Anda di halaman 1dari 11

RFID (bahasa Inggris: Radio Frequency Identification) atau Identifikasi Frekuensi Radio adalah

sebuah metode identifikasi dengan menggunakan sarana yang disebut label RFID atau
transponder untuk menyimpan dan mengambil data jarak jauh. Label atau kartu RFID adalah
sebuah benda yang bisa dipasang atau dimasukkan di dalam sebuah produk, hewan atau bahkan
manusia dengan tujuan untuk identifikasi menggunakan gelombang radio. Label RFID berisi
informasi yang disimpan secara elektronik dan dapat dibaca hingga beberapa meter jauhnya.
Sistem pembaca RFID tidak memerlukan kontak langsung seperti sistem pembaca kode
batang (bahasa Inggris: barcode).
Label RFID terdiri atas mikrochip silikon dan antena. Beberapa ukuran label RFID dapat mendekati
ukuran sekecil butir beras.
Label yang pasif tidak membutuhkan sumber tenaga, sedangkan label yang aktif membutuhkan
sumber tenaga untuk dapat berfungsi.

Sejarah RFID
Pada tahun 1945, Lon Theremin menemukan alat mata-mata untuk pemerintah Uni Soviet yang
dapat memancarkan kembali gelombang radio dengan informasi suara. Gelombang suara
menggetarkan sebuah diafragma (diaphragm) yang mengubah sedikit bentuk resonator, yang
kemudian memodulasi frekuensi radio yang terpantul. Walaupun alat ini adalah sebuah alat
pendengar mata-mata yang pasif dan bukan sebuah kartu/label identitas, alat ini diakui sebagai
benda pertama dan salah satu nenek-moyang teknologi RFID. Beberapa publikasi menyatakan
bahwa teknologi yang digunakan RFID telah ada semenjak awal era 1920-an, sementara beberapa
sumber lainnya menyatakan bahwa sistem RFID baru muncul sekitar akhir era 1960-an.......
Sebuah teknologi yang lebih mirip, IFF Transponder, ditemukan oleh Inggris pada tahun 1939, dan
secara rutin digunakan oleh tentara sekutu di Perang Dunia II untuk mengidentifikasikan pesawat
tempur kawan atau lawan. Transponder semacam itu masih digunakan oleh
pihak militer dan maskapai penerbangan hingga hari ini.
Karya awal lainnya yang mengeksplorasi RFID adalah karya tulis ilmiah penting Harry
Stockman pada tahun 1948 yang berjudul Communication by Means of Reflected Power (Komunikasi
Menggunakan Tenaga Pantulan) yang terbit di IRE, halaman 11961204, Oktober 1948. Stockman
memperkirakan bahwa "...riset dan pengembangan yang lebih serius harus dilakukan sebelum
problem-problem mendasar di dalam komunikasi tenaga pantulan dapat dipecahkan, dan sebelum
aplikasi-aplikasi (dari teknologi ini) dieksplorasi lebih jauh."
Paten Amerika Serikat nomor 3,713,148 atas nama Mario Cardullo pada tahun 1973 adalah nenek
moyang pertama dari RFID modern; sebuah transponder radio pasif dengan memori ingatan. Alat
pantulan tenaga pasif pertama didemonstrasikan pada tahun 1971 kepada Perusahaan Pelabuhan
New York (New York Port Authority) dan pengguna potensial lainnya. Alat ini terdiri dari sebuah
transponder dengan memori 16 bit untuk digunakan sebagai alat pembayaran bea.
Pada dasarnya, paten Cardullo meliputi penggunaan frekuensi radio, suara dan cahaya sebagai
media transmisi. Rencana bisnis pertama yang diajukan kepada para investor pada tahun 1969
menampilkan penggunaan teknologi ini di bidang transportasi (identifikasi kendaraan otomotif,
sistem pembayaran tol otomatis, plat nomor elektronik, manifest [daftar barang] elektronik,
pendata rute kendaraan, pengawas kelaikan kendaraan), bidang perbankan (buku cek elektronik,
kartu kredit elektronik), bidang keamanan (tanda pengenal pegawai, pintu gerbang otomatis,
pengawas akses) dan bidang kesehatan (identifikasi dan sejarah medis pasien).
Demonstrasi label RFID dengan teknologi tenaga pantulan, baik yang pasif maupun yang aktif,
dilakukan di Laboratorium Sains Los Alamos pada tahun 1973. Alat ini diperasikan
pada gelombang 915 MHz dan menggunakan label yang berkapasitas 12 bit.
Paten pertama yang menggunakan kata RFID diberikan kepada Charles Walton pada
tahun 1983 (Paten Amerika Serikat nomor 4,384,288).

Desain
Sebuah sistem identifikasi frekuensi radio menggunakan tag atau label yang dipasang pada objek
untuk diidentifikasi. Radio dua arah pemancar-penerima, dimana disebut sebagai pemeriksa atau
pembaca, mengirimkan sinyal ke tag lalu membaca responnya. Umumnya, pembaca mengirimkan
hasil pengamatan tersebut ke sistem komputer yang menjalankan perangkat lunak atau perangkat
lunak tengah RFID.
Informasi Tag disimpan secara elektronik di dalam memori non-volatil. Tag RFID mencakup
pemancar dan penerima frekuensi radio kecil. Sebuah pembaca RFID mengirimkan sinyal radio
yang dikodekan untuk memeriksa tag. Lalu, tag menerima pesan dan merespon informasi yang
diidentifikasinya. Ini mungkin hanya terjadi untuk tag dengan nomor seri khusus, atau mungkin
untuk sebuah produk yang berkaitan dengan informasi seperti jumlah stok, lot atau nomor tumpak,
tanggal produksi, atau informasi spesifik lainnya.

Jenis Label RFID
Ada tiga jenis label RFID: label RFID aktif, label RFID pasif, dan label RFID semi-pasif.
1. Label RFID aktif biasanya lebih besar dan lebih mahal untuk diproduksi karena
memerlukan sumber listrik. Label RFID aktif memancarkan sinyalnya ke pembaca label dan
biasanya lebih andal dan akurat daripada label RFID pasif. Label RFID aktif memiliki sinyal
lebih kuat sehingga dapat digunakan pemakaiannya di lingkungan yang sulit terjangkau
seperti di bawah air, atau dari jauh untuk mengirimkan data.
1. Label Pasif RFID tidak memiliki pasokan listrik internal dan bergantung pada pembaca RFID
untuk mengirimkan data. Sebuah arus listrik kecil diterima melalui gelombang
radio oleh antena RFID dan daya CMOS hanya cukup untuk mengirimkan
tanggapan. Label Pasif RFID lebih cocok untuk lingkungan pergudangan di mana tidak ada
banyak gangguan dan jarak yang relatif pendek (biasanya berkisar dari
beberapa inci sampai beberapa meter). Karena tidak ada sumber daya internal, label pasif
RFID lebih kecil dan lebih murah untuk diproduksi.
2. Label Semi-pasif RFID mirip dengan label RFID aktif. Label semi-pasif RFID memiliki
sumber daya internal, tetapi tidak memancarkan sinyal sampai pembaca RFID
mentransmisikannya terlebih dahulu.
[1]


Aplikasi
Sebuah label RFID dapat ditempelkan ke sebuah obyek dan digunakan untuk melacak dan
mengelola inventaris, aset, orang, dan lain-lain. Sebagai contoh, label RFID bisa ditempelkan di
mobil, peralatan komputer, buku-buku, ponsel, dan lain-lain.
RFID menawarkan keunggulan dibandingkan sistem manual atau penggunaan kode
batang. Label dapat dibaca jika melewati dekat pembaca label, bahkan jika pembaca tertutup oleh
objek atau tidak terlihat. Label dapat dibaca di dalam sebuah wadah, karton, kotak atau
lainnya. Label RFID dapat membaca ratusan pada satu waktu, sedangkan kode batang hanya dapat
dibaca satu per satu.
RFID dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti:
Manajement Akses
Pelacakan barang
Pengumpulan dan pembayaran toll tanpa kontak langsung
Mesin pembaca dokumen berjalan
Pelacakan identitas untuk memverifikasi keaslian
Pelacakan bagasi di bandara


RFID Belum Berfungsi Batasi Konsumsi BBM Bersubsidi
Kamis, 5 Desember 2013

JAKARTA, KOMPAS.com - Vice President Fuel Retail PT Pertamina (Persero) Muhammad Iskandar
menegaskan, radio frequency identification (RFID) sementara ini hanya memonitor konsumsi
bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Iskandar mengatakan, sampai hari ini pemerintah belum memprogramkan pengendalian atau
pembatasan konsumsi BBM subsidi. Ia pun mengklarifikasi isu yang menyebutkan konsumsi BBM
subsidi dibatasi dengan adanya RFID.
"Pemerintah belum memprogramkan pengendalian atau pembatasan. Baru yang keluar itu kan
Permen ESDM No 1/2013 untuk pembatasan mobil dinas," kata dia ditemui dalam sosialisasi RFID
di kantor Kementerian BUMN, di Jakarta, Kamis (5/12/2013).
Dalam sosialisasi tersebut, secara simbolis dilakukan pemasangan RFID pada mobil Menteri BUMN
Dahlan Iskan. Iskandar mengatakan, pemasangan RFID ini baru tahap monitoring.
Sistem ini lebih bertujuan untuk meminimalisasi penyalahgunaan BBM bersubsidi. Ia menyebut,
penyelewengan solar jauh lebih besar dibanding penyelewengan premium. Selama ini PT
Pertamina kecolongan penyelundupan solar, lantaran tidak mempunya rekam data yang jelas
terkait adanya penyalahgunaan solar.
"RFID ini untuk mengurangi penyimpangan. Kita kan enggak tahu penyalahgunaan berapa. Yang
ditangkep sudah banyak. Dari yang ketangkep tangan ini saja yang bisa direcord," jelasnya.
Sementara itu ketika ditanyakan ulang, kapan sistem ini efisien dalam mengendalikan BBM subsidi,
Iskandar mengaku belum bisa memastikan kapan pemerintah mengeluarkan regulasi. Ia pun
mengatakan, bahkan hingga target pemasangan RFID usai, yakni pada Juni 2014, sistem ini baru
berfungsi untuk merekam konsumsi BBM saja.
"Belum tahu (tahap pengendalian). Itu kan PP kalau pembatasan itu. Tapi pemerintah belum
rencanakn itu," pungkasnya.

RFID, Program Besar yang Dijalankan Setengah Hati
Minggu, 22 Desember 2013

KOMPAS.com -Tahun 2013 akan berakhir dalam hitungan hari. Namun sampai saat ini
program pemasangan radio-frequency identification (RFID) di Stasiun Pengisian Bahan
Bakar Umum (SPBU) Pertamina masih berjalan lambat. Padahal PT Pertamina dan PT Inti
selaku operator pemasangan RFID awalnya menargetkan mampu memasang RFID pada
1 juta unit mobil di wilayah Jakarta sebelum tahun 2013 berakhir.

Namun buktinya di lapangan, sampai dengan Jumat (20/12/2013) baru sekitar 135.000-an
unit mobil yang terpasang RFID. Pertamina dan PT Inti pun mengkoreksi targetnya menjadi
Maret 2014 untuk merealisasikan pemasangan RFID pada 1 juta unit mobil di wilayah
Jakarta. Diprediksikan target itupun akan sulit direalisasikan.
Lihat saja saja realisasi pemasangan RFID yang sudah dimulai pada September 2013 hingga
Jumat (20/12/2013) kemarin, baru terpasang 135.000-an unit. Itu artinya dalam 4 bulan
PT Inti hanya mampu memasang sekitar 15 persen dari target 1 juta unit. Sedangkan Maret
2014 hanya berselang 3 bulan dari sekarang.
Minimnya petugas dan lokasi pemasangan dituding jadi biang keladinya. Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik pun gerah dengan pemasangan RFID yang
lambat ini. Ia bahkan meminta PT Pertamina untuk mempercepat pamasangan RFID
dengan memperbanyak petugas pemasang RFID.
Menurutnya, jika selama ini ada sekitar 10 orang yang memasang RFID, maka Pertamina
harus menambahnya menjadi 30 orang. Apalagi, pemasangan RFID ini, tidaklah sulit.
Sehingga tidak perlu berpikir panjang atau ragu-ragu untuk menambah personil. "Saya
minta diperbanyaklah tenaga untuk itu. Kita punya banyak orang yang perlu pekerjaan,"
tutur Jero (11/12/2013).
Jero pun meminta Pertamina untuk tidak terlalu pelit dan takut mengeluarkan biaya yang
besar untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, percepatan
pemasangan RFID juga turut membantu pemerintah memantau pemakaian Bahan Bakar
Minyak (BBM) bersubsidi tepat sasaran
"Jangan ragu-ragu, jangan pelit-pelit, rekrutlah teman-teman yang lulusan SMA untuk
pasang-pasang sehingga mereka dapat pekerjaan, dan antrian berkurang," ujar Jero.
Tak hanya Menteri yang mengeluh. Para pengguna mobil pun demikian. Sistem
pemasangan yang di gunakan oleh PT Inti pun sepertinya berbelit-belit. Para pengguna
mobil diminta untuk mendaftar terlebih dulu, baru alat RFID dipasang sesuai hari yang
ditentukan kemudian. Strategi tersebut ditempuh PT Inti untuk mengurangi penumpukan
kendaraan di SPBU yang membuat macet jalanan sekitar SPBU.
Namun lagi-lagi pemilik kendaraan yang dikorbankan. Basuki misalnya. Pemilik mobil
jenis Avanza berkelir hitam ini, harus sampai datang dua kali dan menunggu lama agar
RFID terpasang di mobilnya. Begitupun dengan Daniel pengguna Toyota Vios keluaran
tahun 2005 yang harus empat hari menyempatkan diri bolak balik SPBU untuk memasang
RFID.
Baik Basuki maupun Daniel khawatir jika tidak memasang RFID, mobilnya tidak bisa
menenggak bensin premium lagi. "Yang penting sekarang saya pasang dulu. Masalah nanti
dipakai atau tidak oleh pemerintah itu urusan belakangan. Jangan sampai saya ketinggalan
pasang," tutur Daniel, pegawai swasta yang biasa ngantor di kawasan Rasuna Said.
Selain itu, yang dikeluhkan pemilik mobil tidak setiap SPBU yang ditunjuk sebagai lokasi
pemasangan RFID buka pelayanan pemasangan setiap hari. Ada kalanya mereka tutup.
Sehingga membuat pemasangan RFID menjadi lebih lambat.
Andi Nugroho, Manager Sosialisasi Sistem Monitoring dan Pengendalian BBM (SMPBBM)
PT Inti tak menapik hal tersebut. Menurutnya Saat ini PT Inti memiliki 51 posko
pemasangan RFID. Namun dalam implementasinya hanya sekitar 40 posko yang
beroperasi, karena ada beberapa SPBU yang menyebabkan antrian atau kemacetan jika
pemasangan dilakukan di hari-hari kerja.
Jemput bola
Sejatinya menurut Andi, PT Inti tidak hanya membuka posko pemasangan RFID di SPBU-
SPBU saja, tetapi juga membuka posko di tempat lain. Seperti di perkantoran, mall, hingga
kompleks perumahan. Dengan begitu diharapkan bisa mempercepat pemasangan RFID.
Caranya tinggal mengunjungi website PT Inti atau telpon ke nomor yang disediakan. Syarat
yang harus dipenuhi untuk pemasangan di lokasi yang di inginkan pemilik kendaraan,
yakni minimal ada 200 unit kendaraan.
Namun sebelum dilakukan pemasangan secara kolektif, terlebih dulu PT Inti meminta data
kendaraan yang akan dipasangi RFID. Pasalnya kata Andi, terdapat lima varian RFID
dengan diameter RFID mulai dari 70 mm sampai 110 mm. Hal itu dikarenakan setiap
kendaraan berbeda lingkar diameter yang digunakan. "Masing-masing kendaraan beda
ukurannya, jadi jangan sampai sudah nunggu, tapi alatnya tidak ada yang sesuai," kata
Andi.
Rencananya di tahun depan, PT Inti juga akan menambah jumlah posko resmi pemasangan
RFID secara bertahap menjadi 300 posko. Selain itu, jumlah petugas juga akan ditambah
dari 3 orang menjadi 6 orang di setiap posko. "Tambah posko pasti tambah orang juga,
kami harus lakukan training dan kualitas pemasangan yang sebenarnya memakan waktu,"
ungkap Andi.
Menurut Andi, secara teknis pemasangan RFID tidak begitu sulit, dan mudah dipelajari.
Namun tetap butuh waktu untuk pemahaman si petugasnya pemasangan. Meski begitu ia
menghimbau agar pemilik kendaraan jangan meminta RFID ke petugas dan coba-coba
untuk memasangnya sendiri.
Gandeng ATPM
Sejatinya, untuk memudahkan dan mempercepat pemasangan RFID, PT Inti bisa saja
menggandeng Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) kendaraan untuk memasangkan
RFID di setiap kendaraan yang baru diproduksi. Seperti diketahui setiap bulan, rata-rata
APTM menjual sebanyak 100.000 unit mobil.
Tetapi sayangnya para ATPM belum ada rencana untuk memasang RFID pada mobil baru
yang dijual ke konsumen. "Secara detilnya kami belum tahu, sehingga kami belum ada
rencana ke situ," kata Rahmat Samulo, Direktur Marketing Toyota Astra Motor, beberapa
waktu lalu.
Hal senada juga diungkapkan oleh Jonfis Fandy, Marketing and Aftersales Director PT
Honda Prospect Motor (HPM). Menurut Jonfis, karena aturannya belum jelas, sehingga
HPM belum akan ikut memasang RFID pada setiap mobil yang dipasarkan.
Andi pun mengakui bahwa kerjasama dengan ATPM saat ini baru sebatas penjajakan.
Pasalnya ATPM sendiri butuh instruksi lebih jelas dari Kementerian terkait. Saat ini
pemasangan RFID baru berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pengendalian BBM Bersubsidi.
Lain lagi kata Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro. Menurutnya jika mobil
keluaran baru dan mobil mewah ikut memasang alat monitoring BBM bersubsidi tersebut
adalah salah sasaran atau sia-sia.
Bambang mengakui bahwa memang belum ada aturan yang melarang pemasangan RFID
pada mobil baru dan mobil mewah. Untuk itu ia menghimbau kepada para pemilik mobil
baru dan mobil mewah untuk tidak turut memasang RFID.
"Sekarang belum ada aturannya. Maksud saya, mesti ada semacam himbauan moral bahwa
RFId itu adalah dalam rangka mengendalikan BBM bersubsidi, jadi seharusnya yang
memakai atau yang memasang adalah yang membutuhkan BBM bersubsidi," kata Bambang
(4/12).
Bambang menjelaskan jika mobil tidak dipasangi RFID, maka mobil tersebut tidak dapat
menggunakan BBM bersubsidi. Sebab, alat RFId dilengkapi sistem yang dapat
mengeluarkan BBM bersubsidi di pusat pengisian bahan bakar. Artinya tanpa gelang RFID,
maka nozzel di dispenser SPBU Pertamina akan menolak mengeluarkan bensin jenis
premium.
"Kalau RFID ada di mobil mewah, artinya dia bisa menerima BBM bersubsidi. Misalnya
mobil mewah tidak menggunakan RFID tapi mencoba mengisi BBM bersubsidi, maka tidak
akan bisa," jelas Bambang.
Kendati belum ada aturan yang melarang mobil mewah dan mobil baru memasang RFID,
namun menurut Bambang, pemasangan RFId masih bisa digunakan untuk mengendalikan
volume BBM bersubsidi. Karena jika penggunaan telah mencapai kuota, maka BBM
bersubsidi tidak dapat diakses.
"Tetapi paling tidak, RFID sendiri bisa mengendalikan volume, jadi orang tidak melakukan
konsumsi yang berlebihan. Paling tidak langkah itu bisa membantu dari segi menjaga
volume, 48 juta kiloliter tidak terlewati," ucap Bambang.
Bisnis jumbo
Terlepas dari itu, PT Inti akan terus menggenjot pemasangan RFID. PT Inti akan tetap
mengimpor RFID dari sejumlah produsen di luar negeri. Hingga total RFID yang terpasang
mencapai 100 juta unit. "Kami mengimpor dari beberapa produsen karena tidak produsen
di negara manapun yang bisa mempruduksi sebanyak itu dalam waktu singkat," kata Andi.
Menurut Andi, setelah Jakarta terpasang 1 juta unit, pihaknya akan langsung memasang
RFID di kendaraan yang ada di Kalimantan, Sumatera dan juga pulau Jawa. "Akan jalan
bareng antara Jawa dan luar Jawa. Pemasangannya akan lebih mudah karena kami sudah
punya pengalaman di Jakarta," katanya.
Bagi PT Inti, program pemerintah ini merupakan bisnis jumbo. Tak hanya skalanya yang
nasional, tapi potensi pendapatan yang bakal diraup juga sangat besar. Jika RFID sudah
terpasang dan program monitoring sudah dijalankan, maka PT Inti akan mendapatkan fee
Rp 18 untuk setiap liter yang dikeluarkan Pertamina atau digunakan oleh mobil pengguna
RFID.
Fee tersebut akan naik lagi ketika pemerintah menaikkan status monitoring menjadi
pengendalian BBM subsidi dimana Inti akan memperoleh fee Rp 20,74 per liter. Sebagai
gambaran, di tahun 2013 ini pemerintah menyediakan premium yang disubsidi sekitar 30
juta kiloliter dan solar subsidi sekitar 15,7 juta kiloliter.
Dengan potensi sebegitu besar, harusnya PT Inti mampu menggenjot pemasangan RFID
sesuai target yang ditetapkan.(Hendra Gunawan, Dea Chadiza Syafina, Noverius Laoli,
Emma Ratna Fury)

PEMASANGAN RFID BBM SUBSIDI GRATIS DAN TIDAK ADA BATAS WAKTU
Pemasangan RFID (Radio Frequency Identification) sebagai alat monitor BBM(Bahan Bakar
Minyak) bersubsidi, gratis dan tidak ada batas waktu. Demikian yang dicetuskan oleh Ali Mundakir,
juru bicara Pertamina sekaligus menepis isu bahwa kendaraan yang dipasangi alat tersebut harus
membayar tarif sebesar Rp 200.000,00.
Sebelumnya, sempat beredar pesan singkat yang menyebutkan bahwa RFIF paling lambat dipasang
hingga akhir November 2013. Selebihnya, jika kendaraan tidak memiliki alat tersebut, maka kelak
sang pemilik tidak diizinkan untuk mengisi BBM bersubsidi.
Jangan lupa mobil anda dipasang sticker RIFD. Bisa diambil gratis smpai akhir November 2013 ini
dgn menunjukkan STNK mobil. Cari Pom bensin yg ada tmpat pemasangan RIFD Krn tdk semua Pom
bensin ada. Lewat dr November dkenakan biaya 200 ribu. RIFD itu digunakan sbg Tanda utk izin
pengisian bahan bakar Premium/Solar di mobil anda, apabila tidak memiliki RFID maka anda di
tahun depan tidak akan diijinkan mengisi BBM bersubsidi Premium/Solar, demikian bunyi pesan
singkat yang beredar seperti dikutip TEMPO.
Juru Bicara Pertamina, Ali Mundakir dalam keterangan resmi, membantah pesan singkat tersebut.
Ia menegaskan tidak ada pungutan untuk pemasangan RFID. Selain itu, tidak ada batasan waktu
pemasangan. Masyarakat tidak perlu panik dan mengantre sekian panjang utuk hal ini.
Tanggal 31 Desember 2013 merupakan target penyelesaian pemasangan RFID untuk kendaraan di
wilayah DKI Jakarta. Tetapi pemasangan RFID selanjutnya akan gratis selamanya dan tidak ada
batasan waktu, sebut Ali.
Sjeauh ini, masyarakat dapat melakukan pemasangan RFID di 60 titik yang disediakan, baik di SPBU
atau di titik-titik lainnya. Masyarakat yang ingin mengetahui titik-titik tersebut, dapat
menghubungi contact center Pertamina 500-000. Langkah lain, memfollow twitter @SMPBBM dan
Facebook: SMPBBM. Anda juga bisa melihatnya dalam laman www.pertamina.com.
Saat ini, baru 40.000 unit dari 4 juta target kendaraan di seluruh DKI Jakarta yang sudah dipasangi
RFID, alias baru setara dengan 1%. Sedang ada penjajagan agar PT INTI selaku pelaksana,
melakukan pemasangan RFID di ruang terbuka publik.
Ditambahkan oleh Ali Mundakir, mobil yang tidak mau menggunakan BBM bersubsidi, tidak perlu
dipasangi RFID. Namun, penggunanya otomatis tidak bisa mengisi dengan BBM bersubsidi.
AMIS, 28 NOVEMBER 2013 | 07:26 WIB
Pemasangan RFID Gratis dan Tak Berbatas Waktu
TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menyatakan pemasangan perangkat radio frequency
identification (RFID) untuk BBM bersubsidi pada kendaraan tidak dikenakan biayaalias gratis.
Pemasangan RFID ini juga tidak memiliki batas waktu.
"Kami tegaskan tidak ada pungutan untuk pemasangan RFID tersebut dan tidak ada batasan waktu
pemasangan sehingga masyarakat tidak perlu panik," ujar juru bicara Pertamina, Ali Mundakir,
dalam keterangan resmi, Rabu, 27 November 2013.
Ali menyesalkan beredarnya informasi dari pihak-pihak yang tak bertanggung jawab mengenai
pungutan sejumlah uang tertentu untuk memasang RFID. Termasuk informasi yang tak benar
mengenai denda jika masyarakat melewati batas waktu pemasangan RFID pada akhir November
2013 ini.
"Tanggal 31 Desember 2013 merupakan target penyelesaian pemasangan RFID untuk kendaraan di
wilayah DKI Jakarta. Tetapi pemasangan RFID selanjutnya akan gratis selamanya dan tidak ada
batasan waktu," ujar Ali.
Pertamina melalui PT Inti sebagai mitra penyedia teknologi RFIS sedang mengusahakan
kemungkinan untuk memperluas titik pemasangan di luar SPBU, seperti ruang terbuka, parkir mal,
dan lainnya di luar hari kerja. Untuk saat ini, masyarakat dapat melakukan pemasangan di sekitar
60 titik yang telah disediakan, baik di SPBU maupun di titik lainnya. Untuk mengetahui lokasi pos
registrasi RFID dapat menghubungicontact center Pertamina 500-000, follow twitter @SMPBBM
dan Facebook: SMPBBM atau melalui www.pertamina.com.
Ali mengatakan, saat ini program pemasangan RFID dimaksudkan untuk
melakukan monitoring dan pencatatan transaksi pembelian BBM bersubsidi. "RFID ini hanya untuk
mencatat identitas kendaraan dan merekam volume pembelian setiap transaksinya. Jadi, tidak ada
pembatasan volume pembelian," ujarnya.
Sebelumnya, beredar pesan singkat berisikan ajakan agar masyarakat tidak terlambat
memasang stiker RFID. Isinya, "Jangan lupa mobil anda dipasang sticker RIFD. Bisa diambil gratis
smpai akhir November 2013 ini dgn menunjukkan STNK mobil. Cari Pom bensin yg ada tmpat
pemasangan RIFD... Krn tdk semua Pom bensin ada. Lewat dr November dkenakan biaya 200 ribu.
RIFD itu digunakan sbg Tanda utk izin pengisian bahan bakar Premium/Solar di mobil anda,
apabila tidak memiliki RFID maka anda di tahun depan tidak akan diijinkan mengisi BBM
bersubsidi Premium/Solar Tempat pemasangan rfid http://tmi.me/1cmyln"



Meski pasang RFID, mobil mewah tak bisa konsumsi BBM subsidi

Merdeka.com - PT Pertamina menyatakan pemasangan Radio Frequency Identification (RFID) tag
untuk pengendalian penggunaan BBM subsidi dapat dilakukan di semua kendaraan, tak terkecuali
mobil mewah. Tetapi, meski dipasang, mobil mewah tetap tidak dapat menggunakan BBM subsidi.
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya mengatakan, terdapat mekanisme
tersendiri bagi RFID yang dipasang pada mobil mewah. Dia menjelaskan, RFID tersebut akan secara
otomatis mencegah premium mengucur dari nosel.
"Mobil mewah kita pasang, tapi kita blok. Jadi, tidak bisa mengisi premium," ujar Hanung di Jakarta,
Rabu (4/12).
Hanung mengatakan, hal ini sama dengan mekanisme yang diterapkan pada mobil dinas
pemerintah, lembaga negara, BUMN, dan BUMD. "Contohnya, mobil dinas Pertamina sudah
dipasang semua, tapi diblok. Jadi, bisa isi BBM non-subsidi, premium tidak bisa," ungkap dia.
Lebih lanjut, Hanung berharap, masyarakat dapat mengerti dan mau berkontribusi dengan program
penghematan BBM bersubsidi ini. "Mudah-mudahan masyarakat bisa lebih peduli bahwa ini perlu
dan bisa membantu program pemerintah," pungkas dia.

Anggota DPR Protes Pemasangan Alat Pembatasan BBM Bersubsidi RFID
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Proses pemasangan Radio Frequency Identification (RFID) yang
dilakukan oleh Pertamina di daerah Jabotabek saat ini sedang gencar dilakukan.
Namun beragam kendala masih terjadi di berbagai Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU)
dari mulai antrian yang panjang, jam operasi pemasangan yang tidak optimal hingga kericuhan.
Anggota Komisi VII DPR RI Rofi Munawar meminta PT INTI untuk menyiapkan personil yang lebih
banyak serta terlatih. Di sisi lain Pertamina senantiasa aktif memberikan informasi yang jelas baik
melalui media massa maupun sebaran SPBU yang lebih merata terkait proses pemasangan RFID
tersebut.
Kendala dan masalah di awal-awal program pemasangan RFID di kendaraan pribadi ini semoga
dapat segera ditangani oleh Pertamina, jika dilihat kebanyakan masalah terjadi akibat manajemen
dan sosialisasi yang belum maksimal, kata Rofi dalam rilisnya, Senin (2/12/2013).
PT Pertamina merilis bahwa hingga saat ini masih minim pemasangan RFID di kendaraan
masyarakat, hanya sekitar 55.000 kendaraan, padahal untuk Jakarta saja ditargetkan terpasang
4,5 juta kendaraa dan di seluruh Indonesia target keseluruhan mencapai 100 juta unit RFID yang
harus dipasang di kendaraan umum maupun pribadi.
Rofi menambahkan, proses pemasangan RFID ini merupakan awal dari program pembatasan
konsumsi BBM dengan sistem elektronik ini. Karenanya pemerintah beserta pertamina harus
melakukan sosialisasi yang efektif terkait alur proses tersebut.
Hal itu berguna agar masyarakat turut berperan serta aktif dan tidak adanya isu-isu yang
berdampak buruk. Selain itu Pertamina ada baiknya melakukan pemasangan RFID tidak hanya di
SPBU saja, mungkin bisa di tempat strategis atau lokasi yang memungkinkan agar tidak terjadi
konsentrasi kendaraan maupun kericuhan karena proses antrean.
Perlu tata manajemen pemasangan RFID yang lebih efektif agar tidak terjadi kericuhan maupun
antrian yang panjang, saran Rofi.
Seperti diketahui PT INTI memenangkan tender pasangan RFID sebanyak 100 juta unit kendaraan
dan 92.000 nozel SBPU diseluruhIndonesia. Kontrak keduanya akan berlangsung selama 5 tahun.
Jika sistem ini sudah bisa diterapkan maka PT Pertamina akan membayar kepada INTI sebagai
pengembalian investasi Rp 18 per liter dari setiap BBM subsidi
yang tersalurkan melalui sistem RFID ini. Pertamina mengharapkan program ini selesai sesuai
target yang ditentukan yakni Juli 2014. Artinya pada saat itu 100 juta kendaraan dan 92.000 nozel
SPBU di seluruh Indonesia sudah terpasang RFID.
Anggaran yang besar telah dialokasikan untuk penggunaan sistem RFID ini, di sisi lain kajiannya
juga sudah dilakukan sejak lama. Karenanya pelaksanaan RFID ini harus sesuai prosedur dan
efisien, kata Rofi.
Pemerintah selama ini melakukan beragam cara untuk menekan konsumsi BBM bersubsidi, salah
satu diantaranya dengan RFID. Adapun wacana lain dengan penggunaan stiker, kartu, BBM
nontunai hingga mewajibkan kendaraan pemerintah untuk menggunakan BBM nonsubsidi.
Namun beragam usaha tersebut belum mampu membatasi konsumsi BBM secara nasional,
mengingat di sisi lain penyelewengan BBM juga masih marak terjadi.

Anda mungkin juga menyukai