Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL

PELATIHAN BIOFARMING
 BUDIDAYA TANAMAN SISTEM HIDROPONIK
 AKUAKULTUR & AKUAPONIK
 PETERNAKAN DOMBA & KAMBING
 PENGGEMUKAN SAPI
 PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

BiTEC
Biofarming Training & Edutour Cente
1

PENDAHULUAN

I.1. Latar belakang

Populasi penduduk dunia meningkat sangat pesat selama paruh kedua abad ke dua
puluh. Menurut PBB populasi dunia pada tahun 2005 telah mencapai 6,5 milyar,
meningkat dua kali lipat lebih dari populasi dunia di tahun 1950. Konsekuensinya,
kebutuhan pangan juga meningkat. Sementara itu, degradasi lahan terjadi di
berbagai belahan bumi berkaitan perkembangan sosial ekonomi dan perubahan
iklim. Degradasi lahan tersebut dapat menurunkan produksi pangan sampai 12 %.

Kebutuhan pangan harus dapat dipenuhi meskipun sumber daya alam semakin
menurun kuantitasnya. Lahan yang produktif luasannya tidak bertambah, bahkan
lahan untuk produksi pangan luasannya menurun. Menyempitnya lahan produktif
yang dibarengi dengan keterbatasan air untuk pertanian, perikanan dan peternakan
menuntut penggunaan sumberdaya secara bijaksana dan efisien untuk mewujudkan
produksi pangan berkelanjutan. Sistem produksi pangan organik memanfaatkan
tanah, air dan sumberdaya alam secara berkelanjutan.

Pemanfaatan sumberdaya alam secara efisien dapat dilakukan dengan


meminimalkan hasil samping dan limbah pertanian dan perikanan. Manajemen
limbah pertanian, peternakan, perikanan dan hasil sampingnya (agriculture,
animal production and aquaculture waste and by product management) yang
optimal akan menciptakan sistem pertanian, peternakan dan perikanan terpadu
organik nir limbah. Limbah yang berasal dari tanaman berpotensi untuk dikonversi
menjadi energi terbarukan, demikian juga limbah peternakan. Limbah
akuakultur/perikanan dapat dimanfaatkan untuk menyediakan nutrien bagi
tanaman, sehingga penggunaan bahan organik menjadi lebih efisien. Peningkatan
efisiensi tersebut selaras dengan upaya untuk mereduksi pencemaran organik dan
emisi karbon. Upaya tersebut akan lebih maksimal hasilnya dengan adanya
kepedulian, kesadaran dan keterlibatan masyarakat. Manajemen limbah pertanian,
2

peternakan dan perikanan dan tidak digunakannya bahan non alami memberikan
kontribusi dalam menjaga keseimbangan dan keberlanjutan ekosistem.

Masyarakat dapat diberdayakan melalui pengenalan dan peningkatan penguasaan


teori dan praktik produksi pangan memanfaatkan sumberdaya hayati yang meliputi
budidaya tanaman pangan, produksi ternak dan ikan terpadu yang dikemas dalam
bentuk pelatihan dan pendampingan. Setelah lulus pelatihan para alumni
mengembangkan wirausaha dan bisnis pangan organik dengan menerapkan
pertanian, peternakan dan akuakultur organik terpadu nir limbah (biofarming).
Pendekatan produksi pangan tersebut memperhatikan proses alami pada ekosistem
lahan pertanian untuk menghasilkan produk berkualitas dan menjaga keberlanjutan
produktivitas jangka panjang. Metode pertanian, hortikultur, akuakultur dan
peternakan yang diterapkan bertujuan menghasilkan pangan organik yang bergizi,
bebas dari residu bahan beracun dan menjaga keseimbangan ekosistem.

Bioframing yang dikembangkan di Biofarming Training and Edutour Center


(BiTEC) fokus pada pengembangan produksi pangan organik yang sehat. Dengan
demikian para alumni pelatihan bersama-sama dengan BiTEC dan mitra serta
jaringannya akan memberikan kontribusi yang signifikan dalam memenuhi
permintaan pangan organik yang terus meningkat seiring kesadaran masyarakat
akan pangan yang bermanfaat bagi kesehatan.

Sumberdaya alam dan iklim di Indonesia sangat potensial untuk pertanian,


peternakan dan budidaya ikan (akuakultur) berkelanjutan. Potensi tersebut belum
dimanfaatkan secara optimal dan oleh sebab itu, perlu segera dikembangkan
program yang tepat untuk memanfaatkannya. Pelatihan pertanian, peternakan dan
akuakulutur organik terpadu nir limbah merupakan program alternatif yang dapat
diterapkan untuk memproduksi pangan organik dengan memanfaatkan potesi
sumberdaya alam yang tersedia.
3

I.2. Tujuan

Tujuan kegiatan ini adalah dikembangkannya kelembagaan masyarakat di


pedesaan daserta penerapan teknologi berikut:

a) Penerapan teknologi tepat guna bidang pertanian, peternakan dan perikanan n


perkotaan organik nir limbah terpadu untuk optimasi pemanfaatan lahan
terbatas.
b) Pembentukan jaringan kelompok usaha kecil dan menengah (UKM) yang
mendukung keberlanjutan produksi pangan organik.
c) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan biofarming
d) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan teknik budidaya tanaman,
peternakan dan akuakultur organik terpadu nir limbah yang efisien
e) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan penanganan dan pengolahan hasil
budidaya tanaman hidroponik, aquaponik, akuakultur sistem bioflok dan
peternakan nir limbah.

I.3. Peserta pelatihan


Peserta pelatihan meliputi para santri dan masyarakat umum yang berminat untuk
menguasai teknik produksi dan bisnis biofarming. Peserta terdiri atas pria dan
wanita dewasa yang memiliki kemampuan membaca dan menulis. Setiap
angkatan terdiri atas 20 orang peserta.
4

II. PROGRAM PELATIHAN

Program pelatihan biofarming yang direncanakan meliputi pelatihan budidaya tanaman


sistem hidroponik, pelatihan budidaya ikan sistem bioflok, pelatihan peternakan domba
dan kambing, pelatihan penggemukan sapi, pelatihan pembuatan kompos.

II.1. Pelatihan budidaya tanaman sistem hidroponik


II.1.1. Latar belakang

Budidaya tanaman dengan sistem hidroponik dan akuaponik dapat dilakukan


sepanjang tahun baik di musim hujan maupun musim kemarau sehingga
dapat mengisi dan memanfaatkan peluang harga baik pada saat off-season
bagi sentra produksi hortikultura konvensional sehingga dapat memberikan
keuntungan bagi petani dengan BC ratio di atas 1,0.

Pelatihan budidaya tanaman sistem hidroponik diberikan kepada peserta


secara komprehensif mulai dari jenis dan pemilihan bibit, penyiapan fasilitas
dan peralatan hidroponik, penyemaian benih, penanaman bibit tanaman,
pemeliharaan, pemanenan dan pemasaran produk. Peserta pelatihan juga
diajak kunjungan lapang untuk melihat secara langsung budidaya sistem
hidroponik.

II.1.2. Tujuan
Program pelatihan budidaya tanaman sistem hidroponik bertujuan:
a) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan teknik budidaya tanaman
sistem hidroponik.
b) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan teknik budidaya tanaman
yang efisien dengan menggunakan sistem hidroponik.
c) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam penanganan dan
pengolahan hasil budidaya tanaman hidroponik.
5

II.1.3. Luaran
a) Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan diri dalam membudidayakan
berbagai tanaman dengan sistem hidroponik.
b) Menjamin keberhasilan dalam budidaya tanaman sistem hidroponik
c) Meningkatkan kemampuan mengelola agrobisnis dari hilir sampai hulu.
sehingga meningkatkan posisi tawar dan penganekaragaman produk.
d) Mengurangi resiko kegagalan hidroponik akibat serangan hama dan
penyakit.
e) Meningkatnya penerimaan pasar terhadap produk hidroponik.

II.1.4. Mekanisme dan Rancangan Program

Pelatihan Penggemukan dan Pembibitan Domba meliputi


a) Persiapan pelatihan meliputi rekrutmen dan identifikasi peserta dan nara
sumber.
b) Menyusun materi pelatihan dan mengadakan sarana serta bahan-bahan
untuk pelatihan.
c) Melakukan pelatihan (teori dan praktek) dalam bidang teknis dan bisnis
tanaman hidroponik.
d) Melakukan kunjungan ke lokasi budidaya tanaman sistem hidroponik.

2.1.5 Jadwal Kegiatan


NO. RINCIAN WAKTU (MINGGU)
KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Rekrutmen peserta X X X X
2 Pengadaan materi X X X X
pelatihan
3 Pelatihan X
4 Kunjungan belajar X
5 Pembuatan Demoplot X X X X X X X
6 Evaluasi dan X
penyusunan laporan
6

2.1.6. Rencana Anggaran Biaya


Biaya yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan pelatihan selama 5 hari
dengan jumlah peserta 20 orang per angkatan adalah sebagai berikut:

Rincian anggaran biaya demoplot hidroponik per unit


7

2.2. Pelatihan budidaya ikan sistem bioflok


2.2.1. Latar belakang
Budidaya pembesaran ikan nila, lele maupun gurami pada kolam bundar
sangat menguntungkan bagi petani dengan R/C rasio 1,22. Petani dapat
membuat kolam sederhana yang memenuhi sarat bagi kehidupan ikan. Petani
dapat menentukan kebutuhan pakan selama pemeliharaan dan kebutuhan
pakan harian. Penerapan teknologi bioflok dan integrasi akuakultur dengan
hidroponik mengurangi biaya produksi dan meniadakan limbah dan produk
samping akuakultur.
Pelatihan budidaya perikanan sistem bioflok yang akan dilaksanakan
meliputi aspek biologi ikan, konstruksi kolam pembenihan dan pembesaran,
manajemen kolam dan air, manajemen pakan, pemanenan serta analisa
usaha. Teori akan dilanjutkan dengan praktek di lokasi pembesaran ikan
sistem bioflok dan akuaponik di BiTEC, Ndayu Park, Sragen, Jawa Tengah.

2.2.2. Tujuan
Pelatihan budidaya ikan sistem bioflok bertujuan :
1. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan tentang teknik budidaya ikan
sistem bioflok.
2. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan akuakultur di lahan sempit
3. Meningkatkan Pengetahuan dan ketrampilan penanganan hasil panen

2.2.3. Luaran
1. Meningkatkan Kepercayaan diri para petani untuk melakukan budidaya
ikan sistem bioflok
2. Menjamin keberhasilan petani dalam mengelola akuakultur
3. Mengurangi resiko kegagalan usaha perikanan
4. Meningkatnya hasil produksi akuakultur.

2.2.4. Mekanisme dan Rancangan


8

Pelatihan Penggemukan dan Pembibitan Domba meliputi


e) Persiapan pelatihan meliputi rekrutmen dan identifikasi peserta dan nara
sumber
f) Menyusun materi pelatihan dan mengadakan sarana serta bahan-bahan
untuk pelatihan
g) Melakukan pelatihan (teori dan praktek) dalam bidang teknis dan bisnis
akuakultur nir limbah
h) Melakukan kunjungan ke lokasi akuakultur

2.2.5. Jadwal Kegiatan


NO. RINCIAN WAKTU (MINGGU)
KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Rekrutmen peserta X X X X
2 Pengadaan materi X X X X
pelatihan
3 Pelatihan X
4 Kunjungan belajar X
5 Pembuatan Demoplot X X X X X X X
6 Evaluasi dan X
penyusunan laporan
9

2.2.6. Rencana Anggaran Biaya


Biaya yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan pelatihan intensif selama 5
hari dengan jumlah peserta 20 orang per angkatan adalah sebagai berikut:

Rencana Anggaran Biaya Demoplot per unit


10

HARGA
JUMLAH
NO URAIAN VOLUME SATUAN SATUAN
HARGA (Rp)
(Rp)
A PERALATAN
AKUAPONIK
1 Kolam fiberglas diameter 4 unit 10.500.000 42.000.000
3m
2 Clarifier 2 unit 5.000.000 10.000.000
3 Filter 4 unit 2.200.000 8.800.000
4 Digassing 1 unit 2.400.000 2.400.000
5 Sump 1 unit 2.200.000 2.200.000
6 Pipa PVC 1 batang 45.000 45.000
7 Pipa PVC 1 batang 85.000 85.000
8 Pipa PVC 6 batang 310.000 1.860.000
9 Pipa PVC 2 batang 520.000 1.040.000
10 Pipa PVC 2 batang 990.000 1.980.000
11 Keni 5 unit 1.500 7.500
12 Keni 3 unit 1.800 5.400
13 Keni 12 unit 9.950 119.400
14 Keni 6 unit 20.250 121.500
15 Keni 5 unit 55.525 277.625
16 Pompa air kolam 1 unit 600.000 600.000
17 Aerator/air pump 1 unit 2.300.000 2.300.000
18 pH meter air digital 1 unit 500.000 500.000
19 TDS 1 unit 150.000 150.000
20 Amonia test kit 1 unit 825.000 825.000
21 Nitrite test kit 1 unit 900.000 900.000
22 Nitrate test kit 1 unit 950.000 950.000
23 Peralatan rakit apung 200 meter2 100.000 20.000.000
Subtotal 97.166.425
B SARANA PRODUKSI
1 Benih tanaman 100 paket 10.000 1.000.000
2 Media tanam hidroponik 4 paket 100.000 400.000
3 Nutrien hidroponik 4 paket 100.000 400.000
4 Benih ikan 10000 ekor 150 1.500.000
5 Pakan 1000 kg 10.000 10.000.000
6 Probiotik 10 liter 150.000 1.500.000
7 Molase 50 liter 5.000 250.000
Subtotal 15.050.000
Jumlah biaya demoplot per unit 112.216.425

2.3. Pelatihan Peternakan Domba dan Kambing


11

2.3.1. Pendahuluan
Peternakan ruminansia membutuhkan ketersediaan pakan yang bermutu dan
berkesinambungan dalam bentuk silase. Pelatihan teknik pembuatan silase
pakan lengkap (Complete Feed), amoniasi jerami dan formulasi konsentrat
diperlukan dalam usaha pembesaran ternak ruminansia. Peternak akan dapat
mengaplikasikan pemberian pakan pada domba dan kambing secara efektif
dan efisien. Pelatihan peternakan organik nir limbah akan meningkatkan
kapasitas peternak dalam memproduksi hasil ternak organik secara
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Pelatihan meliputi teknik peternakan dan pengolahan limbah dengan materi


teori dan praktek masing-masing 1 hari. Materi teori meliputi: tata cara
pemeliharaan domba dan kambing bibit, deteksi birahi dan teknik
perkawinan, Teknologi pengolahan pakan dan cara pemberiannya untuk
bibit. Materi praktek meliputi; formulasi dan pembuatan konsentrat,
pembuatan pakan lengkap dan amonisiasi jerami.

2.3.2. Tujuan
a) Meningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang usaha
pembibitan.
b) Menghidupkan perekonomian dan meningkatkan penghasilan peternak
c) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam usaha peternakan.

2.3.3. Luaran

a) Paket teknologi pemeliharaan bibit dan penggemukan

b) Paket teknologi pengolahan pakan berupa silase pakan komplit dan


pengolahan limbah yang terintgrasi dengan bidang pertanian

2.3.4. Mekanisme dan Rancangan


12

Pelatihan Penggemukan dan Pembibitan Domba meliputi


a) Persiapan pelatihan meliputi rekrutmen dan identifikasi peserta dan nara
sumber.
b) Menyusun materi pelatihan dan mengadakan sarana serta bahan-bahan
untuk pelatihan.
c) Melakukan pelatihan (teori dan praktek) dalam bidang teknis dan bisnis
peternakan ruminansia nir limbah.
d) Kunjungan ke lokasi peternakan ruminansia.

2.3.5. Jadwal Kegiatan


NO. RINCIAN WAKTU (MINGGU)
KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Rekrutmen peserta X X X X
2 Pengadaan materi X X X X
pelatihan
3 Pelatihan X
4 Kunjungan belajar X
5 Pembuatan Demoplot X X X X X X X
6 Evaluasi dan X
penyusunan laporan

2.3.6. Rencana Anggaran Biaya


Biaya yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan pelatihan intensif selama 3
hari dengan jumlah peserta 20 orang per angkatan adalah sebagai berikut:
13
14

2.4. Pelatihan Pembibitan Dan Penggemukan Sapi

2.4.1. Pendahuluan

Sampai saat ini Indonesia masih kekurangan daging sapi sehingga


masih impor baik dalam bentuk daging maupun sapi dan dari tahun
ketahun terus meningkat. Upaya pemerintah untuk mengatasi keadaan
tersebut antara lain mencanangkan program swasembada daging.
Untuk mensukseskan program tersebut, maka perlu memanfaatkan
segala potensi yang dimiliki dan percepatan program tersebut dapat
dilakukan melalui usaha pembibitan dan penggemukan.

Pemanfaatan lahan untuk pertanian merlukan pupuk organic yang


berasal dari kotoran ternak khususnya sapi dan kambing. Jumlah
ternak sapi 30 ekor dan kambing 20 ekor mampu memproduksi
pupuk sekitar 107 ton per tahun dan jumlah ini hanya mampu
mensuplai kebutuhan pupuk hanya untuk 1 ha. Peningkatan jumlah
ternak diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pupuk organik. Oleh
sebab itu dibutuhkan pelatihan pemeliharaan sapi agar jumlah
peternak meningkat dan pada gilirannya meningkatkan populasi
ternak yang cukup untuk memasok bahan baku pupuk organik, selain
untuk memenuhi pasokan daging dan bibit ternak sapi.

2.4.2. Tujuan

a) Meningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang usaha


pembibitan dan penggemukkan sapi.

b) Menghidupkan kegiatan perekonomian dan meningkatkan


penghasilan masyarakat.

c) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam usaha usaha


penggemukkan dan pembibitan sapi

14
15

2.4.3. Luaran
a) Paket teknologi pembibitan dan penggemukan sapi
b) Paket teknologi pengolahan pakan ternak
c) Paket teknologi pengolahan pakan berbasis sumber daya lokal yang
dapat diaplikasikan untuk meningkatkan produktifitas sapi lokal .
d) Paket teknologi pengolahan limbah yang terintgrasi dengan bidang
pertanian sehingga ramah terhadap lingkungan dan dapat
diaplikasikan pada peternakan rakyat

2.4.4. Mekanisme dan Rancangan


Pelatihan Penggemukan dan Pembibitan Sapi yang meliputi
a) Persiapan
 Merekrut dan mengidentifikasi apeserta dan nara sumber
 Memilih peserta yang terlibat sesuai dengan minatnya
dibidang peternakan

b) Implementasi
 Membangun fasilitas dan sarana penunjang aktifitas seperti
tambahan kandang sapi dan pedet, penambahan gudang jerami
padi.
 Penambahan jumlah ternak (sapi bakalan untuk
penggemukkan, sapi betina untuk pembibitan, sapi pejantan
untuk pemacek, kambing betina bibit dan pejantan)
 Mengolah jerami dengan teknik amoniasi menggunakan urea
dan onggok
 Membuat konsentrat
 Membeli Ternak sapi betina bibit
 Membeli pejantan
 Membeli sapi bakalan jantan,
 Mengadakan pelatihan teknik peternakan dengan materi teori
dan praktek masing-masing 1 hari.

15
16

2.4.5. Jadwal Rencana Kegiatan


Minggu
Rincian Kegiatan
1 2 3 4 5 6
Persiapan dan perekrutan X
Pengadaan materi pelatihan X X X
Pelatihan on farm X
Kunjungan belajar X
Penyusunan laporan X

2.4.6. Rencana Anggaran Biaya


Rincian biaya pelatihan peternakan sapi disajikan dalam tabel berikut:

16
17

2.5. Pelatihan Pembuatan Kompos


2.5.1. Pendahuluan

Feses ternak ruminansia merupakan limbah yang dapat mendatangkan


penghasilan bila diolah menjadi kompos/pupuk organik, di samping
dapat mengahasilkan pendapatan bagi peternaknya, aplikasi kompos
dalam pertanian organik dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Kondisi tanah pertanian di Indonesia ini perlu perhatian yang serius,
karena petani sudah mulai merasakan bahwa kondisi tanah di
Indonesia secara umum sudah menurun tingkat kesuburannya. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh para pakar tanah menyatakan bahwa
kandungan unsure C (karbon) tanah pertanian di Indonesia lebih
rendah 2. Nilai tersebut merupakan tolok ukur bahwa tingkat
kesuburan tanah pertanian sudah sangat rendah.
Kompos merupakan solusi yang tepat untuk memecahkan masalah
tersebut karena di samping dapat meningkatkan kesuburan tanah
dengan kandungan unsur hara yang baik, juga dapat menekan
pertumbuhan bakteri Salmonela dan Coli di dalam tanah . Setiap 1000
kg feses sapi dapat menghasilkan 700 kg pupuk organic (kompos) dan
setiap 1 kg kompos dijual dengan harga Rp. 500-600 per kg. Apabila
feses sapi sebanyak 3,5 ton dapat menghasilkan kompos sebanyak
2.450 kg dengan harga Rp. 1.225.000 – 1.470.000,- (proses
pembuatan kompos selama 1-2 minggu).

2.5.2. Tujuan

a) Pemanfaatan feses/kotoran sapi sebagai kompos/pupuk organik untuk


meningkatkan kesuburan tanah dan mengurangi polusi lingkungan
yang diakibatkan oleh feses sapi.
b) Pemberdayaan peternak agar menjadi peternak yang handal (kader
terlatih).
c) Difusi teknologi biofarming kepada masyarakat.

17
18

2.5.3. Luaran

a) Produksi kompos berkualitas untuk mengatasi pemasalahan


limbah peternakan sapi
b) Paket teknologi pembuatan pupuk organi dengan metode
pengomposan cepat.

2.5.4. Mekanisme dan Design

a) Internalisasi.
Tahap ini bertujuan memberikan kesamaan persepsi dan pemahaman
tentang maksud, tujuan, prosedur dan manfaat kegiatan serta
pemahaman teknologi pembuatan kompos yang menggunakan feses
sapi dengan menggunakan bio-aktivator.

b) Implementasi
Tahap ini meliputi demonstrasi pembuatan kompos yang meliputi:
pembuatan bio-aktivator yang digunakan untuk fermentasi kompos,
penyiapan bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan kompos,
yaitu feses sapi, sekam padi (abu), serbuk gergaji dan phospat alam.
Pembuatan kompos, meliputi: penyiapan bahan-bahan yang digunakan
sebagai campuran kompos, proses pembuatan kompos (pencampuran,
penimbunan dan penyisiran kompos), pemanenan dilakukan setelah
proses pengomposan selesai (7-14 hari).

c) Tahap Pendampingan.
Pendampingan yang dilakukan meliputi: Penguatan teknis, yakni:
Teknis rancang bangun gudang fermentasi dan gudang penyimpanan
kompos serta sarana pendukungnya, teknis penyiapan sarana
produksi pembuatan kompos, teknis produksi kompos, teknis
penanganan pasca panen, teknis pemasaran.

18
19

2.5.5. Jadwal Kegiatan

Minggu
Rincian Kegiatan
1 2 3 4 5 6
Persiapan dan perekrutan X
Pengadaan materi pelatihan X X X
Pelatihan on farm X
Penyusunan laporan X

2.5.6. Rencana Anggaran Biaya

Biaya yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan pelatihan intensif selama 3


hari dengan jumlah peserta 20 orang per angkatan adalah sebagai berikut:

19
20

III. PENUTUP

Pelatihan biofarming meliputi budidaya tanaman sistem hidroponik, peternakan


domba, kambing dan sapi, akuakultur dan akuaponik nir limbah. Setiap angkatan
dalam masing-masing jenis pelatihan terdiri atas 20 orang dan pelatihan intensif
silaksanakan selama 3 hari di Gugel BiTe.
Setelah mengikuti pelatihan diharapkan peserta tidak saja menguasai teknologi
produksi pangan organik tetapi mampu mengembangkan bisnis biofarming.

20

Anda mungkin juga menyukai