu batubara, terjadi kenaikan volume impor dari 24,6
tembaga, nikel, pasir besi, biji timah dan juta kiloliter menjadi 38,6 juta kiloliter
minyak dan gas bumi. Khusus untuk atau meningkat 56,9 %.
minyak mentah, Indonesia dapat Untuk itu pemerintah Indonesia
dikatakan sebagai negara penghasil harus melakukan eksplorasi guna
minyak bahkan pernah menjadi anggota menemukan cadangan minyak baru.
OPEC. Berdasarkan data dari BP (2013), Namun setiap kegiatan eksplorasi tidak
Indonesia pernah berhasil memproduksi semua memiliki nilai ekonomis untuk
diproduksikan. Contoh pada zona
produktif Formasi Matindok dan Formasi
Minahaki di Cekungan Banggai harus
Fira0920dilakukan analisa inti batuan
untuk mengidentifikasi sifat-sifat
petrofisik (sifat fisik batuan) yang akan
digunakan dalam menentukan kandungan
minyak dalam reservoir. Setelah
ditentukan kandungan minyak, dilakukan
minyak mentah lebih dari satu juta barrel tahap komplesi untuk mengubah sumur
per day (BPD) selama periode 1971 pengeboran menjadi sumur produksi.
hingga 2006. Pada penelitian ini, dilakukan
pengambilan beberapa sampel core di
Sumber : BP Statistical Review of World Gunung Kidul, Yogyakarta. Pengukuran
Energy 2016 sampel dilakukan di laboratorium untuk
Namun demikian, perlu disadari menentukan sifat fisik batuan. Setelah
pencapaian di atas merupakan sejarah didapatkan data-data tersebut dilakukan
masa lalu. Kini produksi minyak mentah perhitungan cadangan awal (volumetrik)
Indonesia semakin menurun menurut BP pada formasi tersebut. Lalu juga
Statistical Review of World Energy 2016, dilakukan perhitungan laju produksi
produksi Indonesia hanya mencapai berdasarkan nilai productivity index.
825.000 BPD. Metodologi
1. Melakukan pengukuran
porositas, saturasi,
permeabilitas, sieve analysis,
dan kelarutan asam.
2. Melakukan perhitungan
cadangan volumetrik, laju
produksi, faktor sementasi,
dan desain gravel pack &
screen liner.
3. Melakukan kajian literatur
yang terkait dengan case yang
telah diberikan.
Sumber : Badan Pusat Statistik,
2012 Rumusan Masalah
Berbeda dengan kinerja produksi 1. Berapa nilai OOIP (Original
minyak mentah, seiring dengan Oil in Place)?
2. Berapa laju produksi kondisi dinamis meliputi :
optimum? permeabilitas relatif, thermal
3. Apa desain komplesi yang recovery, gas residual, water flood
cocok? evaluation, liquid permeability.
Namun dikarenakan keterbatasan
Maksud dan Tujuan alat, maka yang dilakukan adalah
1. Menetukan nilai OOIP pengukuran porositas, saturasi,
2. Menentukan laju produksi permeabilitas, sieve analysis, dan
optimum pengkuran kadar asam.
3. Menentukan desain komplesi Porositas merupakan
yang tepat. suatu blangan yang menunjukkan
besarnya pori di dalam batuan
Tinjauan Pustaka tersebut. Pengukuran porositas ini
Analisa inti batuan ialah dilakukan menggunakan vakum
tahapan analisa terhadap core desikator untuk mendapatkan nilai
yang telah diperoleh melalui volume bulk dan grain. Porositas
proses coring. Proses coring ialah menurut sudut teknik reservoir,
upaya mendapatkan batuan terbagi menjadi :
reservoir di bawah permukaan. - Porositas Absolut
Tujuan dari analisa inti batuan Perbandingan antara
ialah untuk mengidentifikasi seluruh volume pori dengan
karakteristik untuk volume total batuan (bulk
mendeskripsikan sifat-sifat fisik volume), atau dapat di tulis:
batuan yang akan digunakan ∅ = Vp/Vb ×100%
dalam menentukan kandungan
dimana :
minyak dalam reservoir.
Vp = Vb – Vg
Prosedur analisa inti
Vp = Volume pori batuan, cm3
batuan pada dasarnya terdiri atas
Vb = Volume total batuan,
dua bagian, yaitu : 3
cm
- Analisa inti batuan rutin atau
Vg = Volume butiran, cm3
routine core analysis
- Porositas Efektif
- Analisa inti batuan special
Perbandingan antara
atau special core analysis
volume pori yang berhubungan
Analisa inti batuan rutin
dengan volume total batuan, atau
biasanya berkisar tentang
dapat ditulis :
pengukuran porositas,
permeablitas absolut dan saturasi ∅ = (Vp yang berhubungan)/Vb
fluida. Analisa inti batuan spesial ×100%.
dapat dikelompokkan menjadi Saturasi merupakan
dua, yaitu pengukuran pada perbandingan volume pori-pori
kondisi statis dan pengukuran yang terisi air dengan volume
pada kondisi dinamis. Pengukuran pori-pori total.
pada kondisi statis meliputi Saturasi air didefinisikan sebagai :
tekanan kapiler sifat-sifat listrik Sw = (Volume pori yang terisi
dan kecepatan rambat suara, grain air)/(Volume pori total)
density, wettability, Saturasi minyak didefinisikan
kompresibilitas batuan, sebagai :
permeabilitas dan porositas fungsi So = (Volume pori yang terisi
tekanan (Net Over Burden), studi minyak)/(Volume pori total)
petrography. Pengukuran pada
Saturasi gas didefinisikan sebagai K = Permeabilitas, Darcy
: Q = Laju alir, cc / sec
Sg = (Volume pori yang terisi μ = Viscositas, cp
gas)/( Volume pori total). A = Luas penampang, cm2
Pengukuran saturasi L = Panjang, cm
dilakukan dengan dean and stark P = Beda tekanan, atm
apparatus untuk menangkap air. Sieve analysis adalah
Mekanismenya proses pemanasan untuk menentukan besarnya
dan kondensasi untuk sorting coeffisien dan menentukan
mendapatkan volume air yang baik buruknya sortasi batuan pasir
tertangkap. Dari data volume air direservoir sehingga dapat
yang tertangkap maka didapatkan digunakan untuk menentukan
saturasi air. ukuran screen atau saringan.
Permeabilitas merupakan Metode yang umum digunakan
permeabilitas merupakan tingkat untuk menanggulangi masalah
kemudahan dari aliran atau kepasiran meliputi penggunaan
mengalirnya fluida melalui pori- slotted atau screen liner dan
pori batuan. Permeabilitas ini gravel packing. Metode
diukur dengan dua alat, gas penanggulan ini memerlukan
permeameter dan liquid pengetahuan tentang distribusi
permeameter. Untuk gas ukuran pasir, agar dapat
permeameter, gas dialirkan ke ditentukan pemilihan ukuran
sampel core yang telah dipasang screen dan gravel yang tepat.
ke alat tersebut untuk mengetahui Penentuan kadar asam
permeabilitasnya, sedangkan bertujuan untuk menentukan kadar
liquid permeameter dilakukan larut sampel formasi dalam
dengan mengalirkan air ke dalam larutan asam sehingga dapat
sampel core yang telah dipasang diperoleh informasi atau data yang
untuk mengetahui penting sebelum melakukan
permeabilitasnya. Namun untuk stimulasi. Mekanisme pengukuran
gas permeameter perlu dilakukan volume larutan asam yang
koreksi melalui Klikenberg Effect dibutuhkan, lalu core karbonat
untuk mendapatkan hasil dimasukkan ke dalam larutan
permeabilitas yang sebenarnya. asam yang telah ditentukan.
Definisi API untuk 1 darcy Selanjutnya, dilakukan
adalah suatu medium berpori yang pengangkatan sampel core
punya kelulusan (permeabilitas) dimasukkan oven untuk
sebesar 1 darcy. Jika cairan menghilangkan asam yang
berfasa tunggal dengan kekentalan tertinggal di pori core tersebut.
cp mengalir dengan kecepatan 1 Perhitungannya sebagai berikut :
cm / sec melalui penampang %berat = (W-w)/W x 100 %
seluas 1 cm2 pada gadien hidrolik dimana
1 atm (76 mmHg) per cm dan jika W = berat sampel, gram
cairan tersebut seluruhnya mengisi w = berat residu, gram
medium tersebut. Secara Productivity Index
matematis dapat didefinisikan merupakan suatu bilangan yang
sebagai berikut : menunjukkan kemampuan suatu
μQL sumur untuk berproduksi.
K  Productivity Index dapat dicari
A (P1 - P2 )
dimana :
menggunakan persamaan sebagai memanjang dengan arah relatif
berikut : Timur Laut-Barat Daya meliputi
0,00708 . 𝑘𝑜 .ℎ sebagian daratan di Lengan Timur
𝑃𝐼 = 𝑟𝑒
𝜇𝑜 𝐵𝑜 𝑙𝑛( ) Sulawesi dan daerah lepas pantai
𝑟𝑤
dimana : di daerah kepulauan Banggai-
qo = laju aliran minyak Sula. Cekungan Banggai memiliki
dipermukaan, STB/D luas area sebesar 17.020 km2,
ko = permeabilitas efektif dengan luas di daratan sebesar
minyak, mD 2.083,03 km2 dan luas area lepas
h = ketebalan lapisan, ft pantai sebesar 14.936,97 km2,
μo = viscositas minyak, cp mempunyai ketebalan cekungan
Bo = faktor volume formasi sedimen 600 – 3000 m serta
minyak, Bbl/STB kedalaman cekungan 0-3000 m.
Pe = Tekanan reservoir pada Hidrokarbon yang telah
jari-jari re, psi dihasilkan di Cekungan Banggai
Pwf = Tekanan alir dasar berasal batuan induk telah matang
sumur, psi secara temperatur dan telah
re = jari-jari pengurasan, ft bermigrasi ke jebakan yang tepat.
rw = jari-jari sumur, ft Ketersedian batuan induk, batuan
waduk, perangkap dan batuan
penutup semuanya hadir sebagai
prasyarat terbentuknya
hidrokarbon dalam suatu runtunan
Miosen, pada waktu Neogen, yang
diikuti pula oleh adanya panas
akibat bekerjanya proses struktur
geologi, maka dapat
terakumulasilah hidrokarbon.

Stratigrafi Cekungan

Geological Review
Gambar. Blok Matindok dan
Senoro Toili (LAPI ITB, 2008)
Cekungan Banggai
merupakan daerah yang
mempunyai potensi hidrokarbon
dan telah terbukti menghasilkan
hidrokarbon dengan penemuan
lapangan minyak lepas pantai
yaitu lapangan Tiaka dan
beberapa lapangan gas di darat
yaitu lapangan Matindok,
Minahaki, Donggi dan Senoro.
Cekungan ini merupakan
cekungan foreland/ cekungan di
depan zona benturan yang
Gambar. Stratigrafi Regional
Cekungan Banggai (BATM,
2011)
Pembahasan studi stratigrafi
yang berkaitan dengan petroleum
system yang diketahui memiliki
potensi sebagai batuan induk
seperti serpih Formasi Tomori dan
Formasi Matindok, sedangkan
batuan reservoir adalah Formasi
Tomori (lower platform limestone Tabel 1. Petroleum System
unit), Formasi Minahaki (upper Cekungan Banggai (BATM,
platform limestone unit). 2011)
1. Formasi Matindok
Formasi Matindok berumur Petroleum system :
Miosen Tengah, umumnya terdiri a. Source rock : serpih Formasi
dari batulempung dengan sedikit Tomori dan Formasi Matindok.
batupasir, batugamping dan b. Reservoir rock : Formasi
batubara. Dua lapisan pasir tipis Tomori dan Formasi Minahaki.
yang mengandung gas hadir di c. Cap rock : Formasi Matindok.
sumur Tiaka-1. Serpih dan batubara d. Trap : Formasi Matindok dan
dalam unit ini mempunyai potensi Formasi Minahaki.
sebagai batuan sumber hidrokarbon
(Hasanusi drr., 2012). Hasil dan Perhitungan
2. Formasi Minahaki Porositas
Formasi Minahaki, berumur Sampel Batuan Pasir
Miosen Akhir, menindih Formasi  Hasil
Matindok, dan terdiri dari sekuen Wdry = 16,3217
campuran klastik dan karbonat pada gr
bagian bawah dan batugamping Wsat = 18,8277
yang sangat bersih dan sarang di gr
bagian atas. Di bagian utara, Wsat in fluid = 3 gr
Formasi Minahaki ditutupi oleh  Perhitungan
reefal buildups berumur Miosen 1. Volume Bulk
Akhir (Anggota Mantawa). Bagian =
Wsat − Wsat in fluid
ini merupakan batuan waduk gas 𝜌𝑎𝑖𝑟
18,8277 − 3
yang produktif di struktur Mantawa, =
Minahaki dan Matindok (Hasanusi 1
= 15,8272 cc
drr., 2012).
2. Volume Grain
3. Formasi Tomori Wdry − Wsat in fluid
Formasi Tomori dijumpai pada = 𝜌𝑎𝑖𝑟
interval 7300-7870 feet dan 9970-
10960 feet dengan litologi terdiri dari 16,3217 − 3
=
packstones dan wackestones 1
berselingan dengan lapisan tipis = 13,3217 cc
batubara batubara dan serpih, dijumpai 3. Volume Pori
terutama di bagian bawah. Wsat − Wdry
= 𝜌𝑎𝑖𝑟
Petroleum System 18,8277− 16,3217
=
1
= 2,506 cc = 1,2111 gr
4. Øeff 2. Volume Minyak
Wsat − Wdry Berat Minyak
= Wsat − Wsat in fluid = Berat Jenis Kerosin
1,2111
18,8277− 16,3217 =
= 0,8
18,8277− 3 =1,513875
= 0,1583 3. Volume Pori
= 15,83 % Wsat−Wdry
Sampel Batuan Karbonat = Densitas Minyak
 Hasil =
18,8277−16,3217
Wdry = 21,354 gr 0,8
Wsat = 22,1815 = 3,133
gr 4. Saturasi Minyak
Volume Minyak
Wsat in fluid = 7 gr = Volume Pori
 Perhitungan 1,513875
1. Volume Bulk =
3,133
Wsat − Wsat in fluid = 0,48328
= 𝜌𝑎𝑖𝑟
22,1815 − 7
5. Saturasi Air
= = 1 – Saturasi Minyak
1
= 15,1815 cc = 1 – 0,48328
2. Volume Grain = 0,51672
Wdry − Wsat in fluid Sampel Batu Karbonat
= 𝜌𝑎𝑖𝑟  Hasil
Wdry = 21,354 gr
21,354 − 7
= Wsetelah = 21,605 gr
1
= 14.354 cc BJ Kerosin = 0,8
3. Volume Pori  Perhitungan
Wsat − Wdry 1. Berat Minyak
= 𝜌𝑎𝑖𝑟 = Wsetelah – Wdry
= 21,605 - 21,354
22,1815 − 21,354
= = 0,251 gr
1
= 0,8275 cc 2. Volume Minyak
Berat Minyak
4. Øeff = Berat Jenis Kerosin
Wsat − Wdry 0,251
= Wsat − Wsat in fluid =
0,8
22,1815 − 21,354 = 0,31375
= 3. Volume Pori
22,1815 − 7
= 0,054 Wsat−Wdry
= Densitas Minyak
= 5,4 %
22,1815 − 21,3540
Saturasi =
0,8
Sampel Batu Pasir
= 1,034
 Hasil 4. Saturasi Minyak
Wdry = 16,3217 gr Volume Minyak
Wsetelah = 17,5328 gr = Volume Pori
BJ Kerosin = 0,8 0,31375
=
 Perhitungan 1,034
1. Berat Minyak = 0,30332
= Wsetelah – Wdry 5. Saturasi Air
= 17,5328 - 16,3217 = 1 – Saturasi Minyak
= 1 – 0,30332 K2 =
µg x Qg x L

= 0,69668 A x ΔP
0,0183 x 10 x 2,9
Permeabilitas = 3,4225 x 0,5
Sampel Batu Pasir = 0,30504
 Hasil K3
µg x Qg x L
= A x ΔP
Viskositas N2 = 0,0183 cp 0,0183 x 15 x 2,9
Panjang = 2,9 cm = 3,4225 x 1
Lebar = 1,85 cm = 0,22878
Luas Alas = 3,4225 b
4. K*1 = Kabs (1+Pmean)
2
cm
= -0,2713
m = 0,7405 −2,72845
Kabs = -0,2713 (1+ 1,125 )
b = -2,72945 = 0,386922
Flow Reading Qg b
K*2 = Kabs (1+Pmean)
S M L = -0,2713
- - 21 6.5 −2,72845
(1+ 1,25 )
- - 26 10
- - 35 15 = 0,3211
b
K*3 = Kabs (1+Pmean)
Persamaan = y = 0,7405x– = -0,2713
0,2713 −2,72845
(1+ 1,5 )
= 0,222367
5. K*rata-rata = 0,31013
 Perhitungan
Sampel Batu Karbonat
1. Pmean @0,25 atm
Pinlet+Poutlet  Hasil
= Viskositas N2 = 0,0183 cp
2
(0,25+1)+1 Panjang = 2,55 cm
= 2
Lebar = 2 cm
= 1,125 atm
Luas Alas = 4 cm2
Pmean @0,5 atm
Pinlet+Poutlet m = 0,1437
= Kabs = -0,0693
2
(0,5+1)+1 b = -2,07359
= 2
Flow Reading Qg
= 1,25 atm
Pmean @1 atm S M L
Pinlet+Poutlet - 25 - 1.3
= 2
(1+1)+1
- 30 - 1.8
= - 36 - 2.4
2
= 1,5 atm
2. 1/Pmean @0,25 atm Persamaan = y = 0,1437x–
= 0,888889 0,0693
1/Pmean @0,5 atm  Perhitungan
= 0,8 1. Pmean @0,25 atm
1/Pmean @1 atm Pinlet+Poutlet
=
= 0,666667 2
µg x Qg x L (0,25+1)+1
3. K1 = A x ΔP = 2
0,0183 x 6,5 x 2,9 = 1,125 atm
= 3,4225 x 0,25 Pmean @0,5 atm
= 0,396552
Pinlet+Poutlet Mesh OD Berat Berat Persen
= 2 (mm) (gr) Kumulatif Kumulatif
(0,5+1)+1
= 16 1.19 1.1043 1.1043 0.55215
2 20 0.84 39.0465 40.1508 20.0754
= 1,25 atm 50 0.297 132.0817 172.2325 86.11625
Pmean @1 atm 140 0.104 24.1661 196.3986 98.1993
Pinlet+Poutlet
= 200 0.074 2.6091 199.0077 99.50385
2
(1+1)+1
= Dari hasil pembacaan Grafik Hubungan
2
= 1,5 atm antara Opening Diameter vs % Berat
2. 1/Pmean @0,25 atm Kumulatif didapatkan data sebagai berikut :
= 0,888889
1/Pmean @0,5 atm
= 0,8 OD (mm) vs %Berat Kumulatif
1/Pmean @1 atm 100

%Berat Kumulatif
= 0,666667 80
µg x Qg x L
3. K1 = A x ΔP 60
0,0183 x 1,3 x 2,9 40
= 4 x 0,25
20
= 0,060665
µg x Qg x L 0
K2 = A x ΔP 0.01 0.1 1 10
0,0183 x 1,8 x 2,9
= OD (mm)
4 x 0,5
= 0,041999
µg x Qg x L
K3 = A x ΔP
 Persen kesalahan = 0,49615%
0,0183 x 2,4 x 2,9
= 4x1
 Opening diameter pada berat
= 0,027999 kumulatif 40% (d40) = 0,675 mm
b
4. K*1 = Kabs (1+Pmean)  Opening diameter pada berat
kumulatif 90% (d90) = 0,252138
= -0,0693
−2,07359 mm
(1+ 1,125 )  Koefisien keseragaman butiran
= 0,058433
b
pasir (C) adalah : 

K*2 = Kabs (1+Pmean) 𝑑40
 SC = 𝑑90
= -0,0693 0,675
−2,07359 = 0,252138 =2,677105395
(1+ 1,25 )
= 0,04566
b Pada percobaan sieve analysis didapatkan
K*3 = Kabs (1+Pmean) persen berat pasir yang tidak tersaring
= -0,0693 oleh mess dengan opening diameter
−2,07359
(1+ 1,5 ) masing-masing sieve. Didapatkan OD
= 0,0265 berdasarkan hubungannya dengan persen
5. K*rata-rata = 0,043531 berat yaitu 40%= 0,675 mm, 90%=
0,252138 mm. Setelah dihitung hasilnya
Sieve Analisis SC adalah 2,677105395 Hal ini
Berat Pasir = 200 gr menunjukkan nilai sortasi yang bagus
karena SC < 3 .

Kadar Kelarutan Asam


Core = Batu Karbonat
Jenis asa/konsentrasi = HCl 37% Zo 30.4 ft
Berat kering core sebelum diasamkan(W)= Qow 290.1043707
20,237 gr Qoptimum 290.1043707 BPD
Berat kering core setelah diasamkan(w)=
11,206 gr
20,237−11,206  Faktor Skin
Solubility, % berat = 20,237 x100%
= 44,6218

Perforated Completion

 Penentuan Interval dan Posisi FORMASI MINAHAKI (KARBONAT)


Perforasi
(𝛾𝑂 − 𝛾𝑔 )𝐾𝑜 Qp 13.75217442 bpd
2
𝑄𝑜𝑔 = 1,535 𝑟𝑒 (ℎ − 𝑧𝑜 ) − (ℎ − 𝐷 − ℎ𝑐 − 𝑧𝑜 ) Qo 7.351861104 bpd
𝜇𝑜 ln( )
𝑟𝑤
Re 2197 ft
(𝛾𝑤 − 𝛾𝑔 )𝐾𝑜 2 Rw 0.250000014 ft
𝑄𝑜𝑤 = 1,535 𝑟𝑒 ( 𝑧𝑜 − (𝑧𝑜 − ℎ + 𝐷))
𝜇𝑜 ln ( )
𝑟𝑤 Qp/Qo 1.87057049
Qo maksimum = Qog + Qow LN(re/rw) 9.081142378
S -4.226397567 ada
FORMASI MINAHAKI perbaikan
(KARBONAT)
H 70 Ft
Kho 1.305933333 mD FORMASI MATINDOK (BATUPASIR)
Re 2197 Ft Qp 290.1043707 Bpd
Rw 0.250000014 Ft Qo 378.9469551 bpd
µ minyak 10 cP Re 2000 ft
SGoil 0.8 Rw 0.250000014 ft
Sgwater 1 Qp/Qo 0.765554035
Hc 26.3 Ft LN(re/rw) 8.987196765
D 35.04 Ft S 2.752270796 ada
kerusakan
Zo 56 Ft
Qow 13.75217442
Qoptimum 13.75217442 BPD Perhitungan OOIP

OOIP =
FORMASI MATINDOK
(BATUPASIR) Menggunakan rumus diatas menghasilkan
H 38 Ft perhitungamn sebagao berikut :
Kho 93.03888889 mD
FORMASI MINAHAKI
Re 2000 Ft
Struktur Batuan Karbonat
Rw 0.250000014 Ft φeff batu 0.05450713 fraksi
µ minyak 10 cP karbonat
SGoil 0.8 Sw batu karbonat 0.696676737 fraksi
Sgwater 1 Area Produktif luas area (acre)
Hc 14.2 ft A4 2650.5
A3 1962.2
D 18.96 ft
A2 1345.3
A1 745.7 𝑃𝑤𝑓 𝑃𝑤𝑓 2
𝑞𝑜 = 𝑞𝑏 + ((𝑞𝑚𝑎𝑥 − 𝑞𝑏 ) (1 − 0,2 ( ) − 0,8 ( ) ))
A0 352 𝑃𝑏 𝑃𝑏
interval (ft) pers volume acre-ft
20 Trap 46127 qo vs Pwf BATUPASIR
3500
20 Trap 33075
20 Trap 20910 3000

10 Pyr 5366.780886
2500
0 Pyr 0
total Volume 105478.7809 acre-ft 2000

Pwf
OOIP 9848741.799 STB 1500

FORMASI MATINDOK 1000

Struktur Batuan Batupasir 500


φeff batupasir 0.158330016 fraksi
Sw batu karbonat 0.516719872 fraksi 0

Area Produktif luas area (acre) 0 100 200 300 400


Qo dengan skin qo Qo tanpa skin
A5 3671.2
A4 2073.3
Hubungan Sw dengan Krw dan Kro
A3 1019.9 (MATINDOK)
A2 827.9 1
A1 149.2 0.8
A0 111.1 0.6
K

Interval (ft) pers volume acre-ft 0.4


8 Trap 22978 0.2
8 Pyr 12126.27258 0
8 Trap 7391.2 0 0.5 1

8 Pyr 3542.82116 Sw
Sw Vs KRW Sw Vs KRO
6 Trap 780.9
0 Pyr 0 Qopt(@pwf=2700
total Volume 46819.19374 acre-ft = -31,14187912 Barrels per day
OOIP 20232182.66 STB
Formasi Minahaki (Batu Karbonat)
Penentuan Laju Produksi Optimum pwf < Ps < Pb
Formasi Matindok (Batu Pasir) Linear (Pseudo-SteadyState)
Ps >Pwf >Pb k o .h ( Pe  Pwf )
qo  0,00708
Linear (Pseudo-SteadyState)  o .Bo ln(re / rw)  0.5  S

ko .h ( Pe  Pwf ) qo= PI* (Ps-Pwf)


qo  0,00708
 o .Bo ln(re / rw)  0.5  S Pwf' = Ps-(Ps-Pwf)FE
qb =PI (PS-Pb) Qo  Pwf '   Pwf ' 
2

𝑞 FE 1
 1  0.2    0.8  
PI = J = 𝑃𝑠−𝑃𝑤𝑓 Qmax  Ps   Ps 

Non-linear
𝑞𝑜 𝑝𝑏
𝑞𝑚𝑎𝑥 = 𝑞𝑏 + ( )
1,8(𝑃𝑠 − 𝑃𝑤𝑓)
𝑃𝐼 𝑥 𝑃𝑏
𝑞𝑚𝑎𝑥 = 𝑞𝑏 + ( )
1,8
m = 0,3635
qo vs Pwf BATU KARBONAT
3000 Formasi Minahaki
2500 Ro 0.72 ohm-m
2000 Rw 0.25 ohm-m
Porositas 0.05450713 fraksi
Pwf

1500
efektif
1000
F 2.88
500
A 1
0 M 0.3635
0 5 10 15
Qo dengan skin Qo tanpa skin
qo
Formasi Matindok
Hubungan Sw dengan Krw dan Kro Ro 0.72 ohm-m
(MINAHAKI) Rw 0.25 ohm-m
0.8
Porositas 0.158330016 fraksi
0.7 efektif
0.6 F 2.88
0.5 A 0.62
0.4 M 0.8333
K

0.3
0.2 m < 1,3 maka menunjukan formasi
0.1 unconsolidated rock.
0
-0.1 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 Kandungan Lempung Formasi :
SW VS KRW Sw SW VS KRO Kandungan lempung suatu formasi
dapat diperkirakan dengan menggunakan
Qopt@pwf = 2500 data-data logging.
=0.339672807204723 barrels per day 𝑆𝑃𝑙𝑜𝑔
Desain Komplesi VSh =1 − 𝑆𝑆𝑃
Sementasi Batuan :
1. Tingkat sementasi batuan dapat Formasi Minahaki
diperkirakan dengan cara Sp Log 50 mV
menentukan faktor sementasi. SSP 75 mV
2. Archie membuat hubungan antara Vsh 0.333333333 fraksi
faktor formasi dari batuan dengan
porositas. Formasi Matindok
R Sp Log 50 mV
F   m dan F o
Rw SSP 75 mV
Log(Ro)+ mLog(ɸ) = Log (a) + Log Rw Vsh 0.333333333 fraksi
Batupasir:
Log(0,72)+ mLog(0,158330016 ) Kekuatan Formasi :
=log(0,62)+log(0,25)(-0,1427)+m(- Kekuatan formasi (strength
0,8004) = (-0,2076) + (-0,6021) formasi) adalah merupakan
m = 0,8333 kemampuan formasi dalam
Karbonat: menahan butiran batuan tetap pada
Log(0,72)+mLog(0,05450713) tempatnya. Tixier melakukan
= log (1)+log (0,25) perhitungan sebagai berikut :
(-0,1427)+ m(-1,2635) = (0) + (-0,6021)
Pembahasan
Analisis core yang dilakukan pada
Jika > 0,8 x 1012 psi2 (kompak) lapangan Petronius diambil dari cekungan
Jika < 0,8 x 1012 psi2 (tdk kompak) Banggai, yaitu dari formasi Minahaki dan
formasi Matindok. Pada formasi
Formasi Minahaki Minahaki memiliki lithology karbonat
dan formasi Matindok memiliki lithology
Ρb 2.71 gr/cc
batupasir.
Δt 235 µsec/ft
Formasi Minahaki memiliki OOIP
Σ 0.311666667 sebesar 9.848.741,799 STB dan formasi
A 0.273607748 Matindok memiliki OOIP sebasar
B 0.635189669 20.232.182,66 STB.
G 179914.7445 Laju produksi optimum pada
1/Cb 417678.1828 formasi Minahaki adalah 0.339673 barrel
G/Cb 7.515.E+10 (tidak per day dan pada formasi Matindok
kompak) senilai -31,14187912 Barrels per day.
Klasifikasi batuan berdasarkan
2
jika < 0,8 x 10^12 psi (tdk kompak) faktor sementasi terbagi menjadi lima,
yaitu unconsolidated rock (1,3), very
Formasi Matindok slightly cemented (1,4-1,5), slightly
ρb 2.65 gr/cc cemented (1,6-1,7), moderately cemented
Δt 235 µsec/ft (1,8-1,9), dan highly cemented (2,0-2,2).
σ 0.311666667
Pada formasi Minahaki memiliki factor
sementasi sebesar 0,3635 dan formasi
A 0.273607748 Matindok memiliki factor sementasi
B 0.635189669 sebesar 0,8333. Sehingga kedua formasi
G 175931.3923 termasuk unconsolidated rock karena
1/Cb 408430.6953 factor sementasinya < 1,3. Sehingga
G/Cb 7.186.E+10 (tidak casing produksi dipasang menembus
kompak) formasi produksi dan disemen yang
selanjutnya di perforasi pada interval-
jika < 0,8 x 1012 psi2 (tdk kompak)
interval yang diinginkan.
Kandungan lempung yang
Perhitungan Ukuran Screen Liner diperoleh pada kedua formasi ini adalah
pada Gravel Pack Completion sebesar 0,333 fraksi yang diketahui
melalu logging.
Menghitung Ukuran Gravel Pack dengan Kekuatan formasi dari formasi
metode Soucier Minahaki sebesar 7.515.E+10 yang
Dg50 = 5 x Df50 = 2.9942275 mm termasuk dalam formasi tidak kompak,
= 0.117972564 inch begitupun dengan formasi Matindok
Dg.min = 0.0786877 inch memiliki nilai 7.186.E+10 yang juga
Dg.max = 0.176958845 inch termasuk formasi yang tidak kompak.
Karena klasifikasi batuan yang termasuk
Menghitung ukuran Screen Liner dengan kompak adalah jika >0,8x1012 psi2 dan
metode Sclumberger <0,8x1012 psi2 untuk formasi yang tidak
kompak. Kekuatan formasi sendiri
W = 0,75 x Ukuran = 0.059015775 inch
merupakan kemampuan formasi dalam
gravel terkecil
menahan butiran batuan tetap pada
tempatnya.
Desain ukuran gravelpack menurut Gas Pada Lapangan Tiaka,
metode Soucier yaitu sebesar Matindok, Donggi, Senoro, Dan
0,117972564 inch, atau gravel pack yang Sekitarnya Di Cekungan Banggai
dapat digunakan berukuran minimum Sulawesi Tengah. Yogyakarta.
0,0786877 inch dan maksimum Universitas Gadjah Mada.
0,176958845 inch. sedang ukuran Screen
Liner menurut metode Schlumberger Nasir, Mohamad. 2014. Potret
yang digunakan berdasarkan ukuran Kinerja Migas Indonesia. Jakarta.
range gravel yaitu sebesar 0,059015775 Buletin Info Risiko Fiskal.
inch.

Kesimpulan

1. Analisa core di Lapangan


Petronius, cekungan Banggai,
mengambill sampel dari formasi
Matindok yang menunjukan
batupasir dan formasi Minahaki
menunjukan batu karbonat.
2. Formasi Minahaki memiliki OOIP
sebesar 9.848.741,799 STB dan
formasi Matindok memiliki OOIP
sebasar 20.232.182,66 STB.
3. Formasi Minahaki dan formasi
Matindok merupakan
Unconsolidated rock.
4. Kandungan lempung yang
diperoleh pada kedua formasi ini
adalah sebesar 0,333 fraksi yang
diketahui melalu logging.
5. Kedua formasi termasuk batuan
yang tidak kompak.
6. Desain gravel pack yang
digunakan berukuran
0,117972564.

Referensi
Muhartanto, Aris dan Purwanto, Taat.
2011. Potensi Batuan Induk Di
Cekungan Banggai, Sulawesi
Tengah. Jakarta. Usakti.

Bachri, Syaiful. 2011. Prospek


Carbon Capture And Storage (Ccs)
Cekungan Luwuk-Banggai Dari
Sudut Pandang Geologi. Bandung.
Pusat Studi Geologi.

Zaitun, Siti. 2016. Pengelompokan


Kekerabatan Geokimia Minyak Dan

Anda mungkin juga menyukai