MANAJEMEN KEBERGAMAN
Di susun oleh :
Andriansyah Ramadhana
(1801103010111)
JURUSAN AKUNTANSI
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berjudul “Manajemen
Keberagaman” Selain sebagai tugas, makalah yang saya buat ini bertujuan memberi
informasi kepada para pembaca tentang Manajemen Keberagaman.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. .......................
DAFTAR ISI ................................................................................................ .......................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................
A. Latar Belakang ......................................................................... ...................................
B. Rumusan masalah ..................................................................... ...................................
C. Tujuan ....................................................................................... ...................................
BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................
A. Pengertian keberagaman menurut para ahli.................................. ................................
B. Pengertian keberagaman menurut para ahli.................................. ................................
C. Perlunya memahami keberagaman............................................... .................................
D. Keberagaman dalam organisasi.................................................... .................................
E. Manajemen keberagaman...............................................................................................
F. Cara mengelola keberagaman....................................................... ................................
G. Perspektif keberagaman.................................................................................................
H. Minat terhadap keberagaman....................................................... .................................
I. Manfaat budaya terbuka................................................................................................
J. Masalah keberagaman.................................................................. ...............................
K. Terobosan implementasi keberagaman......................................... ..............................
L. Keterampilan manajemen keberagaman....................................... ..............................
M. Kedewasaan keberagaman........................................................... ................................
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian keberagaman menurut para ahli?
2. Mengapa perlunya memahami keberagaman?
3. Apa keberagaman dalam organisasi?
4. Apa asas manajemen keberagaman?
5. Bagaimana cara mengelola keberagaman?
6. Apakah perspektif keberagaman?
7. Apa minat terhadap keberagaman?
8. Apa manfaat budaya terbuka?
9. Apa saja masalah keberagaman?
10. Apa terobosan implementasi keberagaman?
11. Bagaimana keterampilan manajemen keberagaman?
12. Bagaimana kedewasaan keberagaman?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian keberagaman menurut para ahli
2. Mengetahui perlunya memahami keberagaman
3. Mengetahui keberagaman dalam organisasi
4. Mengetahui asas manajemen keberagaman
5. Mengetahui cara mengelola keberagaman
6. Mengetahui perspektif keberagaman
7. Mengetahui minat terhadap keberagaman
8. Mengetahui manfaat budaya terbuka
9. Mengetahui masalah keberagaman
10. Mengetahui terobosan implementasi keberagaman
11. Mengetahui keterampilan manajemen keberagaman
12. Mengetahui kedewasaan keberagaman
BAB II
PEMBAHASAN
a) Warisan Birokrasi
Organisasi terbentuk dari individu-individu yang biasany bekerja pada tingkat yang
berbeda dan memegang tingkat tanggung jawab dan kekuasaan yang bervariasi. Kebanyakan
organisasi terstruktur sebagai suatu hierarki dan menunjukkan adanaya hubungan antara
tingkat di atas dengan dibawahnya.
Birokrasi meruoakan organisasi hierarki yang menjadi semakin jarang, tetatpi kenyataan
menunjukkan bahwa sulit untuk meninggalkan pemikiran dan praktik manajemen berbasis
kontrol. Sulit untuk tidak berpikiran bahwa organisasi sebagai mesin, diarahkan dari tingkat
eksekutif dengan berbagai kendali.
Untuk merespons kelemahan sistem mikanistik dalam menghadapi kebutuhan
perkembangan yanng terjadi, diperlukan perubahan pola pikiar dalam mengelola sumber daya
manusia yang lebih sesuai dengan kepentingan keberagaman. Hanya dengan pola pikir baru
yang lebih adaptif terhadap keberagaman, kinerja organisasi dapat ditingkatkan. Biroksasi
yang cenderung bersifat kaku perlu mengubah dirinya menjadi lebih fleksibel dalam
menghadapi sumber daya manusia dalam organisasi yang semakin beragam.
1. Keterbukaan, sebagai suatu cara pengelolaan yang bersifat menolak sikap berahasia dalam
menjalankan pekerjaan.
2. Pemahaman, merupakan kesediaan untuk bertanya sebelum memberikan pertimbangan
atau melakukan evaluasi.
3. Kejujuran, merupakan kesediaan untuk menerima kebenaran walaupun mungkin tidak
menyenangkan.
4. Ketidaktakutan, menunjukkan lingkungan aman dimana orang menpunyai kepercayaan diri
untuk mengatakan apa yang benar-benar dirasakan.
5. Pembelajaran, merupakan suatu penerimaan akan perlunya bagi setiap orang untuk
bergerak ke depan dan berkembang melalui pengalaman, eksplorasi, dan pembelajaran
6. Tanggung jawab, merupakan suatu keinginan pada setiap orang untuk tanggung jawab atas
cara yang dilakukan organisasi, dari pada menyalahkan orang lain atas masalah rantai
budaya.
7. Komunikasi sangat berkembang, menunjukkan kesiapan berkerja dengan membagi
informasi secara berkelanjutan dan interaksi berkualitas tinggi.
8. Kekurangan sentakan kesalahan, merupakan kemauan untuk menggali alasan atas
kesalahan atau kegagalan dan belajar dari kesalahan.
Budaya seperti diuraikan diatas dapat menjadi landasan untuk keberagaman, dengan
pendekatan tentang pentingnya core value dan way of life, dari pada hanya dilihat sebagai
tujuan. Namun demikian, dalam suatu organisasi terdapat kelompok-kelompok yang dapat
terpengaruh oleh diskriminasi dan sikap stereotipe dan dari kelompok tertentu. Kelompok
dalam organisasi terdapat berupa minoritas etnik, wanita, tuna daksa, dan kelompok umur.
a. Minoritas Etnik
Pengertian menoritas diantara berbagai negara dapat berbeda. Di amerika serikat
kelompok minoritas dapat diartikan penduduk pendatang yang jumlahnya kecil, seperti kaum
kulit hitam atau negro, kaum kulit kuning dari china dan vietnam, kaum kulit merah suku
indian yang merupakan penduduk asli amerika, kaum pendatang dari amerika latin dan
seterusnya.
Di inggris kaum minoritas umumnya dari india, pakistan, bangladesh, srilangka dan
china. Di australia sebagai minoritas antara lain adalah kaum aborigin dan imigran pendatang
dari china, vietnam dan beberapa negara timur tengah. Adapun untuk kondisi indonesia,
minoritas terbesar adalah dari etnik china, kemudian menyusun arab, india, pakistan dan
mungkin sekarang ini muncul pula mereka yang berasal dari beberapa negara afrika.
Kaum minoritas pada umumnya mempunyai ikatan budaya yang kuat dalam upaya
mempertahankan diri untuk bertahan. Mereka menjadi pesaing karena pada umumnya lebih
ulet dan bersedia diberi upah lebih rendah. Perbedaan ini mencerminkan terjadinya
diskriminasi dan di beberapa negara mereka mendapatkan perlindungan hukum terhadap
perlakuan diskriminatif tersebut.
b. Glass Ceiling
Dalam bernagai organisasi yang menjalankan diskriminasi sering terjadi yang
dinamakan Glass Ceiling Effect. Kaum minoritas sering tidak atau sedikit sekali terwakili
dalam posisi penting organisasi. Dengan demikian, tenaga kerja berasal dari kelompok
minoritas, walaupun mempunyai kelebihan sering tidak mendapatkan posisi penting. Hal
yang sama dapat terjadi pada tenaga kerja wanita. Sebenarnya hal tersebut bersifat merugikan
dilihat dari segi kinerja organisasi.
Wujud glass ceiling disamping dalam bentuk ksempatan jabatan, juga dapat berupa
perbedaan kompensasi. Kelompok minoritas wanita dan tuna daksa sering mendapatkan
kompensasi lebih rendah di bandingkan mayoritas dan tenaga kerja pria.
c. Pekerja Wanita
Tenaga kerja wanita pada dasarnya sudah mendapatkan kesempatan yang sama
dengan tenaga kerja pria. Perkembangan tenaga kerja wanita di indonesia telah tumbuh
dengan cepat. Namun, masih terdapat kenyataan tentang perbedaan masalah dan hambatan
yang dihadapi tenaga kerja wanita dibandingkan pria.
Kesulit lain yang sering dihadapi tenaga kerja wanita adalah harus menyeimbangkan
tanggung jawab terhadap urusan rumah dan pekerjaan. Karenanya tenaga kerja wanita
cenderung bekerja dalam profesi tertentu seperti perawat atau guru, pekerjaan kebersihan atau
administrasi, cenderung mencari pekerjaan paruh waktu dari padi penuh waktu, atau bekerja
secara bebas dirumah.
Kondisi biologis alamiah wanita yang sering menjadi hambatan dalam
mempertimbangkan untuk mempekerjakan tenaga kerja wanita sehingga merugikan posisi
wanita.
e. Kelompok Umur
Kebajakan terhadap kelompok umur dapat berbeda di antara negara tergantung
struktus kependudukannya. Negara dengan penduduk muda dalam jumlah besar mungkin
menempuh memberikan pensiun lebih cepat bagi kelompok tau, sehingga kelompok kerjanya
segera bisa diisi oleh kelompok muda. Namun, apabila struktur kependudukan muda lebih
rendah, mungkin dapat memberikan masa kerja lebih panjang bagi kelompok tua.
Satu hal yang perlu menjadi perhatian adalah penggunaan tenaga kerja di bawah umur
yang sebenarnya dilarang oleh undang-undang. Sebagian di antara mereka terpaksa bekerja
karena desakan ekonomi keluarga. Namun, sebagian lain dimanfaatkan oleh pengusaha
karena bersedia dibayar dengan upah murah.
Persoalan keberagaman pada dasarnya adalah bagaimana memberikan pelakuan
secara adil kepada orang atau kelompok yang berbeda. Untuk mengelola orang dengan cara
yang adil sangat tergantung pada masalah sebagai berikut ( Chris Speechley dan Ruth
Weatley, 2001: 11).
1. Pemikiran staf, yang dinyatakan praktis sebagai memberikan manfaat penting berupa
rendahnya biaya rekrutmen dan pelatihan.
2. Memperluas basis pelanggan, dengan memperluas spektrum orang sebagai pekerja, dan
dapat ditarik pelanggan lebih luas.
3. Pemahaman lebih luas tentang kebutuhan pelanggan, sehingga pekerja dari berbagai latar
belakang dapat membantu organisasi untuk lebih baik menyediakan kebutuhan masyarakat.
4. Budaya trbuka dan lebih adaptif, dengan memfokus pada kinerja dan pengembangan orang
berbasis pada kompetensi dari pada dalam keanggotaan kelompok, sehingga suatu organisasi
akan menjadi lebih bersemangan dan kompetitif.
5. Inovasi makin besar, sehingga pengetahuan dan gagasan lebih mudah dikembangkan
karena orang lebih berkomunikasi. Hal ini terutama penting untuk tim multikultural dan
multifungsional.
6. Tenaga kerja lebih berkomitmen, karena orang yang dihargai dan di dengarkan biasanya
akan lebih berkomitmen kepada atasannya, dan banyak kenyataan menunjukkan terdapat
hubungan dengan kinerja yang lebih baik.
E. Mengelola Keberagaman
Keberagaman bukanlah konsep abstrak, dapat terlihat setiap hari, di setiap organisasi,
di mana dua orang atau lebih terikat dalam aktivitas bersama. R. Roosevelt Thomas, Jr.
(2006: 101) mengemukakan adanya lima konsep dasar manajemen keberagaman; manajemen
keberagaman strategis adalah keahlian yang dapat dipelajari; tegangan keberagaman adalah
wajar; menjadi “ diversity challenged” tidak menjadi orang buruk; dan menjadi diversity
capable adalah menjadi tujuan
F. Perspektif Keberagaman
Perspektif keberagaman ditandai oleh meningkatnya minat orang terhadap manajemen
keberagaman, dan meningkatnya keberagaman tentang pentingnya budaya terbuka. Untuk itu
di perlukan belajar mengenai keberagaman dari pengalaman sebelumnya, baik dalam
kebaikan maupun kekurangannya. Pengelolaan keberagamn budaya diperlukan untuk
mempertahankan kerja yang telah ada meupun dalam mendapatkan pekerja baru.
1. Affirmatif action, memberi preferensi dalam rekrutmen dan promosi kepada mereka yang
kurang terwakili dalam pekerjaan atau dalam posisi senior manajemen.
2. Equal opportunities, memberi peluang yang sama pada kelompok yang kurang terwakili
dan orang dalam kelompok ini diperlakukan berbeda dari lainnya, terutama dalam bentuk
dalam pelatihan yang diberikan.
3. Difersity management, merupakan pendekatan yang dimaksud menciptakan integrasi,
tenaga kerja yang terlibat dari banyak budaya yang berbeda, di mana setiap orang di dorong
mengembangkan dan melakukan kinerja sampai pada batas potinsinya.
H. Manfaat budaya terbuka
Keterbukaan merupakan kunci bagi budaya keberagaman. Organisasi dengan budaya
terbuka menciptakan iklim yang lebih hidup, bersahabat, spontan dan kegembiraan. Orang
lebih banyak tertawa dan lebih siap untuk mengajukan pertanyaan, lebih siap untuk
menyampaikan masalah. Dalam budaya keberagaman, orang merasa dapat berbicara dengan
jujur, mengharapkan untuk di dengar dan melakukan tindakan berkaitan dengan masalah di
pekerjaan.
Penciptaan budaya semacam ini sangat menantang bagi manajer baik sebagai individu
atau pada tingkat organisasi. Mendengarkan pada orang yang terlibat dengan masalah, akan
memerlukan waktu, usaha dan keterampilan dari seorang pemimpin. Pemimpin hanya dapat
menciptakan suasana budaya terbuka apabila dia bersedia melakukan hal yang sama seperti
apa yang dia minta kepada bawahannya untuk melakukan. Dalam budaya terbuka terdapat
kejujuran dan saling mempercayai antara atasan dan bawahan.
Budaya terbuka cenderung sudah mulai dijalankan pada beberapa organisasi yang
menerapkan manajemen yang lebih demokratis, terutama beberapa organisasi yang bekerja
sama dengan organisasi asing.
I. Masalah Keberagaman
Pendekatan tradisional keberagaman penting memerhatikan, menciptakan siklus
krisis, pengenalan masalah, tindakan, harapan besar, kekecewaan, istirahat, dan memperbarui
krisis. Kebanyakan manajer merasa bahwa mereka berputar dalam siklus.
Sekarang, dengan perubahan besar, tanpa harapan berlebihan, tetapi mereka masih
menghadapi kebuntuan, tetap berputar dalam siklus. R. Roosevelt Thomas, Jr. (2006: 70)
memaknai organisasi yang mengalami stuck atau kebuntuan masih dapat memperoleh
kemajuan, namun tidak dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Terdapat beberapa faktor yang membuat manajer keberagaman mengalami
kebuntuan, antara lain disebabkan oleh (R. Roosevelt Thomas, Jr., 2006: 75-80):
1. Inisiatif keberagaman tenaga kerja telah dipolitisasi dari sejak awalnya. Secara historis,
pemikir masalah keberagaman memandang masalah ini sebagai perluasan dari gerakan hak
sipil.
2. Manajer keberagamn tidak nyaman dengan tegangan keberagaman. Dalam kenyataan,
dengan keberagaman, maka tegangan pasti terjadi. Diperlukan kemauan untuk menerima
realitas adanya tegangan dan kemampuan membuat quality decision.
3. Advokasi keberagaman sering percaya bahwa progres dengan hanya menghapuskan
peredaan saja tidak cukup. Fokus pada ketidaknyamanan teganagan keberagamn bukan satu-
satunya aspek yang membuat orang tetap berputar.
4. Bahkan stuck corporation dapat melakukan pekerjaan berkualitas di bidang
keberagaman. Mereka dapat menjalankan berkualitas yang memfokus pada angka-angka dan
hubungan kerja, tetapi mengalami kebuntuan.
5. Usaha memberi penghargaan masyarakat dengan keberagaman, justru mendorong
sinisme. Masyarakat tidak membedakan antara usaha dan prestasi perusahaan.
6. Korporasi menandingi perusahaan yang menghadapi kebuntuan melalui benchmarking.
Sebagai benchmark adalah perusahaan yang menjalankan praktik keberagaman terbaik.
7. Banyak pimpinan percaya bahwa tidak ada solusi baru yang diperlukan. Mereka berpikir
bahwa yang perlu adalah keinginan untuk bertindak.
8. Sejumlah eksekutif senior berfikir bahwa menghadapi kebutuhan adalah state of the art.
Mereka tah bahwa mereka menghadapi kebuntuan, tetapi mereka percaya bahwa setiap
perusahaan yang terikat serius dengan keberagaman akan tetapi menghadapi kebuntuan
sampai state of the art membantu.
9. Banyak pemimpin segan mengakui bahwa mereka perlu bantuan. Beberapa pemimpin
mengetahui bahwa mereka mengalami kebuntuan, tetapi berpikir mereka dapat menemukan
jalan keluar yang cocok sendiri apabila mereka berusaha cukup keras.
10. Ketidak jelasan meluas. Pemimpin berbicara tentang pentingnya dan manfaat
potensial keberagaman, tetapi beberapa bersifat spesifik tentang tahapan yang diharapkan dan
tantangan implisit dalam mencapai tujuan.
11. Kebingungan konseptal dan proses mendominsi. Alasan lain sasaran keberagaman
tidak jelas karena variasi konsep dipandang sinonim.
12. Manajer mempunyai kesulitan menyambung secara simultan pada dua pendekatan atau
lebih.
L. Kedewasaan keberagaman
Keterampilan keberagaman hanya akan efektif apabila disertai dengan kedewasaan
keberagaman. Orang memiliki kedewasaan keberagaman mudah dikenal dengan beberapa
keragaman karakteristik unit sebagai berikut. (R. Roosevelt Thomas, Jr., 2006: 159).
a. Mereka mengakui menjadi divrsity challenged. Eksektif tidak mendapat kondisi ini
sampai mereka memahami apa arti sebenarnya menjadi diversity challengad. Sepanjang
mereka melanjutkan beroperasi dari sdut pandang keberagaman yang secara politis benar,
mereka tidak mungkin melihat dirinya diversity challegad sama sekali.
b. Merekan mengenal kergian menjadi diversity challengad. Kergian adalah ekstrem, baik
secara profesional maupun personal. Apabila dapat menyataka dirinya diversity challengad,
maka relatif akan mudah bagi mereka untuk melihat kerugian dari kegagalan mencapai
integrasi fungsional, dasn tantangan bagi kesehatan, persahabatan dan keluarga mereka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat dirumuskan pengertian keberagaman sebagai variasi dari berbagai macam
kombinasi elemen demokrafis sumber daya manusia, organisasional, komunitas, masyarakat,
dan budaya. Adapun keberagaman budaya adalah merupakan variasi kombinasi budaya
sumber daya manusia di dalam organisasi, komunitas, atau masyarakat.Penerapan
keberagaman tidak berarti bebas dari masalah.pemahaman tentang makna keberagaman dan
kemampuan mengelola keberagaman perlu ditingkatkan secara berkelanjutan.
Budaya sebagai landasan untuk keberagaman, dengan pendekatan tentang pentingnya
core value dan way of life, dari pada hanya dilihat sebagai tujuan. Namun demikian, dalam
suatu organisasi terdapat kelompok-kelompok yang dapat terpengaruh oleh diskriminasi dan
sikap stereotipe dan dari kelompok tertentu. Kelompok dalam organisasi terdapat berupa
minoritas etnik, wanita, tuna daksa, dan kelompok umur.Dengan memfokus pada kelompok
tertentu dapat mencermati interaksi antara budaya dengan faktor seperti pengupahan, prospek
promosi, status kerja, dan pengangguran.Menilai keberagaman dari perspektif organisasi dan
kepemimpinan berarti memahami dan menilai perbedaan dimensi keberagaman inti dan
sekunder antara seseorang dengan lainnya. Tujuan penting yang semakin meningkat dalam
masyarakat yang berubah adalah memahami bahwa semua individu adalah berbeda dan
mempunyai apresiasin dengan perbedaan ini.
B. Saran
Bagaiman masyarakat bisa memahami keberagaman budaya organisasi yang ada di
lingkuangan mereka sehingga mereka tidak melupakan apa myang sudah ada sejak dulu dan
untuk mereka bisa belajar dari keberagaman budaya itu sendiri dan masyarakat itu bisa
membudayakan apa yang seharusnya di budayakan.
DAFTAR PUSTAKA
http://dinkkk.blogspot.com/2012/11/makalah-keanekaragaman-budaya-dan.html
http://6inggris2cujangdeni.blogspot.com/2015/02/memahami-keragaman.html
http://werdiati.blogspot.com/2014/09/sebaran-keragaman-budaya.html