Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

TEKNIK-TEKNIK PEMAHAMAN PESERTA DIDIK SMP


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Telaah Kurikulum Dan Kapita
Selekta SMP

Dosen Pengampu Dona Fitri Annisa M.Pd


Disusun oleh kelompok 3 :
Aeni Rohaeni 19010326
Endri Ardian 19010318
Juliana Dewi 20010274
Lala Nuraeni 19010022
Novik Widiyanti 19010327
Putri Siti Nurjanah 19010008
Tami Fajhulmilah Syaripah 19010157

B4 2019
BIMBINGAN DAN KONSELING
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN SILIWANGI

1
KATA PENGANTAR
Alhamdu lillahi rabbil-‘aalamiin. Segala puji hanya kepada Allah SWT atas
segala nikmat yang selalu dilimpahkan kepada hamba-Nya, baik nikmat yang
tanpa diminta maupun yang dengan sengaja diminta dari-Nya, sehingga pada
akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi
besar Muhammad SAW, para keluarga, sahabat, dan orang-orang yang senantiasa
berjalan di atas ajaran Allah dan sunnah Nabi hingga hari akhir.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuh itugas
dari dosen pemgampu ibu Dona Fitri Annisa M.Pd pada mata kuliah Telaah
Kurikulum Dan Kapita Selekta SMP . Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang pengaruh sosial dan memengaruhi orang
lain,komunikasi dalam hubungan interpersonal (relasi) dan faktor – faktor yang
berpengaruh dalam hubungan interpersonal bagi pembaca dan penulis.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada ibu Dona Fitri Annisa
M.Pd selaku dosen pengampu Telaah Kurikulum Dan Kapita Selekta SMP yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuanya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini. Dan kepada anggota kelompok 3 terimakasih untuk kerjasama nya
yang telah menyelesaikan tugas makalah ini.
Penyusun menyadari, makalah yang disusun ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................
A. Latar Belakang.....................................................................................................
B. Tujuan Makalah...................................................................................................
C. Manfaat Makalah.................................................................................................
D. Rumusan Makalah...............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
A. Pengertian pemahaman Peserta Didik..............................................................
B. Dasar Memahami Peserta Didik........................................................................
C. Pentingnya Memahami Peserta Didik 4
D. Teknik memahami Peserta Didik 5
1. Teknik Tes......................................................................................................
a. Tes intelegent............................................................................................
b. Tes bakat..................................................................................................
c. Tes Prestasi...............................................................................................
2. Teknik NOntes.............................................................................................
a. Observasi................................................................................................
b. Wawancara.............................................................................................
c. Angket.....................................................................................................
d. Anenkdot................................................................................................
e. Sosiometri...............................................................................................

BAB III PENUTUP ......................................................................................................


A. Kesimpulan .........................................................................................................
B. Saran ...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perspektif pedagogis, peserta didik diartikan sebagai sejenis makhluk
‘homo educantum’, makhluk yang menghajatkan pendidikan. Dalam pengertian
ini, peserta didik dipandang sebagai manusia yang memiliki potensi yang bersifat
laten, sehingga dibutuhkan binaan dan bimbingan untuk mengatualisasikannya
agar ia dapat menjadi manusia susila yang cakap.
Dalam perspektif psikologis, peserta didik adalah individu yang sedang
berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis
menurut fitrahnya masing-masing. Sebagai individu yang tengah tumbuh dan
berkembang, peserta didik memerlukan bimbingan dan pengarahan yang
konsisten menuju ke arah titk optimal kemampuan fitrahnya.
Dalam perspektif Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003 pasal 1 ayat 4, “peserta didik diartikan sebagai anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang
dan jenis pendidikan tertentu.” Berdasarkan beberapa definisi tentang peserta
didik yang disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik individu
yang memiliki sejumlah karakteristik, diantaranya:
Peserta didik adalah individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang
khas, sehingga ia meruoakan insane yang unik.
Peserta didik adalah individu yang sedang berkembang. Artinya peserta didik
tengah mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya secara wajar, baik yang
ditujukan kepada diri sendiri maupun yang diarahkan pada penyesuaian dengan
lingkungannya.
Peserta didik adalah individu yang membutuhkan bimbingan individual dan
perlakuan manusiawi.
Peserta didik adalah individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri dan
butuh untuk di pahami.
Memahami peserta didik, merupakan sikap yang harus dimiliki dan dilakukan
guru, agar guru dapat mengetahui aspirasi/tuntutan peserta didik yang bisa
dijadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan program yang tepat bagi peserta

1
didik, sehingga kegiatan pembelajaran pun akan dapat memenuhi kebutuhan,
minat mereka dan tepat berdasarkan dengan perkembangan mereka. Beberapa
dasar pertimbangan perlunya ” memahami peserta didik ” sebagai berikut :
Dasar pertimbangan psikologis: bahwa suatu kegiatan akan menarik dan
berhasil apabila sesuai dengan minat, bakat, kemampuan, keinginan, dan tuntutan
peserta didik.
Dasar pertimbangan sosiologi: bahwa secara naluri manusia akan merasa ikut
serta memiliki dan aktif mengikuti kegiatan yang ada.
B. Tujuan Makalah
Untuk memenuhi sebagian tugas mata kuliah Telaah Kurikulum Dan Kapita
Selekta SMP sehingga makalah ini dapat memberikan wawasan kepada pembaca
sehingga materi yang disampaikan dapat dipahaami khususnya mengenai teori
stress.
C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan memahami peserta didik?
2. Apa dasar pemahaman peserta didik?
3. Apa pentingnya memahami peserta didik?
4. Apasaja teknik-teknik untuk memahami peserta didik?
D. Manfaat Makalah
Sebagai sarana mahasiswa untuk menjadikan media mencari dan
mengedukasi dari sebagian beberapa topik yang akan dibahas dan dapat
memberikan pengetahuan serta mengurangi permasalahan yang di alami setiap
peserta didik karena adanya pemahaman dalam setiap situasi dan kondisi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian pemahaman Peserta Didik
(Suparman, 2012) Pemahaman (understanding) adalah bagaimana
seorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan,
memperluas, menyimpulkan dan mengeneralisasikan, memberikan contoh,
menuliskan kembali, dan memperkirakan.
Dalam perspektif psikologis, peserta didik adalah individu yang
sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik
maupun psikis menurut fitrahnya masing-masing (Nata, 1997)
Jadi pemahaman peserta didik adalah mengenali, memahami dan
menyimpulkan atas seorang individu baik dari pertumbuhan dan
perkembangannya. Mengenali diri peserta didik secara untuh, menyeluruh dan
sistematis.
Pemahaman (understanding) pada pembelajaran dapat dibedakan
menjadi dua. Pertama, disebut pemahaman instruksional (instructional
understanding). Pada tingkatan ini dapat dikatakan bahwa peserta didik baru
berada di tahap tahu atau hafal tetapi dia belum atau tidak tahu mengapa hal
itu bisa dan dapat terjadi. Lebih lanjut, peserta didik pada tahapan ini juga
belum atau tidak bisa menerapkan hal tersebut pada keadaan baru yang
berkaitan. Kedua, pemahaman relasional (relational understanding). Pada
tahapan tingkatan ini, peserta didik (klien) tidak hanya sekedar tahu dan hafal
tentang suatu hal, tetapi dia juga tahu bagaimana dan mengapa hal itu dapat
terjadi. Lebih lanjut, dia dapat menggunakannya untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang terkait pada situasi lain.
B. Dasar Memahami Peserta Didik
Dasar memahami peserta didik, meliputi tiga aspek:
1. Aspek psikologis
Aspek psikologis adalah sisi kejiwaan dari seorang peserta didik. aspek
psikologis meliputi: mental, cara berfikir, emosi, moralitas, dan norma.
2. Aspek fisiologis
Aspek fisiologis adalah kondisi jasmani dari peserta didik. fisiologis juga

3
dapat diartikan sebagai jasmaniah seseorang. Aspek fisiologis meliputi:
hereditas, kematangan dan kesehatan.
3. Aspek sosiologis
Aspek sosiologis adalah interaksi yang terjadi didalam diri peserta didik,
interaksi dengan teman, guru, orang tua dan masyarakat. Aspek sosiologis
juga menyangkur pengaruh lingkungan dalam pembentukan karakteristik dari
masing-masing peserta didik.
Aspek sosiologis ini meliputi: lingkungan mikro, lingkungan makro, motivasi,
persaingan, kerjasama, ketergantungan dan keterkaitan.

Dengan tiga spek diatas, konselor harus mampu melihat dan memahami
peserta didik itu secara utuh dan terperinci, sehingga pelaksanaan bimbingan
kepada peserta didik itu memang benar-benar sesuai dengan maslah dan
kebutuhan peserta didik. dengan aspek ini pula konselor dapat
mempertimbangkan teknik apa, faktor apa, bagaimana sikap nya dan seperti
apa harapan dari peserta didik dan apa yang sesuai untuk diberikan
(bimbingan).
C. Pentingnya Memahami Peserta Didik
Dalam bimbingan dan konseling ada hal sangat penting untuk diketahui
oleh seorang konselor, yaitu memahami peserta didik secara keseluruhan, baik
masalah yang dihadapi, keribadian, dan latang belakang pribadi dan
kehidupannya.
Pemahaman tentang peserta didik ini lah yang nanti akan menjadi tolak
ukur dan acuan seorang konselor dalam melakukan bimbingan. Dengan
pemahaman akan pesera didik secara utuh, dapat berakibat pada ketepatan
pengambilan keputusan dan tindakan bagi konselor itu sendiri. Konselor
memberikan tindakan sesuai dengan kebutuhan peserta didik serta taraf
perkembangan peserta didik tersebut.
Pentingnya Pemahaman Guru Mengenai Peserta Didik diantaranya
adalah :

1) Dengan memahami peserta didik, seorang guru akan dapat memberikan

4
harapan yang realistis terhadap anak dan remaja. Ini adalah penting,
karena jika terlalu banyak yang diharapkan pada anak usia tertentu, anak
mungkin akan mengembangkan perasaan tidak mampu jika ia tidak
mencapai standar yang ditetapkan orangtua dan guru. Sebaliknya, jika
terlalu sedikit yang diharapkan dari mereka, mereka akan kehilangan
rangsangan untuk lebih mengembangkan kemampuannya.
2) Dengan memahami peserta didik, Guru akan lebih mudah dalam
memberikan respons yang tepat terhadap perilaku tertentu seorang anak.
3) Dengan memahami peserta didik, Guru akan lebih mudah dalam
mengenali kapan perkembangan normal yang sesungguhnya dimulai,
sehingga guru dapat mempersiapkan anak menghadapi perubahan yang
akan terjadi pada tubuh, perhatian dan perilakunya.
4) Dengan memahami peserta didik, Guru akan lebih mudah dalam
memberikan bimbingan belajar yang tepat pada peserta didik.

Jadi pemahaman tentang peserta didik ini sngat penting karena


pemahaman ini digunakan sebagai acuan, pedoman dan tolak ukur
pelaksanaan bimbingan agar bimbingan yang dilakukan tepat dan sesuai
sehingga dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan sangat baik.
D. Teknik memahami Peserta Didik

Bimbingan merupakan suatu usaha bantuan yang diberikan kepada


murid dalam rangka memcahkan masalah yang dihadapinya. Maka dari
itu, dalam memahami murid secara keseluruhan, baik masalah yang
dihadapinya maupun latar belakangnya, pembimbing perlu sekali
mengumpulkan berbagai keterangan atau data tentang masing-masing
siswa. Data yang terkumpul akan menentukan tingkat pemahaman dan
jenis bantuan yang akan diberikan. Oleh karena itu dalam rangka
pelayanan Bimbingan dan Konseling ada beberapa teknik pengumpulan
data untuk memahami siswa yang terbagi menjadi dua, yaitu teknik tes dan
teknik non tes.

1. Teknik Tes

5
Kata tes berasal dari bahasa latin ‘Testum’ yaitu alat untuk mengukur
tanah. Dalam bahasa Prancis kuno, kata tes berarti ukuran yang dipergunakan
untuk membedakan emas dan perak dari logam-logam yang lain. Lama
kelamaan arti tes menjadi lebih umum. Di dalam lapangan psikologi kata tes
mula-mula diggunakan oleh J. M. Cattel pada tahun 1890. Dan sejak itu
makin popular sebagai nama metode psikologi yang dipergunakan untuk
menentukan (mengukur) aspek-aspek tertentu dari pada ke pribadian (Azwar,
1987). Tes menurut CRONBACH : “ a tes is a systematic procedure for
comparing the behavior of two or more person “. Dan menurut FLORENCE
L GOODENOUGH : “ A tes is a task or a series of tasks given of individual
or groups with the purpose of answer trainning their relatives profi ciency as
compared to each other or to standard previously set up on the basic the
performance of similar groups “. Sedangkan tes menurut SUNDBERG : “ Tes
Suatu metode untuk menjaring data berupa perilaku individu yang
berlangsung dalam suatu situasi yang baku.
Pengertian tes menurut Suryabrata (1993) adalah pertanyaan
pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus
dijalankan yang berdasar atas bagaimana testee menjawab. Anastasi (1997)
mengemukakan bahwa esensi dari tes merupakan penentuan yang obyektif
dan distandardisasikan terhadap sample tingkah laku. Pengertian tes menurut
Chaplin (2001) yaitu sebarang pengukuran yang membuahkan data
kuantitatif, seperti satu tes qyang tidak dibakukan dan diterapkan dalam satu
kelas di sekolah. Satu perangkat pertanyaan yang sudah dibakukan, yang
dikenakan pada seseorang dengan tujuan untuk mengukur perolehan atau
bakat pada satu bidang tertentu. Pengertian tes di atas dapat disimpulkan
bahwa secara umum tes dapat didefi nisikan sebagai berikut : Suatu tugas
atau serangkaian tugas, dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan atau perintah-
perintah. untuk dijawab dan dilaksanakan. Hasil dari tes tersebut dapat
dibandingkan.
Tes banyak sekali macamnya dan dapat digolongkan menurut cara-cara
tertentu, misalnya berdasarkan atas banyaknya peserta tes, berdasarkan cara
penyelesaiannya dan sebagainya. Salah satu cara penggolongan tes yang

6
terkenal adalah penggolongan tes berdasarkan atas aspek psikis yang diukur.
Berdasarkan atas aspek yang diukur, tes dibedakan atas: a. Tes intelegensi b.
Tes bakat c. Tes kepribadian d. Tes prestasi belajar

a. Tes Inteligensi
Inteligensi adalah perwujudan dari suatu daya dalam diri manusia,
yang mempengaruhi kemampuan seseorang di berbagai bidang. Spearman
membuat suatu rumusan yang dinamai ”general ability” yang berperan
dalam menyimpan dan mengikat kembali suatu informasi, menyusun
konsep-konsep, menangkap adanya hubungan-hubungan dan membuat
kesimpilan, mengolah bahanbahan dan menyusun suatu kombinasi baru
dari bahan tersebut. (Nuraeni, 2012)
Vernon (1973) dalam (Nuraeni, 2012) ada tiga arti mengenai
inteligensi, pertama inteligensi adalah kapasitas bawaan yang diterima
oleh anak dari orang tuanya melalui gene yang nantinya akan menentukan
perkembangan mentalnya. Kedua, istilah inteligensi mengacu pada pandai,
cepat dalam bertindak, bagus dalam penalaran dan pemahaman, serta efi
sien dalam aktifi tas mental. Arti ketiga dari inteligensi adalah umur
mental atau IQ atau skor dari suatu tes inteligensi.
Hasil tes inteligensi pada umumnya berupa IQ (Intelligence
Quotient), namun ada juga tes inteligensi yang tidak menghasilkan IQ
yaitu berupa tingkat/grade (Raven). Istilah IQ pertama sekali dikemukakan
pada tahun 1912 oleh William Stern, seorang ahli psikologi berkebangsaan
Jerman. Kemudian oleh Lewis Madison Terman istilah tersebut digunakan
secara resmi untuk hasil tes inteligensi Stanford Binet Intelligence Scale di
Amerika Serikat pada tahun 1916. Perhitungan IQ menurut William Stern
menggunakan rasio antara MA dan CA, dengan rumus IQ = (MA/CA) x
100. MA adalah mental age, CA adalah chronological age, 100 adalah
angka konstan.
Terman dan Merril mengklasifi kasikan inteligensi berdasarkan
standardisasi tes inteligensi Stanford Binet tahun 1937, sebagai berikut :

7
Klasifikasi IQ

Very Superior 140-keatas

Superior 120-139

High Average 110-119

Normal or Average 100-109

Low Average 80-99

Borderline Defevective 70-79

Mentaliti Defevective 30-69

Tes Binet Simon adalah tes inteligensi yang pertama sekali


dipublikasikan pada tahun 1905 di Paris- Prancis, untuk mengukur
kemampuan mental seseorang. Alfred Binet menggambarkan inteligensi
sebagai sesuatu yang fungsional, inteligensi menurut Binet atas tiga
komponen yaitu kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan,
kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah
dilaksanakan dan kemampuan untuk mengkritik diri sendiri. Tes Binet
yang digunakan di Indonesia saat ini adalah Stanford Binet Intelligence
Scale Form L-M, yaitu revisi ketiga dari Terman dan Merril pada tahun
1960.

b. Tes Bakat (Aptitude)


Merupakan tes yang disusun untuk mengetahui kemampuan
individu dalam bidang-bidang khusus. Tes ini muncul karena adanya
perkembangan praktis maupun teoretis yang mengarahkan pada bakat-
bakat (aptitudes) yang dapat dipisah-pisahkan yang terdapat dalam tes
kecerdasan. Perkembangan ini mendorong penyusunan tes-tes terpisah
untuk mengukur beberapa bakat yang aplikasinya luas. Melalui tes bakat,
maka variasi intra individual dapat terlihat di dalam individu. Tes bakat

8
dapat membandingkan posisi relatif individu pada subtes-subtes yang
berbeda, yang mana tes inteligensi tidak dirancang untuk kegunaan ini.
Dalam tes inteligensi, memang bias jadi terdapat banyak subtes, akan
tetapi subtes atau kelompok item yang ada seringkali tidak reliable untuk
mendukung pembandingan intra individu. Hal ini dikarenakan dalam
penyusunan tes inteligensi memang item dan subtesnya biasanya dipilih
untuk menghasilkan ukuran tunggal dan konsisten secara internal. Dalam
prosesnya, usaha ditujukan untuk meminimalkan, bukan memaksimalkan
variasi intra individual. Subtes-subtes dan item-item yang korelasinya
rendah dengan subtes dan item lain dalam skala biasanya justru
dihilangkan. Padahal bagian ini justru mungkin akan dipertahankan bila
penekanannya pada variasi intraindividual atau diferensiasi kemampuan
individual seperti pada tes bakat.
Contoh tes Bakat : Differential Aptitude Test (DAT), General
Aptitude Test Battery (GATB).
c. Tes Prestasi
Merupakan tes yang disusun untuk mengetahui penguasaan pada
subyek yang telah dipelajari sebelumnya.

Contoh Tes Prestatif: Ujian Tengah Semester, Kuis.


Persamaan Tes Bakat dan Tes Prestasi

- Mengukur efek pengalaman dan pembelajaran (developed


abilities).
Perbedaan Tes Bakat dan Tes Prestasi
Tes Bakat:
- Mengukur efek kumulatif dari pengalaman yang bervariasi
- Mengukur pengaruh belajar yang relatif tidak terkontrol dan
kondisinya tidak diketahui.
- Dapat digunakan untuk meramalkan unjuk kerja di masa yang akan
datang dalam situasi berbeda

Tes Prestasi:

9
- Mengukur pengalaman yang seragam > misalnya pelatihan
pelajaran tertentu
- Mengukur pengaruh pembelajaran dalam situasi terkendali
- Menggambarkan hasil belajar atau status individu setelah
menyelesaikan suatu pembelajaran / pelatihan

Namun demikian perbedaan di atas tidak dapat diterapkan


secara kaku, karena:

1. Beberapa tes bakat tergantung pada proses belajar sebelumnya


yang cukup spesifik dan seragam
2. Beberapa tes prestasi juga mencakup pengalaman pendidikan
yang relatif luas (cth: SPMB)
3. Ada kalanya tes prestasi juga dapat digunakan sebagai prediktor
keberhasilan di masa depan (cth: SPMB, IPK)

Contoh pertanyaan tes bakat dan tes prestasi:

1. Korelasi .7 dari variabel X dan Y dalam sebuah studi mengenai


validitas prediktif menunjukkan varians berapa %?
a. 7% b. 70% c. 0,7% d.49% e.25%
2. Bila O diubah menjadi o, maka bagaimana dengan X?
a. / b.% c.Y d.X’ e.x

Contoh 1 merupakan pertanyaan tes prestasi, karena seseorang harus


mempelajari ilmu statistik terlebih dahulu untuk dapat menjawabnya.
Sementara contoh 2 merupakan pertanyaan tes bakat karena untuk
menjawabnya terdapat pengaruh belajar yang tidak spesifik.

2. Teknik Non Tes


a. Observasi
Kata observasi berasal dari bahasa latin yang memiliki arti melihat dan
memperhatikan. Dalam dunia nyata, observasi erat berkaitan dengan objek dan
fenomena baik faktor penyebab dan dampak secara luas. Orang-orang yang
melakukan observasi mendapat sebutan pengamat. Pengertian observasi secara
umum adalah kegiatan pengamatan pada sebuah objek secara langsung dan detail
untuk mendapatkan informasi yang benar terkait objek tersebut. Pengujian yang

10
diteliti dan diamati bertujuan untuk mengumpulkan data atau penilaian.
Observasi harus dilakukan pada beberapa periode waktu. Walaupun tidak
ada ketetapan waktu khusus pada pelaksanaan pengamatan, akan tetapi semakin
lama dan semakin sering dilakukan, akan memantapkan reliabilitas hasil
pengamatan. Selain itu, teknik ini perlu dilakukan pada situasi berbeda dan situasi
natural karena tingkah laku yang alami atau apa adanya akan tampil pada situasi
yang alami.
Pengertian observasi menurut Riduwan (dalam Ayudia,2017)
merupakan teknik pengumpulan data, di mana peneliti melakukan
pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat
kegiatan yang dilakukan. Sedangkan menurut Riyanto (dalam
Zakiah,2019) observasi merupakan metode pengumpulan data yang
menggunakan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung. Dari
kedua pendapat diatas mengenai pengertian observasi dapat disimpulkan
bahwa observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
bersifat non tes dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung
maupun tidak langsung terhadap objek yang di telitinya.
- Jenis observasi
Jenis-jenis observasi menurut Riyanto (dalam Kurnia,2020) :

1. Observasi partisipan
Observasi partisipan adalah observasi dimana orang yang melakukan
pengamatan berperan serta ikut ambil bagian dalam kehidupan orang yang
diobservasi.
2. Observasi non Partisipan
Observasi dikatakan non partisipan apabilaobserver tidak ikut ambil
bagian kehidupan observee.
3. Observasi sistematik (Structured observation)
Observasi sistematik, apabila pengamat menggunakan pedoman sebagai
instrument pengamatan.
4. Observasi non sistematik 24
Observasi yang dilakukan oleh pengamat degan tidak menggunakan
instrument pengamatan.

11
5. Observasi eksperimental
Pengamatan dilakukan dengan cara observe dimasukkan ke dalam suatu
kondisi atau situasi tertentu.

- Manfaat observasi
Mengacu pada pengertian serta tujuan observasi yang telah/sudah
disebutkan sebelumnya, terdapat beberapa manfaat observasi yang
bisa/dapat didapatkan. Dibawah ini merupakan beberapa manfaat
observasi diantaranya ialah sebagai berikut:

1. Hasil observasi bisa dikonfirmasikan dengan hasil penelitian untuk data


akurat.
2. Deskripsi pada observasi bisa menjelaskan dunia nyata.
3. Pembaca akan menafsirkan hasil penemuan dan interprestasinya.
4. Bisa menjelaskan suatu peristiwa yang bisa teruji kualitas dan spekulasi
berdasarkan aturan dunia nyata yang valid.
5. Mampu mencatat indikasi yang tidak nyata berlangsung dan keadaan yang
tidak bisa direplikasikan dengan eksperimen.
6. Mencatat suatu peristiwa secara runut atau kronologis.
7. Bisa dikombinasikan dengan sistem lain dalam menghasilkan laporan.

- Kelebihan dan kekurangan metode observasi


Menurut Purnomo,2020 bahwa terdapat kelebihan dan kekurangan metode
pembelajaran observasi. Adapun keuntungan dan kelemahannya dalam metode
pembelajaran observasi yaitu sebagai berikut:
- Kelebihan Metode Observasi

1. Menyajikan media obyek secara nyata tanpa manipulasi.


2. Mudah pelaksanaanya.
3. Merasa tertantang sehingga dapat meningkatkan aktivitas.
4. Memiliki motivasi belajar yang tinggi.
5. Memungkinkan pengembangan sifat ilmiah dan menimbulkan semangat
ingin tahu.

- Kekurangan Metode Observasi

12
1. Memerlukan waktu persiapan yang lama.
2. Memerlukan biaya dan tenaga yang lebih besar dalam pelaksanaannya.
3. Obyek yang diobservasi akan menjadi sangat kompleks ketika diknjungi
dan mengaburkan tujuan pembelajaran.

b. Wawancara

Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk


mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan
informan atau subjek penelitian. Dengan kemajuan teknologi informasi
seperti saat ini, wawancara bisa saja dilakukan tanpa tatap muka, yakni
melalui media telekomunikasi. Pada hakikatnya wawancara merupakan
kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu
atau tema yang diangkat dalam penelitian. Atau, merupakan proses
pembuktian terhadap informasi atau keterangan yangtelah diperoleh
lewat teknik yang lain sebelumnya. Karena merupakan proses pembuktian, m
aka bisa saja hasil wawancara sesuai atau berbeda dengan informasi yang
telah diperoleh sebelumnya.
wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu. Tujuan atau maksud mengadakan wawancara antara lain:
a. Mengkontruksikan mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi,
tuntutan, kepedulian, dan lain-lain kebulatan
b. Merekontruksi kebulatan-kebulatan semikian sebagai yang dialami masa lalu,
c. Memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami
pada masa yang akan datang,
d. Meferifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang
lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi)
e. Memferifikasi, mengubah dan memperluas kontruksi yang dikembangkan
oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.
- Macam-macam cara pembagian jenis wawancara:
a. wawancara pembicaran formal

13
pada jenis wawancara ini pertanyaan yang diajukan sangat bergantung pada
pewawancara itu sendiri, jadi bergantung pada spontanitasnya dalam
mengajukan pertanyaan kepada terwawancara. Hubungan pewawancara
dengan terwawancara adalah dalam suasana biasa, wajar, sedangkan
pertanyaan dan jawabannya berjalan seperti pembicaraan biasa dalam
kehidupan sehari-hari saja. Sewaktu pembicaraan berjalan, terwawancara
malah barangkali tidak mengetahui atau tidak menyadari bahwa ia sedang
diwawancarai.
b. pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara
jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan
garis besar pokok-pokok yang dirumuskan tidak perlu pertanyaan secara
berurutan. Petunjuk wawancara hanyalah berisi petunjuk secara garis besar
tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok yang
direncanakan dapat seluruhnya tercakup. Pelaksanaan wawancara dan
pengurutan pertanyaan disesuaikan dengan keadaan responden dalam konteks
wawancara yang sebenarnya.
c. wawancara baku terbuka
jenis wawancara ini adalah wawancara yang menggunakan seperangkat
pertanyaan baku. Urutan pertanyaan, kata-katanya, dan cara penyajiannya pun
sama untuk setiap responden. Wawancara demikian digunakan jika dipandang
sangat perlu untuk mengurangi sedapat-dapatnya variasi yang bisa terjadi
antar seorang terwawancara dengan yang lainnya. Maksud pelaksanaannya
untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya kekeliruan. Wawancara jenis
ini bermanfaat pula jika pewawancara ada beberapa orang dan
terwawancaranya cukup banyak jumlahnya.
- Pembagian jenis wawancara ini adalah:
1. wawancara oleh tim atau panel
wawancara oleh tim berarti wawancara dilakukan tidak hanya oleh satu
orang, tetapi oleh dua orang atau lebih terhadap seorang yang diwawancarai.
Jika digunakan, hendaknya pada awalnya sudah dimintakan kesepakatan dan
persetujuan dari terwawancara, apakah ia tidak keberatan diwawancarai oleh
dua orang. Dipihak lain, seorang pewawancara dapat saja memhadapi dua

14
orang atau lebih yang diwawancarai sekaligus, yang dalam hal ini dinamakan
panel. Kekurangan pada cara ini ialah setiap orang yang diwawancarai ingin
berbicara sekaligus dan satu-dua orang anggota mungkin menolak dengan
keras pandangan temannya yang lain. Kelompok yang diwawancarai
berangkali menjadi terlalu besar sehingga jalannya wawancara menjadi tidak
seimbang antara pewawancara dengan terwawancara.
2. wawancara tertutup dan wawancara terbuka
pada wawancara tertutup biasanya yang diwawancarai tidak mengetahui dan
tidak menyadari bahwa mereka diwawancarai. Mereka tidak mengetahui
tujuan wawancara. Dalam penelitian kualitatif, yang biasanya berpandangan
terbuka sebaiknya digunakan wawancara terbuka yang para subjkenya tahu
bahwa mereka diwawancarai dan mengetahui maksud dan tujuan wawancara.
3. wawancara riwayat secara lisan
jenis ini adalah wawancara terhadap orang-orang yang pernah membuat
sejarah atau yang membuat karya ilmiah besar, sosial, pembangunan,
perdamaian, dsb. Tujuan wawancara adalah untuk mengungkapkan riwayat
hidup, pekerjaan, kesenangan, ketekunan, pergaulan, dll.
terdapat dua jenis wawancara, yakni:
1) wawancara mendalam (in-depth interview), di mana peneliti menggali
informasi secara mendalam dengan cara terlibat langsung dengan kehidupan
informan dan bertanya jawab secara bebas tanpa pedoman pertanyaan yang
disiapkan sebelumnya sehingga suasananya hidup, dan dilakukan berkali-
kali;
2) wawancara terarah (guided interview) di mana peneliti menanyakan kepada
informan hal-hal yang telah disiapkan sebelumnya. Berbeda
dengan wawancara mendalam, wawancara terarah memiliki kelemahan, yakni
suasana tidak hidup, karena peneliti terikat dengan pertanyaan yang telah
disiapkan sebelumnya. Sering terjadi pewawancara atau peneliti lebih
memperhatikan daftar pertanyaan yang diajukan daripada bertatap muka
dengan informan, sehingga suasana terasa kaku.

15
Agar wawancara efektif, maka terdapat berapa tahapan yang harus dilalui,
yakni ;
1) mengenalkan diri,
2) menjelaskan maksud kedatangan,
3) menjelaskan materi wawancara,dan
4) mengajukan pertanyaan (Yunus, 2010: 358).
Selain itu, agar informan dapat menyampaikan informasi yang komprehensif
sebagaimana diharapkan peneliti, maka berdasarkan
pengalaman wawancara yang penulis lakukan terdapat beberapa kiat sebagai
berikut;
1) ciptakan suasana wawancara yang kondusif dan tidak tegang,
2) cari waktu dan tempat yang telah disepakati dengan informan,
3) Mulai pertanyaan dari hal-hal sederhana hingga ke yang serius,
4) bersikap hormat dan ramahterhadap informan,
5) tidak menyangkal informasi yang diberikan informan,
6) tidakmenanyakan hal-hal yang bersifat pribadi yang tidak ada hubungannya
dengan masalah/tema penelitian,
7) tidak bersifat menggurui terhadap informan,
8) tidak menanyakan hal-hal yang membuat informan tersinggung atau marah,
9) sebaiknya dilakukan secara sendiri,
10) ucapkan terima kasih setelah wawancara selesai dan minta disediakan waktu
lagi jika ada informasi yang belum lengkap.
Dalam praktik sering juga terjadi jawaban informan tidak jelas atau kurang
memuaskan. Jika ini terjadi, maka peneliti bisa mengajukan pertanyaan lagi
secara lebih spesifik. Selain kurang jelas, ditemui pula informan menjawab
“tidak tahu”. Menurut Singarimbun dan Sofian Effendi (1989: 198-199), jika
terjadi jawaban “tidak tahu”, maka peneliti harus berhati-hati dan tidak lekas-
lekas pindah ke pertanyaan lain. Sebab, makna “tidak tahu” mengandung
beberapa arti, yaitu:
1) informan memang tidak mengerti pertanyaan peneliti, sehingga untuk
menghindari jawaban “tidak mengerti", dia menjawab “tidak tahu”.

16
2) informan sebenarnya sedang berpikir memberikan jawaban, tetapi karena
suasana tidak nyaman dia menjawab “tidak tahu”.
3) pertanyaannya bersifat personal yang mengganggu privasi informan, sehingga
jawaban “tidak tahu’ dianggap lebih aman
4) informan memang betul-betul tidak tahu jawaban atas pertanyaan yang
diajukan. Karena itu, jawaban “tidak tahu" merupakan jawaban
sebagai data penelitian yang benar dan sungguh yang perlu dipertimbangkan
oleh peneliti.

d. Angket (Kuesioner)
Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak
langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen
atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertnyaan-
pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Responden
mempunyai kebiasaan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai dengan
presepsinya.
Macam-macam kuisioner :
 Kuesioner tertutup, Setiap pertanyaan telah disertai sejumlah pilihan
jawaban. Responden hanya memilih jawaban yang paling sesuai.
 Kuesioner terbuka, Dimana tidak terdapat pilihan jawaban sehingga
responden haru memformulasikan jawabannya sendiri.
 Kuesioner kombinasi terbuka dan tertutup, Dimana pertanyaan
tertutup kemudian disusul dengan pertanyaan terbuka.
 Kuesioner semi terbuka, Pertanyaan yang jawabannya telah tersusun
rapi, tetapi masih ada kemungkinan tambahan jawaban.
Keuntungan metode kuisioner
 Dalam waktu singkat diperoleh banyak keterangan.
 Pengisiannya dapat dilakukan dikelas, siswa dapat menjawab sesuai
dengan keadaannya tanpa dipengaruhi oleh orang lain.
 Bila lokasi responden jaraknya cukup jauh, metode pengumpulan data
yang paling mudah adalah dengan angket.
 Pertanyaan-pertanyan yang sudah disiapkan adalah merupakan waktu
yang efisien untuk menjangkau responden dalam jumlah banyak.

17
 Dengan angket akan memberi kesempatan mudah pada responden
untuk mendiskusikan dengan temannya apabila menemui pertanyaan
yang sukar dijawab.
 Dengan angket responden dapat lebih leluasa menjawabnya dimana
saja, kapan saja, tanpa terkesan terpaksa.
Kelemahan metode kuisioner
 Siswa tidak dapat memberikan keterangan lebih lanjut karena jawaban
terbatas pada hal-hal yang ditanyakan.
 Siswa dapat menjawab tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
jika dia menghendaki demikian.
 Jawaban hanya mengungkap keadaan siswa pada saat angket diisi.
 Apabila penelitian membutuhkan reaksi yang sifatnya spontan dengan
metode ini adalah kurang tepat.
 Metode ini kurang fleksibel, kejadiannya hanya terpancang pada
pertanyaan yang ada.
 Jawaban yang diberikan oleh responden akan terpengaruh oleh
keadaan global dari pertanyaan. Sangat mungkin jawaban yang sudah
diberikan di atas secara spontan dapat berubah setelah melihat
pertanyaan dilain nomor.
 Sulit bagi peneliti untuk mengetahui maksud dari apakaH sudah
responden sudah terjawab atau belum.
 Ada kemungkinan terjadi respons yang salah dari responden. Hal ini
terjadi karena kurang kejelasan pertanyaan atau karena keragu-raguan
responden menjawab.Hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan
dalam teknik quisioner.

e. Catatan anekdot
Merupakan catatan otentik hasil observasi, yang menggambarkan
tingkah laku Peserta didik SMP atau kejadian/peristiwa dalam situasi yang
khusus. Catatan anekdot ini bisa menyangkut tingkah laku seorang Peserta
didik atau kelompok.

18
f. Sosiometri
Penyelidikan sifat dasar manusia menjadi sangat penting sebagai suatu rencana
untuk rekonstruksi hubungan antar manusia agar seimbang. Tujuannya untuk
memberi penguatan karakter dialektika sosiometri. Teknik sociometric ini
dikembangkan oleh Moreno. Tujuannya dari teknik ini adalah untuk memperbaiki
situasi hubungan sosial, sedang tujuan utama dari teknik ini adalah untuk
mengukur posisi ukuran dari suatu relasi hubungan yang berbeda. Dalam teknik
ini di satu sisi diperolehnya data korelasi yang kurang kuat/miskin, adanya konflik
dalam suatu kelompok, dan adanya hubungan yang kuat/populer dalam suatu
kelompok. Metode hubungan sociometric antara anggota kelompok dapat
digambarkan secara grafis dalam bentuk sosiogram. Data yang diperoleh dapat
digunakan untuk memperkuat kualitas dalam bersosial yang efektif. Bagi
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), melalui sosiometri dapat diketahui tingkat
hubungan interpersonal pada siswa melalui berbagai indikator penilaian, sehingga
seorang guru dapat mengetahui pemetaan siswanya guna memberikan intervensi
yang tepat.
Pengertian sosiometri
Kata sosiometri berasal dari bahasa Latin "socius," yang berarti
sosial dan bahasa Latin "metrum," yang berarti ukuran (measure).
Sosiometri adalah cara untuk mengukur tingkat keterkaitan antara orang-
orang. Pengukuran keterkaitan dapat berguna tidak hanya dalam penilaian
perilaku dalam kelompok, tetapi juga untuk intervensi yang membawa
perubahan positif dan untuk menentukan tingkat perubahan. Dalam
kelompok kerja, sosiometri dapat menjadi alat yang ampuh untuk
mengurangi konflik dan meningkatkan komunikasi karena memungkinkan
kelompok untuk melihat dirinya secara obyektif dan menganalisis
dinamika tersendiri. Ini juga merupakan alat yang ampuh untuk menilai
dinamika dan perkembangan dalam kelompok dikhususkan untuk terapi
atau pelatihan.
Jacob Levy Moreno menciptakan istilah sosiometri dan melakukan penelitian
sejak 1932-1938 di New York. Definisi kerja sosiometri adalah metodologi untuk
melacak vektor energi hubungan interpersonal dalam kelompok. Bagaimana pola

19
individu mengasosiasikan satu sama lain ketika bertindak sebagai kelompok
menuju suatu tujuan (Criswell di Moreno, 1960, hal. 140). Moreno sendiri
mendifinisikan sosiometri sebagai "studi matematika sifat psikologis pada suatu
populasi, teknik eksperimental dan hasil yang diperoleh dengan penerapan metode
kuantitatif" (Moreno, 1953, hlm. 15-16).
Sosiometri sebagai alat untuk mengukur hubungan sosial pada anak-anak dan
orang dewasa dengan berbagai konteks sosial. Dalam penelitian pendidikan,
khususnya dalam studi yang bersangkutan dengan pengalaman sosial anak-anak di
sekolah atau kelompok murid yang berbeda, cacat, atau memiliki
ketidakmampuan belajar, ada ketergantungan yang cukup besar pada penggunaan
langkah-langkah ini. Metode ini juga banyak digunakan di luar pendidikan;
misalnya, dalam mempelajari hubungan timbal balik antara staf tenaga kerja
(Jones 2001).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan pengertian sosiometri adalah
suatu tehnik untuk mengumpulkan data untuk mempelajari hubungan sosial
individu di dalam kelompok, sebagai cara untuk mengukur tingkat keterkaitan di
antara manusia, yang merupakan hubungan sosial seorang individu dengan
individu lain, struktur hubungan individu dan arah hubungan sosialnya dalam
suatu kelompok. Dengan kata lain sosiometri merupakan studi kuantitatif tentang
hubungan interpersonal dalam suatu populasi. Peneliti memiliki data yang kuat,
untuk melakukan intervensi yang tepat.
Sosiometri didasarkan pada kenyataan bahwa orang membuat pilihan dalam
hubungan interpersonal. Setiap kali orang berkumpul, mereka tentu akan
membuat pilihan di mana seseroang dapat diterima dalam suatu kelompok, dapat
menentukan pilihan tentang siapa yang dianggap ramah dan yang tidak, yang
merupakan pusat perhatian untuk diperhitungkan dalam suatu kelompok, atau
ditolak, dan yang terisolasi. Moreno mengatakan, pilihannya adalah fakta
mendasar dalam semua hubungan manusia yang sedang berlangsung, pilihan
orang dan pilihan suatu hal. Suatu pilihan tidak tergantung apakah ada motivasi
atau tidak, apakah rasional atau tidak rasional, dan tidak memerlukan justifikasi
khusus, yang terpenting adalah urutan fakta, (Moreno, 1953, hal. 720). Sosiometri
memungkinkan kita untuk mengukur, memetakan dan membangun hubungan

20
sehingga kekuatan dalam suatu organisasi terlihat dan dapat dieksplorasi.
Sosiometri adalah alat penting bagi orang untuk membangun jaringan kelompok
matang dan perilaku hubungan yang positif. Sociometrist menggunakan berbagai
aksi-alat untuk menampilkan dinamika kelompok, jaringan sosial sosial,
emosional dan hubungan psikologi dalam kelompok. Ada kekuatan sehingga
semua terlihat, karena setiap anggota kelompok dapat melihat apa yang terjadi di
dalam kelompoknya. Berbekal informasi ini, kelompok-kelompok dan individu
dapat memilih apakah akan membuat perubahan berfungsi sebagai kelompok yang
lebih dinamis dan sukses karena mereka menerapkan strategi baru, sistem dan
struktur.
 Sosiometri memiliki alat untuk mengukur, mengeksplorasi dan
mengembangkan hubungan. Dengan menggunakan data dari alat ini, anggota
kelompok berpartisipasi dalam pengembangan kelompok dengan
merenungkan dan memeriksa perilaku interpersonal dan kelompok mereka
sendiri. Melalui eksplorasi ini, orang melihat, bekerja dengan dan
mengintegrasikan sisi 'lembut' perubahan organisasi. 
 Eksplorasi sociometric membantu anggota kelompok menyadari faktor kuat
dan kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi mereka dalam hubungan mereka
satu sama lain. Menggunakan metode pembelajaran interaktif untuk
mengeksplorasi apa yang terjadi khususnya hubungan, persepsi dan
mispersepsi, anggota kelompok menyadari bahwa mereka tidak sendirian dan
bahwa mereka adalah bagian dari dinamika bersama. Berbekal informasi ini,
anggota kelompok dirangsang untuk menciptakan pola-pola baru perilaku dan
interaksi untuk diri mereka sendiri.
 Sociometrists membantu orang-orang berinteraksi dengan satu sama lain
berdasarkan kriteria yang relevan dengan kelompok. Peserta merespon yang
sampai ke inti permasalahan dengan satu sama lain. Ini adalah pekerjaan yang
menantang, dengan imbalan kaya. Individu dan kelompok cara pandang
ditingkatkan, seperti kejujuran dan keterbukaan, dan kemampuan kelompok
untuk bekerja dengan baik dengan kompleksitas menghasilkan hasil bisnis.

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keberhasilan proses bimbingan di sekolah menengah, antara lain
ditentukan oleh ketepatan pemahaman pembimbingan terhadap karakteristik
perkembangan murid yang datanya diperoleh dengan menggunakan teknik
tes dan non tes. Teknik tes merupakan upaya pembimbing untuk memahami
murid dengan menggunakan alat-alat yang sifatnya mengukur (mentest),
diantaranya untuk keperluan bimbingan tes dikelompokkan ke dalam tes
kecerdasan, tes bakat, dan tes prestasi belajar. Teknik non tes merupakan
prosedur pengumpulan data yang dirancang untuk memahami pribadi murid,
bersifat kualitatif, tidak menggunakan alat-alat yang bersifat mengukur,
tetapi hanya menggunakan alat yang bersifat menghimpun atau
mendeskripsikan saja. Teknik ini terdiri atas beberapa macam jenis, seperti
observasi, angket (quesioner), wawancara, catatan anekdot, autobiografi,
sosiometri, dan studi kasus.
Metode adalah suatu cara tertentu yang digunakan dalam proses
bimbingan dan konseling. Secara umum ada dua metode dalam pelayanan
bimbingan dan konseling, yaitu metode bimbingan individual dan metode
bimbingan kelompok.
Agar dalam layanan bimbingan dan konseling di sekolah dapat
berjalan secara efektif dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka ada
beberapa kegiatan-kegiatan dalam melakukan bimbingan dan konseling, yaitu
kegiatan individual, kegiatan kelompok, kegiatan klasikal, pendekatan khusus
dan kegiatan lapangan. Selain itu ada kegiatan yang mendukung dalam
pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu aplikasi
instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah dan alih
tangan kasus.
B. Saran
Perlunya peningkatan kualitas seorang konselor, dengan adanya

22
peningkatan kualitas konselor maka akan memberikan dampak yang positif
bagi perkembangan dunia pendidikan, dan kepada para konselor, ataupun
seorang guru pembimbing agar dapat menguasai teknik-teknik di dalam
proses bimbingan dan konseling karena hal tersebut akan lebih
mempermudah di dalam memperoleh informasi dari klien serta di dalam
mengajak klien untuk mempercayai apa-apa yang dikatakan oleh konselor.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat menambah pengetahuan
tentang jenis, teknik-teknik dan strategi bimbingan konseling serta menjadi
sumber refrensi bagi pembacanya,

23
DAFTAR PUSTAKA

Ayudia, A., Suryanto, E., & Waluyo, B. (2017). Analisis kesalahan penggunaan bahasa
Indonesia dalam laporan hasil observasi pada siswa smp. Basastra,
4(1), 34-49.
E,Winarti. 2020. “ACTION RESEARCH” dalam PENDIDIKAN.( Antara Teori dan
Praktik), http://repository.unimus.ac.id/3601/7/bab%207.pdf , diakses pada 29
maret 2022 pukul 15.00.
Kurnia, L. (2020). Dampak Interaksi Sosial Anak Usia Dini Akibat Latar Belakang
Orangtua Tuna Wicara. E-JURNAL AKSIOMA AL-ASAS, 1(1).
Nata, A. (1997). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos.
Nuraeni. (2012). Tes Psikologi Tes Intelegensi Tes Bakat. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Purnomo, E. (2020). PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MIND MAPPING
DENGAN APLIKASI MICROSOFT
Sari, Milya (2013) .Instrumen Penelitian. MP I
Setiawati. (2007). Bahan Belajar Mandiri 2 Teknik-Teknik Memahami Perkembangan
Anak. )
Suparman, M. A. (2012). Desain Intrusional. Jakarta: Erlangga.
Surapranata, Sumarna. 2016. “Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan Dan
Konseling Sekolah Menengah Pertama (SMP)”. Jakarta : Ditjen Guru Dan
Tenaga Kependidikan Kemdikbud.
Toky, Belardo Farjan. (2013). Metode Bimbingan Dan Konseling
TEAMS PADA PELAJARAN SOSIOLOGI MATERI MASALAH SOSIAL KELAS XI
IPS SEMESTER GASAL DI SMA N 1 JEKULO KUDUS TAHUN
PELAJARAN 2020/2021. Habitus: Jurnal Pendidikan, Sosiologi, &
Antropologi, 4(1), 1-14.
Yunus, Hadi Sabari. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Zakiah, I. R., Prasetyo, K. H., & Astutiningtyas, E. L. (2019). Meningkatkan Aktivitas
Dan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a
Match. ABSIS: Mathematics Education Journal, 1(2), 41-48.

24
25

Anda mungkin juga menyukai