Anda di halaman 1dari 39

PENGARUH GROWTH OPPORTUNITY, DEBT TO EQUITY RATIO (DER),

RETURN ON EQUITY (ROE) ,RETURN ON ASSETS (ROA) TERHADAP


DAN NILAI PASAR KEBIJAKAN DIVIDEN PADA
PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA

JUDUL

Oleh:
Nama : Dewa Made Bagus Suardana
NPM : 2132125031

PASCASARJANA
UNIVERSITA WARMADEWA
DENPASAR
2021
ASPEK ONTOLOGI
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lembaga perbankan merupakan segala sesuatu yang menyangkut

bank, mencangkup kelembagaan kegiatan usaha serta cara dan proses dalam

melaksanakan kegiatannya. Sebagaimana pengertian bank menurut UU. No.

10 Tahun 1998 pasal 1 yaitu bank sebagai suatu badan usaha yang

menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan

kembali melalui bentuk kredit atau bentuk–bentuk yang lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Bank Indonesia selaku

bank sentral dan pengawas kegiatan perbankan di Indonesia bertugas untuk

mempertahankan dan memelihara sistem perbankan yang sehat. Kestabilan

ini tidak hanya dilihat dari jumlah uang yang beredar namun juga dilihat dari

jumlah bank yang ada sebagai perangkat penyelenggara keuangan.

Tidak hanya pada perusahaan manufaktur saja kebijakan deviden pada

industri perbankan syariah maupun konvensional merupakan kebijakan yang

sangat penting, sebab akan melibatkan dua pihak yaitu pemegang saham dan

manajemen bank yang dapat mempunyai kepentingan yang berbeda.

Deviden diartikan sebagai pembayaran kepada pemegang saham oleh

perusahaan bank atas keuntungan yang diperolehnya. Kebijakan deviden

adalah kebijakan yang berkaitan dengan pembayaran deviden oleh bank,

berupa penentuan besarnya pembayaran deviden dan besarnya laba yang

ditahan untuk kepentingan perusahaan. Pembayaran deviden dari perusahaan

tidak hanya sumber arus kas kepada pemegang saham tetapi juga
menawarkan informasi berkaitan dengan kinerja perusahaan saat ini dan

masa depan.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden diantaranya

dikemukakan oleh Levy dan Sarnat (1970) dan Van Horn (2007:280),

faktor- faktor yang mempengaruhi keputusan deviden adalah meliputi :

1. Peraturan atau perundangan

2. Posisi likuiditas

3. Kebutuhan dana untuk melunasi hutang

4. Larangan dalam perjanjian hutang

5. Tinkat ekspansi perusahaan

6. Tingkat keuntungan perusahaan

7. Stabilitas perusahaan

8. Kemempuan memasuki pasarmodal

9. Pelaku kelompok pengendali

10. Posisi pemegang saham sebagai wajib pajak

11. Pajak atas keutungan yang dilakukan secara salah

12. Tingkat inflasi

Penetapan kebijakan deviden (DPR) harus dapat dirasakan manfaatnya

bagi perusahaan dan pemegang saham. Bagi perusahaan informasi yang

terkadung dalam kebijakan deviden (DPR) akan dijadiakn bahan

pertimbangan dalam menetapkan jumlah pembagian deviden dan besarnya

laba yang akan ditahan untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan


dan pengembangan perusahaan. Sedangkan informasi yag terkandung dalam

kebijakan deviden (DPR) akan dijadikan bahan pertimbangan investasi.

Pertumbuhan perusahaan (Growth Opportunity) dapat didefenisikan

sebagai peningkatan yang terjadi pada perusahaan. Semakin tinggi

pertumbuhan perusahaan yang berarti pula bahwa kesempatan bertumbuh

perusahaan semakin tinggi, maka akan semakin besar kebutuhan dana yang

diperlukan. Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan tinggi pada

umumnya merupakan perusahaan kecil (Habibah, 2002).

Debt To Equity Ratio (DER) adalah rasio hutang modal yang

menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-

hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang mengukur hingga

sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang. Rasio ini disebut juga rasio

leverage. Rasio leverage ini digunakan mengukur kemampuan perusahaan

untuk memenuhi seluruh kewajibannya baik jangkan pendek maupun jangka

panjang. Seberapa efektif perusahaan menggunakan seumber daya yang

dimiliki. (V. Wiratna Sujarweni, 2017:65)

Menurut V. Wiratna Sujarweni, (2017:65) Return On Equity (ROE)

adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal

sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham baik

saham biasa maupun saham prefern.

Menurut V. Wiratna Sujarweni, (2017:65) Return On Assets (ROA)

adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan

neto.

Nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar pada periode

tertentu yang di ntentukan oleh pelaku pasar yang merupakan rata-rata harga

selama satu tahun dikalikan dengan jumlah saham yang beredar perakhir

tahun.

Jadi berdasarkan penjabaran variabel diatas penulisan ini

menggunakan alat ukur rasio Growth opportunity, Debt To Equity Ratio

(DER), Return On Equity (ROE),Return On Assets (ROA) dan Nilai Pasar

terhadap Kebijakan deviden (DPR). Hal ini disebabkan manajemen

cenderung memilih pendanaan modal sendiri untuk membiayai pertumbuhan

dengan maksud untuk mengurangi masalah-masalah agensi yang potensial

berasosiasi dengan eksistensi hutang yang beresiko dalam struktur modalnya

(Subekti dan Wijaya, 2001).

Tahun 1998 merupakan puncak krisis moneter, dan semua sektor

ekonomi mengalami permasalahan. Sektor fiskal terganggu dengan

merosotnya nilai rupiah. Disektor perbankan, kinerja perbangkan pada tahun

1998 semakin memburuk. Risiko nilai tukar rupiah berdampak buruk

terhadapresiko likuiditas bank karena semakin banyaknya masyarakat

menarik dananya di bank dan pemenuhan dana untuk untuk hutang yang

jatuh tempo.

Tahun 2008 terjadinya krisis global yang menyebabkan perlambatan

ekonomi dunia sebagai dampak dari krisis global. Krisisi ekonomi yang
meluas kehampir seluruh wilayang dunia tersebut mengakibatkan

pertumbuhan ekonomi global merosot menjadi 3,4%, jatuh di bawah

pertumbuhan 5,2 ditahun 2007.

Penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan kebijakan

deviden (DPR) diantaranya adalah dilakukan oleh Ni Putu Ria Candra Uni

(2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Rasio Keuangan

Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di

Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012” menggunakan variabel atau

indikator Cash Ratio, Debt to Assets Ratio, Retun On Assets dan Assets

Growth. Sampel penelitian ini adalah semua perusahaan otomotif yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang membagikan dividen secara terus-

menerus dari tahun 2008 sampai dengan 2012 dengan jumlah sampel 10

(sepuluh) perusahaan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa variabel Cash

Ratio dan Return On Assets berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan

variabel Debt to Assets Ratio dan Assets Growth tidak berpengaruh terhadap

Dividend Payout Ratio.

Alfian Meykel Lioew, Sri Murni, dan Yunita Mandagie (2014) dalam

penelitiannya yang berjudul “ROA, ROE, NPM Pengaruhnya Terhadap

Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Perbankan Dan Financial Institusi

Yang Terdaftar Di BEI Periode 2010-2012” menggunakan variabel atau

indikator Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan Net Profit

Margin (NPM). Sampel penelitian ini adalah 10 (sepuluh) perusahaan.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa Return On Asset, Return On Equity,


Net Profit Margin secara simultan berpengaruh t dan F terhadap Dividend

Payout Ratio. Return On Asset secara parsial (Uji-t) berpengaruh terhadap

Dividend Payout Ratio, Return On Equity secara parsial (Uji-t) tidak

berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio, Net Profit Margin secara

parsial (Uji-t) tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio.

Anisah dan Lailatul Amanah (2014) dalam penelitiannya yang berjudul

“Pengaruh Profitabilitas, Cash Position, Leverage, Growth Terhadap

Kebijakan Pembagian Dividen” menggunakan variabel atau indikator

profitabilitas, cash position, leverage, growth. Sampel penelitian ini

perusahaan sektor finance yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada

tahun 2008–2011 Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 10 perusahaan.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa profitabilitas (ROE), cash position,

growth (Assets growth) tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap

kebijakan dividen (Deviden Payout Ratio), Sedangkan variabel leverage

(DER) memberikan pengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen

(Deviden Payout Ratio).

Amaliya Viya Kartika, Topowijon, dan M.G. Wi Endang (2015)

dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Return On Assets, Return On

Equity Dan Assets Growth Terhadap Dividend Payout Ratio (Studi Pada

Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode

2010-2012)” menggunakan variabel atau indikator Return on Assets (ROA),

Return on Equiy (ROE) dan Assets Growth. Sampel penelitian ini adalah

Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia (GI BEI) dengan jumlah sampel
sebanyak 27 perusahaan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa secara

simultan maupun secara parsial ROA, ROE dan Assets Growth memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap DPR. ROA dan ROE secara parsial

berpengaruh signifikan positif terhadap DPR, sedangkan Assets Growth

secara parsial berpengaruh signifikan negatif terhadap DPR.

Rizky Denanda Aditama (2016) dalam penelitiannya yang berjudul

“Analisis Pengaruh ROE, DER, Growth, Firm Size dan Risk terhadap

Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

Tahun 2010-2014” menggunakan variabel atau indikator return on equity,

debt to equity ratio,growth, firmsize dan risk. Sampel penelitian ini adalah

sebanyak 46 perusahaan dari 141 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia. Penelitian ini menyimpulkan dalam penelitian ini variabel yang

paling berpengaruh terhadap DPR adalah growth. Dari hasil analisis

menunjukkan bahwa secara parsial variabel firm size berpengaruh positif

dan signifikan terhadap DPR. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa

variabel growth, berpengaruh negatif dan signifikan terhadap DPR. Variabel

lain dalam penelitian ini yaitu return on equity, debt to equity ratio, dan risk

tidak berpengaruh terhadap DPR.

Telah banyak penelitian yang membahas mengenai kebijakan deviden,

akan tetapi ternyata masih banyak research gap atau perbedaan hasil

penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya. Perbedaan hasil tersebut

ditemukan pada Growrh Opportunity, Debt To Equity Ratio (DER), Return


On Equity (ROE), Return On Asset (ROA), Nilai Pasar Terhadap Kebijakan

Deviden (DPR).

Penelitian mengenai growt oppotunity terhadap kebijakan deviden

dilakukan oleh Ni Putu Ria Candra Uni (2013) dan Anisah dan Lailatul

Amanah (2014) yang menyatakan growth opportunity tidak berpengaruh

terhadap kebijakan deviden (DPR), sedangkan penelitian Amaliya Viya

Kartika, Topowijon, dan M.G. Wi Endang (2015) menyatakan growt

oppotunity berpengaruh negatif terhadap kebijakan deviden(DPR).

Penelitian mengenai Debt To Equity Ratio (DER) tehadap kebjikan

deviden dilakukan oleh Anisah dan Lailatul Amanah (2014) yang

menyatakan Debt To Equity Ratio (DER) berpengaruh positif terhadap

kebijakan deviden((DPR), sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rizky

Denanda Aditama (2016) menyatakan Debt To Equity Ratio (DER)

menyatakan tidak berpengaruh terhadap bejikan deviden(DPR).

Perbedaan hasil penelitian juga ditemukan pada variabel Return On

Asset (ROA), dimana menurut Alfian Meykel Lioew, Sri Murni, dan Yunita

Mandagie (2014), Anisah dan Lailatul Amanah (2014) yang menyatakan

Return On Equty (ROE) tidak berpengaruh terhadap kebijakan

deviden(DPR), sedangkan menurut Amaliya Viya Kartika, Topowijon, dan

M.G. Wi Endang (2015) menyatakan Return On Eqity (ROE) berpengaruh

positif terhadap kebijakan deviden(DPR).

Berdasarkan dari perbedaan penelitian diatas, penulisan ini ingin

meneliti kembali mengenai keterkaitan antara Growth opportunity, Debt


Equity Ratio (DER), Return On Assets (ROA) dan Nilai Pasar terhadap

Kebijakan Dividen. Adapun judul penelitian yang diangkat adalah

“Pengaruh Growth Opportunity, Debt Equity Ratio (DER), Return On

Equity ( ROE), Return On Assets (ROA) dan Nilai Pasar terhadap Kebijakan

Dividen pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI)”.

B. Deskripsi Teori

1. Bank

Menurut Dr. Kasmir,(2016:2)Secara sederhana bank dapat

diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah

menghimpun dana masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut

ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Kemudian

menurut undang–undang Nomor 10 tahun 1998 yang di maksud bank

adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk

kredit dan ∕atau bentuk–bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf

hidup rakyat banyak.

2. Teori Keagenan

Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran

pemegang saham yang di terjemahkan sebagai memaksimumkan harga

saham. Tetapi dalam kenyataannya tidak jarang manajer memiliki

tujuan yang lain mungkin bertentangan dengan tujuan utama tersebut.

Konflik kepentingan antar agen sering disebut dengan agenci problem.


Hubungan antar agen terjadi pada saat satu orang atau lebih – disebut

principal-mengangkat mengangkat satu orang atau lebih orang lain-

disebut agen-untuk bertindak atas nama pemberi wewenang yang

memberikan kekuasaan dalam pengambilan keputusan.

agency problem potensial untuk terjadi dalam perusahaan dimana

manajer memiliki kurang dsri seratus persen saham perusahaan. Dalam

kenyataannya tidak jarang tindakan manajer bukannya memaksimumkan

kemakmuran pemegang saham melainkan memperbesar skala perusahaan

dengan cara ekspansi atau membeli perusahaan lain. Motif utamanya

adalah manajer dari ancaman pengambil alihan dari oleh perusahaan lain.

Perusahaan lain akan sulit melakukan take over. Alasan kedua adalah

untuk meningkatkan power, status, dan gaji manajer. Sedangkan alasan

lain adalah menciptakan kesempatan bagi midle manajer dan lower

manajer.

Konflik lain yang potensial terjadi dalam perusahaan besar adalah

antara stakeholders dan debtholder, kreditur memiliki hak atas sebagian

laba yang di peroleh perusahaan dan dimimemegang pengendalian

perusahaan yang mungkin akan sangat menentukan profitabilitas dan

risiko perusahaan.

3. Teori Deviden

Franco Modigliani dan Merton H. Juga menguji pengaruh

kebijakan deviden terhadap harga saham. Dalam papernya MM

beranggapan bahwa semua investor bersikap rasional dalam arti selalu


ingin meningkatkan kemakmurannya dan mereka juga mengasumsikan

bahwa capital budgeting policy juga di pengaruhi oleh kebijakan

deviden. MM berkesimpulan bahwa kebijakan deviden seperti halnya

struktur modal adalah tidak releva. Dengan kata lain bahwa pembayaran

deviden akan mengakibatkan berkurangnyalaba ditahan yang tersedia

untuk pembiayaan investasi sehingga perusahaan harus menjual saham

baru guna mengganti laba ditahan yang di bayarkan sebagai deviden.

Selanjutnya pemegang saham baru meminta tingkat keuntungan

seperti halnya diminta pemegang saham lama. Akibatnya nilai sekarang

penerimaan pemegang saham lama menjadi semakin kecil, penurunan ini

persis sama dengan besarnya penerimaan deviden saat ini. Dengan

demikian pemegang saham lama pembayaran deviden tidak

mempengaruhi kemakmuranya. Atau pemegang saham akan sama saja

apakah menerima pembayaran deviden saat ini atau capital gain di masa

depan.

4. Teori Kebijakan Deviden

Menurut Black’s Law Dictionary dalam Irham Fahmi (2012:83)

Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan

dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen

diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam

RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal

tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif

lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode


dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan

dividen. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai,

artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang

tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham.

Dividen Payout Ratio (DPR) merupakan persentase dividen yang

dibagikan dari keuntungan bersih perusahaan (Ambarwati, 2010).

Menurut Horne dan Machowicz (1998) Dividend Payout Ratio (DPR)

merupakan persentase pendapatan perusahaan yang diberikan kepada

para pemegang saham secara tunai. DPR yang ditentukan perusahaan

untuk membayar dividen kepada para pemegang saham setiap tahun yang

dilakukan berdasarkan besar kecilnya laba bersih setelah pajak. Jumlah

dividen yang dibayarkan akan mempengaruhi harga saham atau

kesejahteraan para pemegang saham (Prihantoro, 2003). Menurut

Riyanto (2001), ada beberapa macam cara menetapkan DPR, yaitu:

a. Kebijakan dividen yang stabil Jumlah dividen per lembar yang

dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu

meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi.

b. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus

ekstra tertentu. Kebijakan ini menetapkan dengan jumlah rupiah

minimal dividen per lembar saham setiap tahunnya. Bagi pemodal

ada kepastian akan menerima jumlah dividen yang minimal setiap

tahunnya meskipun keadaan keuangan perusahaan sedikit

memburuk. Tetapi di lain pihak, jika keadaan keuangan perusahaan


membaik maka pemodal akan menerima dividen minimal tersebut

ditambah dengan dividen tambahan.

c. Kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang

konstan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini menetapkan

dividend payout ratio yang konstan misalnya 50%. Ini berarti bahwa

jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya

akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan netto

yang diperoleh setiap tahunnya. Dengan kata lain, perusahaan akan

membayar dividen sebesar 50% dari jumlah keuntungan netto yang

diperoleh perusahaan.

d. Kebijakan dividen yang fleksibel

Besarnya Dividen Payout ratio disesuaikan setiap tahunnya

disesuaikan dengan posisi finalnsial dan kebijakan finansial dari

perusahaan yang bersangkutan

5. Growth Opportunity

Menurut Supriasa. (2001 : 27) Pertumbuhan  (Growth) berkaitan

dengan perubahan besar, jumlah, ukuran dan fungsi tingkat  sel, organ

maupun individu yang diukur dengan ukuran berat (gram, pound,

kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan

metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).Pertumbuhan perusahaan

(Growth Opportunity) menurut Habibah, (2002) dapat didefenisikan

sebagai peningkatan yang terjadi pada perusahaan.Semakin tinggi

pertumbuhan perusahaan yang berarti pula bahwa kesempatanbertumbuh


perusahaan semakin tinggi, maka akan semakin besar kebutuhan dana

yangdiperlukan. Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan

tinggi pada umumnya merupakan perusahaan kecil.

Perusahaan-perusahaan yang memprediksi akan mengalami

pertumbuhan tinggi di masa mendatang cenderung lebih memilih

menggunakan saham untuk mendanai operasional perusahaan.

Sebaliknya, apabila perusahaan memperkirakan akan mengalami

pertumbuhan yang rendah, mereka akan berupaya membagi risiko

pertumbuhan rendah dengan para kreditur melalui penerbitan utang yang

umumnya dalam bentuk utang jangka panjang (Mai, 2006). Salah satu

alasan mendasar atas pola ini adalah biaya mengambang pada emisi

saham biasa yang lebih tinggi dibanding pada surat berharga obligasi.

Dengan demikian, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi

cenderung lebih banyak menggunakan hutang dibanding dengan

perusahaan dengan pertumbuhan lebih lambat.

Menurut Masdar Mas’ud (2008;83) Growth Opportunitydapat

dirumuskan sebagai berikut :

Total Assets t − Total Assetst−1


Growth Opportunity = Total Assets t−1 X 100%

Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan tinggi cenderung

akan menginvestasikan kembalinya kedalam perusahaan. Semakin tinggi

tingkat pertumbuhannya, maka semakin tinggi kebutuhan dana untuk


investasi. Untuk itu perusahaan akanmenggunakan laba yang diperoleh

untuk membiayai investasinya, daripada membagikan dividen.

6. Rasio Debt To Equity Ratio ( DER)

Menurut V. Wiratna Sujarweni, (2017: 61) Debt Equity Ratio

(DER) Merupakan perbandingan antara hutang – hutang dan ekuitas

dalam pendanaan perusahaan dan menujukan kemampuan modal sendiri

perusahaan untuk meme nuhi seluruh kewajibannya. Menurut Arilaha

(2009) Debt to Equity Ratio adalah rasio yang digunakan untuk menilai

utang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana

yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan.

Perhitungan DER dapat dihitung dengan menggunkan rumus sebagai

berikut:

Total Utang
Debt Equity Ratio ( DER ) = Ekuitas

7. Return On Equity ( ROE )

Menurut V. Wiratna Sujarweni, (2017: 65) Merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk

menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham

biasa dan saham preferen.

ROE menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

laba bersih setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri, (Kasmir,

2014:204).
laba bersih setelah pajak
Return on Equity = Modal Sendiri

8. Return On Asset ( ROA)

Menurut V. Wiratna Sujarweni, (2017: 65) Merupakan rasio yang

di gunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan

dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto.

Menurut Kasmir (2012:201) Return On Assets (ROA) adalah

rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan

perusahaan. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio rasio ini maka

semakin baik produktivitas assets dalam memperoleh keuntungan bersih.

Angka ROA dapat dikatakan baik apabila > 2%. Semakin besar ROA,

semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan

tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi

penggunaan assets.

Laba Setelah Pajak


ROA = Aktiva

9. Nilai Pasar

Nilai pasar merupakan harga saham yang terjadi di pasar

pada periode tertentuyang di tentukan oleh pelaku pasar, atau merupakan

rata-rata harga saham selama satu tahun dikaikan dengan jumlah saham

yang beredar perakhir tahun.

MV= rata-rata harga saham x jumlah saham yang beredar.


C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,

maka masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah Growth Opportunity berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen

pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI)?

2. Apakah Debt Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap Kebijakan

Dividen pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) ?

3. Apakah Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap Kebijakan

Dividen pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI)?

4. Apakah Return On Assets (ROA) berpengaruh terhadap Kebijakan

Dividen pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI)?

5. Apakah Nilai Pasar berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen pada

Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?


D. Kerangka Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, berikut

adalah gambaran tentang kerangka penelitian dalam penelitian ini:

Gambar 1

Pengaruh Growth Opportunity, Debt Equity Ratio (DER), Return On Equity


(ROE) Dan Return On Assets (ROA)Terhadap Kebijakan Dividen Pada
Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2014-2016

Kajian Teori Kajian Empiris


1. Ni Putu Ria Candra Uni (2013).
1. Bank (Kasmir, 2016) 2. Alfian Meykel Lioew, Sri Murni, dan Yunita Mandagie
2. Kebijakan Deviden (2014).
(Sartono, 2016) 3. Anisah dan Lailatul Amanah (2014
4. Amaliya Viya Kartika, Topowijon, dan M.G. Wi
3. Growth Opportunity (Ni Endang (2015).
Luh Muliyanti Savitri, 5. Rizky Denanda Aditama (2016)
2016. Skripsi Unversitas
Mahasaraswati)
4. Rasio Debt To Equity
Ratio ( DER) (Sujarweni,
2017) Isu
5. Return On Equity (ROE)
(Sujarweni, 2017) Fenomena
6. Return On Asset ( ROA)
(Sujarweni, 2017)
7. Nilai Pasar (Dr.
Harmono,S.E, M.Si.2017)

Hipotesis
H1: Growth Opportunity berpengaruh negatif terhadap Dividen Payout Ratio (DPR).
H2: Debt Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen (Deviden Payout
Ratio).
H3: Return On Equity berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio.
H4: ROA berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio
H5: Nilai Pasar berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio.
REGRESI Gambar
LINIER BERGANDA
2

SIMPULAN

Model Penelitian
Pengaruh Growth Opportunity, Debt Equity Ratio (DER), Return On Equity
(ROE) Dan Return On Assets (ROA)Terhadap Kebijakan Dividen Pada
Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2014-2016

Growth Opportunity

X1

Debt Equity Ratio


(DER)
X2
Kebijakan Deviden
(DPR)
Return On Equity
(Y)
(ROE)

X3

Return On Assset
(ROA)

X4
Nilai Pasar

X5

E. Hipotesis Penelitian

1. Pengaruh Growth Opportunity terhadap Kebijakan Deviden (DPR)

Growth menunjukkan pertumbuhan asset dimana asset

merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional

perusahaan theory free cash flow hypothesis yang disampaikan oleh

Jensen (1976) menyebutkan bahwa perusahaan dengan kesempatan

pertumbuhan yang tinggi memiliki free cash flow yang rendah karena

sebagian dana yang ada digunakan untuk investasi pada proyek yang

memiliki nilai NVP positif. Manajer dalam bisnis perusahaan dengan

memperhatikan pertumbuhan lebih menyukai untuk menginvestasikan

pendapatan setelah pajak dan mengharapkan kinerja yang lebih

menyukai untuk menginvestasikan pendapatan setelah pajak dan

mengharapkan kinerja yang lebih baik dalam pertumbuhan perusahaan

secara keseluruhan (CharitoudanVafeas, 1998) menurut teori residual

dividen, perusahaan akan membayar dividennya jika hanya tidak

memiliki kesempatan investasi yang menguntungkan sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara pertumbuhan

dan pembayaran dividen.

Hubungan growth terhadap dividen payout. Growth menunjukkan

pertumbuhan asset, perusahaan dengan kesempatan pertumbuhan yang


tinggi memiliki fee cash flow yang rendah karena sebagian dana yang

ada digunakan untuk investasi pada proyek yang memiliki nilai NVP

positif sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

negatif antara pertumbuhan dan pembayaran dividen. Dalam peneilitian

Amaliya Viya Kartika, Topowijon, dan M.G. Wi Endang (2015)

menyatakan Asset growth berpengaruh signifikan terhadap kebijakan

deviden (DPR) Hal diatas memiliki dugaan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Growth Opportunity berpengaruh negatif terhadap Dividen Payout

Ratio(DPR).

2. Pengaruh Rasio Debt To Equity Ratio ( DER) terhadap Kebijakan

Deviden (DPR)

Menurut V. Wiratna Sujarweni, (2017: 61) Debt Equity Ratio

(DER) Merupakan perbandingan antara hutang – hutang dan ekuitas

dalam pendanaan perusahaan dan menujukan kemampuan modal sendiri

perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Peningkatan hutang

pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang

tersedia bagi para pemegang saham, termasuk deviden yang di terima

karena kawajiban ntuk membayar hutang lebih diutamakan dari pada

pembagian deviden. Dalam penelitian Anisah dan Lailatul Amanah

(2014) menyatakan variabel leverage (DER) memberikan pengaruh

signifikan terhadap kebijakan dividen (Deviden Payout Ratio).

H2 : Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif terhadap kebijakan

dividen (Deviden Payout Ratio).


3. Pengaruh Return On Equity ( ROE) terhadap Kebijakan Deviden (DPR)

Menurut V. Wiratna Sujarweni, (2017: 65) Merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk

menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham

biasa dan saham preferen. Dalam penelitian Amaliya Viya Kartika,

Topowijon, dan M.G. Wi Endang (2015) menyatakan . ROA secara

parsial berpengaruh signifikan positif terhadap DPR.

H3 : Return On Equity berpengaruh positif terhadap Dividend Payout

Ratio.

4. Pengaruh Return On Asset ( ROA) terhadap Kebijakan Deviden (DPR)

Menurut V. Wiratna Sujarweni, (2017: 65) Merupakan rasio yang di

gunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan

dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto.

kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba merupakan indikator

utama perusahaan dalam mempbayar deviden. Dengan kata lain,

semakin tinggi rasio rasio ini maka semakin baik produktivitas assets

dalam memperoleh keuntungan bersih. Dalam penelitian Amaliya Viya

Kartika, Topowijon, dan M.G. Wi Endang (2015) menyatakan . ROE

secara parsial berpengaruh signifikan positif terhadap DPR.

H4 : ROA secara berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio.

5. Pengaruh nilai pasar terhadap kebijakan deviden (DPR)

Nilai pasar merupakan harga saham yang terjadi di pasar pada

periode tertentu yang di tentukan oleh pelaku pasar, atau merupakan


rata-rata harga saham selama satu tahun dikalikan dengan jumlah saham

yang beredar perakhir tahun.

Jika nilai pasarnya tinggi maka investor cenderung akan akan

menahan modalnya pada perusahaan tersebut karena akan memberikan

keuntungan yang tinggi.

H5 : nilai pasar berpengaruh positif terhadap kebijakan deviden (DPR)


ASPEK EPISTEMOLOGI
Metodelogi Penelitian

A. Tempat Dan Objek Penelitian

1. Tempat Penelitian

Pengambilan data penelitian tentang Kebijakan Dividen, Growth

Opportunity, Debt Equity Ratio (DER), Return On Equity ( ROE ) ,

Return On Assets (ROA) dan Nilai Pasar ini diperoleh diperusahaan

Perbangkan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan mengakses

www.idx.co.id.

2. Obyek Penelitian

Obyek Penelitian ini di lakukan pada laporan keuangan yang ada di

Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia khususnya

perusahaan yang sudah menggunakan kebijakan dividen.

B. Populasi Dan Metode Penentuan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah bagian wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek atau subyek yang mempunya kualitas dan karakteristik tertentu

yang di tetapkan peneliti untuki di pelajari dan kemudian di tarik

kesimpulannya ( Sugiyono,2015:92). Populasi digunakan dalam

penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang tercatat di

Bursa Efek Indonesia (BEI) yang berjumlah 43 perusahaan.


2. Metode Penentuan Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi ( Sugiyono, 2015:93). Metode pemilihan sample dalam

penelitian ini dilakukan berdasarkan metode purposive sampling yaitu

dengan mempertimbangkan kriteria yang sesuai sehingga mendapatkan

sample yang reprensentatif. Adapun kriteria dalam penelitan ini adalah

sebagai berikut :

a. Perusahaan sample merupakan perusahaan perbankan yang telah

listing dan terdaftar di bursa efek Indonesia ( BEI ) periode 2020 -

2021.

b. Perusahaan sample memiliki data keuangan yang lengkap selama

periode pengamatan yaitu tahun 2020-2021 sesuai dengan obyek

yang akan di teliti dalam penelitian ini.

c. Perusahaan sample selalu membagikan deviden selama tahun 2020-

2021.

Table 2
Proses Pemilihan Sample Berdasarkan Kriteria
Kriteria Jumlah Akumulasi
Perusahaan yang tercatat di BEI 43

Perusahaan yang tidak memiliki data keuangan


0 43
yang lengkap selama periode 2014 - 2016

Perusahaan yang tidak membagikan deviden sela


33 10
ma periode 2014 – 2016
Tahun penelitian 2014 - 2016 3 30
Total data 30
Total unit sample 10
Table 3
Perusahaan Yang Menjadi Sample Penelitian
No Nama Perusahaan KODE
1 Pt. Bank Rakyat Indonesia (Persero). Tbk. BBRI
2 Bank Mandiri Persero Tbk. BMRI
3 Bank Negara Indonesia Persero. Tbk. BBNI
4 Bank Central Asia Tbk. BBCA
5 Bank CIMB Niaga Tbk. BNGA
6 Bank Tabungan Negara Persero Tbk. BBTN
7 Bank Nusantara Parahayangan Tbk. BBNP
8 Bank Danamon Indonesia Tbk. BDMN
9 Bank Jawa Barat Dan Banten Tbk. BJBR
10 Bank Woori Saudara Indonesia Tbk STRA
Sumber : www.idx.co.id.

C. Identifikasi Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel

dependen dan variabel independen.

1. Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. (Sugiyono,

2015:41). Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Kebijakan Dividen.

2. Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen.

(Sugiyono, 2015:41).Variabel indenpenden (bebas) yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Growth Opportunity, Debt Equity Ratio

(DER), Return On Equity (ROE) dan Return On Assets(ROA).


D. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah suatu devinisi yang diberikan kepada

variable dengan tujuan memberikan arti atau menspeksifikasinya dalam

penelitian ini definisi operasional variable adalah sebagai berikut:

1. Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh

perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen

atau ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di

masa yang akan datang. Proksi kebijakan dividen dalam penelitian ini

adalah Dividend Payout Ratio (DPR). Formulasi yang digunakan untuk

menghitung DPR sebagai berikut :

Deviden per lembar saham


DPR (Y) = Laba per lembar saham X 100%

Deviden per lembar saham


Laba per lembar saham

b. GrowthOpportunity

Growth Opportunity adalah peningkatan yang terjadi pada

perusahaan. Semakin tinggi pertumbuhan perusahaan yang berarti pula

bahwa kesempatan bertumbuh perusahaan semakin tinggi, maka akan

semakin besar kebutuhan dana yang diperlukan.

Definisi secara operasianalnya menurut Masdar Mas’ud

(2008;83) Growth Opportunity dapat dirumuskan sebagai berikut :

Total Assets t − Total Assetst−1


Growth Opportunity = Total Assets t−1 X 100%
c. Debt Equity Ratio(DER)

Meruoakan perbandingan antaran hutang -hutang dan ekuitas

dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sediri,

perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. ( v. Wiratna

Sujarweni,2017:61 ). Rasio ini dapat di hitunga dengan rumus:

Total Utang
Debt Equity Ratio ( DER ) = Ekuitas

d. Return On Equity ( ROE )

Menurut V. Wiratna Sujarweni, (2017: 65) Merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk

menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham

biasa dan saham preferen. Rasio ini dapat di hitunga dengan rumus :

laba bersih setelah pajak


Return on Equity = Modal Sendiri

e. Return On Assets( ROA )

Menurut V. Wiratna Sujarweni, (2017: 65) Merupakan rasio yang

di gunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan

dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto. Rasio

ini dapat di hitunga dengan rumus :


Laba Setelah Pajak
ROA = Aktiva

f. Nilai Pasar

Nilai pasar merupakan harga saham yang terjadi di pasar pada

periode tertentuyang di tentukan oleh pelaku pasar, atau merupakan rata-

rata harga saham selama satu tahun dikaikan dengan jumlah saham yang

beredar perakhir tahun.

MV= rata-rata harga saham x jumlah saham yang beredar.

E. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Berdasarkan Sifatnya

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif

yaitu data yang berupa angka-angka yang terdapat pada laporan

keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Menurut Sumbernya

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder yang diperoleh dari pihak lain melalui website www.idx.co.id

berupa laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan, jurnal-jurnal,

dan literatur-literatur lainnya yang berhubungan dengan objek penelitian.

F. Metode Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode

dokumentasi yaitu dengan mengadakan pencatatan dan penelaahan terhadap

aspek-aspek atau dokumen-dokumen yang berkaitan dengan obyek

penelitian ini.

G. Teknik Analisis Data

Tehnik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik

analisis regresi linier berganda, sebelum analisis data dilakukan uji asumsi

klasik yang meliputi :

1. Uji asumsi klasik

a. Uji Multikorelasi

Menurut Imam Ghozali (2016:103) Uji multi korelasi bertujuan

untuk menguji apakah model regresi di temukan adanya korelasi

antar variabel bebas(independent). Model korelasi yang baik

seharusnya tidak terjasi korelasi diantara variabel indenpenden. Jika

variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini

tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel indenpenden

yang nilai antar sesama variabel indenpenden sama dengan nol.

Untuk mendetekdi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam

model regresi adalah sebegai berikut :

1) nilai R2 yang di hasilkan oleh suatu estimasi moddel regresi

empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel – variabel

independen banyakyang tidak signifikan mempengaruhi variabel

dependen.
2) menganalisis matrik korelasi variabel – v ariabel independen.

Jika antar variabel independent ada korelasi yang cukup tinggi

( umumnya diatas 0.90 ), maka hal ini merupakan indikasi

adanya multikorelasi. Tidaka asanya korelasi yang tinggi antar

variabel independen tidak berarti bebasa dari multikolonieritas.

Multi kolonieritas disebabkan karena adanya efek kombinasi dua

atau lebih variabel independen.

3) Multikolonireritas dapt juga dilihat dari (1) niai tolerance da

lawannya (2) variace inflation faktor (VIF). Kedua ukuran ini

menunjukan setiap variabel indenpenden manakah yang di

jelaskan oleh variabel indepeden lainnya. Dalam pengentian yang

sederhana setiap variabel indenpenden menjadi variabel

dependen dan di regres terhadap variabel lainnya. Tolerance

mengukur variabel indenpenden yang terpilih dan tidak di jelaska

oleh variabel yang lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama

dengan VIF tinggi( karena VIF =1∕Tolerance ). Nilai cutoff yang

umum dipakai untuk menunjukan adanya nilai multikolonieritas

adalah nilai toleranse ≤0:10 atau sama dengan nilai VIF ≥10.

b. Uji Autokorelasi

Menurut Imam Ghozali (2016:107) Uji autokorelasi bertujuan

menguji apakah dalam model regrasi linier ada korelasi antara

kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan penggangu

pada periode t-1(sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan


ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi

yang berurutan sepajang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini

timbul karena residual ( kesalahan penganggu) tidak bebas dari

observasi ke observasi lainya. Hal ini sering ditemukan pada dsta

runtun waktu karena gangguan pada seseoarng individu atau

kelompok cenderung mempengaru “gangguan” pada individu atau

kelompok yang sama pada periode berikutnya. Pada data crossection

(silang waktu), masalah autokorelasi relatif jarang terjadi

karena”gangguan” pada observasi yang berbeda berasal pada

individu atau kelompok yang berbeda. Model regresi yang baik

adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Ada beberapa cara yang

dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi :

1) uji durbin – waton

2) uji lagrange multiplier ( LM test )

3) uji statistik -Q

4) Run Test

c. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Imam Ghozali (2016:134) Uji Heteroskedastisitas berujuan

untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidak samaan

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika

variance satu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut

homokedastisitas dan jika berbeda maka disebut heteroskedastisitas.


Dalam penelitian ini untuk mendeteksi heteroskedastisitas data

dapat dilakukan dengan cara Uji Glejser. Glejser mengusulkan untuk

meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen.

Dengan tingkat signifikasi 5% maka model terbebas atau

tidaknya dari masalah Heteroskedastisitas :

1) Jika probabilitas P > 0,05 model terbebas dari masalah

Heteroskedastisitas.

2) Jika probabilitas P < 0,05 model tidak terbebas dari masalah

Heteroskedastisitas

d. Uji Normalitas

Menurut Imam Ghozali (2016:154) Uji Normalitas bertujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi , variabel pengganggu atau

residual memiliki distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka

uji statistik menjadi tidak valid dan statistik parametrik tidak dapat

digunakan.Uji statistik yang digunakan untuk uji normalitas data

dalam penelitian ini adalah uji normalitas atau sampel Kolmogorov-

Smirnov. Hasil analisis ini kemudian dibandingkan dengan nilai

kritisnya. Dasar pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan

probabilitas (Asymptotik Significance), yakni:

1) Jika Probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah

normal.

2) Jika Probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi normal


e. Uji Linearitas

Menurut Imam Ghozali (2016:159) Uji ini digunakan untuk melihat

apakah spesifikasi model yang di gunakan sudah benar atau tidak.

Apakah fungsi yang di gunakan dalam suatu studi empiris sebaiknya

berbentuk linier kuadrat atau kubik. Ada beberapa uji yang dapat

dilakukan.

1) Uji Durbin Waston

2) . Ramsey Test

3) ji Lagrange MULtiplier

2. Analisis Data

a. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis linier berganda merupakan ananlisis yang menunjukan

hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel independen dan

variabel dependen. Analisis ini bertujua untuk mengetahui arah dan

kekkuatan hubungan antara dua variabel.

Analisis ini menggunakan bantuan SPSS, maka dapat

ditentukan bentuk model persamaan regresi linear berganda sebagai

berikut:

Y = α + B1 X1 + B2X2+B3 X3 + B4 X4 +B5 X 5+ e ….

Keterangan:

Y= Kebijakan Deviden

X1 = Growth Opportunity
X2 = Debt Equity Ratio

X3 = Return On Equity

X4 = Return On Assets

X5 = Nilai Pasar

α = Konstan

B = Koefisien Regresi

e = error

b. Uji Model (Uji F)

Menurut Imam Ghozali (2016:171) Pengujian hipotesis yang

dilakukan secara simultan merupakan uji statistik yang bersifat dua

arah. Uji simultan dihitung untuk menguji model regresi atau

pengaruh seluruh variabel independen yaitu secara simultan terhadap

variabel dependen yaitu Y.

Prosedur uji F dihitung sebagai berikut :

1) Menentukan kriteria hipotesis

H0 : β 1 = β 2 = β 3 = 0

artinya tidak ada pengaruh X1, X2,X3, terhadap Y.

Ha : β 1 ≠ β 2 ≠ β 3 ≠ 0

Artinya ada pengaruh X1, X2,X3, terhadap Y.

2) Memilih uji statistik, memilih uji F untuk menentukan pengaruh

berbagai variabel independen secara bersama-sama terhadap

variabel dependen.
3) Menentukan tingkat signifikansi.

4) Menghitung F hitung dengan bantuan paket program SPSS,

program linear regression.

5) Menentukan Keputusan Uji F Hitung

a) Jika keputusan signifikansi (α) < 5%, maka dapat

disimpulkanbahwa ditolak, sebaliknya diterima.

b) Jika keputusan signifikansi (α) > 5%, maka dapat

disimpulkanbahwa diterima, sebaliknya ditolak.

c. Uji Hipotesis (Uji t)

Menurut Imam Ghozali (2016:171) Pengujian terhadap hasil

regresi dilakukan dengan menggunakan uji statistik t. Uji t bertujuan

untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari Growth Opportunity,

Debt Equity Ratio (DER) Return On Equity, dan Return On Assets

(ROA) secara parsial terhadap Kebijakan Dividen.

Penguji ini dilakukan pada tingkat keyakinan 95% dengan ketentuan

sebagai berikut:

1) Apabila tingkat signifikansi lebih besar dari 5%, maka

dapatdisimpulkan H0 diterima dan Ha ditolak.

2) Apabila tingkat signifikansi lebih kecil dari 5%, maka dapat

disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima.


ASPEK AKSIOLOGI

A. Simpulan

Berdasarkan dari hipotesis yang telah disusun dan telah identifikasi

pada bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Growth opportunity berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

kebijakan deviden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi

growth opportunity maka kebijakan akan juga menurun.

2. Debt to equity ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

kebijakan deviden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin

tinggi debt equity ratio maka kebijakan akan juga menurun.

3. Return on equity berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan

deviden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi return

on equty maka kebijakan akan juga meningkat.

4. Return on assets berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan

deviden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi return

on asset maka kebijakan akan juga meningkat.


G. MANFAAT TEORITIS

Bagi calon investor yang ingin berinvestasi pada perusahaan

perbankan akan lebih baik jika mempertimbangkan faktor Return On Equity

(ROE) dan Return on Asset (ROA) karena kedua faktor tersebut

berpengaruh positif terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Perbankan

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai