id
1
TESIS
Oleh :
Anita Rahayu
S231308001
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah………………………………………………………... 1
B. Perumusan Masalah…………………………………………………………….. 8
C. Tujuan Penelitian……………………………………………………………….. 8
D. Manfaat Penelitian……………………………………………………………… 9
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5
3. Teori Sistem Analisis model SOSTAC+ 3Ms dan STOP SIT ……………... 38
4. Komunikasi Dalam Organisasi…………………………………………......... 47
B. Penelitian yang relevan…………………………………………………………. 52
C. Kerangka berpikir………………………………………………………………. 54
d. Wisata belanja…………………………………………………………….. 84
e. Wisata MICE…………………………………………………………… 85
B. Gambaran umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta………………... 86
1. Sejarah Berdirinya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta…… 86
2. Visi dan Misi Dinas Kebudayaan dan pariwisata Kota Surakarta…………… 88
3. Tugas Pokok dan fungsi Dinas Kebudayaan dan pariwisata Kota Surakarta. 88
4. Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta…… 90
5. Susunan Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta…… 91
6. Usaha Sarana dan Jasa Pariwisata Kota Surakarta…………………………. 97
C. Komunikasi pemasaran pariwisata Surakarta…………………………………... 100
1. Perencanaan program Pemasaran Pariwisata Surakarta……………………... 100
2. Strategi Komunikasi Pemasaran Pariwisata Surakarta………………………. 104
D. Diskripsi Kota Solo sebagai Kota MICE………………………………………. 107
E. Diskripsi komunikasi pemasaran Kota MICE dengan sistem analisis Model
SOSTAC+3Ms dan STOP SIT…………………………………………………. 126
1. Situation /situasi………………………………………………………………. 127
2. Objectives/tujuan……………………………………………………………... 134
3. Strategy /strategi…………………………………………………………….... 135
4. Tactics /taktik………………………………………………………………… 137
5. Action / aksi / implementasi………………………………………………….. 140
6. Control / kendali atau pengukuran……………………………………………. 147
7. Men / Sumber daya manusia…………………………………………………. 148
8. Money /Dana…………………………………………………………………. 155
9. Minutes / Batasan waktu……………………………………………………… 155
F. PEMBAHASAN……………………………………………………………… 156
1. Komunikasi pemasaran Solo Kota MICE yang dilakukan Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Surakarta……………………………………………………... 156
2. Peran stakeholder dalam komunikasi pemasaran Solo Kota MICE ………… 180
.
BAB V PENUTUP……………………………………………………………………. 186
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
A. Kesimpulan……………………………………………………………………... 186
B. Implikasi………………………………………………………………………... 188
C. Keterbatasan…………………………………………………………………….. 188
D. Saran…………………………………………………………………………... 189
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………... 191
LAMPIRAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Daftar Peringkat 10 Besar Negara dan Kota Dunia penyelenggara
Kegiatan MICE ………………………………………………………… 3
Tabel 2 Tabel Klasifikasi Destinasi Pariwisata Menurut WTO………………… 16
Tabel 3 Komponen Kunci Strategi Pemasaran Terpadu………………………... 28
Tabel 4 Peluang Solo Raya dalam industri MICE………………………………. 123
Tabel 5 Jumlah kunjungan wisatawan menginap di hotel………………………. 124
Tabel 6 Lama tinggal wisatan…………………………………………………… 124
Tabel 7 Jumlah kegiatan MICE…………………………………………………. 125
Tabel 8 Daftar penerimaan pajak Hotel dan Restoran…………………………... 125
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 The Marekting Manajement Cycle………………………………………. 22
Gambar 2 Kerangka Berpikir ……………………………………………………….. 54
Gambar 3 Model Anailisi Interaktif Miles dan Huberman………………………….. 64
Gambar 4 Struktur Organisasi DISBUDPAR Kota Surakarta……………………… 91
Gambar 5 Peta Solo Raya SUBOSUKOWONOSRATEN…………………………. 102
Gambar 6 Road Map Pariwisata Solo……………………………………………….. 104
Gambar 7 Strategi Pemasaran Pariwisata Surakarta………………………………… 105
Gambar 8 Proses Promosi yang efektif……………………………………………... 106
Gambar 9 Rantai Wisata MICE 1…………………………………………………… 116
Gambar 10 Rantai Wisata MICE 2…………………………………………………… 117
Gambar 11 Rantai Wisata MICE 3…………………………………………………… 119
Gambar 12 Road Map promosi………………………………………………………. 121
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
DAFTAR FOTO
Halaman
Foto 1 Foto atraksi budaya………………………………………………………….. 109
Foto 2 Foto Keraton kasunanan…………………………………………………….. 110
Foto 3 Foto Musem Radya Pustaka………………………………………………… 110
Foto 4 Foto Bus tingkat Werkudoro………………………………………………... 110
Foto 5 Foto Kereta Api……………………………………………………………... 110
Foto 6 Foto Solo Steam Loco tour………………………………………………….. 110
Foto 7 Solo International Etnic Music……………………………………………… 112
Foto 8 Foto Solo Batik Carnival……………………………………………………. 112
Foto 9 Foto berbagai macam kuliner di Solo……………………………………….. 113
Foto 10 Foto Sangiran………………………………………………………………... 114
Foto 11 Foto Candi Sukuh di lereng Gunung lawu………………………………….. 114
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
ABSTRAK
Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan
strategi komunikasi pemasaran Kota Solo sebagai destinasi MICE yang dilakukan oleh
pemerintah kota beserta stakeholder pariwisata Solo dengan menggunakan model analisis
SOSTAC+ 3Ms yang dipopulerkan oleh P.R. Smith (1999). Sumber data yang digunakan
adalah sumber data primer dan sekunder, sedangkan teknik pengumpulan data adalah
dengan wawancara mendalam dan studi dokumen yang berupa arsip-arsip, laporan-laporan
mengenai pemasaran wisata MICE, jurnal internasional mengenai pemasaran dan buku-
buku perpustakaan. Dalam penelitian ini, data dianalisa dengan menggunakan teknik
analisa data deskriptif kualitatif sedangkan Teknik validasi data menggunakan teknik
trianggulasi sumber.
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa pemerintah kota Solo tidak menggunakan teori
SOSTAC+3Ms dalam penyusunan perencanaan Strategi Komunikasi Pemasaran Kota Solo
sebagai destinasi MICE. Namun demikian tahap-tahap dalam teori SOSTAC+3Ms tersebut
terangkum dalam proses perencanaan , pelaksanaan dan pengontrolan strategi komunikasi
pemasarannya, meskipun tidak dilakukan secara ketat.
Strategi komunikasi pemasaran Kota Solo sebagai destinasi MICE menekankan pada
peningkatan penyelenggaraan event dan atraksi-atraksi seni budaya berskala nasional dan
internasional secara rutin. Dalam pelaksanaan, komunikasi pemasaran yang dilakukan
sejalan dengan elemen-elemen dalam konsep komunikasi pemasaran terpadu (Integrated
Marketing Communication) yang mempresentasikan bauran promosi berupa sales
promotion, public relation, direct marketing, sponsorship, interactivemarketing, exhibition,
spcial event, koleteral.
Koordinasi dan kerjasama dengan pemerintah Kota dan sesama stakeholder dilakukan
atas dasar sukarela demi mencapai tujuan untuk kepentingan bersama. Koordinasi ini
merupakan kombinasi dari tipe koordinasi vertikal dan horizontal. Kordinasi vertikal
meliputi arus komunikasi top-down dan buttom-up
Berdasarkan hasil penelitian ini maka implikasi teoritisnya adalah berdampak pada
wacana baru bagi pemerintah kota bahwa teori SOSTAC+3Ms dapat membantu dalam
perencanaan pengembangan dan pemasaran kota sebagai destinasi wisata MICE, dan
bahwa dalam proses pelaksanaan pemasarannya dapat menggunakan gabungan konsep
komunikasi pemasaran pariwisata (Kotler dkk, 2005) dan konsep pemasaran
destinasi/wilayah/kota (Pike, 2008) yang melibatkan elemen-elemen komunikasi pemasaran
terpadu. Implikasi praktisnya hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam strategi
pemasaran pariwisata daerah khususnya wisata MICE.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
ABSTRACT
This research belongs to qualitative research. The purpose is to describe the marketing
communication strategi of Solo city as MICE destination, using analysis system model of
SOSTAC+3Ms by P.R Smith (1999). Source of data are both primary and secondary data
that were collected by doing in-depth interview, and document analysis. Descriptive
qualitative was the technique of analysis data used in this research. All of data served
would be validated by triangulation technique.
The research shows that the government of Solo city did not used SOSTAC+3Ms in
planning the strategy of marketing communication of Solo city as MICE destination.
Nevertheless, the elements of SOSTAC+3Ms was embraced in planning, execution, and
controlling of marketing communication strategy of Solo city as MICE destination. But it
wasn‟t completely implemented.
The strategy of marketing communication was focused on conducting national and
international performing arts and special events continually. It would be the best tactics
used in publishing and promoting Solo city as MICE destination. Marketing
communication of Solo city as MICE Destination are the implication of the concept of
integrated marketing communication which implemented promotion mix. The tools of
promotion mix they used such as sales promotion, public relation, direct marketing,
sponsorship, interactive marketing, exhibition, special event, collateral promotion
materials.
The results of this research provided the implication of both theoretical and practical.
For Theoretical implication, the research would be a new insight directly to The Cultural
and Tourism Office of Surakarta that SOSTAC+3Ms will help the government in planning
the strategy of marketing communication. In improving and enhancing local tourism
especially MICE industry can apply the combination of tourism marketing concept and
destination marketing concept which is implemented Integrated Marketing Communication.
The Practical implication is that this research can be a good guidance and information in
improving and enhancing local tourism especially MICE industry
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
BAB I
PENDAHULUAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
bukan merupakan lingkungan seseorang tinggal dengan durasi tidak lebih dari satu tahun
untuk tujuan bersenang-senang, bisnis, dan tujuan lainnya ( Kartajaya dan Nirwandar,
2013: 39). Business tourism merupakan peluang emas yang pantas untuk dikembangkan
untuk mendukung pertumbuhan pariwisata Indonesia.
Dalam business tourism para traveler yang berkunjung ke suatu negara untuk
menjalankan perjalanan bisnisnya, mayoritas dari traveler tersebut juga akan melakukan
leisure tourism bahkan juga sampai VFR tourism ( Visting Friends and Relations). Dengan
adanya tujuan tambahan tersebut, para traveler akan memiliki average length of stay yang
lebih lama dan average expenditure yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan traveler
yang tujuannya hanya leisure tourism saja. Selain itu business tourism mempunyai segmen
pasar dengan tingkat ekonomi menengah ke atas, hal ini tentunya berpengaruh pada tingkat
daya beli mereka yang nantinya akan berdampak pada sektor perekonomian daerah
setempat.
Perkembangan wisata MICE sebagai salah satu sub-sektor industri perjalanan dan
wisata didasari oleh wisata konvensional kearah wisata khusus (special interest tourism).
Selain aktivitas wisata yang berbasiskan alam, dalam dekade ini pelaku wisata di dunia
mulai melirik aktifitas MICE sebagai peluang yang cukup besar dan menghasilkan efek
pengganda yang luar biasa. Secara global, Eropa masih menjadi pemimpin yang menguasai
pasar (market share) yaitu sebesar 60% dari total market share MICE yang diikuti 18%
Asia Pasific dan Timur Tengan serta 4% Amerika Utara Untuk di Asia sendiri Singapura,
Hongkong, Jepang dan China merupakan pusat MICE di Asia. Sedangkan untuk kota dunia
yang mengungguli bisnis MICE adalah Paris. (www.iccaworld.com)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
Tabel 1.1 Daftar peringkat 10 besar negara dan kota dunia penyelenggara
kegatanMICE
Menurut Badan Promosi Pariwisata Indonesia (BPPI) kontribusi MICE terhadap jumlah
wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia mencapai 40 persen. Kontribusi
terhadap devisa yang dihasilkan pariwisata mencapai 40-60 persen. Wisatawan MICE juga
membelanjakan uangnya lebih banyak dibandingkan dengan wisatawan biasa, rata-rata
mereka menghabiskan 1.500 dollar AS per hari selama berada di Indonesia. Sementara turis
biasa hanya membelanjakan uang mereka sebesar 900 dollar AS per hari (Kompas,
1Oktober 2014)
Kegiatan MICE tampaknya hanya dipahami lekat dengan dunia pariwisata saja namun
sebenarnya wilayahnya dapat menjangkau banyak industri. Christina L Rudatin ketua
Lembaga Sertifikasi Profesi MICE Indonesia mengatakan bahwa “MICE adalah bisnis dan
bisnis adalah MICE” (helicak.com) yang berarti bahwa industri MICE mencakup segala
macam aktifitas bisnis demikian sebaliknya. Salah satu karakter bisnis MICE adalah
melibatkan banyak orang atau massal, dengan kata lain bisnis MICE tidak dapat dilakukan
secara personal. Karena bersifat massal dan menjangkau banyak industri, bisnis MICE
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
dianggap mampu menciptakan multiplier effect industri lain seperti industri makanan dan
minuman, kerajinan, transportasi, telekomunikasi dan lain-lain.
Bisnis MICE sudah jauh diawali oleh beberapa neraga lain seperti Amerika, Jerman,
Perancis, Swiss, Australia dan negara-negara lain yang menjadi destinasi dunia. Di
Indonesia bisnis MICE dipelajari secara otodidak meniru neraga-negara tersebut. Meskipun
cukup berhasil namun belum memenuhi standar operasional prosedur penyelenggaraannya.
Seperti yang disampaikan Ketua BPPI Wiryanti Sukamdani bahwa masih banyak kendala
dalam menjalankan bisnis MICE di Indonesia salah satunya berupa koordinasi antar
lembaga yang masih terbatas. Selanjutnya Ernst K Remboen menambahkan bahwa sumber
daya manusia juga merupakan kendala dalam pelaksanaan MICE. (Kompas, 1 Oktober
2014).
Di tahun 2005 program studi MICE masuk dalam dunia pendidikan, dibawah jurusan
Administrasi Niaga level Diploma IV Politeknik Negeri Jakarta, hasil kerjasama dengan
Indonesia Congress and Concention Association (INCCA) (http:/helicak.com).
Sebelumnya bidang studi MICE hanya menjadi mata kuliah program studi pariwisata dan
sekarang program studi MICE sudah mulai masuk dalam program manajemen dan bisnis.
Hal ini perlu dilakukan dan seharusnya mendapat perhatian khusus, mengingat Indonesia
mempunyai potensi yang luar biasa dalam industri MICE sehingga perlu mempersiapakan
sumber daya manusia untuk mampu menegelola dengan benar sesuai standar
operasionalnya dan Sumber daya manusia tersebut hanya dapat diperoleh dari dunia
akademis.
Solo sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia tampil sebagai kota MICE
di masa kepemimpinan Walikota Jokowi dan Wakil Walikota FX Rudiyanto. Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pada tahun 2009 menetapkan Kota Solo sebagai salah
satu kota tujuan MICE utama di Indonesia, selain Bali, Jakarta, Yogyakarta, Makassar,
Balikpapan, Lombok, Medan, Batam, dan Manado. (travel.kompas.com). Sejak itu SOLO
KOTA MICE sering dikumandangkan dalam dunia kepariwisataan. Dijelaskan oleh
Rudatin bahwa untuk menjadi kota MICE harus memenuhi 9 kriteria dan 65 indikator.
Kriteria-kriteria tersebut meliputi: aksesibilitas, dukungan stakeholder lokal, tempat-tempat
menarik, fasilitas akomodasi, fasilitas meeting, fasilitas pameran, keadaan lingkungan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
ikut berubah mulai dari product oriented ke customer oriented, dan akhirnya ke human
spirit semakin mempersulit persaingan.
Dengan berpedoman pada Visi Misi Pemerintah Kota Surakarta seperti yang tercantum
dalam Perda No.10 tahun 2001 : “Terwujudnya Solo sebagai Kota Budaya yang bertumpu
pada potensi perdagangan, jasa, pariwisata, pendidikan dan olah raga” .dan Visi Misi Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta “Mewujudkan Kota Surakarta sebagai pusat
pelestarian dan pengembangan budaya Jawa serta daerah tujuan wisata, maka pemerintah
kota mencoba mencari langkah-langkah strategis untuk dapat bersaing dengan
kompetitornya.
Mewujudkan Kota Solo sebagai destinasi MICE bukan menjadi tanggung jawab
pemerintah saja, melainkan menjadi tugas seluruh masyarakat Solo. Oleh karena itu
pemasarannya harus didukung sepenuhnya oleh kepariwisataan daerah setempat yang
melibatkan dan bersinergi dengan pemerintah, pelaku wisata, pelaku bisnis dan seluruh
masyarkat, dengan cara menonjolkan keunikannya, menciptakan diferensiasi, bahkan
menampilkan imej baru agar supaya menarik bagi audiensnya, dan mampu meningkatkan
roda perekonomian daerah dan memakmurkan masyarakatnya. Karenanya strategi
pemasaran yang disusun tidak semestinya hanya ditekankan pada sistem pengambilan
keputusan “top-down” akan tetapi juga menggerakkan sistem “bottom-up” yang
memfokuskan pada kepentingan khalayak bukan kepentingan golongan atau kelompok
tertentu. (Avraham& Ketter, 2008:7)
Aktifitas pemasaran destinasi pariwisata tidak dapat terlepas dari berbagai kekuatan
baik dari dalam diri unit organisasi itu sendiri maupun dari kekuatan/pengaruh dari luar
destinasi. Oleh karena itu menurut Sunaryo (2013: 171) perlu adanya strategi dan
manajemen pemasaran destinasi pariwisata meliputi antara lain: promosi destinasi,
termasuk didalamnya pengembangan branding dan image destinasi, kampanye untuk
menggerakkan bisnis, khususnya untuk industri skala kecil dan menengah yang terkait,
penyediaan informasi kepariwistaan yang jelas dan efektif, penyediaan layanan/fasilitas
reservasi hotel yang baik, pengembangan komunikasi yang baik dengan klien (Customer
Relationship Management).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
Level komunikasi dalam penelitian ini adalah level komunikasi organisasi yaitu
komunikasi yang terjadi dalam organisasi. Sekalipun organisasi hadir dalam berbagai
bentuk dan ukuran, dari segi komunikasi kesemuanya memiliki kesamaan. Komunikasi
memungkinkan terjadinya koordinasi kegiatan yang dilakukan oleh sejumlah orang; tanpa
komunikasi tak mungkin terjadi koordinasi dalam organisasi sosial apapun. Menurut Ruben
& Steward (2013: 325) komunikasi sangat penting untuk keberfungsian organisasi dalam
kehidupan sehari-harinya, antara lain untuk: (1) mendefinisikan tujuan, (2) menggambarkan
peran dan tanggung jawab anggotanya, (3) mengkoordinasikan pelaksanaan kerja, (4)
membentuk jaringan informasi, dan (5) mengembangkan budaya dan iklim organisasi.
Demikian halnya di Pemerintah Kota Solo, dalam rangka memasarkan Kota Solo
sebagai destinasi MICE melakukan komunikasi dan koordinasi baik secara vertikal maupun
horizontal demi tujuan bersama. Pemasaran destinasi merupakan “social-public marketing”
(2008:7) yang mempunyai pengertian bahwa produk-produk yang dihasilkan dan yang
dipromosikan merupakan milik publik, oleh karena itu ketika melakukan proses promosi
dan pemasaran harus mempertimbangkan aspek-aspek kebijakan publik. Keuntungan yang
diperoleh adalah keuntungan yang harus bisa dinikmati oleh publik/masyarakat. Dengan
demikian pemasaran Solo Kota MICE melibatkan semua pihak terkait bahkan bekerjasama
dengan pihak diluar kota.
Aktifitas pemasaran yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta,
sebagai penanggung jawab pemasaran dan promosi, merupakan pemasaran gaya baru
dalam konsep komunikasi pemasaran terpadu atau Intergrated Marketing
Communication/IMC. Komunikasi pemasaran terpadu adalah pemasaran yang
memprsentasikan gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran, yang memfasilitasi
terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada pelanggan
atau klien (Shimp: 2003:4). Lima prinsip dalam komunikasi pemasaran terpadu adalah:
Cross-functional process, Creating and nourishing stakeholder relationships, Profitable
customer relationships, Strategically controlling or influencing all Messages, Encouraging
purposeful dialogue (Duncan, 2002: 8).
Bertambahnya jumlah hotel dan wisatawan yang berkunjung ke Solo merupakan salah
satu bukti keberhasilan pemerintah Kota dalam menangani komunikasi pemasaran Solo
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
Kota MICE, Data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2013 menunjukkan bahwa
pertumbuhan kunjungan wisatawan ke Solo sejak dicanangkannya Solo Kota MICE cukup
membanggakan. Dari data menyebutkan bahwa jumlah wisatawan mancanegara dan
wisatawan nusantara yang berkunjung ke daerah tujuan wisata mencapai angka 1.860.890
pada tahun 2013, naik 127,9% dibandingkan tahun 2010 yang mencapai angka 816.546
jiwa. Jumlah wisatawan yang menginap di hotel berbintang dan non bintang menunjukkan
angka 1.480.136 jiwa pada tahun 2103, naik 57,03% dibandingkan tahun 2010 yang
mencapai angka 942.541 jiwa. (Sumber: Data dan Survai Pariwisata Solo, Dokumen Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta, BPC PHRI Surakarta, BPPIS, Desember 2013).
Meski demikian masih banyak pihak khususnya yang berkaitan dengan bisnis wisata MICE
seperti Profesional Conference Organizer, Event Organizer yang ada diluar kota seperti
Jakarta, Bandung dan Bali masih banyak yang belum tahu akan keberadaan kota Solo,
bahkan masih mempertanyakan askses menuju ke kota Solo.
Bertitik tolak dari hal tersebut diatas, peneliti bermaksud meneliti tentang strategi
komunikasi pemasaran kota Solo sebagai MICE yang dilakukan oleh pemerintah kota serta
melihat bagaimana peran stakeholder dalam pelaksanaan strategi komunikasi pemasaran
tersebut. Untuk mendiskripsikan strategi komunikasi pemasaran Kota Solo sebagai
destinasi MICE peneliti akan menggunakan sistem analisis model SOSTAC+3Ms yang
dipopulerkan oleh P.R Smith. Penelitian tentang komunikasi pemasaran terpadu untuk
pariwisata sudah banyak dilakukan, namun tulisan mengenai strategi komunikasi
pemasaran Kota Solo sebagai destinasi MICE dengan menggunakan sistem analisis
SOSTAC+3Ms baru dilakukan. Dengan demikian harapan penulis penelitian ini dapat
bermanfaat baik dalam tataran teoritis maupun praktis yakni bagi Pemerintah Kota Solo
dalam pemasaran Kota Solo sebagai destinasi MICE.
B. Perumusan masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh pemerintah kota
Solo dalam rangka mempromosikan Kota Solo sebagai destinasi MICE?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
C. Tujuan penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mendiekripsikan strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh
pemerintah kota Solo dalam rangka mempromosikan Kota Solo sebagai destinasi
MICE
2. Untuk mendeskripsikan peran stakeholder pariwisata Kota Solo dalam pelaksanaan
strategi komunikasi pemasaran Kota Solo sebagai destinasi MICE
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tentang Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Pemasaran Solo
kota MICE, ini diharapkan bermanfaat untuk:
1 Manfaat Terhadap Dunia Akademis
a) Bagi ilmu pengetahuan terutama ilmu komunikasi, diharapkan dapat memberikan
sumbangan untuk memperkaya kajian-kajian yang terkait dengan ilmu komunikasi
khususnya dalam komunikasi pemasaran terpadu
b) Memberikan deskripsi tentang strategi komunikasi pemasaran Kota Solo sebagai
destinasi MICE dengan menggunakan sistem analisis SOSTAC + 3Ms
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Pengertian Kota MICE
MICE singkatan dari Meeting, Incentive Trip, Conference, Exhibition
yaitu kegiatan kepariwisataan yang aktifitasnya merupakan perpaduan antara
leisure dan business. MICE merupakan industri yang penting terutama dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, membuka kesempatan berusaha dan
menyerap tenaga kerja yang cukup banyak serta meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat setempat bahkan masyarakat seluruh negara. Menurut
Kesrul (2004) MICE dijelaskan sebagai berikut:
Meeting atau pertemuan merupakan bagian dari kegiatan bisnis MICE
yang dapat dikategorikan menurut letak geografis dan berdasarkan tujuannya.
Kategori meeting/pertemuan menurut letak geografis meliputi: Local Meetings,
State Meetings, Regional Meetings, Nationals Meetings, International Meetings,
Offshore Meetings. Sedangkan kategori menurut tujuannya adalah Clinic,
Colloqium, Corporate Meeting.
Incentive Trip/travel, merupakan hadiah atau penghargaan yang diberikan
oleh suatu perusahaan kepada karyawan, klien, atau konsumen. Bentuknya bisa
berupa uang, hadiah paket, wisata atau barang, dan lain lain. Sedangkan
Incentive Travel dapat dikatakan sebagai perjalanan wisata yang unik/khusus
dalam rangka strategis untuk memotivasi karyawan atau manajemen. Hal ini
dilakukan karena adanya perkembangan baru di dunia manajemen yang
melibatkan karyawan, klien dan konsumen masuk dalam sistem atau bahkan
aset dari suatu perusahaan.
Conference atau konferensi yaitu suatu pertemuan yang diselenggarakan
terutama mengenai bentuk-bentuk tata karma, adat atau kebiasaan yang
berdasarkan mufakat umum, dua perjanjian antara negara-negara, para penguasa
pemerintah atau perjanjian internasional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
(Morissan, 2010; 20). Sedangkan menurut Kottler (1999: 3), pemasaran adalah
sebuah proses sosial dan menejerial yang dengannya individu-individu dan
kelompok-kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan mereka
inginkan dengan menciptakan dan saling mempertukarkan produk-produk dan
nilai satu sama lain. Pemasaran sangat penting artinya bagi perusahaan tanpa
terkecuali perusahaan/lembaga yang ingin memasarkan wilayahnya sebagai
destinasi pariwisata.
Pemasaran destinasi menurut. Gold & Ward (Avraham& Ketter, 2008 : 5)
didefinisikan sebagai publisitas dan pemasaran yang menggambarkan dan
menginformasikan lokasi-lokasi atau daerah-daerah yang spefisik kepada target
atau audiens yang disasar. Ciri-ciri dan karakter yang ada di suatu daerah
dikelola untuk ditonjolkan, dalam hal ini pemasar mengabaikan ciri atau karakter
daerah yang kurang menarik.
Sort et all dalam Avraham& Ketter, (2008: 5) mendefinisikan place
promotion sebagai berikut: “Place promotion involves the re-evaluation and re-
presentation of place to create and market a new image for localities to enhance
their competitive position in attracting or retaining resources” secara bebas
kutipan diatas diterjemahkan bahwa pemasaran destinasi adalah melibatkan re-
evaluasi dan re-presentasi suatu wilayah untuk menciptakan dan memasarkan
imej baru dalam rangka meningkatan daya kompetitif untuk menarik audiens.
Menurut Ashworth and dalam Avraham & Ketter (2008: 5) beranggapan
bahwa pemasaran destinasi merupakan sebuah proses yang aktifitasnya untuk
memenuhi kebutuhan target sasarannya dan untuk memaksimalkan fungsi
perekonomian kota tersebut “…suggesting that place marketing is a process in
which urban activities are adjusted to the needs of the target audience to
maximize the place’s socio economic functioning”
Konsep dasar pemasaran destinasi adalah menggunakan konsep teori-teori
pemasaran, terutama pedekatan bauran pemasaran (Olsson & bergland dalam
Avram & ketter, 2008). Pemasaran destinasi merupakan proses yang kompleks
dan panjang yang melibatkan tidak hanya teori strategi pemasaran saja tetapi juga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
Marketing Planning
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
b. Perencanaan Meso.
Ialah perencanaan yang didasarkan pada kebijakasaan yang telah
ditetapkan pada tingkat makro, lalu dijabarkan secara rinci ke
dalam program-program yang berdimensi lebih kecil. Pada tingkat
ini perencanaan meso bersifat operasional dan disesuaikan dengan
kondisi departemen, daerah atau unit-unit pelaksanaan.
c. Perencanaan Mikro. Ialah perencanaan yang dijabarkan secara
rinci pada sub-sektor. Misalnya perencanaan pemerintah
kabupaten menurut sektor ekonomi, sosial, fisik yang akan
dijalankan oleh dinas atau jawatan yang terkait.
for all competitor in that business. Each company must determine what
makes the mose sense in the light of its industry position and its
objective, opportunities and resoureces”
Dari kutipan diatas dapat ditarik bahwa teori Duncan menekankan adanya lima
prinsip dalam komunikasi pemasaran terpadu yaitu:
a. Cross-functional process
b. Creating and nourishing stakeholder relationships
c. Profitable customer relationships.
d. Strategically controlling or influencing all Messages
e. Encouraging purposeful dialogue
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
a. Cross-functional process
Yakni bahwa seluruh departemen, bagian atau agen yang ada di dalam
maupun di luar perusahaan yang bersentuhan dengan pelanggan harus
bersinergi dan mempunyai cara kerja yang sama dan bersama-sama dalam
merencanakan dan memonitor brand relationship.
b. Creating and nourishing stakeholder relationship
Adalah upaya menarik pelanggan dan kemudian melakukan interaksi
dengan mereka sehingga akan diperoleh informasi mengenai apa yang
sebenarnya harus dilakukan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan pelanggan dan stakeholder. Dengan demikian sebuah
perusahaan tetap bisa memepertahankan bahkan meningkatkan pembelian
dan dukungan mereka.
c. Profitable Customer Relationship.
Adalah perlunya membangun hubungan yang baik dan intensif dengan
pelanggan-pelanggan yang dianggap sesuai dengan harapan perusahaan.
Pelanggan dikatakan sesuai dengan harapan perusahaan karena antara lain
karena: kuantifas pembelian, tipe produk yang mereka beli, banyaknya
kebutuhan pelayanan yang mereka inginkan.
d. Strategically controlling or influencing all Messages
Yakni bahwa semua aktifitas dan produk yang dihasilkan oleh perusahaan
sesungguhnya memiliki pesan yang ingin disampaikan perusahaan kepada
publiknya. Oleh karena itu perlu dikelola dan dikontrol sehingga pesan
yang dikirim akan membawa makna yang sama bagi audiens.
e. Encouraging purposeful dialogue
Adalah strategi untuk menciptakan dialog yang nyaman bagi pelanggan,
yaitu dengan memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk
berinisistif secara personal dan menyampaikan langsung responnya ke
perusahaan. Sesungguhnya selama ini para pelanggan mengalami
kejenuhan dan merasa tidak nyaman dengan apa yang dilakukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
of the strategy.
Marketing Strategy Should be consistent with and draw from
the averall marketing strategy.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
d. Positioning
Positioning adalah strategi untuk mencapai benak konsumen, strategi untuk
menanamkan merek dan citra perusahaan dalam mindset consumer. Hiebing &
Cooper dalam Morissan (2010: 70) mendefinisikan positioning sebagai alat untuk
membangun persepsi produk di dalan pasar sasaran relatif terhadap persaingan.
Suatu produk harus memiliki pernyataan positioning yang memiliki hubungan
erat dengan strategi merebut konsumen dan harus bisa mewakili citra atau
persepsi yang hendak dicetak dalam benak konsumen. Citra itu harus berupa
hubungan asosiatif yang mencerminkan karakter produk. Jadi positioning yang
efektif harus mengandung dua unsur yaitu klaim yang unik dan bukti-bukti yang
mendukung. Pembentukan sebuah positioning juga tidak mengabaikan adanya
hubungan asosiatif persaingan dalam industri itu sendiri. Hubungan asosiatif
dalam persaingan tersebut terbagi menjadi tiga bagian yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
d. Sequence of tools
Menurut Smith (1999: 82) Sequence of tools merupakan strategi menentukan
prioritas tools yang akan dipakai. Urutan pertama alat komunikasi pemasaran yang
akan dipakai harus jelas alasannya, mengapa langkah hubungan masyarakat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
e. Integration of Tools
Smith (1999: 82) menjelaskan bahwa dalam menentukan strategi komunikasi
pemasaran perlu memperhatikan dan memastikan sinergitas penggunaan alat-alat
komunikasi pemasaran yang dipakai, yang meliputi pemilihan media promosi,
penyusunan pesan serta pemilihan waktu yang tepat (timing). Hal ini dimaksudkan
agar pesan produsen dapat diterima khalayak dengan baik sehingga mampu
mempengaruhi mereka untuk mengambil keputusan membeli.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
2)Advertising/iklan
Menurut Morissan (2010: 17) Iklan adalah bentuk komunikasi
“nonpersonal” mengenai organisasi, produk, pelayanan atau ide yang
“dibayar” oleh sponsor yang diketahui. Adapun maksud “dibayar” pada
definisi tersebutmenunjukkan fakta bahwa ruang dan waktu bagi suatu pesan
iklan pada umumnya harus dibeli. Sedangkan “nonpersonal” diartikan bahwa
suatu iklan melibatkan media massa (TV, radio, majalah, Koran) yang dapat
mengirimkan pesan kepada sejumlah besar kelompok individu pada saat
bersamaan.Dengan demikian, sifat nonpersonal iklan berarti pada umumnya
tidak tersedia kesempatan untuk mendapatkan umpan balik yang segera dari
penerima pesan (kecuali dalam hal direct response advertising)
4)Public relation/kehumasan
Mengenai public relation Belch & Belch (2001: 22) mendefinisikan
sebagai fungsi manajemen yang melakukan evaluasi tehadap perilaku
publiknya, mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan publik dan selanjutnya
melakukan tindakan untuk tujuan membangun dan meningkatkan kepercayaan
publik terhadap perusahaan. Frank Jefkins dalam Morissan (2010: 27)
memberikan batasan humas yaitu sesuatu yang merangkum keseluruhan
komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar anatara
organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50
6) Interaktive Marketing
Pemakaian media interaktif didasari oleh adanya kemajuan teknologi
dewasa ini yang memungkinkan dilakukannya komunikasi secara interaktif
melalui media massa, dalam hal ini yang utama adalah internet, khususnya
melalui fasilitas yang dikenal dengan world wide web (www). Media
interaktif memungkinkan terjadinya arus informasi timbale balik yang
memungkinkan pengguna dapat berpartisipasi dan memodifikasi bentuk dan
isi informasi pada saat itu juga (Belch & Belch 2001: 19).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
7)Sponsorship
Sponsorship lebih dari sekedar sokongan, altruism atau kemurahan hati.
Hal ini dapat membantu alat-alat promosi yang lain secara simultan dalam
mencapai tujuan-tujuan komunikasi yang telah ditentukan. Sponsorship dapat
dikategorikan sebagai aktivitas komersial, dimana satu pihak memberikan
kemungkinan kepada pihak yang lain untuk mengeksploitasi produk dengan
target audiens tertentu disertai imbalan berupa dana, servis atau dukungan
moril.(Shimp, 2003; 4)
9) Words of Mouth
Words of mouth adalah promosi dari mulut ke mulut, yaitu promosi berantai
penjualan yang dilakukan secara langsung dari pelanggan, yang biasanya
dilakukan orang-orang yang dapat dopercaya/orang terdekat calon
pelanggan. Biasanya komunikasi pemasaran melalui media ini akan lebih
efektif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53
7 O- Objectives (Tujuan)
Where do we want to be , kemana tujuan kita? Menurut Smith
(1999;110) Objective/tujuan meliputi: mission; long/medium and short
term objectiv; marketing objectives (eg sales and share); communication
objectives (eg awareness; trialist; positioning); timescales.Tribe dalam
Pike (2008: 119) memaparkan bahwa Ideally, objectives should be
SMART : specific, measurable, agreed with those who must attain them,
realistic, time-constrained
Tjiptono (2014: 239) menjelaskan bahwa tujuan akhir pemasaran
adalah pembelian, sedangkan tujuan komunikasi pemasaran dirumuskan
dalam bentuk respon yang diharapkan (respon saught). Tentu saja, dalam
banyak kasus respon akhir yang diharapkan adalah pembelian. Akan
tetapi, pembelian bisa jadi dari proses panjang keputusan pembelian
konsumen. Dalam hal ini, pemasar perlu memahami secara cermat buyer-
reading states yang dihadapi audiens sasarannya. Secara garis besar,
kesiapan konsumen untuk membeli produk atau jasa terdiri atas enam
tahap yaitu: awareness (kesadaran konsumen akan perusahaan dan
produknya), knowledge (seberapa jauh pemahaman konsumen tentang
produk), liking (tanggapan konsumen tentang produk, tidak suka, suka,
biasa saja atau suka sekali), preference (kecenderungan melilih produk
lain), concviction (menyakinkan konsumen untuk membeli produk) , dan
purchase (pembelian actual).
Morissan (2010: 42) menekankan bahwa dalam membahas mengenai
objective/tujuan perusahaan perlu dipahami adanya perbedaan antara
tujuan pemasaran (marketing objectives) dan tujuan komunikasi
(communication objectives). Tujuan pemasaran mengacu pada apa yang
akan dicapai oleh program pemasaran secara keseluruhan. Tujuan
pemasaran sering dinyatakan dalam nilai penjualan dan pasar yang ingin
dicapai serta tingkat keuntungan yang diinginkan. Adapun tujuan
komunikasi mengacu pada apa yang ingin dicapai perusahaan atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56
8 S - Strategy (Strategi)
How do we get there, bagaimana kita bisa sampai Disana?
Serangkain aktifitas yang bertujuan untuk mencapai goals dan targets
berdasarkan keadaan sekarang (situasi). Strategi merupakan paying atau
ringkasan dari taktik-taktik yang akan digunakan. Karl Von Clausewitz
(1780-1831) seorang pensiunan jenderal Prusia dalam bukunya On War
merumuskan strategi ialah suatu seni menggunakan sarana pertempuran
untuk mencapai tujuan perang (Cangara 2013: 61).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57
9 T - Tactics (Taktik)
Taktik adalah rincian pelaksanaan strategi untuk mencapai tujuan-
tujuan yang ditetapkan. Pada implementasi taktik akan digunakan
berbagai kombinasi alat komunikasi yang mengadopsi dari terminologi
marketing sebagai Integrated Marketing Communication (IMC). Taktik
menekankan pada alat komunikasi pemasaran apa yang tepat yang akan
dipakai untuk mencapai tujuan perusahaan atau organisasi. Alat
komunikasi ini meliputi: (a) metode-alat komunikasi (seperti: iklan, sales
promotion dan sales force, exhibition, internet dan lain-lain); (b)
Pemilihan media (seperti: koran, majalah, radio, televisi dan lain-lain); (c)
Pesan yang akan disampaikan; (d) Timing/pemilihan waktu yang tepat.
Taktik juga merinci tujuan, khalayak sasaran, serta sumberdaya.
10 A - action (Aksi/Implementsi)
Pelaksanaan rancangan strategi dan taktik sebenarnya merupakan
perincian lebih jauh daripada penjabaran taktik. Suatu rancang tindak
(action plan), berupa rumusan program kerja yang tertata, menyangkut
jenis program, waktu pelaksanaan dan penanggung jawab program
sampai berisi hal-hal kecil seperti apa saja yang harus dilakukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58
13 M - Money (Keuangan/Budget)
Adalah perincian dana yang dikeluarkan untuk menjalankan semua
strategi komunikasi ini. Budgeting adalah pengalokasian dana untuk
kebutuhan-kebutuhan khusus atau program-program khusus “time-defined
allocation of financial outlays for a specific fuction or program” (Marian
Burk wood, 2002: 107). Selanjutnya Wood menjelaskan bahwa dalam
menentukan pendanaan dapat dilakukan dengan metode seberti berikut:
(a) Percentage of sales budgeting yaitu metode yang dipakai sebuah
perusahaan untuk mengalokasikan dana guna pembiayaan program-
program pemasaran dengan cara penghitungan prosentase dari total
penjualan; (b) Competitive parity budgeting adalah metode pendanaan
dengan cara menyesuaikan besarnya biaya yang dipakai kompetitor yaitu
dengan cara penghitungan prosentase hasil penjualan atau dengan
penentuan besarnya uang.; dan (c) Objective and task budgeting adalah
metode penetuan dana dengan cara menghitung besarnya biaya yang
diperlukan guna menjalankan bauran pemasaran dan program pemasaran.
14 M - Minutes (Waktu)
Rincian jangka waktu penjadwalan kerja dari masing-masing taktik.
Jadwal kerja menegaskan perencanaan untuk menjalakan tugas-tugas
guna mencapai tujuan-tujuan program yang telah ditetapkan “Schedule
time-defined plan for completing work that relate to a specific purpose or
program” (Marian Burk wood, 2002: 107). Jadwal kerja membatu
perusahaan atau organisasi menetapkan waktu yang tepat untu
melaksanakan tugas dan mengkoordinasikan implementasi perencanaan-
perencanaan tersebut agar terhindar dari masalah.konflik dan melihat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60
bawahan satu dengan yang lainnya dan mereka menempati bagian fungsional yang
berbeda/komunikasi lintas saluran (Pace. 2006:183).
Ada tiga bentuk utama arus pesan dalam komunikasi formal dalam sebuah
organisasi, yaitu:
1 Komuniaksi ke Bawah.
Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para
atasan atau pimpinan kepada bawahnnya
2 Komuniaksi ke Atas.
Adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat
lebih rendah kepada tingkat lebih tinggi.
3 Komunikasi Horisontal.
Adalah penyampaian informasi diantara orang-orang yang sama tingkat
otoritasnya di dalam organisasi dan mempunyai atasan yang sama. Pesan ini
biasanya berhubungan dengan dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan,
seperti koordinasi, pemecahan masalah, penyelesaian konflik dan saling
informasi.
4 Komunikasi Lintas Saluran.
Adalah informasi yang mengalir di antara orang-orang dan jabatan-jabatan
yang tidak menjadi atasan maupun bawahan satu dengan yang lainnya dan
mereka menempati bagian fungsional yang berbeda.
Menurut Ruben & Steward (2013: 340) bahwa organisasi memiliki asal usul di
dalam jaringan komunikasi yaitu sambungan proses pesan yang timbal-balik. Dari
perspektif organisasi. Fungsi jaringan komunikasi meliputi :
1 Menyediakan sarana untuk mengkoordinasi kegiatan individu, hubungan,
kelompok, subunit lainnya di dalam organisasi
2 Menyediakan mekanisme untuk mengarahkan kegiatan organisasi secara
keseluruhan
3 Memfasilitasi pertukaran informasi di dalam organisasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62
Lebih lanjut Ruben & Steward (2013: 340) menjelaskan bahwa Jaringan
komunikasi dibagi menjadi dua yaitu:
1 Jaringan Internal : arus pesan dalam organisasi yang terdiri dari
a. Arus pesan kebawah. Secara umum, arus informasi yang diformalkan
yang mengalir di dalam organisasi berhubungan erat dengan garis
kewenangan. Pola arus informasi formal yang paling dikenal adalah
dari manajemen kepada pekerja, dari penyelia kepada yang diselia
b. Arus pesan ke atas. Yaitu pesan yang mengalir dari supervisor
kepada supervisor, atau divisi sebuah organisasi untuk orang yang
menempati peran manajerial.
c. Arus pesan horizontal. Yakni arus pesan yang menghubungkan
individu-individu pada tingkat kewenangan yang sama dalam
kelompok, departemen, atau divisi sebuah organisasi.
d. Arus pesan informal. Yakni jaringan yang tak terhindarkan
berkembang diantara para individu dan subunit di dalam suatu
kelompok atau organisasi. Jaringan informal ini menyambungkan
ornag satu sama lain yang dalam banyak hal memiliki kesamaan cara
dengan yang terjadi dalam jaringan formal.
2 Jaringan eksternal: berhubungan dengan organisasi lain dan publik.
a. Arus masuk: penelitian dan pengawasan. Untuk kepentingan
kelangsungan hidupnya, semua kelompok dan organisasi bergantung
kepada berbagai konstituen, pemangku kepentingan atau publik di
lingkungan yang lebih luas. Kelompok relawan menyandarkan diri
kepada penyumbang, organisasi bisnis kepada konsumen dan
pemerintah, rumah sakit kepada pasien dan para ahli kesehatan, biro
iklan kepada klien dan khalayak dan sebagainya. Jaringan eksternal
menghubungkan organisasi dengan publik-publik tadi dan dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63
Dari paparan diatas sangat jelas bahwa dalam sebuah organisasi kelancaran
dan keberhasilan mencapai tujuan dipengaruhi oleh komunikasi dan koordinasi
dalam organisasi tersebut. Koordinasi merupakan aktifitas dan fungsi manajemen
yang dilakukan untuk mengusahakan terjadinya kerjasama yang selaras dan tertib
mengarah pada tercapainya tujuan organisasi secara menyeluruh (Syamsi,
1994:113). Kerjasama banyak dilakukan dalam setiap kesempatan, tak hanya oleh
organisasi besar, atau pun hanya kelompok-kelompok kecil, namun antara
individu satu dengan individu lainnya juga banyak terjalin kerjasama. Kerjasama
juga dilakukan agar individu dapat mempermudah dalam melakukan kegiatannya,
dan dapat menghasilkan hasil yang maksimal. Menurut Deutch , 1949 (Hadi
Suyono, 2008) kerjasama akan terjadi antar kelompok kecil apabila masing-
masing anggota kelompok itu dapat menembus wilayah antar kelompok, dan
persaingan akan terjadi apabila masing-masing anggota kelompok tidak berhasil
menembus wilayah antar kelompok. Baron & Byane (Hadi Suyono, 2008) juga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67
gabungan dari tipe top down dan buttom up yaitu menggabungkan program pemerintah
Depbudpar RI dan program Disbudpar NTB dan keduanya dapat dilaksanakan
beriringan sesuai dengan karakteristik dan potensi NTB.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang terdahulu. Penelitian ini
mendiskripsikan strategi komunikasi pemasaran wisata MICE di Kota Solo, yang
merupakan salah satu dari produk unggulan pariwisata kota Solo. Jadi penelitian tidak
difokuskan pada strategi komunikasi pemasaran pariwisata Kota Solo secara
keseluruhan, akan tetapi hanya dititikberatkan di wisata MICE saja. Dalam
mendiskripsikan Strategi komunikasi pemasaran ini peneliti menggunakan sistem
SOSTAC+3Ms dan STOP SIT.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
S
O
S Konsumen
Dinas Wisata MICE
“Solo Kota MICE” T
Pariwisata
A
Solo
C
*BPPIS
*ASITA
*PHRI
*Kelp. Kepentingan
oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada tahun 2009. Sebagai produk
unggulan, wisata MICE di Kota Solo ini harus diinformasikan kepada konsumen atau
calon konsumen supaya mereka tahu dan akhirnya membeli. Oleh karena itu pemerintah
Kota dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwsata Surakarta menyusun program
pengembangan dan pemasaran wisata MICE. Pemasaran wisata MICE di Kota Solo
melibatkan seluruh stakeholder yang ada yaitu BPPIS, PHRI, ASITA dan Kelompok
kepentingan.
Untuk melihat dan menggambarkan program komunikasi pemasaran wisata MICE di
Kota Solo yang sudah dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta maka
akan dianalis dengan menggunakan metode alaisis model SOSTAC+3Ms & STOP SIT
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
69
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian diskriptif.
Dengan memfokuskan pada komunikasi pemasaran Solo Kota MICE yang dilakukan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta. Penelitian diskriptif merupakan
penelitian terhadap status, sikap, pendapat kelompok individu, perangkat kondisi dan
prosedur, suatu sistem pemikiran atau peristiwa dalam rangka membuat diskriptif
menggunakan penelitian lapangan terhadap sejumlah atau gambaran secara sitematik
dan analitik yang dapat digunakan untuk memecahkan suatu masalah aktuil masa kini
(Suprapto, 2013: 13).
Pendekatan ini diarahkan pada latar belakang dan individu sebagai yang holistic
(utuh). Penelitian diskriptif tidak mengisolasikan strategi human relation ke dalam
variable atau hipotesi, tetapi memandangnya sebagai bagian dari keutuhan. Wilayah-
wilayah penelitian deskriptif meliputi: studi sensus popilasi, survey opini publik, study
status task anlaysis studies, questioner and interview analysis, anectodal record,
critical inciodent record.
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode
kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan informasi.
Penelitian kualitatif didefinisikan sebagai penelitian yang bertujuan memperoleh
gambaran yang rasional dan mendalam dengan memperoleh data yang ekstensif pada
beberapa variable dengan pendekatan naturalistic inkuiri. ((Suprapto, 2013: 13).
Penelitian sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dilakukan dengan
menggambarkan keadaan atau objek penelitian ( seseorang, lembaga, masyarakat, dan
lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana
adanya (Nawawi, 1998:31). Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar,
dan bukan angka-angka. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi
kunci terhadap apa yang sudah diteliti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70
B. Lokasi penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di dua tempat, Pertama, lokasi penelitian adalah Kota
Surakarta / Kota Solo yang dikukuhkan sebagai kota MICE. Kedua, lokasi penelitian
adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta sebagai pihak yang bertanggung
jawab terhadap pembuatan strategi komunikasi pemasaran serta pelaksanaan kebijakan
pelaksanaan komunikasi pemasaran wisata MICE di Kota Solo. Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Surakarta beralamat di Jl. Slamet Riyadi No.275, Surakarta, Jawa Tengah.
C. Sumber data
Menurut Lincoln dan Guba (1985:267) sumber data didalam penelitian kualitatif
berupa human dan non human. Sumber human (data primer) diperoleh melalui
wawancara (interview) dan observasi dengan mencatat tanda-tanda non verbal yang
ditransmisikan dalam bentuk catatan lapangan (field notes) ketika interview pada
observasi langsung. Sedangkan sumber non human (data sekunder) meliputi dokumen,
rekaman, buku dan jurnal. Sama halnya dengan Sutopo (2002:52) mengatakan bahwa
sumber data itu mencakup informan, peristiwa atau aktifitas, tempat atau lokasi, benda,
beragam gambar, rekaman dokumen, arsip. Pada prisnsipnya tidak ada perbedaan yang
dikemukakan oleh keduanya.
Sumber data dalam penelitian ini dapat diperoleh dari sumber seperti berikut ini:
1. Informan atau nara sumber, terdiri dari Pejabat Dinas Kebuudayaan dan
pariwisata Surakarta, Jawa Tengah (Kepala Bidang Pelestarian, Promosi dan
kerjasama, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta)
2. Pelaku Wisata Kota Surakarta ( meliputi DPC PHRI Surakarta, ASITA Cabang
Surakarta)
3. Asosiasi seni dan Forum Solo MICE
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71
E. Teknik Sampling
Dalam penelitian kualitatif teknik yang digunakan untuk sampel penelitian bersifat
selektif. Sampel yang dimaksud dalam penelitian kualitatif merupakan sampel yang
berfungsi untuk menggali beragam informasi penting dan jumlah sampel yang diambil
bukan untuk mewakili populasi melainkan untuk menggali beragam informasi sebanyak-
banyaknya sesuai dengan yang dibutuhkan sehingga pengambilan sampel harus
dilakukan sevariatif mungkin.
Menurut Moleong (2005: 224) bahwa sampling dalam penelitian kualitatif adalah
untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari pelbagai macam sumber dan
bangunannya. Dengan demikian tujuannya bukanlah memusatkan diri pada adanya
perbedaan-perbedaan yang nantinya dikembangkan ke dalam generalisasi. Tujuannya
adalah untuk merinci kekhususan yang ada dalam rmauan konteks yang unik. Maksud
lain dari sampling adalah menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan
dan teori yang muncul. Oleh sebab itu, pada penelitian kualitattif tidak ada sampel acak,
tetapi sampel bertujuan (purposive sample).
Sugiyono (2005: 2) menyatakan “teknik cuplikan / sampling adalah merupaka
teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian”. Teknik ini disebut purposive sampling, yaitu teknik mendapatkan sample
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73
2. Daryono, S.E
Jabatan : 1. Ketua ASITA DPC Surakarta – Jawa Tengah
2. Direktur CV Sinergi Mediawisata (Event Management)
3. Pengurus Badan Promosi dan Pariwisata Indonesia
Surakarta
4. Asesor MICE
3. Adji MSU
Jabatan : 1. WAkil Ketua PHRI DPC Surakarta – Jawa Tengah
2. General Manager sebuah Hotel di Solo
7. Panca Akhiriyanto
Jabatan : 1. Pemandu Wisata
2. Staf Mandira Tour & Travel
berada, orang pemerintahan; (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu
dokumen yang berkaitan.
Teknik trianggulasi sumber yang yang dilakukan peneliti yaitu membandingkan dan
mengecek balik data yang diperoleh baik lewat observasi maupun arsip/dokumen dengan
data hasil wawancara dan membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan.
b. Penyajian data
Penyajian data merupakan informasi tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam
bentuk narasi lengkap yang selanjutnya memungkinkan simpulan penelitian
dapat dilakukan. Sajian data merupakan narasi mengenai berbagai hal yang
terjadi atau ditemukan di lapangan, sehingga memungkinkan peneliti untuk
berbuat suatu analisis atau tindakan lain berdasarkan pada pemahaman tersebut.
Sajian data selain dalam bentuk narasi kalimat, juga dapat meliputi berbagai jenis
matriks, gambar/skema, jaringan kerja kaitan kegiatan dan juga tabel sebagai
pendukung narasi.
tercukupinya data yang telah ada, maka penulis dapat melakukan penelitian
dilapangan, sehingga nantinya dapat ditarik suatu kesimpulan lagi yang lebih
mengena dengan sasaran tujuan penelitian. Keseluruhan aktifitas tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
Pengumpulan data
(1) (2)
(3)
Penarikan dat
dat
kesimpulan/verifikasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
78
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
80
Kota Surakarta yang lebih dikenal dengan nama Kota Sala merupakan kota besar
kedua setelah Semarang. Secara Geografis, wilayah administrtatif Kota Surakarta
terletak di tengah wilayah eks Karesidenan Surakarta, dengan batas wilayah: sebelah
Utara dengan Kabupaten Boyolali, sebelah Timur denga Kabupaten Karanganyar,
sebelah Selatan dan Barat denga kabupaten Sukoharjo.
Kota Surakarta yang terletak pada jalur strategis Bali-Surabaya-Solo-Yogyakarta-
Purwokerto-Jakarta-Sumatra, sangat berpeluang besar dalam pengembangan bidang
perdaangan, industri pengolahan, manufaktur, pariwisata, dan pendidikan.
Kota Surakarta merupakan kota tua, bekas ibukota kerajaan Kasunanan Surakarta
Hadiningrat sejak tahun 1745 dan Pura Mangkunegaran. Kedua pusat kebudayaan jawa
tersebut sudah tentu memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan tradisi dan adat
istiadat masyarakat Kota Surakarta dan sekitarnya. Kekayaan budaya Jawa yang
bersumber dari kedua punjering kebudayaan Jawa tersebut merupakan kekayaan
cultural yang paling besar disbanding kekayaan daerah lain. Salah satu karakteristik
tata nilai budaya jawa adalah kenthal dan laku tirakat, antara lain dalam bentuk berjaga
malam (lek-lekan). Dengan banyaknya warga yang senang laku tirakat lek-lekan inilah
kemudian muncul usaha-usaha yang beroperasi pada malam hari di banyak kawasan
strategis, misalnya: hik. Dari sini muncul julukan Sala, kota yang tidak pernah tidur.
Pada tahun 1744 Ingkang Sinuhun PB II memindahkan Keraton Kartosuro ke desa
Sala ini melalui Prosesi Agung Boyong Wukir dan kemudian bertahta secara resmi
pada tanggal 17 Februari 1745.
Ketepatan pemilhan lokasi ini dibuktikan dengan cepatnya perkembangan kemajuan
keraton karena bukan hanya didukung oleh kesuburan tanahnya tetapi juga memiliki
pelabuhan sungai di tepi Bengawan Sala. Tempat pelabuhan ini sekarang dikenal
dengan nama kampong Beton. Kemajuan Keraton Surakarta juga ditandai dengan
tumbuhnya istana-istana para pangeran serta rumah-rumah para penduduk disekitarnya.
Berbagai kerajinan rumah tangga juga tumbuh pesat yang mengidikasikan tumbuhnya
perekonomian masyarakat. Beberapa istana pangeran yang sekarang dikenal sbagai
nama kampong anatara lain:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
81
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
82
Visi Kota Surakarta pada dasarnya adalah suatu pernyataan luhur yang
mencerminkan pemahaman akan kondisi kota pada saat ini serta kondisi ideal yang
diharapkan. Kondisi ideal merupakan gambaran keinginan konseptual yang hendak
dicapai oleh bukan saja warga masyarakat, tetapi juga stakeholder kota Surakarta
dalam menuju adil, makmur, sejahtera. Kondisi ideal ini juga meliputi Kota Solo
sebagai Kota Modern dalam arti nyaman, comfortable, bagi stakeholder.
Konsepsi Kota Solo sebagai Kota Budaya adalah kondisi ideal yang diharapkan
sesuai dengan tatanan nilai budaya yang berlaku dalam masyarakat Surakarta, yaitu
terwujudnya Kota Solo yang berbudaya lahir dan batin. Kondisi ideal ini tentunya
tidak lepas dari cita-cita nasional Bangsa Indonesia, yaitu mewujudkan masyarakat
adil, makmur dan sejahtera.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
86
Purbayan, hingga Tempat Ibadah Tri Dharma Tien Kok Sie, Vihara Am Po Kian,
dan Sahasra Adhi Pura.
Perkampungan Arab menempati tiga wilayah kelurahan, yaitu Kelurahan Pasar
Kliwon, Semanggi dan Kedung Lumbu di Kecamatan Pasar KliwonPenempatan
kampung Arab secara berkelompok tersebut sudah diatur sejak zaman dulu untuk
mempermudah pengurusan bagi etnis asing di Surakarta dan demi terwujudnya
ketertiban dan keamanan. Etnis Arab mulai datang di Pasar Kliwon diperkirakan
sejak abad ke-19. Terbentuknya perkampungan di Pasar Kliwon, selain
disebabkan oleh adanya politik pemukiman di masa kerajaan, juga tidak terlepas
dari kebijakan pemerintah kolonial. Perkampungan Tionghoa banyak terfokus di
wilayah Balong, Coyudan, dan Keprabon. Hal ini dapat dilihat dengan adanya
bangunan-bangunan kelenteng dan tempat ibadah, seperti Kelenteng Tien Kok
Sie.
(2)Kondisi Pemerintahan
Wilayah administrasi kota Surakarta terbagi menjadi lima wilayah kecamatan
yaitu Jebres, Banjarsari, Pasar Kliwon, Serengan dan Lawiyan dan 51 Kalurahan
dengan luas wilayah dan kepadatan penduduk yang berbeda-beda. Wilayah
terluas berada di Kecamatan Banjarsari (14,81 km2) dan wilayah tersempit di
Kecamatan Serengan (3,19 km2).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
90
busana, gerak tarian, seni tatah kulit (wayang), pengolahan batik, gamelan, dan
sebagainya.
Bahasa yang digunakan di Surakarta adalah bahasa Jawa Surakarta dialek
Mataraman (Jawa Tengahan) dengan varian Surakarta. Dialek Mataraman/Jawa
Tengahan juga dituturkan di daerah Yogyakarta, Magelang timur, Semarang,
Pati, Madiun, hingga sebagian besar Kediri. Meskipun demikian, varian lokal
Surakarta ini dikenal sebagai "varian halus" karena penggunaan kata-kata
karma yang meluas dalam percakapan sehari-hari, lebih luas daripada yang
digunakan di tempat lain. Bahasa Jawa varian Surakarta digunakan sebagai
standar bahasa Jawa nasional (dan internasional, seperti di Suriname). Beberapa
kata juga mengalami spesifikasi, seperti pengucapan kata "inggih" ("ya" bentuk
krama) yang penuh (/iŋgɪh/), berbeda dari beberapa varian lain yang
melafalkannya "injih" (/iŋdʒɪh/), seperti di Yogyakarta dan Magelang. Dalam
banyak hal, varian Surakarta lebih mendekati varian Madiun-Kediri, daripada
varian wilayah Jawa Tengahan lainnya.
Walaupun dalam kesehariannya masyarakat Solo menggunakan bahasa nasional
bahasa Indonesia namun sejak kepemimpinan wali kota Joko Widodo maka
bahasa Jawa mulai digalakkan kembali penggunaannya di tempat-tempat
umum, termasuk pada plang nama-nama jalan dan nama-nama instansi
pemerintahan dan bisnis swasta.
Solo juga berperan dalam pembentukan bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional Indonesia Pada tahun 1938, dalam rangka memperingati sepuluh tahun
Sumpah Pemuda, diselenggarakan Konggres Bahasa Indonesia I di Solo, Jawa
Tengah. Kongres ini dihadiri oleh bahasawan dan budayawan terkemuka pada
saat itu, seperti Prof. Dr.Hoesein Djajadiningrat, Prof. Dr.Poerbotjaraka, dan Ki
Hajar Dewantara. Dalam kongres tersebut dihasilkan beberapa keputusan yang
sangat besar artinya bagi pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia.
Solo memiliki beberapa tarian daerah seperti Bedhaya (Ketawang, Dorodasih,
Sukoharjo, dll.) dan Srimpi (Gandakusuma dan Sangupati). Tarian ini masih
dilestarikan di lingkungan Keraton Solo. Tarian seperti Bedhaya Ketawang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
91
secara resmi hanya ditarikan sekali dalam setahun untuk menghormati Sri
Susuhunan Pakoe Boewono sebagai pemimpin Kota Surakarta.
Peninggalan sejarah lain adalah Batik. Batik adalah kain dengan corak atau
motif tertentu yang dihasilkan dari bahan malam khusus (wax) yang dituliskan
atau di cap pada kain tersebut, meskipun kini sudah banyak kain batik yang
dibuat dengan proses cetak. Solo memiliki banyak corak batik khas, seperti
Sidomukti dan Sidoluruh. Di KecamatanLaweyan terdapat Kampung Batik
laweyan yaitu kawasan sentra industri batik yang sudah ada sejak zaman
kerajaan Pajang tahun 1546. Kampung batik lainnya yang terkenal untuk para
turis adalah Kampung Batik Kauman. Produk-produk batik Kampung Kauman
dibuat menggunakan bahan sutra alam dan sutra tenun, katun jenis premisima
dan prima, rayon. Keunikan yang ditawarkan kepada para wisatawan adalah
kemudahan transaksi sambil melihat-lihat rumah produksi tempat
berlangsungnya kegiatan membatik. Artinya, pengunjung memiliki kesempatan
luas untuk mengetahui secara langsung proses pembuatan batik bahkan untuk
mencoba sendiri mempraktekkan kegiatan membatik.
Batik Solo memiliki ciri pengolahan yang khas, warna kecoklatan (sogan) yang
mengisi ruang bebas warna, berbeda dari gaya Yogya yang ruang bebas
warnanya lebih cerah. Pemilihan warna cenderung gelap, mengikuti
kecenderungan batik pedalaman. Jenis bahan batik bermacam-macam, mulai
dari sutra hingga katun, dan cara pengerjaannya pun beraneka macam, mulai
dari batiktulis hingga batik cap.
mempunyai gairah wisata belanja, kuliner dan festival. Sebagai sebuah kota tua
di Jawa, Solo kental dengan nuansa ketenangan, kehangatan penduduknya, dan
menjadi tempat yang nyaman baik untuk liburan maupun bisnis.
Melihat kondisi geografisnya, obyek wisata di Kota Solo didominasi oleh
wisata budaya dan wisata belanja, selanjutnya wisata alam didukung oleh
kabupaten yang mengelilingi kota Solo yaitu Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten
Boyolali, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sragen dan
kabupaten Klaten yang kebudian terkenal dengan SUBOSUKOWONOSRATEN.
Sehubungan dengan hal tersebut pemerintah kota Solo membangun kerjasama
khususnya di bidang pariwisata bersama dengan keenam kabupaten tersebut
dengan istilah pariwisata SOLO RAYA.
Saat ini Kota Solo memilik 4 (empat) obyek peninggalan sejarah (heritage):
keraton Kasunanan, keraton Mangkunegaran, Museum Radya Pustaka, kampung
Batik ; 3 (tiga) obyek peninggalan sejarah sekaligus belanja: pasar Gedhe, pasar
Klewer, pasar Triwindu; 3 (tiga) obyek belanja: Beteng Trade Center, Pusat
Grosir Solo, Pasar Klewer , 2 (dua) taman bertema (area publik): Taman
Balekambang dan Citi walk.
Obyek Wisata yang dapat dinikmati di kota Solo adalah :
a). Wisata alam
Wisata-wisata alam di sekitar Solo banyak ditemui di wilayah
kabupaten yang mengelilingi kota Solo antara lain Tawangmangu (berada di
timur kota Solo, di Karanganyar), kawasan wisata Selo (berada di barat kota
Solo, di Boyolali), agrowisata kebun teh Kemuning, Air Terjun Jumog, Air
Terjun Parang Ijo, Air terjun Segoro Gunung, Grojogan Sewu dan lain-lain.
Selain itu di Kabupaten Karanganyar, tepatnya di lereng Gunung lawu
terdapat beberapa candi peninggalan kebudayaan Hindu-Buddha, seperti
Candi Sukuh, Candi Cetho, Candi Monyet, dan lain-lain. Selain itu tidak jauh
dari Solo juga dapat ditemui Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Ratu
Boko, Candi Kalasan dan di Yogyakarta terdapat Candi Sambisari, Candi
kalasan danCandi Sari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
93
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
96
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
98
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
99
Kota Solo menjadi salah satu tujuan wisata MICE (Meeting, Incentive
Trip, Conference, Exhibition) sudah sejak lama. Namun dengan
ditetapkannya Kota Solo sebagai Kata MICE, keberadaan kota Solo sebagai
destinasi wisata MICE semakin diperhitungkan baik di tingkat nasional
maupun internasional.
Potensi wisata MICE yang dimiliki kota Solo antara lain :
a) Hotel bertaraf internasional, berjumlah 34 hotel berbintang dan 128
hotel non bintang dengan total kamar 5010 kamar.
b) 5 buah Convention Hall dengan kapasitas 500-2500 0rang
c) 60 Event Organizer
d) 59 Travel Agent
e) 33 Pramuwisata bersertivikat, yang terdiri dari 2 devisi yaitu devisi tamu
domestik dan devisi tamu asing.
f) 40-50 Atraksi di kota Surakarta (Solo Raya) yang digelar sepanjang
tahun: atraksi alam dan atraksi budaya.
g) 4 Peninggalan bersejarah: Bangunan, kampung batik, keris, keraton,
pasar Gedhe , museum dan lain lain
h) Bandara Internasional
i) Fasilitas-fasilitas publik: city walk, taman balekambang
j) Atraksi wisata kota seperti Loco Tour Jaladara, Bis Tingkat Werkudara,
Kereta Kencana
k) Keramahtamahan masyarakat kota Solo
l) Lingkungan kota Solo yang nyaman dengan layanan publik yang
lengkap.
Pemerintah Daerah dalam Rencana IndukKota (RUK) Masterpaln 20 tahun Kodya Dati
II Surakarta ditetapkan PerdaNomor 5 tahun 1975 dan disahkan dengan keputusan
Mendagri Nomor412/1997, Kota Surakarta diarahkan sebagai Kota Budaya dan
Pariwisata.Dinas Pariwisata Kota Surakarta berdiri pada Tahun 1974 berdasarkanSurat
Keputusan Walikota Surakarta Nomor 108/kep. I/3/1974 dengan namaLembaga
Perkembangan Pariwisata Kota Surakarta (LPPS), yang berstatussemi pemerintah.
Pendirian Lembaga ini dimaksudkan untuk pengolahan danpeningkatan kepariwisataan
Kota Surakarta, mengingat Kota Surakartamerupakan salah satu kota yang memiliki
banyak peninggalan sejarah, nilaibudaya, dan obyek wisata. Lembaga ini
bertanggungjawab kepada WalikotaSurakarta dengan fungsinya yaitu, memberi saran
atau membantuWalikotamadya dalam hal tersebut dibawah ini:
1 Membina, mengembangkan, dan mengarahkan potensi kepariwisataan di Kota
Surakarta.
2 Mengkoordinasi badan-badan swasta dalam hakkepariwisataan.
3 Mengadakan hubungan kerjasama sebaik-baiknya denganpemerintah dan swasta
yang bersifat nasional maupuninternasional.
Mengingat pentingnya lembaga ini, maka untuk menyempurnakankeberadaannya,
dikeluarkanlah Surat Keputusan Walikotamadya SurakartaNomor 439/Kep I/Kp.76 pada
tanggal 31 Maret 1976 tentang StrukturOrganisasi dan Tata Kerja Dinas Pariwisata Seni
dan Budaya Kota Surakarta.Dengan surat keputusan tersebut maka secara resmi LPPS
berubah namanyamenjadi Dinas Pariwisata Kota Surakarta dan statusnya adalah
organisasiPemerintah.
Dalam rangka kegiatan peningkatan kepariwisataan di daerah,pemerintah pusat
mengeluarkan peraturan pemerintah Nomor 24 Tahun 1979tentang penyerahan sebagian
urusan pemerintah dalam bidang kepariwisataankepada Daerah Tingkat II. Setelah
dikeluarkannya peraturan pemerintah ini,maka secara otomatis Pemerintah Kota
Surakarta mempunyai wewenang yanglebih luas dalam bidang kepariwisataan.
Kemunculan peraturan pemerintahtersebut secara otomatis mengakibatkan perubahan
dalam susunan organisasidan tata kerja Dinas Pariwisata Kota Surakarta. Untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
101
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
103
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
104
Gambar4.1
STRUKTUR ORGANISASI DISBUDPAR KOTA SURAKARTA
& NAMA PEJABAT STRUKTURAL per 3 Januari 2014
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
105
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
106
Tugas:
Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaran tugas secaraterpadu, pelayanan administrasi, dan
pelaksanaan di bidang
keuangan, meliputi: pengelolaan keuangan, verifikasi,pembukuan dan akuntansi di
lingkungan Dinas.
3) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Tugas:
Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaran tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan
pelaksanaan di bidang
umum dan kepegawaian, meliputi: pengelolaan administrasikepegawaian, hokum,
humas, organisasi dan tatalaksana, ketatausahaan, rumah tangga, dan perlengkapan
dilingkungan Dinas.
c. Bidang Sarana Wisata
Tugas:
Melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, danpelaksanaan di
bidang akomodasi wisata dan rekreasi hiburan umum.Untuk menyelenggarakan tugas
tersebut, Sekretariat mempunyaifungsi:
1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan pelaksanaan di
bidang akomodasi wisata.
2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan pelaksanaan di
bidang rekreasi dan hiburan umum.
3) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Bidang Sarana Wisata terdiri dari:
1. Seksi Akomodasi Wisata
Tugas:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
108
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
110
paralel dengan jalan raya, tepatnya di sepanjang jalan protokol Slamet Riyadi.
Di jalur ini terdapat rel Kereta api Feeder Wonogiri yang saat ini
dialihfungsikan sebagai kereta api wisata Sepur Kluthuk Jaladara yang
berhenti di Loji Gandrung (kantor wali kota Solo) dan Kampung Batik
Kauman.
d). Pesawat terbang
Bandar Udara Internasional Adi Sumarmo (kode SOC, dulu bernama
"Panasan", terletak 14 kilometer di sebelah utara kota Solo. Secara
administratif banda udara ini terletak di luar batas kota Solo, tepatnya di
perbatasan Kabupaten Karanganyar dan Boyolali. Bandara ini terhubung ke
Jakarta, Kuala Lumpur, Singapura&Bandar Seri Begawan, serta Arab Saudi
(pada musim haji). Bandara Adisumarmo juga menjadi pusat pemberangkatan
dan penerimaan Haji dari Asrama Haji Donohudan Boyolali Indonesia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
114
6) Jasa Pramuwisata
Keberadaan pramuwisata di Kota Surakarta merupakan salah satu ujung tombak
bagi pengembangan kegiatan wisata, karena pramuwisata berhubungan langsung
secara aktif dengan wisatawan dalam melayani maupun membantu wisatawan
memenuhi kebutuhan dan keinginanya. Kesan dan citra wisatawan terhadap obyek
dan daya tarik wisata sedikitnbanyak ditentukan oleh pelayanan pramuwisata.
Jumlah pramuwisata yang ada di Surakarta pada tahun 2014 mencapai 33 orang
yang terdirir dari dua kelompok yaitu devisi asing dan devisi domestik..
mempertahankan tradisi dan budaya masa lalu “Solo masa depan adalah Solo masa
lalu”.
Dengan bermuarakan pada kesejahteraan masyarakat Solo, pemasaran pariwisata
kota Solo disusun dengan melibatkan semua stakeholder yang ada. Pemerintah,
perusahaan swasta/korporat dan mayarakat setempat menjadi tokoh utama suksesnya
pemasaran ini yang masing-masing berperan penting didalamnya. Kebijakan
pemerintah dalam pemasaran pariwisata Surakarta meliputi tiga hal yaitu: (1)
Manajemen Branding; (2) Manajemen Produk; dan (3) Manajemen Pelanggan
(Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta. Strategi Pengembangan
Pariwisata Solo. 2008). Manajemen Branding adalah bahwa segala bentuk rencana
program komunikasi pemasaran harus mampu mengangkat merek kota Solo.
Pemerintah bertanggung jawab terhadap penentuan koridor dan regulasi agar starategi
pemasaran mampu memberikan “Brand” atau “Merek” bagi kota Solo. Stakeholder
korporat melibatkan diri dan aktif dalam menciptakan produk yang kreatif yang
berdaya saing tinggi dan mampu memeberikan keunikan yang akhirnya menciptakan
merek. Masyarakat sebagai “people” dengan kelebihannya sebagai masyarakat yang
kental dengan budaya Jawa akan memberikan makna tersendiri dalam strategi
pemasaran pariwisata ini. Dengan ketenangan dan keramahannya, masyarakat Kota
Solo diharapkan mampu menciptakan atmosfir yang menyenangkan bagi para
wisatawan, dan mampu menjalankan manajemen pelanggan.
Dalam menjalakan pemasaran pariwisata, Pemerintah Kota membentuk
badan/institusi yang bertugas khusus untuk membantu melakukan kegiatan promosi
dan untuk bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta yaitu
Badan Promosi Pariwisata Daerah Surakarta (BPPDS). Dengan dasar hukum SK
Walikota Surakarta nomor: 480.05/02-I/1/2012 tertanggal 13 Januari 2012 tentang
Badan Promosi Pariwisata Daerah, dengan masa jabatan 4 tahun. Tugas unsur penentu
kebijakan BPPDS adalah:
1 Meningkatkan citra kepariwisataan Indonesia;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
116
Sedangkan Tugas Unsur Badan Promosi Pariwisata Daerah Surakarta adalah sebagai
berikut:
1 Menyusun Program Promosi Kepariwisataan Kota Surakarta, yang bertujuan:
a) Meningkatkan citra kepariwisataan Kota Surakarta khususnya dan Indonesia
umumnya;
b) Meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara ke Kota
Surakarta;
2 Melaksanakan Program Promosi Kepariwisataan Kota Surakarta;
3 Mengkoordinasikan Instansi/Lembaga Pemerintah dan Swasta yang berkenaan
bidang Promosi Kepariwisataan di Kota Surakarta;
4 Melakukan rirset dalam rangka pengembangan usaha dan bisnis pariwisata
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta dan BPPDS juga melibatkan pelaku
wisata yang turut mendukung kegiatan kepariwisataan Kota Solo diantaranya adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
117
DPC Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Surakarta (PHRI) , Asosiasi Agen
Tour (ASITA) cabang Surakarta serta beberapa komunitas dalam masyarakat seperti
Himpunan Pemandu wisata Indonesia (HPI), Event Organizer (EO), Professional
Conference Organizer (PCO), Akademisi perhotelan, Komunitas seniman, Pengrajin
seni dan lain lain.
Untuk pengembangan ekonomi pariwisata, Dinas Kebudayaan dan Pariwista Surkarata
bekerja sama dengan beberapa kabupaten yang mengelili kota Surakarta yaitu
Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Sragen, Klaten, dan dikenal dengan sebutan
SUBOSUKOWONOSRATEN .
Gambar 4.2 Peta SOLO RAYA (SUBOSUKOWONOSRATEN)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
118
ke depan. Dengan tetap memegang slogan pariwisata “Solo the Spirit of Java”, Solo
masa depan adalah Solo masa lalu, maka pengembangan pariwisata Surakarta
dipetakan sebagai berikut:
kehidupan terkini, yaitu Solo bertransformasi menjadi kota pelopor bagi seni, budaya
dan proses produksinya yang ramah Lingkungan, berbasis teknologi dan
memperjuangkan kehidupan generasi yang berkelanjutan.
Segmentasi Communitization
Targeting Confirmation
Positioning Clarification
Differentiation Codification
Selling Commercialization
Branding Character
Services Caring
Process COLLABORATION
Dari gambar diatas dapat dilihat strategi pemasaran dengan inovasi baru yang
dilakukan pemerintah daerah lebih menitik beratkan pada strategi pemasaran dengan
perspektif komunikasi. Pemasaran dilakukan lebih aktif dengan membangun
“relationship”. Strategi pemasaran tersebut dijabarkan seperti berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
120
KOLABORASI
• Ketahui dan kenali pasar
dengan baik. • Riset Pasar
• Pilih pasar prioritas: high • Branding & Positioning
value, high
return, high impact • Alat promosi bersama promosi
• Tetapkan tujuan promosi cetakwebsite, facebook,
dan rancang informasi
sesuai yang dibutuhkan • advertising
pasar. • Aktivasi bersama: road show,
• Pilih media atau alat travel mart, table top, fam trip
promosi yang
low budget-high impact
• Lakukan monitoring dan
ukur dampaknya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
121
Salah satu destinasi wisata , mengapa MICE? MICE itu industri besar karena
melibat kan hotel, EO, PCO.Harapan saya dg MICE: dengan mice ini bisa
meningkatkan salah satu meningkatkan destinasi wisata. Karena karakter
mice adalah Harga tinggi, Length Of Stay lama, diikuti oleh banyak orang
jadi butuhpenginapan banyak, makanan, wisata, belanja dll.
(Daryono, 20/3/2014 )
Dengan berbagai pertimbangan dan potensi yang dimiliki kota Solo, positioning sebagai
kota MICE menjadi hal yang tepat, khususnya bagi pengembangan pariwisata kota Solo.
Wisata MICE merupakan bagian dari Business Tourism yang sedang trend di dunia.
Bisnis wisata MICE adalah kegiatan kepariwisataan yang aktivitasnya merupakan
perpaduan antara leisure dan Business.
MICE merupakan satu dari tujuh minat khusus terhadap destinasi wisata unggulan selain
wisata alam, sejarah, olahraga, belanja dan kuliner. Bisnis ini mampu memberikan
multiple effect, high yield dan massifbagi roda perekonomian daerah karena bisnis ini
melibatkan banyak orang dan stakeholder.
Pertimbangan penting yang menjadi alasan di tetapkankanya Solo sebagai Kota
MICE adalah: (1) Potensi kepariwisataan belum dimanfaatkan secara optimal; (2)adanya
stagnasi produk pariwisata; (3) Diferensiasi dan positioning daerah; (4) Dampak
pengganda (multiplier effect); (5) Komitmen yang kuat dari stakeholder pariwisata
Daerah; (6) MICE mampu menjangkau kabupaten / kota disekitarnya (wilayah Solo
Raya); (7) sejalan dengan strategi pariwisata nasional (Dokumen BPPIS: Pengembangan
MICE di Solo, 2013). Oleh karena itu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta
bertekad mengembangkan kepariwisataan ke Business Tourism yaitu wisata MICE.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
123
Potensi yang dimiliki kota Solo cukup baik dan mendukung untuk kegiatan tersebut.
Potensi wisata MICE yang dimiliki kota Solo antara lain (Dokumen BPPIS:
Pengembangan MICE di Solo, 2013):
a) Hotel bertaraf internasional, 28 hotel berbintang dan 71 hotel melati dengan
total kamar 4.800 (tahun 2009), sedangkan kondisi sekarang di tahun 2014
total hotel berjumlah 34 hotel berbintang dan 128 hotel non bintang dengan
total kamar 5010 kamar.
b) 5 buah Convention Hall dengan kapasitas 500-2500 0rang
c) 60 Event Organizer
d) 59 Travel Agent
e) 33 Pramuwisata bersertivikat, yang terdiri dari 2 devisi yaitu devisi tamu
domestik dan devisi tamu asing.
f) 40-50 Atraksi di kota Surakarta (Solo Raya) yang digelar sepanjang tahun:
atraksi alam dan atraksi budaya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
124
j) Atraksi wisata kota seperti Loco Tour Jaladara, Bis Tingkat Werkudara,
Kereta Kencana
k) Keramahtamahan masyarakat kota Solo
l) Lingkungan kota Solo yang nyaman dengan layanan publik yang lengkap.
Meskipun demikian, untuk menjadi kota MICE telah ditetapkan ada Sembilan kriteria
yang harus dipenuhi dan kesembilan kriteria tersebut diturunkan menjadi 65 indikator,
seperti berikut ini:
10) Aksebilitas, meliputi indikator bandara Internasional, biaya transportasi, jadwal
penerbangan, frekuensi penerbangan, pelayanan transit, pelayanan kepabeanan,
pelayanan imigrasi dan karantina, konektifitas bandara.
11) Dukungan stakeholder, dengan indikator asosiasi profesi dan industri,
Destination Marketing Organization, pemerintah daerah.
12) Tempat-tempat menarik, dengan indikator atraksi dan tempat menarik, pusat
pembelajaan, restaurant, tempat hiburan, pemandangan alam, rekreasi, peluang bisnis
dan industri unggulan.
13) Fasilitas akomodasi, dengan indikator variasi jenis akomodasi, kapasitas, harga,
kualitas pelayanan, keamanan.
14) Fasilitas meeting, dengan indikator variasi venue, kapasitas ruang meeting, tata
letak atau perencaaan raung, suasana, pelayanan dan keamanan.
15) Fasilitas pameran, dengan indikator variasi venue pameran, kapasitas, tata letak,
suasana, pelayanan, kaemanan, ketersediaan fasilitas.
16) Citra destinasi, dengan indikator pengalaman destinasi dalam menyelenggarakan
event, reputasi, keamanan, kondisi sosial dan poltik, kondisi ekonomi, kebersihan,
kemampuan meminimalisir resiko, memiliki program pemasaran destinasi.
17) Keadaan lingkungan, dengan indikator infrastruktur, kepolisian, rumah sakit,
money changer, perbankan, layanan pengiriman barang, transportasi umum,
keramahtamahan masyarakat umum, kebudayaan lokal, biaya hidup.
18) Profesionalitas sumber daya manusia (SDM), dengan indikator Profesional
Convention Organizer (PCO), Professional Exhibition Organizer (PEO), Destination
Management Company (DMC), Event Organizer, Travel Agent, Freight Forwarder,
Kontraktor terkait MICE, Pemandu wisata, jasa boga, seni dan budaya, jasa
percetakan, jasa otoritas bandara, lembaga pendidikan terkait MICE, maskapai
penerbangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
126
Menyimak persyaratan sebagai Kota MICE tersebut, keunggulan dan potensi yang
dimiliki kota Solo sudahmampu memenuhi persyaratan-persyaratan itu, dengan
penjelasan sebagai berikut:
Aksesibilitas. Akses untuk menuju kota Solo sangat mudah. Hampir Semua jalur
transportasi tersedia lengkap berikut jawdal pemberangkatan yang sudah pasti,
seperti: (1). Bandara Internasional Adi Sumarmo dengan Maskapai penerbangan
yang terdiri dari Garuda Airways, Lion Air, Sriwijaya Air, Citylink. Serta adanya
kebijakan penerbangan langsung (direct flight)ke mancanegara seperti ke
Singapura, Malaysia dan Hongkong; (2) Jalur darat : Bus dalam kota, bus antar kota
dan bus antar provinsi, Travel transpotasi dan kereta dengan pelayanan 24 jam.
Tersedianya Kantor Imigrasi yang berada di Jalan Adi Sucipto, yang berjarak 2 km
dari Bandara Adi Sumarmo.
Dukungan Stakeholder. Dukungan Stakeholder sudah tersedia, ,meskipun belum
maksimal, seperti: Event Organizer, Himpunan Pramuwisata Indonesia, ASITA
Cabang Surakarta, DPC PHRI Surakarta, Akademisi Seperti Universitas Sebelas
Maret, Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Surakarta, Forum Pariwisata SOLO
RAYA.
Tempat-tempat menarik dan atraksi.Dinas Kebudyaan dan pariwisata Surakarta
telah mengagendakan atraksi yang digelar sepanjang tahun. Atraksi-atraksi tersebut
dijadwalkan dan dtuangkan dalam sebuah buku yang disebut “Calender Of
Events”.Ada kurang lebih 43 acara yang diagendakan oleh pemerintah kota di
sepanjang tahun 2014 ini, yang kesemuanya mengusung seni kreatif budaya lokal.
Acara inti yang diselenggarakan setiap tahun diantaranya: Sekaten, Grebeg Maulud,
Grebeg Sudiro, Solo Carnaval, Konser Gamelan Akbar, Festival Jenang Solo,
bengawab Solo Gethek festival, Solo Menari, Mangkunegaran Performing Art, Java
Expo 2014, Vastenburg Carnival, Keraton Art festival, Solo International Mask
Dance Festival (SIMDef), Solo Batik Carnival, Solo Batik Fashion, Solo Keroncong
Festival, Solo City Jazz, Solo International Performing Art (SIPA), Kirab Malam 1
Suro, Rock in Solo, Solo International Etnic Music. Sedangkan tempat-tempat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
127
menarik untuk dikunjungi adalah wisata alam, wisata belanja, bangunan bersejarah,
pusat kerajinan gamelan, pusat kerjainan batik, pusat kerajinan keris, berbagai
macam kuliner
Foto 4.7 Solo International Etnic Music Foto 4.8 Solo Batik Carnival
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
128
Hall berkapasitas 2.500 orang, Ruang meeting Hotel Sunan berkapasitas 1.500
orang, Ruang Meeting Hotel Lor In berkapasitas 1.500 orang, Ruang Meeting Hotel
Megaland Berkapasitas 1000 orang, Ruang Meeting hotel Asia berkapasitas 800
orang dan ruang meeting hotel-hotel lain di Solo dengan kapasiatas 100-400 orang.
Fasilitas pameran. Fasilitas pameran yang tersedia berkapasitas minimum,
khusunya untuk venue/ruangnya. Venue yang sering digunakan untuk pameran
dalam ruang adalah Diamond Convention Hall dengan kapasitas 2.500 orang.
Citra Destinasi. Citra Destinasi di Kota Solo cukup bagus dan menarik bagi
wisatawan, karena Solo dikenal sebagai (1) The Spirit Of Shoppingyaitu kota tujuan
wisata yang memuaskan hasrat belanja para wisatawan;(2) The Spirit of
Culinaryyaitu menyediakan berbagai macam kuliner mulai dari makanan tradisional
hingga makanan ala barat yang disajikan bervariasi mulai dari kaki lima hingga di
restoran dan di restoran dalam hotel, (3) The Spirit of Festivals yaitu kota yang aktif
menyelenggarakanberbagai macam atraksi diantaranya atraksi upacara adat, atraksi
seni tradisional, bahkan atraksi seni dari manca negara; (4) The Spirit of History
adalah kota yang sarat dengan peninggalan bersejarah. Sebagai pusat dari Kerajaan
Mataram Islam di Jawa. Juga sebagai lokasi ditemukannya fosil manusia dan hewan
purba.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
129
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
130
Selain berdampak baik pada roda ekonomi , bisnis wisata MICE Kota Solo juga
berdampak terhadap budaya dan seni yaitu semakin termotivasinya masyarakat untuk
melestarikan atraksi budaya leluhur dan menciptakan kreasi baru seni budaya daerah
serta mengadakan atraksi-atrasi seni yang melibatkan seniman mancanegara. Atraksi-
atraksi ini merupakan modal penting karena sangat mendukung terselenggaranya
wisata MICE.Beberapa kegiatan yang berkaitan dengan aktifitas MICE yang berhasil
diselenggarakan oleh kota Solo adalah Asia-Pacific Ministerial Conference on
Housingand Urban Development/APMCHUD (2010), Asian Parliamentary
Assembly/APA (2011), International Conference of Child Friendly Asia
Pasific/ICCFA (2011), ASEAN 67thCoordinatingComittee On Services/CCS (2012),
National Conggeres APEKSI (2012), Forum of Asia Pasific Cultural Program/FAPCP
(2013), International Conference on Historian (2012), Kongres PSSI (2012), APEC
Tourism Working Group (2013), International Toilet Summit (Oktober 2013).
Wisata MICE sebernanya sudah dimulai sebelum tahun 2009, akan tetapi Positioning
Solo sebagai Kota MICE baru resmi ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif pada periode kepemimpinan Bapak JoKo Widodo sebagai Walikota
Surakarta pada tahun 2009. Keseriusan ini ditindak lanjuti Pemerintah Kota untuk
penyusunan program komunikasi pemasaran khusus wisata MICE dan Dinas
Kebudayaan Dan Pariwisata Surakarta bertangung jawab untuk pelaksanaannya.
Program komunikasi pemasaran Solo Kota MICE ini resmi dimulai sejak
ditetapkannya Solo Kota MICE yaitu tahun 2009.
Sebagai acuan penentuan strategi pemasaran yang akan dilakukan, Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta bekerja sama dengan sebuah Organisasi swasta
atau NGO (Non Government Organisation) yaitu GTZ-RED, menyusun tahapan-
tahapan pengembangan wisata MICE dan Road Map Promosi untuk wisata MICE.
Tahapan-tahapan pengembangan wisata MICE adalah sebagai berikut: (1) Analisa
Rantai Nilai wisata MICE (tahun 2009); (2) survey pasar MICE (tahun 2009); (3)
pelatihan MICE-basic training ( tahun 2010); (4) pengembangan fasilitas (venue,
amenitas); (5) promosi (tahun 2011 – sekarang); (6) sertifikasi pelaku MICE (tahun
2011 – sekarang); (7) monitoring dan evaluasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
131
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
132
terkait dalam venue adalah pengelola gedung pertemuan, catering, pengelola fasilitas
pertemuan. Langkah kelima adalah pengembangan kegiatan pre & post conference
yaitu kegiatan wisata sebelum atau sesudah melakukan kegiatan MICE. Yang terkait
dalm kegiatan ini adalah para obyek wisata, pemandu wisata, EO, travel agent dan
pengelola entertainment. Langkah keeman adalah evaluasi, dan yang terkait dalam
aktivitas ini adalah para akademisi, pemerintah daerah, individu, dan tentu saja
konsumen/wisatawan.
b. Rantai nilai wisata MICE 2
Gambar 4.7 Rantai Nilai wisata MICE 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
133
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
134
Gambar Nilai rantai wisata MICE 3, menunjukkan sasaran dan strategi yang akan
dicapai. Sasaran dan strategi tersebut tertulis dalam kotak biru dan coklat. Budi Sartono
(23/04/2015) menjelaskan sebagai berikut:
1)Sasaran pertama adalah peningkatan penjualan produk MICE.
2)Sasaran kedua adalahmeningkatkan wisatawan MICE yang menginap di
hotel/homestay/guesthouse
3)Sasaran ketiga adalah menguatnya sinergi para pelaku wisata MICE di wilayah
Solo.
4)Sasaran keempat adalah meningkatnya image Solo sebagai destinasi wisata
MICE
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
135
Untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut, sesuai dengan rantai nilai wisata MICE
maka strategi sebagai berikut:
1) Peningkatan pemahaman pasar MICE
2) Pengembangan SDM
3) Pengembangan kapasitas dan kualitas MICE provider, seperti ballroom, venue,
catering dan lain-lain.
4) Peningkatan promosi dan publikasi
5) Perbaikan infrastruktur dan fasilitas pendukung.
6) Peningkatan komunikasi dan koordinasi lintas sektor.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
136
Untuk kepastian arah pemasaran dan promosi Solo Kota MICE Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Surakarta bersama BPPIS telah menyusun Road Map Promosi yaitu
peta yang dipakai sebagai panduan untuk perjalanan kegiatan promosi wisata MICE,
seperti berikut ini:
kementerian saja kita sudah melakukan MICE, tentunya akan selamanya kita
melakukan pemasaran wisata MICE. Selama masih ada pariwisata. (Budi
Sartono, 23/04/2015)
Langkah selanjutnya adalah melakukan survey untuk menyusun Basis Data dan
Kajian Pasar Wisata MICE Solo Raya. Penyusunan Basis Data dan Kajian Pasar
Wisata MICE Solo Raya merupakan aktivitas untuk mendapatkan informasi yang riil
yang dapat dipakai dasar untuk pengembangan serta pemasaran Wisata MICE. Kajian
pasar dilakukan untuk mendapat gambaran (1) sejauh mana tren pasar MICE di masa
depan baik secara nasional maupun secara Internasional; (2) kondisi pasar MICE
secara global, (3) pola pengambilan keputusan untuk destinasi MICE; (4) kebutuhan
pasar dalam penyelenggaraan paket wisata MICE, serta (5) rekomendasi strategi
pemasarannya. Sedangkan basis data wisata MICE merupakan aktifitas invetarisasi
kekuatan produk MICE Solo yaitu jumlah kegiatan MICE yang diselenggarakan di
Solo baik secara regional, nasional ataupun internasional, jumlah wisatawan yang
menginap di hotel, jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan MICE, jumlah
fasilitas MICE seperti hotel, ruang meeting, convention hall, restoran. (Dokumen Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta, Kajian Pasar dan basis Data Wisata
MICE/Meeting, Incentive, Conference dan Exhibition, 2009).
Dari hasil survey yang dilakukan oleh GTZ-RED beserta stakeholder
pariwisata Surakarta diperoleh hasil bahwa:
1) Perkembangan industri MICE dunia cukup menjanjikan, meskipun dari sisi
penguasaan pasar masih didominasi oleh Eropa dan Amerika Utara yang
menduduki peringkat 1 dan 2 di dunia. Indonesia termasuk dalam kawasan Asia
dan Timur Tengah yang masuk dalam peringkat ke-3 destinasi MICE.
2) Kegiatan MICE di seluruh dunia mengalami peningkatan peningkatan yang cukup
signifikan terutama di kawasan Eropa yang mencapai 4.138 kegiatan di tahun
2008, disusul oleh Amerika Utara di tahun 2008 aktivitas MICE mencapai 1.387
kegiatan. Untuk Wilayah Asia dan Timur Tengah menduduki peringkat ke 3 yaitu
sebesar 852 kegiatan, dilanjutkan Amerika Latin sebesar 684 kegiatan, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
138
Austarlia 825 kegiatan. Peringkat terbawah yaitu kawasan Africa dengan jumlah
189 kegiatan di tahun 2008.
3) Sedangkan peluang Kota Solo dalam industri MICE adalah sebagai berikut:
Data diatas menunjukan bahwa Kota Solo mempunyai peluang besar sebgai
destinasi wisata MICE. Untuk menyampaikan pesan tersebut Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Surakarta memilih media brosur, factsheet, website,facebook dan mengikuti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
139
kegiatan bersama seperti road show, travel mart, tabel top, ICMITM (Indonesia
Conference Meeting Incentive Travel Mart). Sedangkan stakeholder pariwisata
menggunakan semua media yaitu brosur, factsheet, website, facebook, direct mail,
souvenir, serta aktif kegiatan bersama seperti road show, travel mart, table top, sales
call, membuat harga-harga paket dan iklan. Kondisi ini seperti yang disampaikan oleh
Budi Sartono dan Daryono:
Media yang dipakai adalah Travel mart, road show, bersinergi dengan
pemerintah, dengan badan promosi dengan ASITA di luar solo raya. Pake IT
juga…(Daryono, 20/3/2015)
Upaya pemasaran Solo Kota MICE yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Surakarta beserta team memberikan dampak yang cukup baik bagi tingkat
kunjungan wisatawan, lama tinggal wisatawan dan jumlah aktifitas MICE di kota Solo
seperti bagan dibawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
140
= Star Hotel 59 % 63 % 68 % 55 %
Exhibition 24 36 38 40 42
Kondisi ini cukup memberikan harapan yang baik bagi perkembangan wisata MICE di
kota Solo. Dari kegiatan-kegiatan tersebut komposisi kegiatannya adalah sebagai
berikut: 31,67% meeting, 28,86% incentive tour, 14,27% pameran, 10% konperensi,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
141
22,41% kegiatan lainnya. Klien MICE dari pelaku wisata di Solo mayoritas berasal
dari enam kota besar di Jawa yaitu Jakarta, Solo, Semarang, Surabaya, Yogyakarta,
Bandung, sedangkan klien MICE dari negara tetangga sebagian besar berasal dari
Malaysia (Dokumen Badan Promosi Pariwisata Indonesia Surakarta.. Pengembangan
MICE di Solo. 2013)
Pemasukan pajak daerah pun mengalami kenaikan. Sebagai contoh pajak hotel dan
restoran seperti dibawah ini:
Tabel 4.5Daftar Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran Surakarta
Tahun Total penerimaan Pajak Hotel dan Restoran
(Dalam Rupiah)
2009 16.295.920.000
2010 16.625.000.000
2011 27.702.670.000
2012 34.151.246.000
2013 38.200.000.000*
Sumber: Dokumen Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta, Potensi Kerjasama
dan Strategis Promosi Pariwisata Kota Surakarta. Implemented, implementing,
planning. 2013.*(per 17 Desember 2013)
Dapat dilihat data penerimaan pajak dari tahun ke tahun mengalami kenaikan, hal ini
cukup membuktikan adanya pergerakan bisnis yang baik yang kaitannya dengan
kegiatan MICE di kota Solo.
Multiplier effect dari bisnis wisata MICE benar-benar terasa pada roda
perekonomian kota Solo, tidak hanya menggerakkan bisnis pariwisata Surakarta saja,
akan tetapi juga mampu menarik perhatian investor untuk berinvestasi di Kota Solo.
Pesatnya pertumbungan pembangunan hotel menjadi salah satu bukti nyata dampak
wisata MICE, diikuti bisnis lain seperti, restoran, catering, kerajinan cinderamata,
transportasi dan lainnya.. Menurut data dari Dinas Pariwisata Surakarta yang
disampaikan oleh Eny Tiyasni Susana menuliskan bahwa pertumbuhan hotel di kota
Solo sampai tahun 2013 mencapai 34 hotel berbintang dan 124 hotel nonbintang.
Sementara itu masih ada beberapa hotel lagi yang dalam proses pembangunan dan
beberapa hotel yang belum dibangun namun sudah mengantongi surat ijin
membangun.(travel.kompas.com).Dalam kurun waktu tiga tahun penambahan jumlah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
142
kamar untuk hotel berbintang mencapai 190%, sedangkan untuk hotel Non Bintang
jumlah kamar naik 23,76% Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan kelas dan
kualitas pelayanan akomodasi (lihat gambar 1.1)
1. Situation (situasi)
a. Analisa Pasar
Sebagai langkah awal memulai memasarkan Kota Solo sebagai kota MICE, Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta bekerja sama dengan organisasi swasta atau
NGO (Non Government Organisation) yaitu GTZ program RED melihat bagaimana
potensi dan kondisi Kota Solo dalam kaitannya dengan pegembangan wisata MICE.
Oleh karena itu dilakukan penyusunan Basis Data dan Kajian Pasar Wisata MICE
Solo Raya. Penyusunan data tersebut juga melibatkan organisasi yang lain seperti
ASITA DPC Solo, BPC PHRI Surakarta, SoloMICE. Pelaksanaan penelitian dan
penyusunan data dimulai bulan September tahun 2009, ketika bisnis wisata MICE
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
143
Kota Solo mulai menunjukan peningkatan tiga tahun terakhir yaitu sejak tahun 2007.
Penyusunan Basis Data dan Kajian Pasar Wisata MICE Solo Raya merupakan
aktivitas untuk mendapatkan informasi yang riil yang dapat dipakai untuk dasar
pengembangan serta pemasaran Wisata MICE. Kajian pasar dilakukan untuk
mendapat gambaran (1) sejauh mana tren pasar MICE di masa depan baik secara
nasional maupun secara Internasional; (2) kondisi pasar MICE secara global, (3) pola
pengambilan keputusan untuk destinasi MICE; (4) kebutuhan pasar dalam
penyelenggaraan paket wisata MICE, serta (5) rekomendasi strategi pemasarannya.
Sedangkan basis data wisata MICE merupakan aktifitas invetarisasi kekuatan produk
MICE Solo yaitu jumlah kegiatan MICE yang diselenggarakan di Solo baik secara
regional, nasional ataupun internasional, jumlah wisatawan yang menginap di hotel,
jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan MICE, jumlah fasilitas MICE
seperti hotel, ruang meeting, convention hall, restoran (Dokumen: GTZ-RED. Kajian
Pasar dan basis Data Wisata MICE (Meeting, Incentive, Conference dan Exhibition)
Solo. 2009.)
Dari hasil survey yang dilakukan oleh GTZ-RED beserta stakeholder pariwisata
Surakarta diperoleh hasil bahwa:
1) Perkembangan industri MICE dunia cukup menjanjikan, meskipun dari sisi
penguasaan pasar masih didominasi oleh Eropa dan Amerika Utara yang
menduduki peringkat 1 dan 2 di dunia. Indonesia termasuk dalam kawasan Asia
dan Timur Tengah yang masuk dalam peringkat ke-3 destinasi MICE.
2) Kegiatan MICE di seluruh dunia mengalami peningkatan peningkatan yang
cukup signifikan terutama di kawasan Eropa yang mencapai 4.138 kegiatan di
tahun 2008, disusul oleh Amerika Utara di tahun 2008 aktivitas MICE
mencapai 1.387 kegiatan. Untuk Wilayah Asia dan Timur Tengah menduduki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
144
Faktor internal ketiga, adalah kebijakan Pemerintah Kota, khususnya dalam hal
pemasaran pariwisata Surakarta secara keseluruhan. Kebijakan itu meliputi tiga hal
yaitu: (1) Manajemen Branding; (2) Manajemen Produk; dan (3) Manajemen
Pelanggan (Dokumen Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta, Potensi
Kerjasama dan Strategis Promosi Pariwisata Kota Surakarta. Implemented,
implementing, planning. 2013.)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
148
d. Analisa Konsumen
Selain melihat faktor internal, Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata juga mengkaji
faktor eksternalnya, yang meliputi kebutuhan pembeli/customer, peluang dan
ancamannya. Dijelaskan oleh Tjptono (2014: 48) elemen Customeradalah elemen
kedua dalam melihat situasi perusahaan yaitu kondisi pelanggan. Dijelaskan
bahwa pemasar harus memahami situasi pelanggan, preferensinya,
karakteristiknya, kebutuhannya dan keinginannya, gaya hidupnya serta faktor-
faktor yang mempengaruhi terdahadp pola konsumsi mereka. Demikian juga
Kotler (1999) memaparkan bahwa keberhasilan sebuah perusahaan atau organisasi
dalam merealisasikan tujuannya ditentukan oleh kemampuan perusahaan atau
organisasi bersangkutan dalam mengidentifikasikan kebutuhan dan keinginan
pasar sasarannya. Dalam hal ini Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Surakarta telah
memetakan kebutuhan pasar dalam penyelenggarakan paket wisata MICE dan pola
pengambilan keputusan pemilihan destinasi MICE oleh pembeli. Menurut
Dokumen Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. GTZ-RED-Kajian Pasar dan basis
Data Wisata MICE /Meeting, Incentive, Conference dan Exhibition. (2009)
dijelaskan bahwa alasan tertinggi yang menjadi pertimbangan pemilihan destinasi
MICE adalah:
(1) Keragaman akomodasi;
(2) Ketersediaan convention hall;
(3) Keamanan destinasi;
(4) tersedianya kemudahan trasportasi;
(5) ketersediaan tujuan wisata.
Sedangkan peluang yang telah berhasil dipetakan menunjukan bahwa Dinas
Kebudayaan Dan Pariwisata Surakarta memiliki kesempatan besar untuk
mengembangkan wisata MICE karena potensi yang dimiliki kota Solo sudah
memenuhi kriteria sebagai kota destinasi wisata MICE. Oleh karena itu langkah
penyusunan strategi komunikasi pemasarannya dapat ditindaklanjuti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
149
e. Analisa Kompetitor/pesaing
Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Surakarta juga tidak mungkin terlepas dari
faktor eksternal ancaman yaitu kondisi lingkungan Kota Solo dan keberadaan
kompetitor seperti yang dipaparkan Tjiptono (2014: 7) bahwa kompetitor
merupakan salah satu elemen untuk menganalisa situasi. Kompetitor yaitu siapa
saja pesaing perusahaan, strategi, kekuatan, kelemahan, kompetensi inti, reaksi,
serta future intention dari kompetitor. Kompetitor kota Solo adalahYogyakarta,
Surabaya dan Semarang.
1) Yogyakarta.
Kesamaan karakteristik dengan Yogyakarta yaitu sama-sama memiliki
kekentalan budaya Jawa merupakan ancaman yang kuat. Yogyakarta
memang memiliki citra destinasi dan popularitas yang lebih dibandingkan
Solo, meskipun sebenarnya hanya ada tiga ikon yang menjadi kebanggaan
Yogyakarta yaitu kawasan Keraton, Malioboro dan Tugu.
2) Surabaya.
Surabaya sebagai ibukota Jawa Timur dengan infrastruktur yang sangat
bagus, dilengkapi dengan bandara internasioanal dan pelabuhan laut.
Surabaya terkenal dengan promosi pariwisatanya “Sparkling Surabaya.
Surabaya mempunyai sejumlah bangunan kuno dan merupakan pintu
masuk bagi wisatawan yang ingin mengunjungi gunung Bromo.
3) Semarang.
Semarang sebagai ibukota Jawa Tengah mempunyai daya tarik yang lebih
rendah dibanding Surabaya. Namun mempunyai infra struktur yang
lengkap seperti bandara internasional dan pelabuhan laut. Semarang juga
sebagai jalan masuk ke wisata Karimunjawa, sebuah tujuan wisata bahari
di Jawa Tengah yang cukup terkenal. (Dokumen Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata. GTZ-RED-Kajian Pasar dan basis Data Wisata MICE
/Meeting, Incentive, Conference dan Exhibition. 2009).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
150
2. Objective (tujuan)
Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Surakarta, menjual Kota Solo sebagai Kota
MICE tentunya dengan berbagai pertimbangan dan alasan. Dengan berpedoman
pada (1) Visi dan Misi Kotas Solo; (2) Visi dan Misi Dinas Kebudayaan Dan
Pariwisata Surakarta; serta (3) kebijakan Pemerintah Kota, khususnya dalam hal
pemasaran pariwisata Surakarta yang meliputi tiga hal yaitu: (a) Manajemen
Branding; (b) Manajemen Produk; dan (c) Manajemen Pelanggan (Dokumen
Dinak Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta,Potensi Kerjasama dan Strategis
Promosi Pariwisata Kota Surakarta. Implemented, implementing, planningOlehEny
Tiyasni Susana,Kepala Disbudpar Kota Surakarta. 2013). Maka tujuan yang akan
dicapai adalah sebagai berikut:
a. Tujuan Pemasaran
Tujuan pemasaran Solo Kota MICE adalah untuk (1) meningkatkan
penjualan produk wisata khususnya wisata MICE; (2) meningkatkan kunjungan
wisata serta (3) meningkatkan rata-rata lama tinggal di Kota Solo. Wisata
MICE merupakan bisnis besar yang multiple effect, high yield dan massifoleh
karena ituwisatawan yang berkunjung dengan wisata MICE selalu dalam
jumlah besar yang tentunya membutuhkan banyak kamar, makanan, minuman,
hiburan, transportasi dan lain sebagainya. Biaya yang dibelanjakan untuk
wisata MICE adalah besar sehingga hal ini akan mempengaruhi Pendapatan
Anggaran Daerah.
Ini suatu bentuk kebijakan utk meningkatkan jumlah wisata.(Budi
Sartono,19/3/2014)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
151
b. Tujuan Komunikasi
Tujuan komunikasi pemasaran wisata MICE di Kota Solo adalah untuk
positioning dan mem-branding Kota Solo itu sendiri, yaitu mem-branding
sebagai Kota MICE
Kalo bicara MICE sudah sejak pak Jokowi, selainitu sejak dulu solo
sudah keliatan wisata MICE nya. Dan merupakan branding Solo. (Adji
MSU, 20/3/2014)
Ohya pasti…… Keberadaan Solo Kota MICE tentu saja membawa
dampak, yaitu membranding kota Solo.(Budi Sartono, 19/3/2014)
3. Strategy / strategi
Dengan mempertimbangkan segmentasi, target, tujuan dan positioning yang
diharapkan Kota Solo maka strategi pengembangan dan pemasaran wisata MICE
yang sudah disepakati dalam rantai nilai wisata MICE adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
152
(2) Peningkatan publikasi dan promosi dengan moto low budget-high impact.
Hal ini dimaksudkan bahwa publikasi tentang Solo sebagai destinasi MICE
harus diperbanyak, dan dilakukan lebih intens, demikian halnya dengan
promosinya. Dalam menetapkan atau memilih media atau alat untuk
melakukan proses pemasaran perlu dipertimbangkan dari segi biaya,
efektifitas media dan dampak timbal baliknya.
4 . Tactics / taktik
Dengan melihat hasil dari pemaparan strategi diatas, maka taktik yang dilakukan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta dan stakeholder pariwisata Surakarta,
sebagai berikut(Dokumen BPPIS. Pengembangan MICE di Solo. 2013):
Taktik pertama yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta
adalah melakukan Marketing researchyaitu dengan melakukan survey dan kajian
pasar wisata MICE. Analisa situasi ini sangat penting karena dengan cara ini Dinas
pariwisata dapat mengetahui potensi daerah dan mengetahui harapan dan
keinginan konsumen MICE.
Taktik kedua adalah meningkatkan promosi dan publikasi. Dalam hal ini, Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta memanfaatkan sebanyak mungkin kegiatan
yang memungkinkan pesan Solo Kota MICE dapat tersampaikan kepada
konsumen atau calon konsumen.
a. Publikasi.
Untuk publikasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta tidak selalu
menggunaka media cetak seperti Koran sebagai medianya. Namun menekankan
pada penyelenggaraan kegiatan-kegiatan semacam festival dan pentas seni
dudaya. Dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan seni dan budaya secara
rutin akan memberikan nilai lebih dan diferensiasi dibandingkan kompetitor.
Hal ini seiring, bahkan mendukung branding kota Solo sebagai kota budaya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
154
Brosur, leaflet dan CD merupakan media rutin yang dipakai untuk publikasi.
Media ini masih dinilai sangat membantu bagi konsumen dan calon konsumen
untuk menggali informasi tentang potensi wisata kota Solo. Selain itu
pemanfaatan IT seperti website dan facebook juga dipilih untuk menjangkau
konsumen dan calon konsumen yang berada jauh dari Kota Solo. Dengan
menampilkan potensi yang dimiliki kota Solo baik dari segi budaya, kuliner,
festival, belanja dan potensi MICE diharapkan dapat membangkitkan rasa ingin
tahu publik untuk berkunjung ke kota Solo.
b. Promosi
Sebagai produk yang baru resmi ditetapkan sebagai produk unggulan
dalam kepariwisataan Kota Solo maka perlu di promosikan. Kegiatan promosi
yang dilakukan Dinas Kebudyaan dan pariwisata Surakarta adalah dengan
melakukan kegiatan-kegiatan bersama seperti:
(1) Road show, adalah kegiatan promosi dengan cara berkunjung ke kota
lain, dan disana diadakan pertemuan dan kerjasama dengan Dinas
Pariwisata setempat serta stakeholder Pariwisata setempat.
(2) Travel mart, adalah kegiatan pertemuan antara buyer dan seller yang
diselenggarakan oleh asosiasi travel agent yang melibatkan semua
stakeholder pariwisata dan pemerintah. Dalam kegiatan tersebut akan
dilakukan promosi bahkan bisa mencapai transaksi.
(3) Table top, adalah kegiataan yang serupa dengan travel mart, bedanya
adalah kegiatan ini dapat dilakukan oleh instansi apa saja.
(4) Familiarization trip, kunjungan-kunjungan dalam rangka melihat
produk-produk yang ditawarkan atau dipromosikan.
Dipilih media ini dimaksudkan untuk lebih dekat dengan khalayak,
membangun relationship secara langsung, dan mampu menyampaikan
pesan dengan memberikan “the realexperience‟ .
Kita juga melakukan promosi dan pemasaran secara langsung yaitu
lewat kegiatan-kegiatan seperti table top, road show, travel mart dan
lain-lain. Di Solo kita mengadakan kegiatan rutin Bengawan Travel
Mart, kalau di Semarang kan namanya Borobudur travel mart.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
155
Disitu kita mengadakan pertemuan anatar buyer dan seller baik dari
dalam negeri maupun luar negeri, menjamu mereka juga, kita ajak
menyaksikan budaya dan keunikan kita seperti Batik Carnival, dll.
Kalau acara khusus MICE yaitu tadi ICMITM, Indonesia Corporate
Meeting Incentive travel mart, yang diadakan dua tahun sekali.
Tahun ini di adakan di Surabaya. Saya berharap jadwal yang berikut
mau saya minta diadakan di Solo.Biasanya di acara mart atau table
top, sering terjadi transaksi atau pemesanan kamar atau pemesanan
meeting langsung dari buyer. Jadi sangat bermanfaat. Jadi secara
tidak langsung kita sudah berjualan dan membangun relasi.(Budi
Sartono, 23/04/2015)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
157
Sebenarya ini idenya dari pak Jokowi, ingin punya even yang berskala
internasional. Solo kan brandingnya sebagai kota Budaya, layaknya
punya even yang berbau budaya dan berskala internasional selain even-
even yang berskala nasional. Dari situ, ini adalah salah satu cara untuk
membranding kota solo. Kalau banyak even kan diberitakan di media,
ini menjadi salah satu cara untuk memperkenalkan kota solo, sehingga
orang tertarik baik secara individu, kelompok maupun institusi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
158
Brosur yang dibuat terdiri dari beberapa desain dan isi. Brosur khusus wisata
MICE tidak disediakan, akan tetapi informasi tentang wisata MICE ikut
ditampilkan dalam brosur tersebut. Pendistribusian materi promosi cetak
adalah dengan membagikan atau menitipkan ditempat-tampat yang strategis
seperti: Kantor Garuda Indosesia Airways di Kota Solo, Kantor perwakilan
Negara-negara sahabat yaitu dengan cara pengiriman lewat pos, Tourism
Information Center, Bandara Adi Sumarmo, Travel agent, hotel dan tempat-
tempat strategis lainnya. Beberapa institusi, komuintas atau individu yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
159
b. Promosi
Selain Publikasi, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta juga
melakukan promosi. Startegi promosi yang dilakukan adalah dengan
mengadakan kegiatan-kegiatan promosi bersama dan ikut akfit dalam
keanggotan asosiasi MICE. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
160
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
164
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
165
MICE industri besar karena mengintegrasikan dari semua yang ada., MICE
itu industri besar karena melibat kan travel, hotel, EO, PCO. Tanggapan saya
dengan MICE adalah salah satu cara untuk mengenalkan destinasi wisata
dari kacamata ASITA (Daryono, 20 Maret 2015)
SDM yang terlibat secara langsung dalam pemasaran wisata MICE ini adalah:
A. Dinas Kebudayaan dan Pariwisat Surakarta yang terdiri dari:.
1) Kepala Dinas, membawahkan:
a) Sekretariat
b) Bidang Sarana Wisata;
c) Bidang seni Budaya Sejarah dan purbakala
d) Bidang Pelestarian, Pemasaran dan Kerjasama;
e) Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD);
f) Kelompok Jabatan Fungsional.
2) Sekretariat, membawahkan ;
a) Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan;
b) Subbagian Keuangan;
c) Subbagian Umum dan Kepegawaian.
3). Bidang Sarana Wisata, membawahkan:
a) Seksi Akomodasi Wisata;
b) Seksi Usaha Rekreasi dan Hiburan Umum.
4) Bidang Pelestarian, Promosi dan Kerjasama, membawahkan:
a) Seksi Pelestarian;
b) Seksi Promosi dan Informasi Pariwisata;
c) Seksi Kerjasama Pariwisata.
5) Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
166
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
168
3) DPC HPI Surakarta yang diketuai oleh Agung Setyodinoto . HPI adalah
Himpunan Pemandu Wisata Indonesia yang terdiri dari 30 guide yang terbagi
dalam dua devisi yaitu devisi asing dan devisi domestik.
4) Event Organizer
5) Asosiasi
6) Forum-forum / Komunitas
7) Akademisi, yaitu Perguruan Tinggi yang terlibat adalah Universitas Sebelas
Maret, Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid.
8) Masyarakat Umum
Wisata MICE merupakan bagian dari kepariwisataan yang menjadi tanggung jawab
pihak pemerintah Kota yang pemasarannya menjadi tanggung jawab Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta. Meskipun demikian pemerintah tidak dapat
bekerja sendiri, keterlibatan stakeholder pariwisata dan masyarkat sangat diharapkan.
1.Yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta agar pemasaran kota
Solo sebagai destinasi wisata MICE bisa maksimal adalah:
a) Melibatkan pihak swasta (GTZ-RED-Non government organization),
PHRI, ASITA, dan asosiasi MICE untuk melakukan perencanaan
pengembangan dan pemasaran wisata MICE. Yang dilakukan adalah
bersama-sama melakukan survey dan kajian pasar mengenai potensi wisata
MICE bagi kota Solo, survey mengenai kebutuhan dan keinginan
konsumen dan calon konsumen berkaitan dengan kegiatan MICE. Survey
pasar dikalukan pada bulan Oktober tahun 2009
b) Memfasilitasi stakeholder untuk mendapatkan pelatihan mengenai
pemahaman dan penyelenggaraan wisata MICE dengan mengundang
pembicara MICE dari Bali dan Yogyakarta
Yaaa…..saya tahu. Solo memang punya potensi yang kuat untuk
menjadi desitinasi wisata MICE. Tapi meskipun potensi kita besar,
SDM kita masih kurang. Belum ada yang menguasahi tentang
MICE. Oleh karena itu, pada waktu itu trus diadakan pelatihan-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
169
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
170
Asosiasi seni pun sangat mendukung adanya ketetapan Solo sebagi kota
MICE ini. Bentuk kerjasama dan dukungan yang diberikan adalah atraksi-
atraksi seni. Sudah dijelaskan di bab II bahwa atraksi-atraksi merupakan salah
satu kriteria dan indikator untuk menjadi Kota MICE. Dalam rangka untuk
mempromosikan dan mempublikasikan wisata MICE di Kota Solo maka
penyelenggaraan atraksi dengan skala nasional dan internasional menjadi media
yang cukup baik dan menarik. Pemerintah Kota meminta para asosiasi seni ikut
aktif secara nyata dalam pemasaran wisata MICE ini.
Yaa, memang Solo ditetapkan sebagai Kota MICE. Nah pada waktu itu
saya diapanggil pak Jokowi untuk membuat event menarik berskala
internasional untuk mendukung kota MICE. Maka lahirlah SIPA ini.
Pak Jokowi sangat mendukung. SIPA ini kan berupa performance seni
dari seniman Indonesia dan mancanegara. Dan pefomance ini rutin
dilakukan pada bulan September. Karena di bulan ini cuaca memang
benar-benar kering sesuai dengan SIPA yang tampil di area terbuka.
(Irawati, 15/07/2015)
8. Money / Dana
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta mendapatkan alokasi dana dengan
sistem Objective and task budgeting yaitu melalui proses pengajuan dana ke
pemerintah, yang sebelumnya melewati proses pembahasan oleh tim pendanaan,
anggota dewan dan kemudian diajukan ke perintah provinsi. Besarnya dana yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
172
F. PEMBAHASAN
1. Strategi Komunikasi Pemasaran yang dilakukan pemerintah Kota dalam
mempromosikan Kota Solo sebagai destinasi MICE
Kota MICE adalah kota yang memilik produk Wisata MICE, Kota sebagai destinasi
wisata MICE. Wisata MICE adalah salah satu dari 13 produk kepariwisataan di Indonesia
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
173
Proses komunikasi pemasaran tidak dapat dipisahkan dari proses manajemen pemasaran.
Peran manajemen pemasaran dalam sebuah organisasi sangatlah penting yaitu untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk menentukan siapa konsumennya dan
untuk memenuhi kebutuhan, keinginan dan kepuasan konsumennya. Menurut The
American Marketing Association (Andayani, 2011: 11) manajemen pemasaran adalah
proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi dan
pendistribusian gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaraan yang mampu
memenuhi tujuan hidup individu dan organisasi.
Kotler, dkk (2006: 23) menjelaskan manajemen pemasaran merupakan kegiatan
melakukan analisa terhadap perencanaan, penerapan dan control terhadap sebuah desain
program yang dibuat, dibangun dan mampu mengelola keuntungan dari setiap transaksi
yang dilakukan oleh konsumen demi tujuan perusahaan. Manajemen pemsaran juga
merupakan seni dan ilmu didalam memilih sasaran dan mendapatkan, memelihara dan
mengembangkan para pelanggan melalui proses penciptaan, penyampaian dan
pengkomunikasia nilai pelanggan yang lebih baik. Aktifitas manajemen dalam kegiatan
pemasaran dibagi menjadi tiga bagian (Reid & Bojanic, 2006: 30), meliputi : perencanaan
pemasaran, pelaksanaan pemasaran dan evaluasi pemasaran.
Demikian halnya dengan pemasaran Solo Kota MICE yaitu pemasaran kota Solo
sebagai destinasi pariwisata yang memiliki potensi wisata MICE. Wisata MICE memiliki
keunikan dalam proses komunikasi pemasarannya. Sesuai dengan karakter bisnis MICE
yang massif, multiple effect dan high yield dan produk yang dihasilkan adalah kolaborasi
dari intangible dan tangible product. Dan untuk menjadi Kota MICE pun harus memenuhi
sembilan karakter dan 65 indikator, persyaratan yang menyentuh hampir seluruh sektor
daerah setempat. Oleh karena itu strategi komunikasi pemasarannya perlu dilakukan
dengan well organized dan dilakukan sesuai proses manajemen yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
Dalam penelitian ini, penulis melihat strategi komunikasi pemaasaran yang dilakukan
oleh Pemerintah kota dengan menggunakan teori sistem analisis model SOSTAC+3Ms
yang didalamnya juga terkandung unsur-unsur STOP SIT. Setelah dipetakan maka
pembahasannya adalah seperti berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
175
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
176
Analisa situasi yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta meliputi:
a. Analisa SWOT
Analisa situasi adalah analisa yang melihat situasi pemasaran sekarang atau
Current Marketing Situation yaitu bagian dari rencana pemasaran yang
menjelaskan tentang pasar sasaran dan posisi perusahaan didalamnya (Kotler,
1999 : 52). Keberhasilan sebuah perusahaan atau organisasi dalam merealisasikan
tujuannya ditentukan oleh kemampuan perusahaan atau organisasi bersangkutan
dalam mengidentifikasikan kebutuhan dan keinginan pasar sasarannya dan
memberikan kepuasan yang diharapkan secara lebih efektif dan efisien
dibandingkan para pesaingnya. Demikian juga Smith, mengatakan bahwa situasi
itu berarti Where are we now?, dimanakah kita sekarang.
Sebelum menyusun langkah sebaiknya perlu dipahami kondisi riil suatu
perusahaan. Untuk melakukan hal ini dapat digunakan metode analisa SWOT,
yang diprakarsai oleh Albert Humphrey, yaitu metode perencanaan strategis yang
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan atau Strengths, kelemahan atau
Weaknesses, peluang atau Opportunities dan ancaman atau Threats (Suryatama,
2014 : 30). Dari beberpa teori diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa analisa
situasi merupakan analisa internal dan eksternal perusahaan mengenai faktor-
faktor pendukung maupun penghambat dalam mencapai tujuan perusahaan.
Analisa situasi sudah dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dengan
cukup baik. Dengan melihat kondisi internal dan ekternal lewat analisa SWOT,
maka dapat diperoleh gambaran tentang kemungkinan pengembangan dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
177
pemasaran wisata MICE di Kota Solo dengan sangat jelas. Analisa situasi yang
dilakukan dinas sudah mencakupi analisa mengenai konsumen, kompetitor dan
perusahaan atau instusi itu sendiri. Seperti di jelaskan Tjiptono (2014) bahwa
analisa situasi ini menyiratkan keterkaitan antara tiga elemen pokok yakni 3C
(Customer, Competitor, dan Company). (a) Customers, yaitu kondisi pelanggan.
Pemasar harus memahami situasi pelanggan, preferensinya, karakteristiknya,
kebutuhannya dan keinginannya, gaya hidupnya serta faktor-faktor yang
mempengaruhi terdahadp pola konsumsi mereka. (b) Competitor, yaitu siapa saja
pesaing perusahaan, strategi, kekuatan, kelemahan, kompetensi inti, reaksi, serta
future intention mereka. (c) Company, yaitu kondisi persuahaan atau lembaga yang
meliputi tujuan perushaan yang akan dicapai, strategi, kinerja, sumber daya
manusia, pemasok, distributor, agen periklanan, biro riset, alam, finasial,
tekonologi, intelektual dan lain-lain. Akhir dari analisa SWOT menyimpulkan
bahwa Kota Solo mempunyai peluang besar sebagai destinasi wisata MICE di
Indonesia.
b. Menentukan Segmentasi
Unsur lain dalam analisa situasi adalah melakukan segmentasi. Segmentasi
adalah strategi untuk memahami struktur pasar, sedangkan Segmentasi pasar
adalah membagi sebuah pasar ke dalam kelompok-kelompok pembeli yang
berbeda yang mungkin menghendaki bauran produk atau pemasaran terpisah.
Khalayak umum memiliki sifat yang sangat heterogen, maka akan sulit bagi
perusahaan untuk melayani semuanya. Oleh karena itu perlu dilakukannya
segementasi pasar, yaitu kegiatan untuk membagi-bagi atau mengelompokkan
konsumen ke dalam kotak-kotak yang lebih homogen. Segmentasi pasar bisa
dilakukan dengan melihat variable-variabel geografis, demografis, geodemografis,
psikografis dan perilaku utama (Kottler, 1999: 227). Segmentasi pasar pada
dasarnya adalah strategi untuk memahami struktur pasar dengan pemetaan dan
pengelompokan konsumen yang diidentifikasikan dengan keinginan, daya beli,
lokasi, geografis, perilaku dan kebiasaan pembeli. Tujuan segmentasi pasar adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
178
agar perusahaan bisa melayani kebutuhan konsumen lebih baik dan memperbaiki
posisi kompetitif perusahaan.
Segmentasi yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta
menetapkan segmentasi secara geografis yaitu segmentasi yang membagi-bagi
khalayak audiensi berdasarkan jangkauan geografis. Pasar dibagi-bagi ke dalam
beberpa unit geografis yang berbeda mencakup suatu wilayah negara, provinsi,
kabupaten, kota hingga ke lingkungan perumahan (Morissa, 2010: 65). Segmentasi
yang ditetapkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta adalah segmen
wisatawan domestik dan segmen wisatawan mancanegara. Segmentasi ini adalah
tepat, seperti di jelaskan Tjiptono (2014: 36), bahwa segmentasi sebisa mungkin
mengambil wilaya terluas agar target pasarnya pun dapat mencapai banyak
sasaran.
c. Menetapkan Sasaran/Targeting
Targeting adalah persoalan bagaimana memilih, menyeleksi dan menjangkau
pasar. Target pasar adalah memilih salah satu atau beberapa segmen konsumen
yang akan menjadi fokus kegiatan-kegiatan pemasaran dan promosi. Kadang-
kadang targeting disebut juga dengan selecting karena audiensi harus diseleksi
(Morissan, 2010: 70). Perusahaan harus benar-benar tegas dan mempunyai
keberanian untuk memfokuskan kegiatan pemasarannya pada beberapa segmen
atau bagian konsumen dan mengabaikan yang lain. Targeting adalah persoalan
bagaimana memilih, meyeleksi dan menjangkau pasar. Dengan demikian pasar
yang dilihat oleh dua orang yang berbeda, yang didekati atau metode segmentasi
yang berbeda akan menghasilkan peta yang berbeda pula. Target pasar yang sudah
dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta sudah sesuai dan spesifik.
Target pasar yang sudah ditetapkan, sudah menunjukkan pada pengguna
langgsung MICE. Namun demikian target yang disasar hanya dari segmen
wisatawan domestik. Target untuk segmen wisatawan mancanegara tidak ada
arahan yang jelas dan tidak dilakukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
179
d. Melakukan Positioning
Setelah pasar sasaran dipilih maka proses selanjutnya adalah melakukan
positioning yaitu strategi untuk mencapai benak konsumen, strategi untuk
menanamkan merek dan citra perusahaan dalam mindset consumer. Positioning
akan menjadi sangat penting ketika persaingan sudah sangat ketat. Positioning
harus dilakukan dengan perencanaan yang matang dan langkah yang tepat.
Pengelola pasar harus mengetahui bagaimana konsumen memproses informasi,
menciptakan persepsi, dan bagaimana persepsi tersebut mempengaruhi
keputusannya. Sebab sekali informasi ditempatkan pada posisi yang salah, maka
akan sulit diubah. Positioning adalah salah satu cara untuk menembus pasar yang
sudah ada, dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan produk pesaing,
untuk mencari celah yang belum diisi oleh produk yang telah mapan. Menurut
Morissan (2010: 72) Pembentukan sebuah positioning juga tidak mengabaikan
adanya hubungan asosiatif persaingan dalam industri itu sendiri.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta melakukan positioning lewat
penyelenggarakan event dan atraksi-atraksi seni sebanyak mungkin. Sebagai
buktinya, kegiatan-kegiatan tersebut sudah teragendakan dalam Solo Calender of
Events, ada 62 acara yang akan digelar sepanjang tahun 2015. Festival-festival
juga sering diselenggarakan, oleh karena itu dalam dunia materi promosi
pariwisata Solo sering dituliskan Solo adalah the spirit of festival.
Selain itu, dengan menggunakan positioning statement “Solo Kota MICE”
adalah merupakan cara untuk tampil beda di antara kompetitornya. Meskipun
wisata MICE bukan hal yang baru bagi Kota Solo maupun kompetitornya, namun
dengan dimunculkannya positioning ini dalam setiap kesempatan dan di media
akan menciptakan attention bagi publik. Hal ini juga sebagai langkah baik untuk
mere-presentasi kota Solo dari reputasi negative selama ini karena munculnya
berita buruk mengenai SARA, bencana dan ancaman teroris. Dijelaskan pada
sajian data bahwa salah satu alasan penentuan destinasi MICE adalah lingkungan
yang kondusif dan aman. Dengan demikian positioning statement “Solo Kota
MICE” adalah menegaskan kondisi kondusif dan aman tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
180
e. Menentukan tujuan
Menentukan tujuan (objectives) adalah merupakan hal yang signifikan
untuk meluruskan langkah. Menurut Smith (1999: 110) Objective/tujuan meliputi:
mission; long/medium and short term objectiv; marketing objectives (eg sales and
share); communication objectives (eg awareness; trialist; positioning); timescales.
Tjiptono (2014: 232) menjelaskan bahwa tujuan akhir pemasaran adalah
pembelian, sedangkan tujuan komunikasi pemasaran dirumuskan dalam bentuk
respon yang diharapkan (respon saught). Tentu saja, dalam banyak kasus respon
akhir yang diharapkan adalah pembelian. Akan tetapi, pembelian bisa jadi dari
proses panjang keputusan pembelian konsumen. Dalam hal ini, pemasar perlu
memahami secara cermat buyer-reading states yang dihadapi audiens sasarannya.
Secara garis besar, menurut Tjiptono (2014: 239), kesiapan konsumen untuk
membeli produk atau jasa terdiri atas enam tahap yaitu: awareness (kesadaran
konsumen akan perusahaan dan produknya), knowledge (seberapa jauh
pemahaman konsumen tentang produk), liking (tanggapan konsumen tentang
produk, tidak suka, suka, biasa saja atau suka sekali), preference (kecenderungan
melilih produk lain), concviction (menyakinkan konsumen untuk membeli produk)
, dan purchase (pembelian actual).
Morissan (2010: 42) menekankan bahwa dalam membahas mengenai
objective/tujuan perusahaan perlu dipahami adanya perbedaan antara tujuan
pemasaran (marketing objectives) dan tujuan komunikasi (communication
objectives). Tujuan pemasaran mengacu pada apa yang akan dicapai oleh program
pemasaran secara keseluruhan. Tujuan pemasaran sering dinyatakan dalam nilai
penjualan dan pasar yang ingin dicapai serta tingkat keuntungan yang diinginkan.
Adapun tujuan komunikasi mengacu pada apa yang ingin dicapai perusahaan atau
organisasi dengan program promosi yang dilakukan. Tujuan komunikasi sering
dinyatakan dengan sifat-sifat pesan yang akan disampaikan atau efek seperti apa
yang diharapkan terjadi terhadap diri konsumen.Termasuk dalam tujuan
komunikasi adalah penciptakan kesadaran atau pengetahuan mengenai produk
dengan berbagai atributnya, menginformasikan kelebihan produk, menciptakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
181
citra produk, atau menciptkan sikap positif, preferensi dan keinginan membeli
produk bersangkutan.
George dan Michael Belch (2001: 208) menuliskan bahwa penentuan objective
atau tujuan harus jelas, yaitu dengan menjelaskan secara rinci perbedaan tujuan
pemasaran dan tujuan komunikasi pemasaran. Belch menekankan lebih ke tujuan
komunikasi pemasarannya yang memfokuskan pada iklan dan promosi karena
kedua alat komunikasi pemasaran tersebut dapat menciptakan brand knowledge
and interest, favorable attitudes and image, and purchase intentions.
Objective / tujuan adalah harapan “where do we want to be” yaitu dimana
sebenarnya kita ingin berada. Dan tujuan ini meliputi misi jangka panjang dan
jangka pendek serta tujuan pemasaran yang meliputi pembelian dan tujuan
komunikasi yang meliputi awareness; trialist; positioning.
Tujuan komunikasi pemasaran wisata MICE di Kota Solo sudah jelas
tergambar dalam setiap perencanaan promosi dan pemasaran. Tujuan yang
ditetapkan merupakan jangka panjang dan jangka pendek, meliputi tujuan
pemasaran dan tujuan komunikasi. Tujuan pemasaran yang ditetapkan adalah
untuk meningkatkan penjualan produk wisata, meningkatkan kunjungan wisatwan
MICE, meningkatkan lama tinggal wisatawan MICE. Sedangkan tujuan jangka
panjang atau tujuan komunikasinya adalah meliputi awareness; trialist;
positioning, yaitu mem-branding kota Solo sebagai destinasi MICE.
f. Sequence of Tools
Menurut Smith (1999: 82) Sequence of tools merupakan strategi menentukan
prioritas tools yang akan dipakai. Urutan pertama alat komunikasi pemasaran yang
akan dipakai harus jelas alasannya. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta
tidak melakukan perencanaan khusus untuk memilihan media komunikasi
pemasaran mana yang dipakai berdasarkan prioritas. Hal penting yang menjadi
perhatian dalam komunikasi pemasarannya adalah perencanaan menggunakan
semua media yang ada, yang memberikan dampak maksimal tetapi dengan biaya
rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
182
(Kasali, 1995: 142). Media lini bawah terdiri dari seluruh media selain media lini
atas, seperti direct mail, pameran, point of sale display material, kalender, agenda,
cindera mata dan koleteral (booklet/leaflet/kalender dan CD).
Alat atau media yang digunakan dalam komunikasi pemasaran kota Solo
sebagai destinasi wisata MICE merupakan senjata untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Namun demikian Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta
tidak merencanakan dengan pasti alat atau media komunikasi pemasaran mana
yang akan dipakai. Prinsip yang digunakan adalah bahwa semua media yang
sekiranya membawa dampak positif bagi pemasaran wisata MICE akan dipakai
sebagai alat komunikasi pemasaran tentunya tetap mempertimbangkan segi biaya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
184
lain yang terlibat secara tidak langsung adalah katering, industri kerajinan. Upaya
ini juga menunjukkan bahwa kesuksesan sebuah organisiasi sangat bergantung pada
proses komunikasi internal, komuniasi eksternal dan komunikasi lintas
saluran/sektoral (Pace. 2006:183).
Dari paparan diatas dapat disimpukan bahwa dalam proses pengorganisasian
pelaksanaan strategi komunikasi pemasaran wista MICE, Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Surakarta melibatkan jaringan komunikasi internal dan jaringan
komunikasi eksternal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
186
b. Pelaksanaan
1). Memfokuskan pada pelaksanaan bauran promosi
Kegiatan promosi dan publisitas merupakan salah satu poin strategi
komunikasi pemasaran Solo Kota MICE yang disusun dan ditetapkan oleh Dinas
kebudayaan dan Pariwisata Surakarta. Menutut Ruben & Steward (2013: 340),
aktifitas promosi dan publisitas merukan jaringan komunikasi eksternal yang
harus dilakukan perusahaan / organisasi dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam perencanaan. Jaringan eksternal juga digunakan untuk melayani
publik ekstenal dengan informasi yang menurut pemikiran anggota kelompok
atau organisasi adalah diinginkan, layak, atau diperlukan. Istilah iklan,
pemasaran dan humas merujuk dengan kegiatan yang melibatkan pengiriman
pesan kepada lingkungan dengan tujuan menginformasikan dan secara sistematis
mempengaruhi khalayak dan sedapat mungkin melibatkan publik ke dalam
dialog.
Aktifitas promosi yang dilakukan Dinas kebudayaan dan Pariwisata Surakarta
adalah merupakan bauran promosi yaitu melibatkan komunikasi interpersonal
dan komunikasi massa yang berkaitan dengan penggunaan media dalam
penyampaian pesan. Pelaksanaan bauran promosi ini merupakan pelaksanaan
unsur-unsur komunikasi terpadu. Seperti yang dituturkan Shimp (2003: 4) bahwa
komunikasi pemasaran terpadu mempresentasikan gabungan semua unsur dalam
bauran pemasaran, yang memfasilitasi terjadinya pertukaran dengan menciptakan
suatu arti yang disebarluaskan kepada pelanggan atau klien. Bauran pemasaran
yang meliputi elemen produk, harga, tempat dan bauran promosi.
Meskipun tidak merencanakan secara khusus media promosi yang dipakai,
namun dalam pelaksanaannya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta sudah
melaksanakan unsur-unsur dalam bauran promosi tersebut, antara lain:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
187
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
188
d). sponsorship
Sponsorship lebih dari sekedar sokongan, altruism atau kemurahan hati. Hal ini
dapat membantu alat-alat promosi yang lain secara simultan dalam mencapai
tujuan-tujuan komunikasi yang telah ditentukan. Sponsorship dapat
dikategorikan sebagai aktivitas komersial, dimana satu pihak memberikan
kemungkinan kepada pihak yang lain untuk mengeksploitasi produk dengan
target audiens tertentu disertai imbalan berupa dana, servis atau dukungan
moril.(Shimp, 2003; 4)
Dukungan dalam pengadaan acara atau event menjadi kegiatan intens yang
dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan pariwisata Surakarta. Dengan menjadi
bagian dari suatu acara khusus yang relevan dengan kegiatan seni dan budaya,
keterlibatan sponsor dapat memperluas dan memperdalam hubungan dengan
publiknya. Kegiatan sponsorship yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan
pariwisata Surakarta berupa sponsor bagi stakeholder dan komunitas seni dalam
berbagai kegiatan mereka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
190
f). Exhibition/pamera
Pameran adalah merupakan salah satu media komunikasi pemasaran yang
unik, yang membawa kepada seluruh pembeli, penjual, pesaing bersama-sama
berada pada satu atap untuk beberpa hari (Smith, 1999: 405). Produk dan jasa
dapat dilihat, didemonstrasikan dan dicoba, dan secara tatap muka dapat dibuat
keputusan yang besar dalam tempo yang singkat. Pameraari akan digunakan
untuk berkomunikasi dengan stakeholder dan konsumen. Alasan utama
pemilihan media ini bisa memberikan kesempatan kepada produsen untuk
bertemu dan menjalin hubungan kerjasama dengan pembeli. Tujuan utama
adalah untuk membangun jangka panjang dengan konsumen untuk mebangun
dan mengembangkan corporate identity dan untuk mengumpulkan data pasar.
Menurut Rhenald Kasali (1995: 143) bentuk promosi melalui kegiatan ini
memiliki beberapa manfaat yaitu: saling menjajaki antara produsen-penyalur-
calon pembeli, saling mempelajari aktivitas pesaing, member percontohan dan
berdialog langsung dengan calon pembelim mencari parner usaha, mempelajari
metode penjualan dan promosi dan melakukan penjualan.
Didalam kegiatan ini Dinas Kebudayaan dar pariwisata Surakarta
mengkombinasikan dengan point of purchasing atau koleteral yaitu memajang
dan membagikan koleteral seperti brosur, factsheet ditempat terjadinya pameran.
Dinas pariwisata juga dapat melakukan personal selling di waktu dan tempat
yang sama. Bentuk pameran yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Surakarta adalan Bengawan Solo travel mart, Borobudur Travel mart
atau ICMITM. Kegiatan ini dilakukan bersama dengan stakeholder pariwisata
Surakarta. Atraksi-atraksi seni budaya yang secara rutin dilakukan merepakan
salah satu bentuk pameran juga yakni pameran seni pentas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
191
Seperti dijelaskan pada sajian data bahwa untuk menjadi kota MICE harus
memenuhi sembilan karakter yang dijabarkan dalam 65 indiktor. Atraksi-atraksi
merupakan salah satu indikator yang harus di miliki oleh sebuah kota MICE.
Sebagai destinansi pariwisata atraksi-atraksi merupakan komponen daya tarik
yang harus dipenuhi (Sunaryo ,2013: 159). Event dan atraksi-atraksi rutin yang
diselenggarakan dikota Solo sepanjang tahun tertuang dalam sebuah Solo
Calender of Events atau Reroncen Adicara Ing Kitha Sala. Ada 62 acara budaya
dan atraksi seni yang akan digelar sepanjang tahun. Keanekaragaman atraksi dan
acara-acara khusus ini menjadikan diferensiasi istimewa bagi kota Solo di mata
kompetitor terdekatnya yaitu Yogyakarta, Semarang dan Surabaya
Penekanan pada atraksi seni budaya merupakan langkah strategis perwujudan
dari visi kota solo sebagai kota budaya. Sebagai langkah trategis untuk
mendukung branding Solo The Spirit of Java yang merupakan pelaksanaan dari
tiga pilar manajemen Pemasaran pariwisata Surakarta yaitu manajemen
branding, manajeman kustomer, dan manajemen produk.
Semakin banyaknya penyelenggaraan event dan atraksi yang berskala
internasional akan meyakinkan pada dunia internasional bahwa Kota Solo aman
dan kondusif. Langkah strategis ini merupakan bentuk keseriusan pemerintah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
192
kota untuk me-recovery kota Solo dari imej negatif kota terror dan kota teroris.
Salah satu contoh event besar berskala internasional yang berhasil dihelat di kota
Solo adalah World Heritage Cities Conference and Expo pada tahun 2008, yaitu
acara konferensi Internasional kota-kota warisan dunia sudah menjadi media
sangat tepat untuk promosi dan publikasi sehingga membuka mata dunia
internasional bahwa Kota Solo aman. Sependapat dengan Sort et all dalam
Avraham& Ketter, (2008: 5) bahwa pemasaran destinasi adalah melibatkan re-
evaluasi dan re-presentasi suatu wilayah untuk menciptakan dan memasarkan
imej baru dalam rangka meningkatan daya kompetitif untuk menarik audiens.
Imej atau citra destinasi merupakan salah satu dari sembilan karakter untuk
menjadi kota MICE, yang dijabarkan dalam indikator pengalaman destinasi
dalam mengadakan event-event internsional, reputasi, keamanan, kondisi sosial
politik, kondisi ekonomi, kebersihan, resiko, pemasaran destinasi.
Langkah strategis Peningkatan penyelenggaraan event dan atraksi seni
budaya, berskala nasional dan internasional ini merupakan strategi pemasaran
yang berkaitan dengan menajemen produk. Kota MICE adalah kota yang
memilik produk Wisata MICE, Kota sebagai destinasi wisata MICE yang
merupakan salah satu dari 13 produk kepariwisataan di Indonesia. Produk
pariwisata adalah kombinasi dari tangible dan intangible product, dan sangat
kompleks. Pariwisata juga sangat rentan terhadap perubahan baik yang terjadi
secara eksternal maupun yang terjadi secara internal. sehingga pemasarannya
harus well organized. Perubahan-perubahan tersebut membuat pariwisata
berubah juga, mulai dari product-oriented ke customer oriented dan akhirnya
menuju ke human spirit (Kartajaya & Nirwandar, 2013: 24). Sesunguhnya yang
dibeli konsumen bukanlah produk semata-mata dalam wujud fisiknya, melainkan
manfaat pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen yang ditawarkan
produk tersebut. Kondisi inilah yang menjadi salah satu pertimbangan
mengambil langkah strategis tersebut. Atraksi-atraksi seni adalah sebagai upaya
untuk memberikan unforgettable experience bagi konsumen dan juga sebagai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
193
daya tarik bagi calon konsumen untuk mendapatkan reason to buy dan
menyentuh human spirit konsumen.
dan fasilitas meeting berupa pembangunan hotel, pusat perbelanjaan, pusat kuliner,
tempat wisata (2) persiapan pelayanan, kenyamanan, keramahtaman yang
memberikan manfaat psikologis berupa upaya menyediakan tegana SDM yang
terampil dan terlatih, kemudahan akses dan trasnsportasi, dan menyediakan
berbagai atraksi seni dan budaya dan hiburan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
196
Dewasa ini, para pelaku pemasaran berupaya untuk menjalin hubungan yang
tidak hanya sebatas pada terjadinya sekali pertukaran atau satu kali transaksi saja
dengan pelanggan. Oleh karena itu membangun relasi menjadi alat jitu dalam
pemasaran, karena dengan strategi ini kepercayaan konsumen ataupun calon
konsumen dapat terbangun. Ketika percayaan terbangun maka akan mulai tumbuh
ketertarikan selanjutnya menjadi tindakan pembelian.
dipungkiri bahwa imej negative yang melekat pada Kota Solo selama ini karena
seringnya muncul berita tentang teroris, SARA dan isu negatif lainnya, yang
membuat beberapa pihak tidak merasa nyaman; (2) untuk menciptakan satu suara
atau speak with a single voice dalam menyampaikan pesan wisata MICE kepada
publik. Seperti penjelasan Shimp (2003: 4) bahwa ada lima karakter kunci dalam
komunikasi terpadu, salah satunya adalah Achieve synergy (speak with a single
voice) yakni bahwa pesan yang disampaikan harus satu suara dan senada “speak
with a single voive”.
C. Evaluasi/pengontrolan
Tahap terakhir dari manajemen pemasaran adalah monitoring dan evaluasi terhadap
elemen-elemen dalam perencanaan pemasaran dan pelaksanaan pemasaran. Kendali
dan pengukuran (control) adalah merupakan penjabaran dari bagaimana hasil akhir dan
proses program kegiatan komunikasi pemasaran tersebut dipantau dan dievaluasi.
Kendali atau pengukuran / pengontrolan adalah merupakan penjabaran dari hasil kerja
dan proses program kegiatan komunikasi pemasaran tersebut dipantau dan dievaluasi.
Mengacu pada tujuan-tijuan yang sudah ditetapkan dengan menjabarkan kapan
pemantauan dan evaluasi dilakukan, bagaimana data didapat dan apa ukurannya
(Manulang, 1985: 173).
Evaluasi khusus terhadap pelaksanaan strategi komunikasi pemasaran wisata MICE
di Kota Solo belum dilakukan. Evaluasi yang dijalankan oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Surakarta yang kaitannya dengan wisata MICE adalah sebatas melakukan
Survey lapangan yang meliputi kesadaran target pasar mengenai potensi MICE Solo
(melalui survey awareness), respon pengunjung situs dan peningkatan hit record,
permintaan dari buyer untuk paket umum/MICE (survey buyer), jumlah event skala
besar yang diselenggarakan di Solo (update baseline), kepuasan konsumen / klien
(survey kepuasan tamu) serta menyususn laporan masing-masing kegitan yang
kaitannya dengan aktifitas promosi wisata MICE
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
198
e. Jasa Transportasi
Pada sektor transportasi, pemerintah berharap lebih pada transportasi udara
untuk dapat mendukung kegiatan komunikasi pemasaran kota Solo sebagai
destinasi MICE yaitu dengan membuka jalur penerbangan baru di titik-titik
potensial khususnya Solo-Denpasar. Namun hal ini belum dapat terealisasi.
Sedangkan dari moda transportasi darat seperti kereta api, bus, taksi hingga
kendaraan tradisional seperti becak dan andong/dokar sudah cukup aktif
mendukung bahkan bebarapa dari paguyuban transoprtasi tradisional tersebut
bersedia gabung dalam program kursus bahasa Inggris yang diadakan oleh
pemerintah Kota.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
203
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
204
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan sajian data dan pembahasan tentang Strategi Komunikasi Pemasaran
Kota Solo sebagai destinasi MICE/ Meeting, Incentive Trip, Conference, Exhibition
maka dapat disimpulkan bahwa:
.
1. Strategi komunikasi pemasaran Kota Solo sebagai destinasi MICE yang dilakukan
pemerintah kota Solo
Pemerintah kota Solo tidak menggunakan teori SOSTAC+3Ms dalam penyusunan
perencanaan Strategi Komunikasi Pemasaran Kota Solo sebagai destinasi MICE.
Namun demikian tahap-tahap dalam teori SOSTAC+3Ms tersebut terangkum dalam
proses perencanaan , pelaksanaan dan pengontrolan strategi komunikasi pemasarannya.
Meskipun tidak dilakukan secara ketat. Tahapan-tahapan yang dilakukan adalah:
Analisis situasi (Situation analysis) yang meliputi segmentasi, targeting, positioning
serta analisa SWOT kemudian menentukan tujuan (Objective), menyusun strategi
(Strategy) meliputi bentuk komunikasi pemasaran dan penentuan media promosi,
menetukan taktik (tactics) komunikasi pemasaran, hingga melakukan tindakan (
Action),dan pengawasan (Control) yang dilihat dari hasil komunikasi pemasarnnya,
perencanaan Sumber daya (Men), pendanaan (Money), dan rincian waktu penjadwalan
kerja (Minute.)
Strategi komunikasi pemasaran Kota Solo sebagai destinasi MICE menekankan
pada peningkatan penyelenggaraan event dan atraksi-atraksi seni budaya berskala
nasional dan internasional secara rutin. Dalam pelaksanaan, komunikasi pemasaran
yang dilakukan sejalan dengan elemen-elemen dalam konsep komunikasi pemasaran
terpadu (Integrated Marketing Communication) yang mempresentasikan bauran
promosi berupa sales promotion, public relation, direct marketing, sponsorship,
interactivemarketing, exhibition, spcial event, koleteral.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
205
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
206
B. Implikasi
1. Implikasi teoritis
Dalam tataran teoritis penelitian ini berdampak pada wacana baru bagi
pemerintah kota bahwa teori SOSTAC+3Ms dapat membantu dalam perencanaan
pengembangan dan pemasaran kota sebagai destinasi wisata MICE dan bahwa
dalam pelaksanaan pemasarannya dapat menggunakan gabungan konsep
komunikasi pemasaran pariwisata (Kotler dkk, 2005) dan konsep pemasaran
destinasi/wilayah/kota (Pike, 2008) yang melibatkan elemen-elemen komunikasi
pemasaran terpadu..
2. Implikasi praktis
Penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam pengembangan pariwisata daerah
khususnya wisata MICE terutama bagi daerah-daerah yang memiliki potensi
pariwisata berlimpah seperti daerah Indonesia Timur. Sehingga perkembangan
pariwisata Indonesia semakin meningkat dan merata.
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi bagi peneliti lain yang
ingin mengembangkan atau melakukan penelitian lebih lanjut, khususnya mengenai
pemasaran wisata MICE.
C. Keterbatasan
Penelitian ini memiliki keterbatasan dan kelemahan yang perlu dipertimbangkan, jika
hasil penelitian ini akan dijadikan masukan. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi
kesalahan apabila akan menarik suatu generalisasi. Adapun keterbatasan itu antara lain:
1 Penelitian ini hanya dibatasi pada pemasaran Solo Kota MICE, sejak ditetapkannya
Solo sebagai Kota MICE oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada
tahun 2009.
2 Data pendukung yang disampaikan dalam penelitian ini akan ada perbedaan dari
sumber yang berbeda. Sumber data penelitian ini menggunakan data dari Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta dan Badan Promosi Pariwisata Indonesia
Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
207
D. Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti memberikan beberapa saran seprti berikut:
1. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta
a. Pemerintah kota idealnya secara khusus berkoordinasi dengan key person
dari pelaku wisata inti yaitu perhotelan, biro perjalanan dan transportasi
untuk menentukan strategi dan langkah-langkah taktis pemasaran, sehingga
tepat sasaran.
b. Pemakaian media website dan media interkatif seharusnya diaktifkan dan
dimaksimalkan, mengingat sumber informasi yang paling banyak dituju
adalah website dan tingkat pemakaian media tersebut untuk masa sekarang
ini sangat tinggi. Selain sesuai dengan prinsip promosi pemerintah kota low
budget, high impact, media interkatif dan website mampu menjangkau
audiens di seluruh penjuru dunia dan menyasar pada semua level
masyarakat.
c. Aktif ikut serta dalam bidding di tingkat nasional maupun internasional
dengan melibatkan Stakeholder pariwisata dan pelaku bisnis lainnya.
d. Regulasi yang pasti dan baku untuk mendukung wisata MICE idealnya
segera ditetapkan dan disosialisasikan sehingga semua stakeholder
pariwisata Surakarta dan masyarakat dengan mantap ikut andil mendukung
dan mensukseskan wisata MICE dan dapat memberikan pelayanan yang
prima khususnya bagi wisatawan MICE.
e. Pemahaman mengenai wisata MICE seharusnya lebih diperjelas dan
disosialisasikan keseluruh sektor pemerintah dan stakeholder pariwisata
sehingga memiliki pemahaman yang seragam mengenai wisata MICE.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
209
DAFTAR PUSTAKA
Avraham, Eli dan Ketter, Eran. Media Strategies for Marketing Places In Crisis.
First edition. Elsevier Inc. UK. 2008.
Ducan, Tom. IMC using Advertising & promotion to Build Brands. International
Editing, McGraw-Hill Irwin. Bousto, 2002.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, teori dan Filsafat Komunikasi. PT. Citra Aditya
Bakti. Bandung. 2000.
Grasso, Fillipo. Local Governance, Resources and Tourism Promotion: The Case
of Taormi. Journal of Economics and Sociology. Volume 7. University of Messina.
Italy. 2014.
Iancu, Anica. Popescu, Luminita. Popescu, Virgil dan Vasile, Tomita. Marketing
Practices In Tourism and Hospitality. Journal of Economics, Management,
and Financial Markets. Volume 8(4). University of Craiova.2013.
Jefkins, Frank. Public relation. Edisi keempat. Alih bahasa oleh Haris Munandar.
Penerbit Erlangga. Jakarta.1992.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
210
Khamis, Susie. Brand Australia: half-truths for a hard sell. Journal of Australian
Studies. Volume 36. Australia. 2012
Kotler, Philip, John T Bowen, James C Maken. Marketing for Hospitality and
Tourism. Fourth Edition. Pearson International Edition. 2005
Lai, Wen-Hsiang and Vinh, Nguyen Quang. Online Promotion and Its Influence
on Destination Awareness and Loyalty in the Tourism Industry. Journal of
Management & Applied Economics. Volume 3. Vietnam. 2014
Maaiah, Bashar dan Masadeh, Mousa The Brochures as a Tool for Tourism
Marketing: The Case of Petra. International Journal of Business and Social Science.
Volume.6. Jordan. 2015
Molina, Arturo. Gómez, Mar and Consuegra, David Martín. Tourism Marketing
Information and Destination Image Management. African Journal of Business
Management Vol. 4(5). Spanyol. 2010.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
211
Ruben, Brent.D dan Stewart, Lea P. Komunikasi Dan Perilaku Manusia. Edisi
Kelima. Diterjemahkan oleh Ibnu Hamad. PT. Rajagrafindo Persada.
Jakarta. 2013
Ruslan, Rosady. Kampanye Public relation. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2003.
Syamsi, Ibnu. Pokok-pokok Organisasi & Manajemen. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
1994.
Wood, Marian Burk. The Marketing Plan. A Handbook. Prentice Hall. New
Jersey. 2002.
Yoeti, Oka A. Strategi Pemasaran Hotel. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 2001
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
213
SURAT KABAR
Harian Kompas: Rabu, 1 Oktober 2014. MICE Potensial, tapi terkendala.
Warta Ekspor Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, 2011)
DOKUMEN
Badan Promosi Pariwisata Indonesia Surakarta. Strategi Promosi Pariwisata yang
Efektif. Strategi promosi Bersama Solo Raya Forum Pariwisata Solo
Raya. 12 Juni 2012
GTZ-RED. Kajian Pasar dan basis Data Wisata MICE (Meeting, Incentive,
Conference dan Exhibition) Solo. 2009.
TESIS
Suryani. Komunikasi Pemasaran Terpadu Pariwista Bangka. Universitas Sebelas
Maret Surakarta. 2008. (tidak diterbitkan)
WEBSITE
http:/helicak.com/?p=485 at 8:18
http://industri.bisnis.com/read/20140413/12/219054/industri-pariwisata-dan-ekonomi-
kreatif
http://seputarhotel.blogspot.com/2013/11/solo-kota-inspiratif-yang-penuh-pesona.html
http://www.bisnis-jateng.com/index.pjp/2012/05/kota-mice-perhotelan-mengklaim-solo-
sebagai-kota-mice/
http://travel.kompas.com/read/2013/05/02/14331192/solo.dan.semarang.andalan.MICE
.jateng
http://www.wttc.org/focus/research-for-action/economic-impact-analysis/country-reports/
http://iaaslcuns.blogspot.com/2012/06/47-event-akan-mengguyur-kota-solo.html
http://kariswisatasemarang.blogspot.com/2014/01/kriteria-dan-indikator-destinasi-
mice.html
http://www.tempo.co/read/news/2014/03/06/202559869/Pariwisata-Indonesia-Lampaui-
Pertumbuhan-Ekonomi
(http://www.iccaworld.com/npps/story.cfm?nppage=4255)
http://travel.kompas.com/read/2013/11/11/1044316/Solo.Andalkan.Wisata.Jasa
http://travel.kompas.com/read/2014/07/02/1837000/Solo.Menggenjot.Sektor.Pariwisata
http://www.solopos.com/2013/12/15/jadi-kota-potencial-mice-solo-kalahkan-
semarang474489Aktif ikut serta dalam biding di tingkat nasional maupun internasional.
commit to user