Anda di halaman 1dari 15

ETIKA DAN BUDAYA BERORGANISASI

Eko Handrian, S.Sos., M.Si

Kelompok V
Administrasi Publik 2A

Disusun Oleh:

Ketua : Anyelir Wulian (227110149)


Anggota : Dian Aristiani (227110055)
Fatma Dwi Yeni (227110165)
Afriliya Agustin (227110047)
Pebriyanti Vania (227110190)
Sindi Qurdasih (227110042)
Hendri Noviansyah (227110125)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat,
rahmat dan karunia-nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat
waktu. Adapun penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Teori Organisasi. Kami ucapkan terima kasih kepada bapak Eko Handrian, S.Sos.,
M.Si. selaku dosen mata kuliah Teori Organisasi yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi kami dan juga
pembaca.

Kami sadar bahwa tugas yang kami selesaikan masih banyak kekurangan,
baik dari segi penulisan maupun dari segi materi yang kami tuangkan pada tugas
ini. Karena keterbatasan ilmu yang kami miliki, kami memohon maaf atas
kekurangan dari tugas ini. Tetapi suatu kehormatan yang besar jika ada saran dan
kritik yang membangun makalah ini supaya lebih baik kedepannya. Semoga
dengan adanya pembuatan tugas ini dapat memberikan manfaat berupa ilmu
pengetahuan yang bermanfaat bagi kami dan bagi pembaca.

Pekanbaru, 4 April 2023

Kelompok V

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................................4
1.3. Tujuan.........................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................6
2.1. Pengertian Budaya Organisasi....................................................................................................6
2.2. Pengertian Etika Organisasi........................................................................................................7
2.3. Konsep-Konsep Beretika Dalam Berorganisasi..........................................................................8
2.4 Dasar Budaya Organisasi.............................................................................................................9
2.5 Hubungan etika dengan kebudayan.............................................................................................9
BAB III PENUTUP............................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................12
3.2 Saran..........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................13

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budaya organisasi atau biasa disebut dengan budaya perusahaan


merupakan isu penting dalam suatu organisasi. budaya organisasi merupakan
faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan
organisasi yang dimana dengan melalui komitmen bersama karyawan untuk
memenuhi nilai-nilai yang telah disepakati. Karena budaya bersifat stragetis
yang menentukan bagaimana nilai-nilai, sikap dan perilaku untuk mencapai
sasaran perusahaan sehingga berdampak signifikan terhadap kinerja ekonomis
perusahaan atau organisasi dalam jangka panjang.

Konsep tentang budaya organisasi telah dijabarkan dari berbagai


perspektif dalam literatur-literatur. Bahasan tentang etika dan budaya
organisasi telah dikaji dari berbagai sudut pandang dan disiplin ilmu, seperti
antropologi, sosiologi, perilaku organisasi dan kepemimpinan organisasi.
Etika diartikan sebagai nilai-nilai normatif atau pola perilaku seseorang atau
badan/lembaga/organisasi sebagai suatu kelaziman yang dapat diterima umum
dalam interaksi dengan lingkungannya.etika dalam organisasi tidak mungkin
lagi dapat dibesar-besarkan.

Organisasi tidak mungkin berfungsi secara bertanggung jawab tanpa


memiliki etika ketika menjalankan urusan kesehariannya setiap
organisasi,baik publik maupun swasta, Etika berkaitan dengan baik dan
buruk, benar dan salah, betul dan tidak, bohong dan jujur. Dalam berinteraksi
dengan lingkungannya orang-orang dapat menunjukkan perilaku yang dinilai
baik atau buruk, benar atau salah ketika melakukan suatu tindakan. Hal
tersebut sangat bergantung kepada nilai-nilai yang berlaku dalam lingkungan

3
di mana orang-orang berfungsi. Tidak jarang terdapat penilaian yang berbeda
terhadap suatu perilaku dalam lingkungan yang berbeda.
Budaya organisasi merupakan faktor yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan atau kegagalan organisasi yang dimana dengan
melalui komitmen bersama karyawan untuk memenuhi nilai-nilai yang telah
disepakati. Karena budaya bersifat stragetis yang menentukan bagaimana
nilai-nilai, sikap dan perilaku untuk mencapai sasaran perusahaan sehingga
berdampak signifikan terhadap kinerja ekonomis perusahaan atau organisasi
dalam jangka panjang.(Brian Aprianto & Jacob, 2013, p. 96)
Budaya organisasi membentuk perilaku organisasi anggotanya, bahkan
tidak jarang perilaku anggota organisasi sebagai individu. Budaya dapat
mendorong terciptanya perilaku etis atau sebaliknya dapat mendorong
terciptanya perilaku tidak etis. Budaya perusahaan atau budaya organisasi
mampu memberi arah bagi kelangsungan hidup perusahaan atau organisasi
dan memberi suatu identitas khas baginya. Agar hal itu betul-betul dapat
terjadi, perlu strategi sosialisasi yang terkoordinasi agar budaya organisasi
dapat dipahami seluruh anggota organisasi. Public Relations mempunyai
hubungan yang erat dengan strategi soasialisasi budaya organisasi, karena
Public Relations merupakan semua bentuk komunikasi 2 yang terselenggara
antara organisasi yang bersangkutan, baik internal maupun eksternal.
Public Relations atau pada peneliltian kali ini lebih dikenal dengan
Corporate Communication mempunyai tanggung jawab untuk
mengkomunikasikan, membuat strategi, serta mengevaluasi budaya
organisasi yang terjadi dalam suatu organisasi. Oleh karena itu selain
pemimpin perusahaan, Public Relations juga memainkan perananan penting,
baik dalam menanamkan pemahaman dan persepsi yang sama tentang budaya
organisasi terhadap setiap anggotanya. Hal yang diharapkan pada akhirnya
adalah agar setiap individu dalam organisasi dapat memahami dengan baik
budaya organisasi tersebut yang merupakan identitas khas mereka sebagai
anggota dari suatu kelompok.

4
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan budaya organisasi ?
2. Apa yang di maksud dengan etika organisasi ?
3. Apa saja konsep beretika di dalam berorganisasi ?
4. Apa saja dasar budaya organisasi?
5. Apa hubungan etika dengan kebudayaan?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari budaya organisasi.
2. Untuk mengetahui maksud Etika Organisasi.
3. Untuk mengetahui konsep beretika di dalam berorganisasi.
4. Untuk mengetahui dasar budaya organisasi.
5.Untuk mengetahui hubungan etika dan kebudayaan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Budaya Organisasi


Budaya organisasi adalah determinan penting bagi pengambilan keputusan
etis. Budaya organisasi dapat berpengaruh terhadap cara mengambil keputusan
yang etis. Hubungan langsung muncul antara budaya organisasi dan perilaku etis
karena budaya organisasi adalah sekumpulan sifat moral bagi organisasi (Sims,
1992. Trevino (1986) mendalilkan bahwa budaya organisasi berkaitan dengan
meningkatnya perilaku etis. Hal yang sama juga diindikasikan oleh Hunt dan
Vittel (1992) bahwa pengambilan keputusan yang etis dipengaruhi oleh
meningkatnya perilaku etis. Hunt, Wood dan Chonko (1989) menegaskan bahwa
manakala organisasi memberikan suatu lingkungan atau budaya yang kondusif
bagi terciptanya perilaku etis, respon positif yang diharapkan dari anggota akan
meningkat.
Robbins dan bukunya perilaku organisasi (1946, h.289) mendefinisikan budaya
organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-
anggota yang membedakan organisasi itu dari organisasi-orgaisasi lainnya.
Definisi lain menurut kreitner dan kinicki (2005.h.79) Budaya organisasi
adalahsuatu anggapan yang memiliki, diterima secara implisit oleh kelompok dan
menentukan bagaimana kelompok tersebut rasakan, pikirkan, dan bereaksi dengan
lingkungan yang beraneka ragam.
Suatu premis yang disebut dengan “Dependency Thesis” mengatakan
“Allmoral principles derive their validity from cultural acceptance”.
Penyesuaianterhadap kebudayaan ini sebenarnya tidak sepenuhnya harus
dipertahankan dandibutuhkan suatu pengembangan premis yang lebih kokoh.
Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajarandan
pandangan moral. Etika berasal dari bahasa yunani yaitu kata “ethos” yangberarti
suatu kehendak atau kebiasaan baik yang tetap. Manusia yang pertama
kalimenggunakan kata-kata itu adalah seorang filosof Yunani yang

6
bernamaAristoteles ( 384 – 322 SM ). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
etika /moral adalah ajaran tentang baik dan buruk mengenai perbuatan, sikap,
kewajibandan sebagainya.
Menurut K. Bertenes, etika adalah nilai-nilai atau norma-normayang
menjadi pegangan bagi seseorang dalam mengatur tingkah lakunya.
Etikaberkaitan erat dengan berbagai masalah nilai karena etika pada
pokoknyamembicarakan tentang masalah-masalah predikat nilai ”susila” dan
”tidak susila”,”baik” dan ”buruk”. Kualitas-kualitas ini dinamakan kebajikan yang
dilawankandengan kejahatan yang berarti sifat-sifat yang menunjukkan bahwa
orang yangmemilikinya dikatakan tidak susila. Sesungguhnya etika lebih
banyakbersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar pembenaran dalam
hubungannyadengan tingkah laku manusia (Katsoff, 1986).Etika dibagi menjadi
2 kelompok, etika umum dan etika khusus. Etikakhusus dibagi menjadi
2 kelompok lagi menurut Suseno (1987), yaitu etikaindividual dan etika
sosial yang keduanya berkaitan dengan tingkah laku manusiasebagai warga
masyarakat. Etika individual membahas kewajiban manusiaterhadap diri
sendiri dalam kaitannya dengan kedudukan manusia sebagai wargamasyarakat.
Etika sosial membicarakan tentang kewajiban manusia sebagaianggota
masyarakat atau umat manusia. Dalam masalah ini, etika individual tidakdapat
dipisahkan dengan etika sosial karena kewajiban terhadap diri sendiri dansebagai
anggota masyarakat atau umat manusia saling berkaitan dan tidak
dapatdipisahkan. Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia
lain baiksecara langsung maupun dalam bentuk kelembagaan (keluarga,
masyarakat, dannegara), sikap kritis terhadap pandangan-pandangan dunia,
idiologi-idiologimaupun tanggungjawab manusia terhadap lingkungan
hidup. Etika sosialberfungsi membuat manusia menjadi sadar akan
tanggungjawabnya sebagaimanusia dalam kehidupannya sebagai anggota
masyarakat.
Persepsi individu terhadap etika korporat secara positif berkaitan dengan
keyakinan moral dan tingkah laku etis. Ketika perilaku etis dikukuhkan oleh
budaya organisasi, perilaku etis ini akan semakin meningkat, sebaliknya apabila
perilaku tidak etis diperkukuhkan oleh budaya organisasi, para anggota cenderung

7
untuk terus berperilaku tidak etis. Budaya etis dalam organisasi mengirimkan
pesan kepada seluruh anggota tentang cara pengambilan keputusan yang diberi
sanksi dan tidak diberi sanksi. Budaya etis dalam organisasi dibangun melalui
praktek manajemen dan nilai- nilai yang dianut, merupakan alat pencegah paling
penting bagi munculnya perilaku yang tidak etis. Menciptakan budaya etis dalam
organisasi dimana perilaku etis dikembangkan dan dihargai dapat meningkatkan
perilaku etis pada para anggota.

2.2. Pengertian Etika Organisasi


Etik Pada dasarnya mengarah pada keberadaan suatu aturan yang ada
kaitannya dengan keberadaaan moral yang tidak dapat terlepas dari nilai budaya
yang ada disekitarnya. Istilah dan pengertian etika secara kebahasaan atau
etimologi, berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berartiwatak
kesusilaan atau adat kebiasaan (costum). Etika adalah ilmu yang menyelidiki baik
dan buruk dengan memperhatikan perbuatan manusia sejauh yang diketahui oleh
akal pikiran. Etika dalam berorganisasi, etika diartikan sebagai nilai- nilai
normatif atau pola perilaku seseorang atau badan/ lembaga/organisasi sebagai
suatu kebiasaan yang dapat diterima umum dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Organisasi tidak mungkin berfungsi secara baik tanpa memiliki
etika, karena etika sangat berpengaruh pada tujuan organisasi. Maka segala
sesuatu yang terkait dengan tingkah laku beraktivitas seseorang dalam lingkungan
organisasi harus berdasarkan dan disesuaikan dengan tujuan akhir organisasi
tersebut. Dengan demikian etika organisasi dapat pula diartikan sebagai pola sikap
dan perilaku yang diharapkan dari setiap individu dan kelompok dalam
berorganisasi yang sejalan dengan visi misi dan tujuan berorganisasi.
Definisi etika menurut para ahli:
1. Pengertian etika menurut K. Bertens: Etika adalah nilai- nilai dan
norma- norma moral, yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
2. Pengertian etika menurut W.J.S.Poerwadarminto: Etika adalah ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).

8
3. Pengertian etika menurut Prof. Dr. Franz Mgnis Suseno: Etika adalah
ilmu yang mencari orientasi ilmu atau yang memberikan arah dan
pijakan pada tindakan manusia.
Etika dalam organisasi adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan
kesediaan seseorang secara sadar untuk mentaati ketentuan dan norma yang
berlaku dalam suatu organisasi. Hal itu terwujud dalam bentuk bagaimana
seseorang melaksanakan tugas dan wewenang sesuai ketentuan yang berlaku,
menjaga informasi perusahaan dengan baik, membangun etos kerja sehingga
dapat meningkatkan kinerja perusahaan, bersikap hormat, jujur dan tanggung
jawab. Dalam organisasi, peran individu sangat penting, karena organisasi
terbentuk dengan adanya sekelompok orang yang saling berinteraksi dalam
mewujudkan tujuan tertentu. Interaksi antarorang atau antarkelompok yang
memiliki nilai serta kepentingan dan latar belakang yang berbeda-beda akan
saling mempengaruhi satu sama lain sehingga membentuk suatu nilai baru yang
akan melandasi perilaku individu untuk bersama-sama mencapai tujuan
organisasi.

2.3. Konsep-Konsep Beretika Dalam Berorganisasi.


1. melaksanakan tugas dan wewenang sesuai ketentuan yang berlaku;
2. menjaga informasi yang bersifat rahasia;
3. melaksanakan setiap kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang;
4. membangun etos kerja dan meningkatkan kinerja organisasi;
5. menjalin kerjasama secara kooperatif dengan unit kerja lain yang terkait
dalam rangka pencapaian tujuan;
6. memiliki kompetensi dalam pelaksanaan tugas;
7. patuh dan taat terhadap standar operasional dan tata kerja;
8. mengembangkan pemikiran secara kreatif dan inovatif dalam rangka
peningkatan kineri organisasi;
9. berorientasi pada upaya peningkatan kualitas kerja.

9
2.4 Dasar Budaya Organisasi
Nilai-nilai dan keyakinan organisasi merupakan dasar budaya organisasi.
Keduanya memainkan peran penting dalam mempengaruhi etika berprilaku
nilai-nilai oleh kreitner (2005) di sebutkan memiliki 5 komponen kunci yaitu :
a. Nilai adalah konsep kepercayaan
b. Mengenai prilaku yang dikehendaki
c. Keadaan yang amat penting
d. Pedoman menyeleksi atau mengevaluasi kejadian dan prilaku
e. Urut dari yang relatif penting
Nilai pendukung (espoused values) menunjukan nilai-nilai yang dinyatakan
secara eksplisit yang di pilih oleh organisasi.umumnya dibentuk oleh pendiri
perusahaan baru atau kecil oleh tim top manajemen dalam sebuah perusahaan
yang lebih besar.
Nilai-nilai yang di perantarakan ( anacted values ) merupakan nilai dan
norma yang sebenernya ditunjukan atau dimasukan ke dalam perilaku
karyawan. Expoused values dan anacted values bersifat penting karena dapat
mempengaruhi sikap karyawan dan budaya organisasi.

2.5 Hubungan etika dengan kebudayan


Meta-ethical cultural relativism merupakan cara pandangan secara filosofis
yang menyatakan bahwa tidak ada kebenaran moral yang absolut, kebenaran
harus selalu disesuaikan dengan budaya dimana kita menjalankan kehidupan
sosial kita karena setiap komunitas sosial mempunyai cara pandang
yangberbeda-beda terhadap kebenaran etika.Etika erat kaitannya dengan moral.
Etika atau moral dapat digunakan okehmanusia sebagai wadah untuk
mengevaluasi sifat dan perangainya. Etika selaluberhubungan dengan budaya
karena merupakan tafsiran atau penilaian terhadapkebudayaan.
Etika mempunyai nilai kebenaran yang harus selalu
disesuaikandengan kebudayaan karena sifatnya tidak absolut danl mempunyai
standar moralyang berbeda-beda tergantung budaya yang berlaku
dimana kita tinggal dankehidupan social apa yang kita jalani. Baik atau
buruknya suatu perbuatan itu tergantung budaya yang berlaku.Prinsip moral

10
sebaiknya disesuaikan dengan norma-norma yang berlaku,sehingga suatu
hal dikatakan baik apabila sesuai dengan budaya yang berlaku dilingkungan
sosial tersebut. Sebagai contoh orang Eskimo beranaggapan bahwatindakan
infantisid (membunuh anak) adalah tindakan yang biasa,
sedangkanmenurut budaya Amerika dan negara lainnya tindakan ini
merupakan suatutindakan amoral.

Robbins dan bukunya perilaku organisasi (1946, h.289) mendefinisikan


budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh
anggota- anggota yang membedakan organisasi itu dari organisasi-orgaisasi
lainnya. Definisi lain menurut kreitner dan kinicki (2005.h.79) Budaya
organisasi adalahsuatu anggapan yang memiliki, diterima secara implisit oleh
kelompok dan menentukan bagaimana kelompok tersebut rasakan, pikirkan,
dan bereaksi dengan lingkungan yang beraneka ragam.
Suatu premis yang disebut dengan “Dependency Thesis” mengatakan
“Allmoral principles derive their validity from cultural acceptance”.
Penyesuaianterhadap kebudayaan ini sebenarnya tidak sepenuhnya harus
dipertahankan dandibutuhkan suatu pengembangan premis yang lebih kokoh.
Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajarandan
pandangan moral. Etika berasal dari bahasa yunani yaitu kata “ethos”
yangberarti suatu kehendak atau kebiasaan baik yang tetap. Manusia yang
pertama kalimenggunakan kata-kata itu adalah seorang filosof Yunani
yang bernamaAristoteles ( 384 – 322 SM ). Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, etika /moral adalah ajaran tentang baik dan buruk mengenai
perbuatan, sikap, kewajibandan sebagainya.
Menurut K. Bertenes, etika adalah nilai-nilai atau norma-normayang
menjadi pegangan bagi seseorang dalam mengatur tingkah lakunya.
Etikaberkaitan erat dengan berbagai masalah nilai karena etika pada
pokoknyamembicarakan tentang masalah-masalah predikat nilai ”susila” dan
”tidak susila”,”baik” dan ”buruk”. Kualitas-kualitas ini dinamakan kebajikan
yang dilawankandengan kejahatan yang berarti sifat-sifat yang menunjukkan
bahwa orang yangmemilikinya dikatakan tidak susila. Sesungguhnya

11
etika lebih banyakbersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar
pembenaran dalam hubungannyadengan tingkah laku manusia (Katsoff,
1986).Etika dibagi menjadi 2 kelompok, etika umum dan etika
khusus. Etikakhusus dibagi menjadi 2 kelompok lagi menurut Suseno
(1987), yaitu etikaindividual dan etika sosial yang keduanya berkaitan
dengan tingkah laku manusiasebagai warga masyarakat. Etika individual
membahas kewajiban manusiaterhadap diri sendiri dalam kaitannya dengan
kedudukan manusia sebagai wargamasyarakat.
Etika sosial membicarakan tentang kewajiban manusia
sebagaianggota masyarakat atau umat manusia. Dalam masalah ini, etika
individual tidakdapat dipisahkan dengan etika sosial karena kewajiban terhadap
diri sendiri dansebagai anggota masyarakat atau umat manusia saling berkaitan
dan tidak dapatdipisahkan. Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan
manusia lain baiksecara langsung maupun dalam bentuk kelembagaan
(keluarga, masyarakat, dannegara), sikap kritis terhadap pandangan-
pandangan dunia, idiologi-idiologimaupun tanggungjawab manusia
terhadap lingkungan hidup. Etika sosialberfungsi membuat manusia
menjadi sadar akan tanggungjawabnya sebagaimanusia dalam
kehidupannya sebagai anggota masyarakat.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Etika organisasi adalah fenomena budaya yang kompleks. Dengan
pengetahuan ini, pemimpin dapat menilai budaya etis organisasinya, meskipun
ciri- ciri karakter individu dapat mempengaruhi seseorang untuk berperilaku etis
atau tidak etis konteks budaya dalam berorganisasi juga memiliki pengaruh yang
kuat pada perilaku sebagian besar anggota. Sebuah organisasi yang ingin
mengembangkan atau mengubah budaya etisnya harus memperhatikan interaksi
kompleks antara system formal dan informal yang dapat mendukung perilaku etis
atau tidak etis.

3.2 Saran
Seorang pemimpin harus mengetahui semua hal yang menyangkut tentang
organisasi baik secara individu maupun kelompok.

13
DAFTAR PUSTAKA

harahap, p. (2011). budaya organisasi. semarang: semarang university press.

kamaroellah, d. (2014). pengantar budaya organisasi. surabaya: pustaka radja.

14

Anda mungkin juga menyukai