Anda di halaman 1dari 13

BAB III .

UKURAN GEJALA PUSAT

Tujuan dari bab ini untuk menjelaskan :


➢ Pengertian Parameter dan Statistik
➢ Mencari Rata-Rata Hitung (Mean)
➢ Mencari Nilai Median
➢ Mencari Nilai Modus
➢ Pengertian Kuartil, Desil, Persentil

1. PENGERTIAN PARAMATER DAN STATISTIK


Ukuran gejala pusat merupakan suatu usaha yang ditujukan untuk mengukur
besarnya nilai rata-rata dari distribusi data yang telah diperoleh dalam suatu penelitian1.
Untuk mengukur besarnya nilai rata-rata, maka yang perlu dilakukan adalah membedakan
secara jelas pengelompokkan data, yaitu antara data tidak berkelompok dengan data
berkelompok. Disamping itu pengelompokkan data tersebut, juga perlu mempertimbangkan
metode yang digunakan dalam suatu penelitian, apakah berdasarkan data populasi atau data
sampel.
Ukuran yang dihitung dari kumpulan data dalam sampel dinamakan statistik.
Sedangkan ukuran yang dihitung dari kumpulan data populasi atau dipakai untuk
menyatakan populasi dinamakan parameter. Jadi ukuran yang sama dapat bernama statistik
atau parameter bergantung pada apakah ukuran dimaksud untuk sampel atau populasi2.
Secara garis besar perbedaan simbol antara parameter dengan statistik adalah :

Populasi (Parameter) Sampel (Statistik)


• Nilai Rata-Rata  X
• Varian 2 s2
• Standart Deviasi  s
• Proporsi  

1
Samsubar Saleh, 1998, Statistik Deskriptif, Cetakan Ketiga, Penerbit UPP AMK YPKN, Yogyakarta, hlm.13,
memberikan istilah ukuran gejala pusat dengan sebutan Pengukuran Nilai Sentral.
2
Prof. DR. Sudjana, M.A., M.Sc., 2000, Metoda Statistika, Edisi ke-6, Penerbit Tarsito, Bandung, hlm. 66.
2. MENCARI RATA-RATA HITUNG (MEAN)
Untuk mencari rata-rata hitung dan keperluan penghitungan selanjutnya, maka akan
digunakan simbol-simbol. Simbol “n” akan dipakai untuk menyatakan ukuran sampel atau
banyaknya data (obyek) yang diteliti dalam sampel. Simbol “N” untuk menyatakan ukuran
populasi atau banyaknya data (obyek) yang diteliti dalam populasi. Disamping penggunaan
simbol-simbol tersebut, dalam mencari rata-rata hitung juga harus membedakan antara data
tidak berkelompok dengan data berkelompok.

a. Rata-Rata Hitung Data Tidak Berkelompok


Untuk mencari rata-rata hitung dari data tidak berkelompok adalah dengan cara
membagi nilai total sekelompok data (seluruh nilai pengamatan) dengan jumlah
pengamatan atau dengan rumus rata-rata hitung :
 = ΣXi (rata-rata hitung populasi)
N
X = Σxi (rata-rata hitung sampel)
n
Keterangan :
Σ = sigma, yaitu penjumlahan nilai-nilai variabel X (populasi) atau x (sampel)
dalam sekelompok data
Xi = nilai variabel yang dihitung ke-i dalam populasi
xi = nilai varibel yang dihitung ke-i dalam sampel
i = 1, 2, 3, … n (sampel) atau N (populasi)
N = jumlah pengamatan populasi
n = jumlah pengamatan sampel

n
Σ X i merupakan penyederhanaan dari Σ X i , yaitu jumlah nilai variabel X dari
i=1
pengamatan ke-1 sampai dengan ke-N.

Contoh :
Di kota “X” terdapat 5 buah toko mainan. Jumlah penjualan dalam satu hari dari kelima
toko tersebut adalah sebagai berikut :
Toko A : Rp. 100.000,00
Toko B : Rp. 75.000,00
Toko C : Rp. 120.000,00
Toko D : Rp. 125.000,00
Toko E : Rp. 80.000,00
Berdasarkan data tersebut di atas, rata-rata jumlah penjualan dari kelima toko mainan
tersebut adalah :
 = Σ X i = 100.000 + 75.000 + 120.000 + 125.000 + 80.000 = 100.000
N 5
Jadi rata-rata jumlah penjualan dari kelima toko mainan di kota “X” adalah sebesar Rp.
100.000 perhari.

Dalam memperoleh data di lapangan sering dihadapkan pada data dengan bobot
masing-masing pengamatan yang berbeda dari satu pengamatan dengan pengamatan
yang lain. Oleh sebab itu, untuk mempermudahkan menghitung rata-rata hitung
digunakan rata-rata hitung tertimbang, dengan rumus sebagai berikut :
X = Σ wi x i Keterangan w = bobot (weight)
Σ wi
Contoh :
Data hasil panen padi dari lima petani di desa “Y” adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1. Hasil Panen Padi Lima Orang Petani Di desa “Y”
Nama Petani Luas Sawah (Ha) Panen per Ha (Kw)
Bpk. Santoso 3 70
Bpk. Cahyono 5 45
Bpk Jumianto 4 30
Bpk. Purnomo 2 50
Bpk. Wahyono 3 40
Sumber : data primer yang diolah

Berdasarkan tabel 3.1., rata-rata hitung tertimbang hasil panen padi dari kelima petani
di desa “Y” tersebut adalah :
X = Σ wi x i = 3 (70) + 5 (45) + 4 (30) + 2 (50) + 3 (40) = 45,59
Σ wi 3+5+4+2+3
Jadi rata-rata hitung tertimbang hasil panen padi dari kelima petani di desa “Y” tersebut
adalah sebesar 45,59 Kw.

b. Rata-Rata Hitung Data Berkelompok


Untuk mencari rata-rata hitung data berkelompok hampir sama dengan rata-rata hitung
data tidak berkelompok. Perbedaannya adalah jika dalam rata-rata hitung data tidak
berkelompok merupakan nilai penjumlahan X dibagi dengan N, dimana nilai X adalah
nilai absolut, sedangkan untuk rata-rata hitung data berkelompok nilai X adalah nilai
tengah masing-masing kelas. Dengan demikian rata-rata hitung data berkelompok
merupakan penjumlahan nilai tenganh dengan frekuensi masing-masing kelas dibagi
dengan jumlah frekuensi atau dengan rumus sebagai berikut :
X = Σ Fr . X i Keterangan : Fr adalah frekuensi
Σ Fr Xi adalah nilai tengah
Contoh :
Berdasarkan tabel 2.3. tersebut di atas, carilah rata-rata hitung persediaan beras dari
50 pedagang di kota “X”, per 31 Desember.

Tabel 3.2. Distribusi Frekuensi Persediaan Beras (dalam kg)


dari 50 Pedagang di kota “X’ tanggal 31 Desember
Jumlah Nilai Tengah
Persediaan Beras ( Fr x X i )
Pedagang (Fr) (X i)
90 – 99 2 94,5 189,0
100 – 109 20 104,5 2.090,0
110 – 119 13 114,5 1.488,5
120 – 129 7 124,5 871,5
130 – 139 6 134,5 807,0
140 – 149 2 144,5 189,0
Jumlah 50 5.735,0
Sumber : data mentah yang diolah, 31 Desember
Rata-rata hitung data pada tabel 3.2. adalah :
X = Σ Fr . X i = 5.735,0 = 114,7 kg
Σ Fr 50
Jadi rata-rata hitung persedian beras dari 50 pedagang di kota “X” per 31 Desember
sebesar 114,7 kg

Dalam mencari rata-rata hitung data berkelompok, disamping dengan menggunakan


rumus seperti tersebut di atas, dapat juga dengan menggunakan rumus “Skala d”, yaitu:
X = CI Σ d i . Fr i + Xi 0 Keterangan CI : class interval
Σ Fr Xi 0 : class mark pada d = 0

Tabel 3.3. Distribusi Frekuensi Persediaan Beras (dalam kg)


dari 50 Pedagang di kota “X’ tanggal 31 Desember
Persediaan Beras (Fr) Nilai Tengah (X i) Skala d (d i x Fr i)
90 – 99 2 94,5 -2 -4
100 – 109 20 104,5 -1 - 20
110 – 119 13 114,5 0 0
120 – 129 7 124,5 1 7
130 – 139 6 134,5 2 12
140 – 149 2 144,5 3 6
Jumlah 50 1
Sumber : data mentah yang diolah, 31 Desember
yaitu : X = CI Σ d i . Fr i + Xi 0
Σ Fr

= 10 (1) + 114,5
50
= 114,7 kg

Catatan : Apakah hasil rata-rata hitung akan berubah jika penempatan angka 0 (nol)
pada “skala d” tidak di kelas III ? (Silahkan dicoba)

3. MENCARI NILAI MEDIAN


Median merupakan nilai yang berada di tengah atau rata-rata dari dua nilai yang
berada di tengah (jika data jumlah genap), setelah data tersebut diurutkan mulai dari yang
terkecil sampai dengan yang terbesar. Atau, median adalah nilai tengah suatu kelompok
data dimana data itu terbagi dua3. Seperti halnya dengan rata-rata hitung, dalam mencari
nilai median juga harus membedakan antara data tidak dikelompokkan dengan data
berkelompok.

a. Median Data Tidak Berkelompok


Untuk mencari nilai median pada data tidak berkelompok, data yang ada harus
diurutkan terlebih dahulu dan letak median dicari dengan rumus (n + 1) / 2
Contoh :
2. Nilai ujian statistika dari 9 mahasiswa adalah 90, 84, 55, 60, 65, 62, 79, 78, 89.
Untuk mencari median data tersebut diurutkan terlebih dahulu, yaitu menjadi :
55, 60, 62, 65, 78, 79, 84, 89, 90. Letak median adalah (n + 1) / 2 yaitu (9
+ 1) / 2 = 5. Jadi letak median adalah urutan kelima yaitu bernilai 78.
3. Nilai ujian statistika dari 10 mahasiswa (setelah diurutkan) adalah sebagai berikut :
55, 60, 62, 65, 78, 79, 84, 89, 90, 92. Letak median adalah (n + 1) / 2 yaitu (10
+ 1) / 2 = 5,5. Jadi letak median adalah antara urutan kelima dengan keenam, yaitu
antara 78 dengan 79, maka nilai mediannya (78 + 79) / 2 = 78,5.

b. Median Data Berkelompok


Untuk mencari nilai median pada data berkelompok dengan langkah sebagai berikut :
a. Menentukan letak mendian dengan rumus n / 2
b. Mencari nilai frekuensi komulatif kurang dari masing-masing kelas
c. Nilai median dicari dengan rumus : Md = CB b + CI (j / Fr m)

3
Drs. Napa J. Awat, SU., 1995, Metode Statistik dan Ekonometri, Penerbit Liberty, Yogyakarta, hlm. 30.
CB b = Class boundari bawah dari kelas yang mengandung median
CI = Class Interval
j = Selisih antara letak median dengan frekuensi komulatif pada kelas
sebelum kelas yang mengandung median
Fr m = Frekuensi pada kelas yang mengandung median
Dengan menggunakan contoh pada tabel 2.3. maka untuk mencari nilai median adalah
sebagai berikut :

Tabel 3.4. Distribusi Frekuensi Persediaan Beras (dalam kg)


dari 50 Pedagang di kota “X’ tanggal 31 Desember
Persediaan Beras Jumlah Pedagang (Fr) Fr Komulatif
90 – 99 2 2
100 – 109 20 22
110 – 119 13 35
120 – 129 7 42
130 – 139 6 48
140 – 149 2 50
Jumlah 50
Sumber : data mentah yang diolah, 31 Desember

• Letak median adalah n / 2 = 50 / 2 = 25, yaitu terkandung pada kelas III (terkandung
dalam frekuensi komulatif : 35)
• Class boundary bawah kelas III = 109,5
• Class Interval = 10
• Nilai j = 25 – 22 = 3
• Nilai Fr m = 13
• Nilai median : Md = CB b + CI (j / Fr m)
= 109,5 + 10 (3 / 13) = 111,81 kg
Jadi persediaan beras dari 50 pedagang di kota “X” nilai tengah atau mediannya sebesar
111,81 kg.

4. MENCARI NILAI MODUS


Modus (mode) dari sejumlah pengamatan adalah nilai X yang paling banyak tampil.
Oleh karena itu, dalam sekelompok data mungkin saja tidak memiliki modus4. Modus

4
Drs. Napa J. Awat, SU., 1995, Metode Statistik dan Ekonometri, Penerbit Liberty, Yogyakarta, hlm. 33.
merupakan suatu pengamatan dalam distribusi frekuensi yang memiliki jumlah
pengamatan dimana jumlah frekuensinya paling besar atau paling banyak5.
Seperti halnya dengan rata-rata hitung dan median, dalam mencari nilai modus juga
harus membedakan antara data tidak berkelompok dengan data berkelompok.

a. Modus Data Tidak Berkelompok


Dalam suatu data tidak berkelompok dapat terjadi tidak memiliki modus dan memiliki
modus lebih dari satu nilai.
Contoh :
1. Di kota “X” terdapat 5 buah toko mainan. Jumlah penjualan dalam satu hari dari
kelima toko tersebut adalah sebagai berikut :
Toko A : Rp. 100.000,00
Toko B : Rp. 75.000,00
Toko C : Rp. 120.000,00
Toko D : Rp. 125.000,00
Toko E : Rp. 80.000,00
Pada contoh tersebut di atas tidak memiliki modus karena masing-masing toko
jumlah penjualannya tidak sama.
2. Di kota “Y” terdapat 7 buah toko mainan. Jumlah penjualan dalam satu hari dari
kelima toko tersebut adalah sebagai berikut :
Toko A : Rp. 125.000,00 Toko C : Rp. 120.000,00
Toko B : Rp. 175.000,00 Toko D : Rp. 125.000,00
Toko E : Rp. 80.000,00 Toko G : Rp. 75.000,00
Toko F : Rp. 175.000,00
Untuk contoh 2 tersebut di atas memiliki dua modus, yaitu untuk toko A dan D (Rp.
125.000,00) dan untuk toko B dan F (Rp. 175.000,00)

b. Modus Data Berkelompok


Untuk mencari nilai modus pada data berkelompok dengan menggunakan langkah
sebagai berikut :
1. Menentukan letak modus, yaitu dilihat pada frekuensi terbesar atau jika frekuensi
terbesar lebih dari satu dapat dipilih salah satu. Jika mengamati gambar polygon
atau kurva letak modus adalah pada puncak gambar polygon atau kurva.

5
Samsubar Saleh, 1998, Statistik Deskriptif, Cetakan Ketiga, Penerbit UPP AMK YPKN, Yogyakarta, hlm. 20.
2. Menentukan nilai modus dengan rumus :
Mo = CB b + CI ( 1 )
( 1 + 2 )
Keterangan :
1 : Selisih frekuensi yang terdapat letak modus dengan frekuensi sebelum letak
modus.
2 : Selisih frekuensi yang terdapat letak modus dengan frekuensi setelah letak
modus.

Dengan menggunakan contoh pada tabel 2.3. maka nilai modus dapat dicari sebagai
berikut :

Tabel 3.5. Distribusi Frekuensi Persediaan Beras (dalam kg)


dari 50 Pedagang di kota “X’ tanggal 31 Desember
Persediaan Beras Jumlah Pedagang (Fr)
90 – 99 2
100 – 109 20
110 – 119 13
120 – 129 7
130 – 139 6
140 – 149 2
Jumlah 50
Sumber : data mentah yang diolah, 31 Desember
• Letak modus berada di kelas II, yaitu frekuensi terbesar bernilai 20.
• Nilai Modus adalah :
Mo = 99,5 + 10 (20 – 2)
((20 – 2) + (20 – 13))
= 106,7
Jadi kebanyakan persediaan beras dari 50 pedagang (modusnya) adalah sebanyak 106,7
kg

5. PENGERTIAN KUARTIL, DESIL DAN PERSENTIL


Jika sekelompok data dibagi menjadi dua bagian yang sama, maka nilai yang berada
di tengah disebut dengan median. Sedangkan jika sekelompok data dibagi menjadi empat
bagian (25%), sepuluh bagian (10%) dan seratus bagian (1%), maka masing-masing ukuran
ini disebut Kuartil untuk 25%, Desil untuk 10% dan Persentil untuk 1%6.

6
Drs. Napa J. Awat, SU., 1995, Metode Statistik dan Ekonometri, Penerbit Liberty, Yogyakarta, hlm. 46.
a. Kuartil
Jika sekumpulan data dibagi menjadi empat bagian yang sama banyaknya, sesudah
disusun menurut urutan nilainya, maka bilangan pembaginya disebut kuartil. Ada tiga
buah kuartil, ialah kuartil pertama, kuartil kedua dan kuartil ketiga yang masing-
masing disingkat dengan K1, K2, dan K3. Pemberian nama ini dimulai dari kuartil yang
paling kecil 7.
Untuk menentukan nilai kuartil dengan langkah sebagai berikut :
1. Kuartil Data Tidak Berkelompok
• Data disusun menurut urutan nilainya
• Menentukan letak kuartil, dengan rumus :
Ki = i (n + 1) Keterangan i = 1, 2, 3 dan K2 = Median
4
Contoh :
Sampel data yang telah diurutkan adalah sebagai berikut :
53, 56, 57, 60, 64, 66, 70, 75, 82, 86, 92, 94 ( n = 12 )
1(12 + 1)
Letak K1 = data ke = data ke 3 ¼ , yaitu antara data ke-3 dan data ke-4
4
seperempat jauh dari data ke-3.
Nilai K1 = data ke-3 + ¼ (data ke-4 – data ke-3)
= 57 + ¼ (60 – 57) = 57 ¾
3(12 + 1)
Letak K3 = data ke = data ke 9 ¼ dan nilai K3 = 85
4
2. Kuartil Data Berkelompok
Untuk data yang telah disusun dalam distribusi frekuensi, nilai kuartil K1, K2, dan
K3 dicari dengan rumus Ki = CB b + CI (j / Fr m) (lihat rumus Median). Sedangkan
letak kuartil K1 = ¼ n, K2 = ½ n (Median), dan K3 = ¾ n.
Contoh :
Dengan menggunakan tabel 2.3. nilai kuatil dapat dicari sebagai berikut :

7
Prof. DR. Sudjana, M.A., M.Sc., 2000, Metoda Statistika, Edisi ke-6, Penerbit Tarsito, Bandung, hlm. 81.
Tabel 3.6. Distribusi Frekuensi Persediaan Beras (dalam kg)
dari 50 Pedagang di kota “X’ tanggal 31 Desember
Persediaan Beras Jumlah Pedagang (Fr) Fr Komulatif
90 – 99 2 2
100 – 109 20 22
110 – 119 13 35
120 – 129 7 42
130 – 139 6 48
140 – 149 2 50
Jumlah 50
Sumber : data mentah yang diolah, 31 Desember

Letak K1 = ¼ (50) = 12,5 ; K2 = ½ (50) = 25 ; dan K3 = ¾ (50) = 37,5.


Nilai kuartil K1 (terletak di kelas II) adalah :
(12,5 − 2)
K1 = 99,5 + 10 = 104,75 kg
20
Nilai kuarti K2 (terletak di kelas III) = 111,81 kg (Median)
Nilai kuartil K3 (terletak di kelas IV) adalah :
(37,5 − 35)
K3 = 119,5 + 10 = 123,07 kg
7
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa :
a. Dari 50 pedagang beras terdapat 25 % pedagang yang mempunyai persediaan
beras sebanyak 104,75 kg atau kurang dan 75 % pedagang mempunyai
persediaan beras lebih dari 104,75 kg.
b. Dari 50 pedagang beras terdapat 50 % pedagang yang mempunyai persediaan
beras sebanyak 111,81 kg atau kurang dan 50 % pedagang mempunyai
persediaan beras lebih dari 111,81 kg.
c. Dari 50 pedagang beras terdapat 75 % pedagang yang mempunyai persediaan
beras sebanyak 123,07 kg atau kurang dan 25 % pedagang mempunyai
persediaan beras lebih dari 123,07 kg.

b. Desil
Jika sekelompok data dibagi menjadi sepuluh bagian yang sama, maka didapat
sembilan pembagi dan tiap pembagi dinamakan desil atau disingkat D, yaitu D1, D2, D3
…, D9. Untuk mencari nilai desil diperlukan pembedaan antara data tidak berkelompok
dengan data berkelompok.
1. Desil Data Tidak Berkelompok
Untuk mencari desil data tidak berkelompok harus diketahui terlebih dahulu letak
i(n + 1)
desil, yaitu dengan rumus : Di =
10

Contoh :
Sampel data yang telah diurutkan adalah sebagai berikut :
53, 56, 57, 60, 64, 66, 70, 75, 82, 86, 92, 94 ( n = 12 )
1(12 + 1) 7(12 + 1)
Letak D1 = = 1,2 ; Letak D7 = = 9,1
10 10
Nilai D1 = Data ke 1 + 0,2 (data ke-2 – data ke-1)
= 53 + 0,2 (56 – 53) = 53,6
Nilai D7 = Data ke 9 + 0,1 (data ke-10 – data ke-9)
= 82 + 0,1 (96 – 82) = 83,4 dan seterusnya

2. Desil Data Berkelompok


Untuk data yang telah tersusun dalam distribusi frekuensi letak desil dicari dengan
rumus Di = i / 10 (n) Keterangan i = 1, 2, 3 …, 9.
Sedangkan nilai desil dicari dengan rumus seperti rumus median dan rumus kuartil.
Dengan menggunakan contoh pada tabel 3.6. (mencari kuartil) maka nilai D1, D2,
D3, …, D9 adalah sebagai berikut :
Letak D1 = 1/10 (50) = 5 ; Letak D7 = 7/10 (50) = 35 dan sebagainya.
(5 − 2)
Nilai D1 = 99,5 + 10 = 102,5 (di kelas II)
20
(35 − 22)
Nilai D7 = 109,5 + 10 = 119,5 dan lain sebagainya (silahkan
13
dicoba untuk mencari nilai desil yang lainnya).

c. Persentil
Jika menggunakan persentil, maka sekelompok data dibagi menjadi seratus bagian yang
sama. Persentil ke-10 sama dengan desil ke-1 dan persentil ke-50 sama dengan desil
ke-5 atau sama dengan median8. Untuk mencari letak persentil dengan rumus : Pi =

8
Drs. Napa J. Awat, SU., 1995, Metode Statistik dan Ekonometri, Penerbit Liberty, Yogyakarta, hlm. 49.
i(n + 1)
, yaitu untuk data tidak berkelompok dan letak persentil dengan rumus : Pi =
100
i / 100 (n), yaitu untuk data berkelompok. Sedangkan mendapatkan nilai persentil atau
disingkat P, dengan rumus yang sama dengan mencari nilai desil dan nilai median.
Contoh :
Untuk data berkelompok (lihat tabel 3.6), letak P75 = 75 / 100 (50) = 37,5 (lihat kelas
(37,5 − 35)
IV), maka nilai P75 = 119,5 + 10 = 123,07 dan lain sebagainya (silahkan
7
dicoba untuk mencari nilai persentil yang lainnya).

6. BEBERAPA ISTILAH PENTING


➢ Parameter dan Statistik
➢ Data Tidak Berkelompok dan Data Berkelompok
➢ Rata-Rata Hitung (Mean)
➢ Median
➢ Modus
➢ Kuartil, Desil dan Persentil
7. LATIHAN SOAL

1. Jelaskan perbedaan dan berikan contohnya antara jenis data tidak berkelompok dengan
data berkelompok.

2. Dalam ukuran suatu data yang dihitung, terdapat perbedaan antara ukuran statistik dan
ukuran parameter. Jelaskan perbedaan kedua ukuran tersebut.

3. Data hasil penjualan sepeda motor merk “Hd” di kota “X” oleh 50 selesmen pada tahun
sekarang adalah sebagai berikut :
Hasil Penjualan Sepeda Motor Merk “Hd”
di kota “X” pada tahun sekarang

Jumlah Penjualan (dlm buah) Jumlah Selesmen

80 – 94 3

95 – 109 5

110 – 124 10

125 – 139 15

140 – 154 8

155 – 169 7

170 – 184 2

JUMLAH 50

Berdasarkan data tersebut di atas, carilah nilai rata-rata hitung (mean), median dan
modusnya, dan berilah kesimpulan saudara.

4. Berdasarkan soal pada nomor 3, carilah nilai kuartil ke-3 (K3), nilai desil ke-4 dan ke- 7 (
K4 dan K7), nilai persentil ke-15, ke-65 dan ke-87 (P15, P65 dan P87).

Anda mungkin juga menyukai