1
Samsubar Saleh, 1998, Statistik Deskriptif, Cetakan Ketiga, Penerbit UPP AMK YPKN, Yogyakarta, hlm.13,
memberikan istilah ukuran gejala pusat dengan sebutan Pengukuran Nilai Sentral.
2
Prof. DR. Sudjana, M.A., M.Sc., 2000, Metoda Statistika, Edisi ke-6, Penerbit Tarsito, Bandung, hlm. 66.
2. MENCARI RATA-RATA HITUNG (MEAN)
Untuk mencari rata-rata hitung dan keperluan penghitungan selanjutnya, maka akan
digunakan simbol-simbol. Simbol “n” akan dipakai untuk menyatakan ukuran sampel atau
banyaknya data (obyek) yang diteliti dalam sampel. Simbol “N” untuk menyatakan ukuran
populasi atau banyaknya data (obyek) yang diteliti dalam populasi. Disamping penggunaan
simbol-simbol tersebut, dalam mencari rata-rata hitung juga harus membedakan antara data
tidak berkelompok dengan data berkelompok.
n
Σ X i merupakan penyederhanaan dari Σ X i , yaitu jumlah nilai variabel X dari
i=1
pengamatan ke-1 sampai dengan ke-N.
Contoh :
Di kota “X” terdapat 5 buah toko mainan. Jumlah penjualan dalam satu hari dari kelima
toko tersebut adalah sebagai berikut :
Toko A : Rp. 100.000,00
Toko B : Rp. 75.000,00
Toko C : Rp. 120.000,00
Toko D : Rp. 125.000,00
Toko E : Rp. 80.000,00
Berdasarkan data tersebut di atas, rata-rata jumlah penjualan dari kelima toko mainan
tersebut adalah :
= Σ X i = 100.000 + 75.000 + 120.000 + 125.000 + 80.000 = 100.000
N 5
Jadi rata-rata jumlah penjualan dari kelima toko mainan di kota “X” adalah sebesar Rp.
100.000 perhari.
Dalam memperoleh data di lapangan sering dihadapkan pada data dengan bobot
masing-masing pengamatan yang berbeda dari satu pengamatan dengan pengamatan
yang lain. Oleh sebab itu, untuk mempermudahkan menghitung rata-rata hitung
digunakan rata-rata hitung tertimbang, dengan rumus sebagai berikut :
X = Σ wi x i Keterangan w = bobot (weight)
Σ wi
Contoh :
Data hasil panen padi dari lima petani di desa “Y” adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1. Hasil Panen Padi Lima Orang Petani Di desa “Y”
Nama Petani Luas Sawah (Ha) Panen per Ha (Kw)
Bpk. Santoso 3 70
Bpk. Cahyono 5 45
Bpk Jumianto 4 30
Bpk. Purnomo 2 50
Bpk. Wahyono 3 40
Sumber : data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 3.1., rata-rata hitung tertimbang hasil panen padi dari kelima petani
di desa “Y” tersebut adalah :
X = Σ wi x i = 3 (70) + 5 (45) + 4 (30) + 2 (50) + 3 (40) = 45,59
Σ wi 3+5+4+2+3
Jadi rata-rata hitung tertimbang hasil panen padi dari kelima petani di desa “Y” tersebut
adalah sebesar 45,59 Kw.
= 10 (1) + 114,5
50
= 114,7 kg
Catatan : Apakah hasil rata-rata hitung akan berubah jika penempatan angka 0 (nol)
pada “skala d” tidak di kelas III ? (Silahkan dicoba)
3
Drs. Napa J. Awat, SU., 1995, Metode Statistik dan Ekonometri, Penerbit Liberty, Yogyakarta, hlm. 30.
CB b = Class boundari bawah dari kelas yang mengandung median
CI = Class Interval
j = Selisih antara letak median dengan frekuensi komulatif pada kelas
sebelum kelas yang mengandung median
Fr m = Frekuensi pada kelas yang mengandung median
Dengan menggunakan contoh pada tabel 2.3. maka untuk mencari nilai median adalah
sebagai berikut :
• Letak median adalah n / 2 = 50 / 2 = 25, yaitu terkandung pada kelas III (terkandung
dalam frekuensi komulatif : 35)
• Class boundary bawah kelas III = 109,5
• Class Interval = 10
• Nilai j = 25 – 22 = 3
• Nilai Fr m = 13
• Nilai median : Md = CB b + CI (j / Fr m)
= 109,5 + 10 (3 / 13) = 111,81 kg
Jadi persediaan beras dari 50 pedagang di kota “X” nilai tengah atau mediannya sebesar
111,81 kg.
4
Drs. Napa J. Awat, SU., 1995, Metode Statistik dan Ekonometri, Penerbit Liberty, Yogyakarta, hlm. 33.
merupakan suatu pengamatan dalam distribusi frekuensi yang memiliki jumlah
pengamatan dimana jumlah frekuensinya paling besar atau paling banyak5.
Seperti halnya dengan rata-rata hitung dan median, dalam mencari nilai modus juga
harus membedakan antara data tidak berkelompok dengan data berkelompok.
5
Samsubar Saleh, 1998, Statistik Deskriptif, Cetakan Ketiga, Penerbit UPP AMK YPKN, Yogyakarta, hlm. 20.
2. Menentukan nilai modus dengan rumus :
Mo = CB b + CI ( 1 )
( 1 + 2 )
Keterangan :
1 : Selisih frekuensi yang terdapat letak modus dengan frekuensi sebelum letak
modus.
2 : Selisih frekuensi yang terdapat letak modus dengan frekuensi setelah letak
modus.
Dengan menggunakan contoh pada tabel 2.3. maka nilai modus dapat dicari sebagai
berikut :
6
Drs. Napa J. Awat, SU., 1995, Metode Statistik dan Ekonometri, Penerbit Liberty, Yogyakarta, hlm. 46.
a. Kuartil
Jika sekumpulan data dibagi menjadi empat bagian yang sama banyaknya, sesudah
disusun menurut urutan nilainya, maka bilangan pembaginya disebut kuartil. Ada tiga
buah kuartil, ialah kuartil pertama, kuartil kedua dan kuartil ketiga yang masing-
masing disingkat dengan K1, K2, dan K3. Pemberian nama ini dimulai dari kuartil yang
paling kecil 7.
Untuk menentukan nilai kuartil dengan langkah sebagai berikut :
1. Kuartil Data Tidak Berkelompok
• Data disusun menurut urutan nilainya
• Menentukan letak kuartil, dengan rumus :
Ki = i (n + 1) Keterangan i = 1, 2, 3 dan K2 = Median
4
Contoh :
Sampel data yang telah diurutkan adalah sebagai berikut :
53, 56, 57, 60, 64, 66, 70, 75, 82, 86, 92, 94 ( n = 12 )
1(12 + 1)
Letak K1 = data ke = data ke 3 ¼ , yaitu antara data ke-3 dan data ke-4
4
seperempat jauh dari data ke-3.
Nilai K1 = data ke-3 + ¼ (data ke-4 – data ke-3)
= 57 + ¼ (60 – 57) = 57 ¾
3(12 + 1)
Letak K3 = data ke = data ke 9 ¼ dan nilai K3 = 85
4
2. Kuartil Data Berkelompok
Untuk data yang telah disusun dalam distribusi frekuensi, nilai kuartil K1, K2, dan
K3 dicari dengan rumus Ki = CB b + CI (j / Fr m) (lihat rumus Median). Sedangkan
letak kuartil K1 = ¼ n, K2 = ½ n (Median), dan K3 = ¾ n.
Contoh :
Dengan menggunakan tabel 2.3. nilai kuatil dapat dicari sebagai berikut :
7
Prof. DR. Sudjana, M.A., M.Sc., 2000, Metoda Statistika, Edisi ke-6, Penerbit Tarsito, Bandung, hlm. 81.
Tabel 3.6. Distribusi Frekuensi Persediaan Beras (dalam kg)
dari 50 Pedagang di kota “X’ tanggal 31 Desember
Persediaan Beras Jumlah Pedagang (Fr) Fr Komulatif
90 – 99 2 2
100 – 109 20 22
110 – 119 13 35
120 – 129 7 42
130 – 139 6 48
140 – 149 2 50
Jumlah 50
Sumber : data mentah yang diolah, 31 Desember
b. Desil
Jika sekelompok data dibagi menjadi sepuluh bagian yang sama, maka didapat
sembilan pembagi dan tiap pembagi dinamakan desil atau disingkat D, yaitu D1, D2, D3
…, D9. Untuk mencari nilai desil diperlukan pembedaan antara data tidak berkelompok
dengan data berkelompok.
1. Desil Data Tidak Berkelompok
Untuk mencari desil data tidak berkelompok harus diketahui terlebih dahulu letak
i(n + 1)
desil, yaitu dengan rumus : Di =
10
Contoh :
Sampel data yang telah diurutkan adalah sebagai berikut :
53, 56, 57, 60, 64, 66, 70, 75, 82, 86, 92, 94 ( n = 12 )
1(12 + 1) 7(12 + 1)
Letak D1 = = 1,2 ; Letak D7 = = 9,1
10 10
Nilai D1 = Data ke 1 + 0,2 (data ke-2 – data ke-1)
= 53 + 0,2 (56 – 53) = 53,6
Nilai D7 = Data ke 9 + 0,1 (data ke-10 – data ke-9)
= 82 + 0,1 (96 – 82) = 83,4 dan seterusnya
c. Persentil
Jika menggunakan persentil, maka sekelompok data dibagi menjadi seratus bagian yang
sama. Persentil ke-10 sama dengan desil ke-1 dan persentil ke-50 sama dengan desil
ke-5 atau sama dengan median8. Untuk mencari letak persentil dengan rumus : Pi =
8
Drs. Napa J. Awat, SU., 1995, Metode Statistik dan Ekonometri, Penerbit Liberty, Yogyakarta, hlm. 49.
i(n + 1)
, yaitu untuk data tidak berkelompok dan letak persentil dengan rumus : Pi =
100
i / 100 (n), yaitu untuk data berkelompok. Sedangkan mendapatkan nilai persentil atau
disingkat P, dengan rumus yang sama dengan mencari nilai desil dan nilai median.
Contoh :
Untuk data berkelompok (lihat tabel 3.6), letak P75 = 75 / 100 (50) = 37,5 (lihat kelas
(37,5 − 35)
IV), maka nilai P75 = 119,5 + 10 = 123,07 dan lain sebagainya (silahkan
7
dicoba untuk mencari nilai persentil yang lainnya).
1. Jelaskan perbedaan dan berikan contohnya antara jenis data tidak berkelompok dengan
data berkelompok.
2. Dalam ukuran suatu data yang dihitung, terdapat perbedaan antara ukuran statistik dan
ukuran parameter. Jelaskan perbedaan kedua ukuran tersebut.
3. Data hasil penjualan sepeda motor merk “Hd” di kota “X” oleh 50 selesmen pada tahun
sekarang adalah sebagai berikut :
Hasil Penjualan Sepeda Motor Merk “Hd”
di kota “X” pada tahun sekarang
80 – 94 3
95 – 109 5
110 – 124 10
125 – 139 15
140 – 154 8
155 – 169 7
170 – 184 2
JUMLAH 50
Berdasarkan data tersebut di atas, carilah nilai rata-rata hitung (mean), median dan
modusnya, dan berilah kesimpulan saudara.
4. Berdasarkan soal pada nomor 3, carilah nilai kuartil ke-3 (K3), nilai desil ke-4 dan ke- 7 (
K4 dan K7), nilai persentil ke-15, ke-65 dan ke-87 (P15, P65 dan P87).