Kelompok V
Administrasi Publik 2A
Disusun Oleh:
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat,
rahmat dan karunia-nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat
waktu. Adapun penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Teori Organisasi. Kami ucapkan terima kasih kepada bapak Eko Handrian, S.Sos.,
M.Si. selaku dosen mata kuliah Teori Organisasi yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi kami dan juga
pembaca.
Kami sadar bahwa tugas yang kami selesaikan masih banyak kekurangan,
baik dari segi penulisan maupun dari segi materi yang kami tuangkan pada tugas
ini. Karena keterbatasan ilmu yang kami miliki, kami memohon maaf atas
kekurangan dari tugas ini. Tetapi suatu kehormatan yang besar jika ada saran dan
kritik yang membangun makalah ini supaya lebih baik kedepannya. Semoga
dengan adanya pembuatan tugas ini dapat memberikan manfaat berupa ilmu
pengetahuan yang bermanfaat bagi kami dan bagi pembaca.
Kelompok V
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................................4
1.3. Tujuan.........................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................6
2.1. Pengertian Budaya Organisasi....................................................................................................6
2.2. Pengertian Etika Organisasi........................................................................................................7
2.3. Konsep-Konsep Beretika Dalam Berorganisasi..........................................................................8
2.4 Dasar Budaya Organisasi.............................................................................................................9
2.5 Hubungan etika dengan kebudayan.............................................................................................9
BAB III PENUTUP............................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................12
3.2 Saran..........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................13
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
di mana orang-orang berfungsi. Tidak jarang terdapat penilaian yang berbeda
terhadap suatu perilaku dalam lingkungan yang berbeda.
Budaya organisasi merupakan faktor yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan atau kegagalan organisasi yang dimana dengan
melalui komitmen bersama karyawan untuk memenuhi nilai-nilai yang telah
disepakati. Karena budaya bersifat stragetis yang menentukan bagaimana
nilai-nilai, sikap dan perilaku untuk mencapai sasaran perusahaan sehingga
berdampak signifikan terhadap kinerja ekonomis perusahaan atau organisasi
dalam jangka panjang.(Brian Aprianto & Jacob, 2013, p. 96)
Budaya organisasi membentuk perilaku organisasi anggotanya, bahkan
tidak jarang perilaku anggota organisasi sebagai individu. Budaya dapat
mendorong terciptanya perilaku etis atau sebaliknya dapat mendorong
terciptanya perilaku tidak etis. Budaya perusahaan atau budaya organisasi
mampu memberi arah bagi kelangsungan hidup perusahaan atau organisasi
dan memberi suatu identitas khas baginya. Agar hal itu betul-betul dapat
terjadi, perlu strategi sosialisasi yang terkoordinasi agar budaya organisasi
dapat dipahami seluruh anggota organisasi. Public Relations mempunyai
hubungan yang erat dengan strategi soasialisasi budaya organisasi, karena
Public Relations merupakan semua bentuk komunikasi 2 yang terselenggara
antara organisasi yang bersangkutan, baik internal maupun eksternal.
Public Relations atau pada peneliltian kali ini lebih dikenal dengan
Corporate Communication mempunyai tanggung jawab untuk
mengkomunikasikan, membuat strategi, serta mengevaluasi budaya
organisasi yang terjadi dalam suatu organisasi. Oleh karena itu selain
pemimpin perusahaan, Public Relations juga memainkan perananan penting,
baik dalam menanamkan pemahaman dan persepsi yang sama tentang budaya
organisasi terhadap setiap anggotanya. Hal yang diharapkan pada akhirnya
adalah agar setiap individu dalam organisasi dapat memahami dengan baik
budaya organisasi tersebut yang merupakan identitas khas mereka sebagai
anggota dari suatu kelompok.
4
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan budaya organisasi ?
2. Apa yang di maksud dengan etika organisasi ?
3. Apa saja konsep beretika di dalam berorganisasi ?
4. Apa saja dasar budaya organisasi?
5. Apa hubungan etika dengan kebudayaan?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari budaya organisasi.
2. Untuk mengetahui maksud Etika Organisasi.
3. Untuk mengetahui konsep beretika di dalam berorganisasi.
4. Untuk mengetahui dasar budaya organisasi.
5.Untuk mengetahui hubungan etika dan kebudayaan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
bernamaAristoteles ( 384 – 322 SM ). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
etika /moral adalah ajaran tentang baik dan buruk mengenai perbuatan, sikap,
kewajibandan sebagainya.
Menurut K. Bertenes, etika adalah nilai-nilai atau norma-normayang
menjadi pegangan bagi seseorang dalam mengatur tingkah lakunya.
Etikaberkaitan erat dengan berbagai masalah nilai karena etika pada
pokoknyamembicarakan tentang masalah-masalah predikat nilai ”susila” dan
”tidak susila”,”baik” dan ”buruk”. Kualitas-kualitas ini dinamakan kebajikan yang
dilawankandengan kejahatan yang berarti sifat-sifat yang menunjukkan bahwa
orang yangmemilikinya dikatakan tidak susila. Sesungguhnya etika lebih
banyakbersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar pembenaran dalam
hubungannyadengan tingkah laku manusia (Katsoff, 1986).Etika dibagi menjadi
2 kelompok, etika umum dan etika khusus. Etikakhusus dibagi menjadi
2 kelompok lagi menurut Suseno (1987), yaitu etikaindividual dan etika
sosial yang keduanya berkaitan dengan tingkah laku manusiasebagai warga
masyarakat. Etika individual membahas kewajiban manusiaterhadap diri
sendiri dalam kaitannya dengan kedudukan manusia sebagai wargamasyarakat.
Etika sosial membicarakan tentang kewajiban manusia sebagaianggota
masyarakat atau umat manusia. Dalam masalah ini, etika individual tidakdapat
dipisahkan dengan etika sosial karena kewajiban terhadap diri sendiri dansebagai
anggota masyarakat atau umat manusia saling berkaitan dan tidak
dapatdipisahkan. Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia
lain baiksecara langsung maupun dalam bentuk kelembagaan (keluarga,
masyarakat, dannegara), sikap kritis terhadap pandangan-pandangan dunia,
idiologi-idiologimaupun tanggungjawab manusia terhadap lingkungan
hidup. Etika sosialberfungsi membuat manusia menjadi sadar akan
tanggungjawabnya sebagaimanusia dalam kehidupannya sebagai anggota
masyarakat.
Persepsi individu terhadap etika korporat secara positif berkaitan dengan
keyakinan moral dan tingkah laku etis. Ketika perilaku etis dikukuhkan oleh
budaya organisasi, perilaku etis ini akan semakin meningkat, sebaliknya apabila
perilaku tidak etis diperkukuhkan oleh budaya organisasi, para anggota cenderung
7
untuk terus berperilaku tidak etis. Budaya etis dalam organisasi mengirimkan
pesan kepada seluruh anggota tentang cara pengambilan keputusan yang diberi
sanksi dan tidak diberi sanksi. Budaya etis dalam organisasi dibangun melalui
praktek manajemen dan nilai- nilai yang dianut, merupakan alat pencegah paling
penting bagi munculnya perilaku yang tidak etis. Menciptakan budaya etis dalam
organisasi dimana perilaku etis dikembangkan dan dihargai dapat meningkatkan
perilaku etis pada para anggota.
8
3. Pengertian etika menurut Prof. Dr. Franz Mgnis Suseno: Etika adalah
ilmu yang mencari orientasi ilmu atau yang memberikan arah dan
pijakan pada tindakan manusia.
Etika dalam organisasi adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan
kesediaan seseorang secara sadar untuk mentaati ketentuan dan norma yang
berlaku dalam suatu organisasi. Hal itu terwujud dalam bentuk bagaimana
seseorang melaksanakan tugas dan wewenang sesuai ketentuan yang berlaku,
menjaga informasi perusahaan dengan baik, membangun etos kerja sehingga
dapat meningkatkan kinerja perusahaan, bersikap hormat, jujur dan tanggung
jawab. Dalam organisasi, peran individu sangat penting, karena organisasi
terbentuk dengan adanya sekelompok orang yang saling berinteraksi dalam
mewujudkan tujuan tertentu. Interaksi antarorang atau antarkelompok yang
memiliki nilai serta kepentingan dan latar belakang yang berbeda-beda akan
saling mempengaruhi satu sama lain sehingga membentuk suatu nilai baru yang
akan melandasi perilaku individu untuk bersama-sama mencapai tujuan
organisasi.
9
2.4 Dasar Budaya Organisasi
Nilai-nilai dan keyakinan organisasi merupakan dasar budaya organisasi.
Keduanya memainkan peran penting dalam mempengaruhi etika berprilaku
nilai-nilai oleh kreitner (2005) di sebutkan memiliki 5 komponen kunci yaitu :
a. Nilai adalah konsep kepercayaan
b. Mengenai prilaku yang dikehendaki
c. Keadaan yang amat penting
d. Pedoman menyeleksi atau mengevaluasi kejadian dan prilaku
e. Urut dari yang relatif penting
Nilai pendukung (espoused values) menunjukan nilai-nilai yang dinyatakan
secara eksplisit yang di pilih oleh organisasi.umumnya dibentuk oleh pendiri
perusahaan baru atau kecil oleh tim top manajemen dalam sebuah perusahaan
yang lebih besar.
Nilai-nilai yang di perantarakan ( anacted values ) merupakan nilai dan
norma yang sebenernya ditunjukan atau dimasukan ke dalam perilaku
karyawan. Expoused values dan anacted values bersifat penting karena dapat
mempengaruhi sikap karyawan dan budaya organisasi.
10
sebaiknya disesuaikan dengan norma-norma yang berlaku,sehingga suatu
hal dikatakan baik apabila sesuai dengan budaya yang berlaku dilingkungan
sosial tersebut. Sebagai contoh orang Eskimo beranaggapan bahwatindakan
infantisid (membunuh anak) adalah tindakan yang biasa,
sedangkanmenurut budaya Amerika dan negara lainnya tindakan ini
merupakan suatutindakan amoral.
11
etika lebih banyakbersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar
pembenaran dalam hubungannyadengan tingkah laku manusia (Katsoff,
1986).Etika dibagi menjadi 2 kelompok, etika umum dan etika
khusus. Etikakhusus dibagi menjadi 2 kelompok lagi menurut Suseno
(1987), yaitu etikaindividual dan etika sosial yang keduanya berkaitan
dengan tingkah laku manusiasebagai warga masyarakat. Etika individual
membahas kewajiban manusiaterhadap diri sendiri dalam kaitannya dengan
kedudukan manusia sebagai wargamasyarakat.
Etika sosial membicarakan tentang kewajiban manusia
sebagaianggota masyarakat atau umat manusia. Dalam masalah ini, etika
individual tidakdapat dipisahkan dengan etika sosial karena kewajiban terhadap
diri sendiri dansebagai anggota masyarakat atau umat manusia saling berkaitan
dan tidak dapatdipisahkan. Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan
manusia lain baiksecara langsung maupun dalam bentuk kelembagaan
(keluarga, masyarakat, dannegara), sikap kritis terhadap pandangan-
pandangan dunia, idiologi-idiologimaupun tanggungjawab manusia
terhadap lingkungan hidup. Etika sosialberfungsi membuat manusia
menjadi sadar akan tanggungjawabnya sebagaimanusia dalam
kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika organisasi adalah fenomena budaya yang kompleks. Dengan
pengetahuan ini, pemimpin dapat menilai budaya etis organisasinya, meskipun
ciri- ciri karakter individu dapat mempengaruhi seseorang untuk berperilaku etis
atau tidak etis konteks budaya dalam berorganisasi juga memiliki pengaruh yang
kuat pada perilaku sebagian besar anggota. Sebuah organisasi yang ingin
mengembangkan atau mengubah budaya etisnya harus memperhatikan interaksi
kompleks antara system formal dan informal yang dapat mendukung perilaku etis
atau tidak etis.
3.2 Saran
Seorang pemimpin harus mengetahui semua hal yang menyangkut tentang
organisasi baik secara individu maupun kelompok.
13
DAFTAR PUSTAKA
14