Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II

JEMBATAN WHEATSTONE

untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Fisika Dasar II

Yang dibimbing oleh Bapak Drs. Agus Suyudi, M.Pd

Disusun oleh

Mohammad Syaifullah Yusuf

190321624089

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FEBRUARI 2020
PERCOBAAN 3

JEMBATAN WHEATSTONE

A. Tujuan
Tujuan melakukan percobaan wheatstone adalah kami dapat memahami
fungsi dari resistansi atau hambatan listrik pada suatu rangkaian listrik, dapat
menyusun rangkaian listrik dengan benar, dapat menentukan besarnya hambatan
pada rangkaian listrik dengan menggunakan metode jembatan wheatstone, serta
kami dapat menguji kebenaran dari rumus rumus pada suatu hubungan seri dan
paralel pada suatu rangkaian listrik

B. Dasar Teori
Jembatan wheatstone merupakan suatu rangkaian listrik yang berguna untuk
mengukur besarnya suatu hambatan atau resistan yang tidak diketahui nilainya.
Fungsi dari jembatan wheatstone sendiri adalah untuk mengukur besarnya nilai
pada suatu hambatan dengan menggunakan cara bahwa arus yang mengalir pada
galvanometer harus sama dengan nol. Arus yang mengaliri galvanometer harus
sama dengan nol karena potensial pada setiap ujungnya adalah sama. Sehingga,
dapat digunakan rumus kali silang pada rangkain ini.
Pada suatu rangkaian jembatan wheatstone terdapat 4 hambatan, berupa R1,
R2dan R3 dimana ketiga hambatan ini memiliki nilai yang sudah diketahui
nilainya dengan akurat. Serta terdapat R4 yang akan dicari besar nilainya. Selain
untuk mencari besar dari niali hambatan yang belum diketahui, jembatan
wheatstone juga dapat digunakan untuk mengoreksi kesalahan yang dilakukan
pada saat melakukan pengukuran hambatan.
Gambar 1
Berdasarkan gambar diatas, hambatan yang berada pada titik BD masih
belum diketahui nilainya. Pada saat saklar S ditutup, maka arus akan mengalir
dengan indikasi jarum pada galvanometer mengalami penyimpangan dan pada
saat itu terjadi perbedaan potensial pada titik C dan titik D. Hambatan pada
Rb , R1 ,dan R2harus diubah agar galvanometer tidak mengalami penyimpangan
sehingga tidak ada arus yang mengalir serta beda potensial pada titik C dan titik D
menjadi sama.
Berdasarkan hukum Ohm, maka nilai dari X dapat dirumuskan dengan :
R2
X= R
R1 B

Gambar 2
Dalam memudahkan untuk melakukan pengukuran, hambatan dapat diganti
dengan kawat lurus serba sama dengan panjang L. Selain itu, digunakan
komutator yang memiliki fungs untuk membalikkan arah arus pada rangkaian.
Dengan demikian, nilai X dapat dicari dengan menggunakan rumus :
L2
X= R
L1 B
C. Alat dan Bahan

Gambar 3
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan wheatstone adalah sumber
tegangan DC (Battery kering) sebagai sumber tegangan yang mengalir dalam
rangkaian listrik, hambatan geser sebagai pembanding besaran pada rangkaian
dengan nilai dari hambatan X yang masih belum diketahui, komutator sebagai
pembalik arah arus pada rangkaian, hambatan Rb sebagai hambatan yang
diketahui nilainya, enam hambatan keraik yang sudah diketahui nilainya sebagai
pembanding hambatan X , dua hambatan listrik x 1dan x 2 yang belum diketahui
nilainya sebagai variabel yang akan dicari nilainya, galvanometer untuk mengukur
besarnya arus atau besarnya beda potensial yang nilainya relatif kecil, perangkat
jembatan wheatstone sebagai tempat mencari jarak pada l 1dan l 2, mistar untuk
mengukur panjang dari l 1dan l 2, serta kabel sebagai penghubung arus.

D. Prosedur Percobaan
Prosedur yang dilakukan pada percobaan jembatan wheatstone adalah
menyusun rangkaian listrik seperti gambar 1 dengan menggunakan x 1pada posisi
BD, menghubungkan rangkaian dengan sumber tegangan tegangan dengan arus
searah, menggeser kotak geser C sampai jarum pada galvanometer menunjukkan
angka nol, mengganti resistor x 1dengan resistor x 2, menggeser kotak geser C
sampai jarum pada galvanometer menunjukkan angka nol, menghubungkan secara
seri resistor x 1dengan resistor x 2 pada posisi BD, menggeser kotak geser C sampai
jarum pada galvanometer menunjukkan angka nol, menghubungkan secara paralel
resistor x 1dengan resistor x 2 pada posisi BD, menggeser kotak geser C sampai
jarum pada galvanometer menunjukkan angka nol, kemudian mengukur panjang l 1
dan l 2 dengan menggunakan mistar kemudian mencatat hasilnya pada tabel hasil
pengamatan.

E. Data Pengamatan

F. No Posisi DB Rb (Ω) L1 (cm) L2 (cm)


.
1. X1 5 12,5 87,5
2. X2 5 15,5 84,5
3. X 1 dan X 2 seri 5 5,3 94,7
4. X 1 dan X 2 paralel 5 23,5 76,5
nst mistar = 0,1 cm
nst galvanometer = 0,2 A
nst multitester = 0,01 Ω

F. Analisis Data
A. Metode Analisis
Menurut teori nilai hambatan X , jika diketahui nilai dari l 1dan l 2 maka
dapat dicari dengan menggunakan persamaan
L2
R X=
L1 B
Teori ralat yang digunakan untuk mengetahui kesalahan dalam
praktikum jembatan wheatstone adalah teori ralat rambat dengan
persamaan

√| || || |
2 2 2
∂X 2 ∂X 2 ∂X 2
∆ Sx= ∆ L1 + ∆ L2 + ∆ Rb
∂ L1 3 ∂ L2 3 ∂ Rb 3

Dimana
∂ L2
R
∂X L1 b (L¿¿ 1)−1 Rb −L2 Rb
= =∂ L2 = ¿
∂ L1 ∂ L1 ∂ L1 ( L¿¿ 1)2 ¿
∂ L2
R −1
∂X L1 b (L¿¿ 1) Rb Rb
= =∂ L2 = ¿
∂ L2 ∂ L1 ∂ L2 L1
∂ L2
R
∂X L1 b ( L¿¿ 1)−1 R b L2
= =∂ L2 = ¿
∂ Rb ∂ L1 ∂ Rb L1

Sehingga dapat ditulis dengan

√| || || |
2 2 2
∂X 2 ∂X 2 ∂X 2
∆ X= ∆ L1 + ∆ L2 + ∆ Rb
∂ L1 3 ∂ L2 3 ∂ Rb 3
¿√¿ ¿¿

Keterangan :
1 1
∆ L= nst= x 0,1 cm=0.05 cm
2 2
1 1
∆ R b= nst= x 0,02 Ω=0.01 Ω
2 2
Ralat relative
Sx
R x= x 100 %
X

Pada rangkaian seri ( X s=X 1+ X 2)

Ps =
|
X s ( perhitungan ) −X s ( pengukuran )
X s ( perhitungan )
x 100 %
|
X1 X2
Pada rangkaian paralel ( X P= )
X1+ X 2

P P= p
|
X ( perhitungan )−X p ( pengukuran )
X p ( perhitungan )
x 100 %
|
B. Analisis Data
Hambatan X 1
L 87,5
X1= 2 RB = x 5=35 Ω
L1 12,5
S x =√ ¿ ¿¿
√| || || |
2 2 2
−6 ( 5 ) 2 (5) 2 6 2
¿ 2
( 0,05) + (0,05) + (0,01)
( 94 ) 3 (94) 3 94 3

¿ √|0,05509358505| +|0,0001777777777| +|0,002177777778|


2 2 2

¿ √ 0,05744914061
¿ 0,2396855035 Ω
Ralat relatif
0,2396855035
R x= x 100 %=0,684 %
35
Jadi, nilai hambatan X 1 =(35 ± 0,2396) Ω, dengan ralat relative sebesar
0,684% (4 AP)
Hambatan X 2
L 84,5
X2= 2 RB = x 5=27,258 Ω
L1 15,5
S x =√ ¿ ¿¿

√| || || |
2 2 2
−( 84,5 ) (5 ) 2 (5) 2 84,5 2
¿ (0,05) + (0,05) + ( 0,01)
( 15,5 ) 3
2
(15,5) 3 15,5 3

¿ √|−0,05855855856| +|0,01075268817| +|0,03634408602|


2 2 2

¿ √ 0,005906200399
¿ 0,07685180804 Ω

Ralat relatif
0,07685180804
R x= x 100 %=0,282%
27,258
Jadi, nilai hambatan X 2 =(27,26 ± 0,077) Ω, dengan ralat relative sebesar
0,282% (4 AP)

Hambatan X 1 dan X 2 seri


L2 94,7
X s= R B = x 5=89,3 Ω
L1 5,3
S x =√ ¿ ¿¿

√| || || |
2 2 2
−( 94,7 ) ( 5 ) 2 (5) 2 94,7 2
¿ (0,05) + (0,05) + (0,01)
( 5,3 ) 2
3 (5,3) 3 5,3 3
¿ √|−0,5618844191| +|0,03144654088| +|0,1191194969|
2 2 2

¿ √ 0 , 3308924399
¿ 0 , 5752325094 Ω

Ralat relatif
0 ,5752325094
R x= x 100 %=0,228 %
89,3
Jadi, nilai hambatan X s=(89,3 ±0,575)Ω, dengan ralat relative sebesar
0,644 % (4 AP)

Hambatan X 1 dan X 2 paralel


L 76,5
X p= 2 RB = x 5=16,27 Ω
L1 23,5
S x =√ ¿ ¿¿

√√| || || |
2 2 2
−( 76,5 )( 5 ) 2 (5) 2 76,5 2
¿ 2
(0,05) + (0,05) + (0,01)
( 23,5 ) 3 (23,5) 3 23,5 3
2 2 2
¿ |−0,02307692308| +|0,007092198582| +|0,02170212766|
¿ √ 0,001056519531
¿ 0,03250414637 Ω
Ralat relatif
0,03250414637
R x= x 100 %=0,199 %
16,27
Jadi, nilai hambatan X p =(16,27 ± 0,032) Ω, dengan ralat relative sebesar
0,199% (4 AP)

Hambatan X 1 dan X 2 seri (menurut teori)


X s=X 1+ X 2=35+27,258=62,258 Ω
Presentase kesalahan

Ps = s
|
X ( perhitungan ) −X s ( pengukuran )
X s ( perhitungan )
x 100 %
|
¿|89,3−62,258
62,258
x 100 %|

¿ 43 %
Jadi, nilai hambatan susuan seri X s=62,258 Ω dengan presentase
kesalahan sebesar 43% (2 AP)
Hambatan X 1 dan X 2 paralel (menurut teori)
X1 X2
X P=
X1+ X 2
( 35 ) ( 27,258 )
¿
( 35 )+ ( 27,258 )
¿ 15,32

Presentase kesalahan

P P=
|
X p ( perhitungan )−X p ( pengukuran )
X p ( perhitungan )
x 100 %
|
¿|16,27−15,32
16,27
x 100 %|
¿ 5,83 %
Jadi, nilai hambatan susuan seri X p =16,27 Ω dengan presentase
kesalahan sebesar 5,83 % ( 3 AP )

G. Pembahasan

Praktikum jembatan wheatstone berguna untuk mengukur besarnya suatu


hambatan atau resistansi yang tidak diketahui nilainya. Jembatan wheatstone
ini menggunakan prinsip pembanding, dimana dalam rangkaian dapat
membandingkan hambatan yang satu dengan hambatan yang lainnya.
L2 . R b
Berdasarkan rumus X = didapat hasil bagai berikut :
L1

a) Nilai dari X 1 =( 35± 0,2396 ) Ω , dengan ralat relatif 0,684 % (4 AP)


b) nilai dari X 2 =(27,26 ± 0,077)Ω, dengan ralat relatif sebesar 0,282%
(4 AP)
c) nilai dari X s=(89,3 ±0,575)Ω, dengan ralat relatif sebesar 0,644 % (4
AP) sedangkan berdasarkan teori X s=62,2 Ω dengan presentase
kesalahan sebesar 43% (2 AP)
d) nilai dari X p =(16,27 ± 0,032) Ω, dengan ralat relatif sebesar 0,199%
(4 AP) sedangkan berdasarkan teori X p =16,27 Ω dengan presentase
kesalahan sebesar 5,83 % ( 3 AP )
berdasarkan perbandingan antara hasil pengukuran dan hasil
perhitungan, diperoleh ralat yang cukup besar. Berdasarkan hasil pengukuran,
pada hambatan X 1 , X 2 , X 1 dan X 2 seri , X 1 dan X 2 paralel diperoleh ralat yang
besarnya hampir sama. Namun jika dihitung berdasarkan teori, hambatan
X 1 dan X 2 seri memiliki presentase kesalahan yang sangat besar yaitu 43%.
Hal ini menunjukkan adanya kesalahan dalam melakukan praktikum.
Kesalahan pada praktikum dapat berupa kesalahan pada alat dan
kesalahan pada pengamat. Kesalahan pada alat yaitu kesalahan yang berasal
dari alat-alat praktikum. Pada praktikum ini, galvanometer yang kami
gunakan bisa dikatakan tidak valid karena pada saat kami menggeser kontak
geser dan memencet suatu titik maka galvanometer sudah menunjukkan angka
nol. Namun, pada saat titik tersebut dipencet untuk kedua kalinya,
galvanometer tidak menunjukkan angka nol lagi sehingga data pengamatan
yang didapatkan menjadi tidak valid.
Selain kesalahan pada alat, juga terdapat kesalahan pada pengamat yang
sering disebut dengan kesalahan paralaks. Kesalahan paralaks adalah
kesalahan pada saat membaca hasil ukur. Kemungkinan pada saat jarum
galvanometer masih hampir menunjukkan angka nol, kami sudah
mengganggpanya menunjuk angka nol. Selain itu, kesalahan pada saat
membaca angka pada mistar juga dapat menyebabkan kesalahan pada
praktikum.
Oleh sebab itu, sangat disarankan untuk menguji alat terlebih dahulu
sebelum digunakan. Selain itu, dibutuhkan keteletian lebih dalam
membacahasil ukur akar hasil ukur menjadi valid. Serta, perlu lebih sabar
dalam menggeser kotak geser dan mengamati jarum galvanometer hingga
jarum galvanometer menunjukkan angka nol.

H. Kesimpulan
Hambatan atau resistansi memiliki fungsi untuk menghambat arus pada
sebuah rangkaian. Besarnya arus dapa suatu rangkain dapat ditentukan dengan
mengatur besarnya hambatan. Selain sebagai penghambat arus, hambatan juga
berfungsi sebagai pembagi tegangan pada suatu rangkaian.
Dalam menentukan besarnya hambatan pada jembatan wheatstone digunakan
prinsip pembanding yaitu antara hambatan yang sudah diketahui nilainya terhadap
hambata yang belum diketahui nilainya. Set jembatan wheatstone berfungsi untuk
L2
mencari besar L1 dan L2 yang kemudian dimasukkan kedalam rumus X = R
L1 B
untuk mencari nilai hambatan yang belum diketahui.
Pada rangkaian seri, nilai hambatannya adalah total penjumlahan pada setiap
hambatan, untuk arus memilik nilai yang sama sedangkan tegangan pada rangkain
seri terbagi. Sedangkan pada rangkaian paralel, nilai hambatannya adalah
penjumlahan dari se per hambatan, nilai tegangan pada rangkain paralel sama
sedangkan arusnya terbagi.
Hasil pengukuran dan hasil perhitungan menggunakan teori menunjukkan
perbedaan sehingga dapat disimpulkan bahwa praktikum ini mengalami
kesalahan. Baik kesalahan pada alat maupun kesalahan pada pengamat. Namun,
pada praktikum ini, kami sudah dapat menyusun rangkaian jembatan wheatstone
dengan baik.
I. Daftar Rujukan
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 2019 Modul Teori Ralat dan
Keselamatan Kerja, Malang, Universitas Negeri Malang.
Haliday,David., Robert Resnick., Jear Walker.2010.Fisika Dasar, edisi Ketujuh
Jilid 1. Terjemahan Tim Pengajar Fisika ITB:Jakarta.
Serway, Raymond A., & Jewett, John W.. 2014. Physics for Scientists and
Engineers with Modern Physics, Ninth Edition. USA : Brooks/Cole.
Tim Praktikum Fisika Dasar , 2019 Modul Praktikum Fisika Dasar 1 , Malang,
Universitas Negeri Malang.
J. Lampiran
Tugas

P-01 Jika hambatan dalam dari amperemater R A ≠ 0, dan nilai R diketahui,


turunkan rumus untuk memperoleh R A , dinyatakan dengan V ac , I R , dan R A !
Jawab :
V =I . R
V AC =I R R A + I R R

I R R A =V AC −I R R

V AC −I R R
¿
RA
V AC −I R R
RA=
IR

P-02 Jika ada rangkaian gambar 1b, hambatan dalam dari voltmeter V diketahui
yaitu RV , turunkan rumus untuk memperoleh R dinyatakan dengan
V ab , I , dan RV

Jawab :
I =I R + I v

V ab V ab V ab V ab
¿ + =I −
R Rv R RV
¿R¿
V ab
R=
V ab
I−
RV

P-03 Buktikan rumus 1


Pada gambar dapat dibagi menjadi bagian kanan dan bagian kiri
galvanometer. Area pada sekitar baterai dan hambatan geser adalah loop 1.
Kemudian, area pada sekitar R2 dan X adalah loop 2. Kemudian, loop 3 dengan
R1 dan Rb. Sehingga didapat

I2 X - Ig G – I1 R2 = 0 ........................... (pers. loop II)

I2 Rb - I1 R1 + Ig G = 0........................... (pers. loop III)

Apabila tidak ada arus yang mengalir pada galvanometer, maka:

I2 X – I1 R2 = 0 ........................... (pers. loop II)

I2 Rb - I1 R1 = 0 ........................... (pers. loop III)

Dengan membagikan persamaan pada loop II dan pada loop III saat arus
yang berada pada galvanometer sama dengan nol maka didapat

X R1 R2
= atau dapat ditulis dengan X = R B
Rb R2 R1

P-04 Buktikan rumus 2

Pada gambar dapat dibagi menjadi bagian kanan dan bagian kiri
galvanometer. Area pada sekitar baterai dan hambatan geser adalah loop 1.
Kemudian, area pada sekitar L2 dan X adalah loop 2. Kemudian, loop 3 dengan
L1 dan Rb. Sehingga didapat

I2 X - Ig G – I1 L2 = 0 ........................... (pers. loop II)

I2 Rb - I1 L1 + Ig G = 0........................... (pers. loop III)

Apabila tidak ada arus yang mengalir pada galvanometer, maka:

I2 X – I1 L2 = 0 ........................... (pers. loop II)

I2 Rb - I1 L1 = 0 ........................... (pers. loop III)

Dengan membagikan persamaan pada loop II dan pada loop III saat arus
yang berada pada galvanometer sama dengan nol maka didapat

X L1 L
= atau dapat ditulis dengan X = 2 R B
R b L2 L1

1. Bandingkan nilai susunan seri X 1 dengan X 2yang diperoleh dari hasil percobaan
dengan nilai susunan seri X 1 dengan X 2dari hasil perhitungan menurut teori.
Apakah nilainya sama atau tidak? Jelaskan jawaban saudara!
berdasarkan pengukuran didapat hasil ( 27,26 ± 0,077 ) Ω sedangkan berdasarkan
perhitungan teori 62,258 Ω ,sehingga didapatkan hasil bahwa nilai hambatan pada
pengukuran lebih kecil daripada perhitungan teori.
2. Bandingkan nilai susunan paralel X 1 dengan X 2yang diperoleh dari hasil percobaan
dengan nilai susunan paralel X 1 dengan X 2dari hasil perhitungan menurut teori.
Apakah nilainya sama atau tidak? Jelaskan jawaban saudara!
berdasarkan pengukuran didapat hasil ( 16,27 ± 0,032 ) Ω sedangkan
berdasarkan perhitungan teori 15,32 Ω, sehingga didapatkan hasil bahwa nilai
hambatan pada pengukuran lebih besar daripada perhitungan teori.
3. Buatlah kesimpulan dan saran berdasarkan hasil percobaan anda ini
Berdasarkan data yang diperoleh pada praktikum ini, terdapat hasil yang
sangat signifikan antara hasil pengukuran dan menggunakan teori, sehingga dapat
dikatakan bahwa pada praktikum ini terdapat beberapa kesalahan. Kesalahan dapat
berupa kesalahan alat yang berasal dari galvanometer dan dapat berupa kesalahan
pengamat pada saat menentukkan apakah galvanometer sudah menunjukkan angka
nol dan kesalahan pada saat membaca angka yang ditunjukkan pada mistar.
Kesalahan lainnya adalah alat yang digunakan sulit dalam menunjuk angka nol dan
terkadang angka yang ditunjuk tidak stabil atau tidak bisa diam (terus bergerak ke
paling kanan atau bergerak ke paling kiri hingga melebihi panjang mistar yang
ditentukan).

Anda mungkin juga menyukai