Anda di halaman 1dari 2

4.

Hasil dan Pembahasan


Praktikum modul I yang berjudul “Pengukuran Besaran Listrik pada Sistem Satu
Fasa” memiliki beberapa tujuan, di antaranya yaitu, mampu memahami konsep teori
dan metode pengukuran tegangan, arus, daya, faktor daya, dan energi pada sistem 1
fasa, serta mampu menganalisa hasil pengukuran tegangan arus, daya, faktor daya,
dan energi pada beban linier dan nonlinier di sistem 1 fasa. Sesuai pada judul,
pengukuran adalah pembandingan secara eksperimen fisik suatu besaran dengan
besaran lain yang sejenis dimana salah satu dari besaran itu dianggap sebagai satuan.
Besaran sendiri merupakan sesuatu yang dapat diukur. Sedangkan satuan merupakan
acuan dalam pengukuran besaran. Sistem 1 fasa sendiri terdiri dari dua buah kabel
yaitu kabel fasa dan kabel netral dimana kabel fasa merupakan kabel yang
bertegangan sedangkan kabel netral adalah label yang tidak bertegangan.
Pada percobaan yang dilakukan, pengukuran besaran listrik pada sistem 1 fasa
maksudnya adalah pengukuran yang meliputi pengukuran arus, tegangan, daya, faktor
daya, serta energi. Adapun alat yang digunakan selama percobaan di antaranya adalah
simulator pengukuran daya 1 fasa yang mana terdiri dari amperemeter untuk
mengukur arus listrik, voltmeter untuk mengukur tegangan, wattmeter untuk
mengukur daya aktif, penunjukkan pf atau faktor daya, varmeter untuk mengukur
daya reaktif, serta digital analyzer yang akan menampilkan seluruh hasil pengukuran,
lalu terdapat juga svr atau slide voltage regulator yang berfungsi untuk mengatur
besarnya tegangan, beban berupa lampu pijar serta lampu ballast, serta kabel
penghubung/jumper yang berfungsi untuk menghubungkan antar komponen. Sumber
yang digunakan pada percobaan merurpakan sumber dari PLN yang besarnya adalah
sebesar 220 V. Untuk mengukur arus, amperemeter dihubungkan secara seri, untuk
mengukur tegangan voltmeter dihubungkan secara paralel, dan untuk mengukur daya
wattmeter dihubungkan secara seri dan paralel.
Percobaan yang dilakukan pada dua beban yang berbeda yaitu pada lampu pijar
dan lampu ballast. Tegangan yang diatur pada svr pada kedua beban besarnya sama
yaitu 180 V, 190 V, 200 V, 210 V, dan 220 V. Meskipun tegangan telah diatur pada
svr namun, tegangan tersebut tetap harus dibandingkan dengan tegangan hasil
percobaan. Selain tegangan, yang diukur pada percobaan adalah arus, daya aktif, daya
reaktif, faktor daya, serta energi. Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa ketika
tegangan yang diberikan dinaikan, maka arus yang mengalir juga akan semakin
meningkat. Pada hasil percobaan berikutnya, diketahui pula bahwa daya reaktif dari
lampu ballast lebih besar dibanding dengan daya reaktif lampu pijar. Semakin
besarnya daya reaktif maka akan memperkecil faktor daya dimana hal tersebut
terbuktikan dari hasil percobaan pula. Faktor daya yang baik adalah faktor daya yang
mendekati 1. Karena faktor daya pada lampu pijar lebih mendekati 1 maka dapat
dikatakan bahwa faktor daya pada lampu pijar lebih baik dibanding lampu ballast.
Faktor daya akan mempengaruhi daya aktif pada masing-masing beban dimana daya
aktif pada lampu pijar lebih tinggi dibanding lampu ballast. Dari hasil percobaan
dapat diketahui juga bahwa energi yang dibutuhkan tiap satuan waktu pada lampu
pijar lebih tinggi dibanding lampu ballast mengingat bahwa daya aktif pada lampu
pijar lebih tinggi pula. Untuk keterangan lampunya sendiri saat diberikan tegangan
180-220 V adalah menyala terang.
Adapun kesalahan yang dilakukan selama percobaan di antaranya adalah kesalahan
hasil pembacaan hasil pengukuran dikarenakan keterbatasan manusia serta alat ukur
dalam hal pengukuran.

5. Penutup
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum Instrumentasi dan Pengukuran modul I “Pengukuran
Besaran Listrik pada Sistem Satu Fasa”, kesimpulan yang dapat diambil yaitu di
antaranya,
1. Pengukuran arus dilakukan dengan menggunakan amperemeter yang disusun
secara seri pada rangkaian, pengukuran tegangan dilakukan dengan
menggunakan voltmeter yang disusun secara paralel pada rangkaian, dan
pengukuran daya aktif dilakukan dengan menggunakan wattmeter yang
disusun secara paralel dan seri pada rangkaian. Indikator faktor daya yang
baik adalah yang mendekati atau sama dengan 1.
2. Dari hasil pengukuran dapat diketahui bahwa lampu pijar mengonsumsi daya
aktif yang lebih besar dibanding lampu ballast sehingga energi yang
dibutuhkan pun lebih besar. Hal tersebut dikarenakan oleh faktor daya yang
dipengaruhi oleh daya reaktif. Meskipun daya serta energi yang dibutuhkan
kedua jenis beban berbeda, namun, kedua beban berupa lampu dapat menyala
dengan terang.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil praktikum Instrumentasi dan Pengukuran modul I “Pengukuran
Besaran Listrik pada Sistem Satu Fasa”, saran yang dapat diberikan adalah
supaya ke depannya praktikum dapat dilakukan dengan lebih baik supaya
didapatkan hasil yang lebih baik pula.

5.3 Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai