yang dipancarakan. Sedangkan metode fluorometrik adalah metode analisis kuantitatif yang
bersifat sangat akurat dan sensitif. Prosedur pengujian ini menggunakan kadar konsentrasi
retinol atau vitamin A alkohol di dalam darah (Futterman et al., 1975). Dalam
penggunaannya, metode fluorometri yang menggunakan paparan cahaya langsung dari
fluorosensi memiliki sistematika yang kompleks dibandingkan dengan HPLC. Namun, HPLC
membutuhkan waktu yang lebih intensif dan memakan biaya yang sangat banyak
dibandingkan dengan penggunaan metode fluorometri. Sebelum digunakan dalam
pengukuran kadar retinol pada darah manusia, metode fluorometri menggunakan fluorosensi
dilakukan untuk mengukuran sampel biologis dan produk pertanian serta peternakan yang
mengandung susu atau dairy products. Berkembangnya teknologi, menjadikan metode
fluorometri dengan multidimensional fluorosensi dilakukan pada darah manusia untuk
menghitung riboflavin, aromatic amino acids, dan co enzim lainnya seperti NADH dan FAD.
(Tamura et al., 2021)
Dalam penelitian yang dilakukan James Ronald Schroerder pada tesis yang berjudul “A
Spectrophotofluorometric Analysis of Serum Vitamin A Levels in A Defined Population”,
metode dalam analisis vitamin A, digunakan fluorosensi hijau yang dipancarkan dengan
radiasi ultraviolet dengan panjang 330 nm, namun iridiasi yang dilakukan terus menerus pada
vitamin A atau serum retinol dapat merusak kualitas dan kandungan dari vitamin tersebut.
Sehingga, untuk mencegah timbulnya rusaknya vitamin A, penambahan kadar larutan vitamin
A yang di ekstrak terlebih dahulu untuk mencocokan fluorosensi dengan kondisi vitamin
(Schroeder, 1976). Berdasarkan penelitian tersebut, didapatkan hasil bahwa :
1) Penentuan kadar vitamin A dalam sel darah merah dan plasma darah dapat ditemukan
dengan jumlah yang tidak signifikan. Sehingga, untuk pengkoreksiannya dapat
dilakukan dengan tes kadar hematokrit.
2) Spesifitas prosedur dapat ditentukan dengan tidak rusaknya kondisi vitamin A akibat
iridiasi den pengukuran fluorosensi reagen. Meskipun sampel yang digunakan adalah
darah, namun tidak ditemukan adanya bias pengukuran yang diakibatkan oleh
hemoglobin, bilirubin, kolesterol dan vitamin larut lemak lainnya yang berada di
dalam darah.
3) Penggunaan panjang sinar selama pengukuran dapat berpengaruh pada hasil
pengukuran
Sedangkan dalam pengukuran darah sampel, beberapa tahapan yang meliputi :
1) Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk mengukur analisis vitamin A dibuat di Aminco-
Bowman spectrophotofluorometer dengan panjang cahaya 330 nm dan 365 nm pada
suhu yang konstan (25C)
2) Sampel
Darah sebagai sampel diambil dari populasi yang akan diteliti. Sedangkan serum
retinol yang digunakan harus terlindung dari cahaya matahari langsung dengan suhu
penyimpanan sebesar 4C
3) Kalibrasi alat
Proses kalibrasi alat spektrofotometer digunakan untuk meningkatkan keakuratan
pada proses pengukuran.
Gambar 1 Spektrofotometer
Craft, N. E., Haitema, T., Brindle, L. K., Yamini, S., Humphrey, J. H., & West, K. P. (2000). Retinol
analysis in dried blood spots by HPLC. Journal of Nutrition, 130(4), 882–885.
https://doi.org/10.1093/jn/130.4.882
Futterman, S., Swanson, D., & Kalina, R. (1975). A new, rapid fluorometric determination of retinol in
serum. Investigative Ophthalmology, 14(2), 125–130.
Gibson, S. R. (2005). Principles of Nutritional Assessment (2nd ed.). Oxford University Press.
Schroeder, J. R. (1976). A Spectrophotofluorometric Analysis of Serum Vitamin A Levels in a Defined
Population by.
Swasthikawati, S. R. I. (2019). Metode Dried Blood Spot ( Dbs ) Sebagai Solusi Sampling Darah Daerah
Terpencil. BioTrends, 10(1), 1–7.
http://terbitan.biotek.lipi.go.id/index.php/biotrends/article/viewFile/254/216
Tamura, Y., Inoue, H., Takemoto, S., Hirano, K., & Miyaura, K. (2021). A Rapid Method to Measure
Serum Retinol Concentrations in Japanese Black Cattle Using Multidimensional Fluorescence.
Journal of Fluorescence, 31(1), 91–96. https://doi.org/10.1007/s10895-020-02640-w