Anda di halaman 1dari 14

Lia Sukmawati, Bani Sudardi, Dwi Susanto –Eksistensi Perempuan Sasak pada Novel “Sri Rinjani”

Karya Eva Nourma: Berdasarkan Perspektif Feminis

PEREMPUAN SASAK DALAM NOVEL SRI RINJANI KARYA EVA NOURMA:


KAJIAN FEMINISME

Lia Sukmawati,
Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret
Email: sukmawatilia5@gmail.com

Bani Sudardi,
Universitas Sebelas Maret
Email: banisudardi@yahoo.com

Dwi Susanto
Universitas Sebelas Maret
Email: dwisastra81@gmail.com

ABSTRAK

Novel Sri Rijani berlatar kehidupan perempuan Sasak dan kemiskinan di Lombok. Novel
ini memperlihatkan perjuangan perempuan Sasak dalam melakukan perubahan melalui
pendidikan dan dalam bayang-bayang kekuasaan laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui representasi perempuan Sasak yang tergambar dalam novel Sri Rinjani karya
Eva Nourma. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analisis dengan pendekatan feminisme, terutama masalah representasi/identitas
perempuan Sasak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa representasi perempuan Sasak
ditampil sebagai sosok pribadi yang moderat, berpikiran terbuka, terdidik, mandiri, dan
bertanggung jawab terhadap dirinya. Gambaran ini ditunjukkan untuk mengajak
peremopuan Sasak berubah seperti yang digambarkan tersebut. Tujuannya adalah untuk
melakukan gerakan perubahan sosial di masyarkat Sasak.

Kata kunci: novel, eksistensi, perempuan Sasak

ABSTRACT

The novel which has historical background of women's life and poverty in Lombok shows the
uniqueness in describing Sasak women's struggle to make changes through education which
is always in the power of men. This research generally aims to obtain a description of the
existence of Sasak women in Eva Nourma's novel of Sri Rinjani. The method used in this
research is descriptive analysis method. the approach of feminism is done to know the
existence of Sasak women as individuals and as part of the community. The results of this
study indicate that the presence of Sasak women described through Sasak Sri Rinjani women
appear as an open-minded and intelligent, independent and responsible person. Thus, the
new perception that the figure of Sasak women in this novel does not occupy a subordinate
position, he is the actor of the act.

Keywords: novel, existence, Sasak woman

177
Haluan Sastra Budaya, Volume 1, No. 2 Desember 2017

PENDAHULUAN menambah penghasilan ekonomi,


Telaah tentang manusia dan tetapi menyatu dalam sistem tradisi
kemanusiaan selalu menarik untuk yang juga menentukan karakter
dihadirkan dalam karya sastra. mereka. Perempuan Sasak juga
Dengan karya sastra, masyarakat seperti masyarakat Sasak pada
dapat melihat representasi melihat umumnya, adalah tipikal masyarakat
kehidupan yang dihadirkan dalam polos, jujur dan ramah. Mungkin saja
karya sastra. Selain sebagai refleksi mereka terpengaruh oleh pemberian
keadaan sosial masyarakat, karya nama suku mereka yaitu Sasak yang
sastra merupakan alat untuk bermakna Saq Saq Lombok ( hidup
mencermati gejala sosial yang lurus, polos, tidak macam-macam).
muncul, yakni menempatkan karya Sikap hidup lurus dan apa adanya
sastra dalam konteks dunia sosial membuat mereka lebih fokus pada
(Susanto, 2016, h.167-168). hal-hal kecil di dekat mereka saja,
Keberadaan individu merupakan tanpa melupakan hal-hal besar yang
sebuah fenomena yang menarik menjadi target hidup mereka.
untuk dilihat dan diamati. Sebab, Masyarakat Lombok umumnya
persoalan mengenai keberadaan adalah masyarakat agraris
individu sebagai bagian dari dunia (pertanian). Sekitar 90% masyarakat
sosial merupakan sebuah gejala yang Lombok memiliki lahan persawahan,
patut dipertimbangkan. Manusia dalam perkembangannya, bertani
selalu berusaha untuk mencari dan menjadi sistem budaya yang unik.
menempatkan posisinya. Tugas perempuan Sasak dalam hal
Perempuan Sasak, sebagaimana tersebut dalam tradisi Sasak dikenal
yang digambarkan dalam novel Sri dengan istilah memano (mengantar
Rinjani (2011) karya Eva Nourma, makananan ke sawah. Tipikal atau
merupakan nama yang diberikan streotipe yang demikian inilah yang
untuk perempuan yang asli kelahiran digmabarkan berkebalikan atau
di Lombok. Perempuan Sasak berbeda dalam novel yang ditulis oleh
mengasah ketekunan hidup mereka Eva Nourma, Sri Rinjani (2011).
salah satunya dengan bertenun Perempuan Sasak dalam novel
(nyesek). Aktivitas tidak hanya untuk Sri Rinjani (2011) merupakan

178
Lia Sukmawati, Bani Sudardi, Dwi Susanto –Eksistensi Perempuan Sasak pada Novel “Sri Rinjani”
Karya Eva Nourma: Berdasarkan Perspektif Feminis

perempuan yang ditampilkan melalui jalan hidup, termasuk bagaimana dia


sosok Sri Rinjani. Tokoh ini terlahir sejak kecil menghabiskan waktu
dari lingkungan yang miskin. Budaya untuk memelihara kambing-kambing
patriarki ikut serta dalam peliharaannya. Perjuangan Sri Rinjani
memberikan karakter atas melawan kemiskinan, menghilangkan
perempuan. Namun, novel Sri Rinjani stereotip perempuan Sasak menjadi
(2011) ini justru menghadirkan para salah satu daya tarik dalam penelitian
tokohnya menjadi perempuan kuat ini.
dan mandiri. Lingkungan sosial yang Selain itu, sosok pengarang
dihadirkan dalam teks novel ini sebagai bagian dari anggota
justru tidak menjadikan diri sang masyarakat atau kelompok sosial
tokoh cerita untuk terjebak pada juga memberikan arah dan
pilihan kemiskinan dan kebodohan, sumbangan yang penting dalam
melainkan sebaliknya. Sang tokoh proses penciptaan novel ini. Eva
cerita dihadirkan sebagai Nourma merupakan perempuan yang
peremopuan sasak moderat, yakni terdidik dalam konteks pendidikan
perempuan Sasak yang mandiri untuk modern dan terlibat dalam organisasi
melawan kemiskinan dengan pembela perempuan. Hal ini sekaligus
memikirkan pendidikan sebagai jalan menunjukkan bahwa novel Sri Rinjani
keluar yang terbaik. Dukungan (2011) yang ditulis oleh Eva Nourma
keluarga juga turut serta dalam merupakan bagian dari simbol
membangun cita-cita dan keberadaan pemikiran dan gagasannya terhadap
perempuan Sasak, seperti yang citra dan keberadaan perempuan. Hal
tergambar dalam novel ini. ini menunjukkan bahwa pengarang
Sebagai perempuan Sasak, sebagai wakil kelompok sosial dalam
tokoh Sri Rinjani mengalami proses mempresentasikan keberadaan
perkembangan pemikiran yang perempuan Sasak. Fakta ini sekaligus
mengarah pada bentuk kesadaran menandakan bahwa pengarang
terhadap keberadaan dirinya. Dalam sebagai wakil kelompok memiliki
novel ini, Sri Rinjani yang sejak lahir gagasan dan pandangan yang serupa
sangat dekat dengan ayahnya dan dengan kelompoknya (Goldmann,
memiliki kebebasan untuk memilih 1977).

179
Haluan Sastra Budaya, Volume 1, No. 2 Desember 2017

Novel Sri Rinjani (2011) karya TEORI DAN METODE PENELITIAN


Eva Nourma merupakan representasi Secara etimologis feminis
kelompok sosial yang diwakili oleh berasal dari kata femme (woman)
pengarang tentang keberadaan atau berarti perempuan (tunggal) yang
representasi perempuan. Melalui bertujuan untuk memperjuangkan
representasi perempuan, Eva hak-hak perempuan sebagai kelas
Nourma hakikatnya melakukan sosial. Dalam hubungan ini perlu
sebuah gerakan sosial terhadap dibedakan antara male dan female
perempuan Sasak. Gerakan ini (sebagai aspek perbedaan biologis
merupakan sebuah gerakan yang sebagai hakikat alamiah), masculine
bersifat kultural yang bertujuan dan feminine (sebagai aspek
untuk memperdayakan perempuan perbedaan psikologis dan struktural).
Sasak terutama melalui penyadaran Dengan kata lain, masculine feminine
sosial bahwa perempuan Sasak ditentukan secara kultural, sebagai
memiliki kesempatan dan potensi hasil pengaturan kembali
yang sama dengan laki-laki. Novel Sri infrastruktur material dan
Rijani (2011) ini merupakan cara superstruktur ideologis. Feminitas
dalam menempatkan perempuan adalah pengertian psikologis
Sasak dalam konteks dunia sosialnya. struktural seseorang yang tidak
Berdasarkan hal tersebut, dilahirkan sebagai perempuan
masalah utama dalam penelitian ini melainkan menjadi perempuan. Oleh
adalah representasi perempuan karena itu, hal yang ditolak oleh
Sasak yang digambarkan oleh novel kelompok feminis adalah anggapan
Sri Rinjani (2011) karya Eva Nourma. bahwa perempuan merupakan
Dari representasi tersebut, gagasan konstruksi negatif, perempuan
lain yang diekplorasi adalah tentang sebagai makhluk takluk, perempuan
pandangan pengarang terhadap yang terjerat ke dalam dikotomi
perempuan Sasak dalam konteks sentral marginal, superior inferior
dunia sosialnya. (Ratna, 2007, h.184-185).
Atas dasar kelemahan-
kelemahannya secara biologis,
perkembangan peradaban selanjut-

180
Lia Sukmawati, Bani Sudardi, Dwi Susanto –Eksistensi Perempuan Sasak pada Novel “Sri Rinjani”
Karya Eva Nourma: Berdasarkan Perspektif Feminis

nya selalu menempatkan perempuan mencapai transformasi sosialis


sebagai inferior. Maka dari itu, salah masyarakat, dan (4) perempuan
satu tokoh feminisme eksistensialis dapat menolak ke-Liyan-annya
yaitu Simone de Beauvoir dengan mengidentifikasi diri melalui
mengatakan bahwa dunia perempuan pandangan kelompok dominan dalam
selalu akan dimasukkan ke dalam masyarakat. Perempuan, ketika mulai
dunia laki-laki sebagai bukti eksis untuk dirinya sendiri dapat
penguasaan laki-laki terhadap menciptakan kebebasannya sendiri
perempuan (Beauvoir, 2006). masa depan tetap terbuka lebar
Menurut Simone de Beauvoir, melalui (Thornham, 2010, h.47).
Wibowo (2008), laki-laki dinamai Salah satunya, kritik sastra
“laki laki” Sang Diri sedangkan feminis mempersoalkan bagaimana
“perempuan” Sang Liyan. Perempuan perempuan dihadirkan melalui karya
yang sadar akan kebebasan mereka sastra. Gagasan ini merupkana
dapat dengan leluasa menentukan gagasan mimetik tentang kehidupan
jalan hidupnya. Menurut Beauvoir, perempuan. Namun, gagasan yang
perempuan dapat pergi bekerja dan demikian memiliki maksud sebagai
mengkatualisasikan diri secara usaha atau sebuah gerakan
maksimal. Perempuan bisa menjadi penyadaran teerhadap pembaca,
intelektual dan tidak perlu khawatir bahwa perempuan yang dihadirkan
akan kemampuannya jika dilihat dari dalam karya sastra atau citra
keterbatasan biologisnya. Hal yang perempuan memiliki maksud yang
terpenting adalah bahwa perempuan perlu direkonstruksi atau diselidiki.
harus dapat menolak dijadikan objek. Sebuah pertanyaan adalah apakah
Perempuan juga bisa mengobjekkan penghadiran perempuan dalam karya
laki-laki. Dalam proses menuju sastra sebagai sebuah praktik politik
transedensi menurut Beauvoir dari para pengarang yang
(2016), terdapat empat strategi yang menyampaikan maksud dan tujuan
dapat dilakukan (1) perempuan kelompoknya. Kritik sastra feminis
dapat bekerja, (2) perempuan dapat yang demikian ini juga menjadi
menjadi seorang intelektual, (3) bagian cara membongkar
perempuan dapat bekerja untuk representasi perempuan dalam karya

181
Haluan Sastra Budaya, Volume 1, No. 2 Desember 2017

sastra atau sering disebut sebagai hidup pengarang, dan berbagai


citra perempuan dalam karya sastra. informasi yang berhubungan dengan
Citra atau representasi topik penelitian. Objek penelitian ini
perempuan dalam karya sastra adalah novel Sri Rinjani (2011)
berbeda dengan eksitensi perempuan sebagai objek material dan
seperti yang digagas oleh Simone de pengambaran perempuan dalam
Boavoiur. Eksistensi menurut Sartre novel tersebut sebagai bagian dari
dalam Tong (2006, h.256) praktik sosial sebagai objek
mendahului esensi. Dengan formalnya. Cara mengumpulkan data
perkataan lain, kita tidak hanya dilakukan dengan wawancara, teknik
sebagai organisme hidup yang membaca dan mencatat.
amorfus (tidak mempunyai bentuk Teknik interpretasi data
yang ajeg) hingga kita menciptakan dilakukan dengan cara
identitas yang terpisah dan esensial menghubungkan fakta sastra yang
bagi diri kita sendiri melalui tindakan ada di dalam teks Sri Rinjani yang
yang sadar melalui pilihan dan berhubungan dengan representasi
keputusan, menegaskan kembali perempuan dengan kehidupan
tujuan dan proyek lama, serta sosiologis masyarakat Lombok.
menegakkan tujuan dan proyek yang Namun, hal itu perlu dijembatani
baru. Sementara itu, representasi dengan gagasan dunia atau
dalam konteks ini diartikan bahwa pandangan hidup sang pengaranag
perempuan dihadirkan dalam karya sebagai wakil kelompoknya agar
sastra sebagai upaya politis oleh tidak terjebak pada “mencocokkan”
kelompok sosilanya. Hal ini dijadikan fakta sastra dengan fakta sosial.
sebagai satu usaha dalam melakukan Teknik yang digunakan adalah teknik
gerakan sosial. dialektik, yakni menghubungan
Penelitian ini berjenis berbagai data yang ada dan
penelitian kualitatif. Data berupa isi diinterpretasikan dengan kritik
teks novel Sri Rinjani (2011), sastra feminis.
gagasan-gagasan yang ada di
dalamnya, kehidupan sosiologis
pengarang, ideologi atau pandangan

182
Lia Sukmawati, Bani Sudardi, Dwi Susanto –Eksistensi Perempuan Sasak pada Novel “Sri Rinjani”
Karya Eva Nourma: Berdasarkan Perspektif Feminis

HASIL DAN PEMBAHASAN tuanya. Nama Sri Rinjani yang sejak


Representasi Perempuan Sasak kecil selalu menjadi bahan tertawaan
dalam Novel Sri Rinjani (2011) teman-temannya karena Sri Rinjani
Representasi atau gambaran merupakan bahasa Sasak yang berarti
perempuan dalam novel Sri Rinjani Pinggir Gunung Rinjani. Namun,
(2011) ini secara umum digambarkan seorang ayah telah memiliki harapan
sebagai individu yang tumbuh sebagai dan cita-cita besar di balik pemberian
anak yang bergumul dengan realitas nama tersebut untuk anaknya. Hal ini
sosial dan budaya patriarki. Sang menunjukkan bahwa dari identitas
tokoh perempuan, sebagai contohnya, saja, perempuan sudah dipandang
Sri Rinjani di lahirkan dari rahim dari sisi negatif, seperti bodoh dan
seorang perempuan Sasak juga yang tidak berdaya. Perempuan
masa kecilnya tumbuh di desa Selayar, diibaratkan sebagai sosok yang liar,
perempuan pemecah batu. Dia alam yang terbelakang. Namun, nama
dihadirkan sebagai pekerja, seperti yang merepresentasikan alam ini
harus menjadi pemecah batu sebagai memberikan bukti bahwa “alam”
sumber pendapatan untuk menghalau memberikan kehidupan. Gunung
rasa lapar. Dia lahir dari keluarga yang Rinjani adalah penjaga keselarasn
miskin, sehingga sejak kecil harus alam dan kesimbangan hidup.
mampu melihat peristiwa-peristiwa “Sri Rinjani nama yang indah
sayang. Jika suatu saat kamu pergi
yang belum layak untuknya. ke negeri-negeri terjauh untuk
melihat peradaban manusia yang
tidak pernah terbayang dalam
Itulah lempengan wajah ibuku. benakmu sekarang, kamu pasti
Lempengan wajah perempuan akan bangga pada tanah asalmu
Sasak yang terserak di desa miskin, karena gunung Rinjani hanya ada di
membuat luka terasa tak berdetak. Lombok. Tidak ada di Amerika,
Wajah perempuan Sasak tidak ada juga di Inggris, begitu juga
berserakan di ratusan desa serupa di Italia. Bahkan kamu tidak akan
dengan Selayar. Namun tiada pernah menjumpai pergunungan
hingga terabaikan. (h. 6) bernama gunung Rinjani di seluruh
penjuru dunia”. (h.20).
Sejak kecil Sri Rinjani sudah Secara biologis, dia memang
melalui banyak hal tentang keadaan terlahir dengan identitas sebagai
sosial yang menjadi kenyataan dalam perempuan Sasak, terlebih ibunya
kehidupannya bersama kedua orang pun lahir dari rahim seorang

183
Haluan Sastra Budaya, Volume 1, No. 2 Desember 2017

perempuan Sasak. Namun, yang lebih cerah melalui tekad untuk


masyarakat melihat ayah Sri Rinjani terus memperjuangkan kehidupan-
adalah seorang pengembala kambing nya. Hal ini dilakukan melalui dunia
dan petani berasal dari Desa Perigi, pendidikan. Sebab, baginya,
yang terletak di sebelah timur bagian pendidikan dapat mengubah cara
utara Pulau Lombok. Sri Rinjani lebih hidup dan jalan hidup sehingga
banyak menghabiskan waktunya terbebas dari kemiskinan. Oleh sebab
untuk belajar berladang dan itu, dia terus bekerja sebagai tukang
mengembala kambing-kambingnya. masak di sebuah pondok pesantren.
Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa Akan tetapi, ada beberapa alasan dari
Sri Rinjani berasal dari suatu daerah tokoh Sri Rinjani ini untuk kembali ke
yang pelosok dan membangun rumahnya, di Desa Perigi. Hal itu
sebuah citra keterbelakangan dan terlihat dalam dialog antara Sri
kebodohan atau ketertinggalan. Rinjani dan Pak Kamil berikut ini.
Secara kultural dan sekaligus dalam “Apakah ibu ragu bahwa aku sudah
dewasa? Aku merasa sudah matang
pandangan dunia modern, Sri Rijani untuk apapun yang akan terjadi
dihadirkan sebagai tokoh perempuan pada diriku, Bu. Anak ibu sendiri”.
“Apakah melanjutkan kuliahmu
yang terbelakang, tidak terdidik, dan adalah jalan yang terbaik meski
tanpa ayahmu bersama kita, Nak ?”.
bukan dari kalngan keluarga atau “Mengapa ibu putus asa begitu?
lingkungan yang modern. Hal ini Banyak hal yang membuat kita
bertahan hidup. Percayalah, Bu.
terlihat dari kutipan berikut ini: Pasti ada keindahan di balik semua
yang terjadi ini. Tuhan menyayangi
“Aku sering duduk di atas bukit
kita. Lagipula ibu seorang
sambil memandang jauh ke timur.
perempuan yang mengajarkan aku
Membiarkan kambing-kambing liar
cara menghadapi luka. Aku ingin
mencari makan sendiri di ladang
menjadi seperti ibu”. (h.144)
menghampar. Masa kanakku pun
diperas berfikir tentang pulau yang
mekahirkanku”. (h. 45) Alasan yang dikemukakan tokoh
Sri Rinjani memperlihatkan cara dia
Representasi perempuan Sasak berpikir dan membangun masa
yang menonjol dalam novel ini depannya sebagai perempuan Sasak.
ditunjukkan melalui prinsip hidup Dia sendiri yang memilih jalan hidup
yang dimiliki oleh tokoh Sri Rinjani. yang menjadi pilihannya. Dia
Dia ingin menemukan masa depan mengambil suatu keputusan yang

184
Lia Sukmawati, Bani Sudardi, Dwi Susanto –Eksistensi Perempuan Sasak pada Novel “Sri Rinjani”
Karya Eva Nourma: Berdasarkan Perspektif Feminis

terbaik bagi dirinya. Akan tetapi, kesempatan dalam mengenal dunia


sebagai anak, sang tyokoh ini tetap baru. Melalui pengalamannya, sang
menanti persetujuan dari ibunya. tokoh pun mencapai satu titik
Sang ibu pun mengizinkan Sri Rinjani kesadaran bahwa laki-laki lah yang
untuk kembali ke Pancor. Hal ini menguasai dunia ini. Ia juga seakan
menunjukkan bahwa dalam diingatkan tidak boleh gegabah dalam
mengambil suatu keputusan yang bertindak. Untuk itu dirinya hadir
membawa jalan hidup seseorang sebagai perempuan yang memiliki
perempuan, pertimbangan dari pihak kuasa atas dirinya sendiri, akan
yang lian masih mengikutinya. Simbol eksistensi dirinya sendiri. Sri Rinjani
Ibu sebagai sosok yang harus juga menunjukkan eksistensinya
dipertimbangkan merupakan sebuah melalui kecerdasan intelektualnya,
simbol dari adat dan tradisi. Hal ini dengan menguasai beberapa
menunjukkan bahwa Sri Rinjani kecerdasan dalam mengelola
masih terikat dengan tatanan adat emosional dan kekuatan sosial, Sri
dan tradisi dalam melanjutkan Rinjani dapat mencapai keinginannya.
gagasan dan pikirannya. Perempuan Pilihan yang diambilnya adalah
tetap tidak berani melanggar adat pilihannya sendiri. Sri Rinjani secara
dan kebudayaan, yang merupakan total melepaskan dirinya dan
simbol dari “kepandaian dan menjadikan dirinya sang diri yang
konstruksi kehidupan” yang mandiri dan bebas dari segala bentuk
partiarkhis. Sebab, analogi nature dan keterikatan, menerima eksistensinya
culture tetap memainkan peran sebagai kesendirian yang mutlak. Sri
dalam konteks tersebut. Rinjani berusaha membebaskan
Tokoh Sri Rinjani ini berusaha dirinya dari keliyanan, seperti yang
membuat sebuah citra atau terlihat dalam kutipan di bawah ini.
konstruksi tentang perjuangan Selain itu ibu mengabarkan, pak
Kamil sudah memprsiapkan tanah
perempuan dan menghapus streotipe yang cukup luas. Siapa tahu kelak,
peremuan Sasak. Hal ini ditunjukkan aku berencana membangun tempat
pendidikan bagi anak-anak tidak
yang salah satunya dengan mampu di desa Perigi. (h.190)
keinginanya untuk tinggal di Pancor.
Baginya, tempat itu akan memberi

185
Haluan Sastra Budaya, Volume 1, No. 2 Desember 2017

Menjadi istri dari sahabat kanak untuk menerima, menunggu,


almarhum ayahnya yang sepatutnya bahkan bergantung.
lebih tepat menjadi ayahnya, Dari hal tersebut Beauvior
bukanlah tujuan akhir yang ingin mengungkapkan bahwa unsur
diperoleh Sri Rinjani dan ibunya. Sri ketergantungan perempuan tidak
Rinjani tetap berjalan meraih hanya bersumber dari mitos
tujuannya. Dengan menjadi istri dari masyarakat saja,namun terlalu
pak Kamil yang memberikannya jalan banyak faktor kehidupan di dalam
terbaik untuk masa depannya, sejarah yang tidak memungkinkan
kebaikan pak Kamil sebagai sahabat perempuan untuk mandiri. Tetapi
almarhum ayahnya sedikitpun tidak pandangan feminisme eksistensialis
berniat menyentuhnya, tetapi yang diterapkan dalam melihat
pernikahan mereka hanyalah sebagai eksistensi perempuan Sasak dalam
jalan keluar agar terhindar dari novel Sri Rinjani menghasilkan
prasangka buruk masyarakat. Sri simpulan bahwa Sri Rinjani lebih
Rinjani memperoleh kebebasan yang menyadari keberadaan dirinya
tidak terbatas. Ia menciptakan sendiri sebagai ‘Ada’ yang bertanggung
situasi yang hampir sama dengan jawab atas setiap keputusannya. Sri
laki-laki yang berkuasa. Pada Rinjani melakukan atau bahkan
biasanya perempuan hanya sebagai menginginkan sesuatu bukan karena
makhluk yang lemah lembut dan pengaruh dari luar dirinya. Sri Rinjani
lebih pantas hanya berada di dalam menyadari bahwa ia perlu menjadi
ruangan domestik dan secara tidak subjek dan menyadari dengan
langsung lebih banyak perempuan sungguh keadaannya dan cara yang
Sasak pun menginternalisasikan cara dapat dilakukannya untuk mengatasi
pandang asing bahwa laki-laki adalah keadaannya tersebut.
esensial dan perempuan tidak Dalam perkembangannya
esensial. Sejalan dengan konsep perempuan Sasak seperti Sri Rinjani
(Beauvior, 2016, h.504) yang yang merupakan salah satu
mengatakan perempuan telah perempuan yang ingin keluar dari
disosialisasikan sejak mereka kanak- keterpurukan kemiskinan, sehingga
ia menjadi pelaku startegi politik

186
Lia Sukmawati, Bani Sudardi, Dwi Susanto –Eksistensi Perempuan Sasak pada Novel “Sri Rinjani”
Karya Eva Nourma: Berdasarkan Perspektif Feminis

dengan memperlakukan dirinya sesuatu berdasarkan keputusan


sebagai subjek karena selama ini keputusannya sendiri.
telah terjadi kecacatan eksistensialis Perempuan sasak ialah
terhadap situasi perempuan Sasak di perempuan yang memiliki identitas
Lombok. Sri Rinjani yang kelahiran di Lombok. Dimana pada
mensyaratkan pernikahannya dengan awal mulanya perempuan sasak
jaminan masa depan yang baik, yaitu memiliki khas yang secara turun
yang mampu mengeluarkan ia dan temurun yaitu bertenun, di masa
keluarganya dari kemiskinan. lampau perempuan sasak masih
Hasil penelitian ini sangat erat dengan tradisi-tradisi
menunjukkan bahwa keberadaan seperti bertenun agar salah satunya
perempuan Sasak dalam novel Sri selain sebagai bentruk kreatifitas juga
Rinjani yang digambarkan melalui Sri menjadi pengakuan bahwa sudah
Rinjani tampil sebagai sosok pribadi dapat diakui sebagai perempuan
yang berpikiran terbuka, mandiri dan Sasak dan dipercayai sebagai seorang
bertanggung jawab terhadap dirinya. seninaq (istri). Sejalan dengan
la mampu mengatasi semua masalah perkembangan zaman beberapa
dengan berani walaupun harus tradisi tersebut bergeser secara
menerima kenyataan untuk menjadi perlahan. Tulisan ini menitikberatkan
istri kedua sahabat almarhum pada bentuk peran pendidikan
ayahnya yang sangat baik. Sebagai perempuan Sasak dan apakah
perempuan Sasak, Sri Rinjani dampak positif ketika perempuan
merefleksikan pribadi perempuan Sasak memperjuangkan pendidikan.
Sasak yang tangguh dan selalu Pendidikan merupakan tongkat
berusaha untuk keluar dari terbaik untuk menunjukkan diri
cengkraman ketidakadilan. Dengan bahwa ketercacatan eksistensialis
demikian, didapat persepsi baru perempuan berada jauh lebih baik
bahwa sosok perempuan Sasak dalam ketika perempuan di Lombok
novel ini tidak menduduki posisi memiliki ilmu dengan menyetarakan
subordinat, ia adalah pelaku pendidikan, sebagai perempuan
perbuatan. Dengan kata lain, ia Sasak tidak pula melepaskan peran
adalah subjek yang melakukan segala baik sebagai anak atau istri yang

187
Haluan Sastra Budaya, Volume 1, No. 2 Desember 2017

tentunya dengan ilmu tersebut ialah harus mengambil bagian dalam


tuntutan terkuat bahwa perempuan transformasi tersebut melalui
berpendidikan lebih cerdas dalam pendidikan. Hal ini yang dihadirkan
memposisikan diri. atau disuarakan melalui novel Sri
Rinjani tersebut. Sebab, melalui
Pengarang, Dunia Sosial, dan pendidikan tersebut, perempuan
Representasi Perempuan dalam Sri dapat mengubah nasib, kedudukan,
Rinjani (2011) karya Eva Nourma dan cara pandang hidupnya. Dengan
Pengarang, Eva Nourma, adalah demikian, perubahan sosial dalam
perempuan yang tergolong dalam masyarakat Sasak terwujud.
kelompok sosial perempuan terdidik Namun, dalam suara kelompok
dan moderat. Gagasan dan moderat ini, Eva Nourma tampaknya
pemikirannya juga terlihat dalam tidak memberikan gagasan mengenai
novelnya yang lain, Perempuan agama Islam dan kebiasaan
Tulang Rusuk Dua (2009), satu novel masyarakat Sasak, terutama
yang ditulis bersama Salman Faris. perempuan Sasak. Masyarakat Sasak,
Dalam menghadapi lingkungan terutama kelompok perempuan, tidak
sosialnya, Eva Nourma bersifat terlepas dari konstruksi keagamaan
akomodatif sekaligus memberikan dan tradisi setempat. Gagasan
“perlawanan” atau suara perubahan mengenai agama dan kebiasaan ini
dalam sebuah tradisi, terutama tampaknya dikomentari dengan
kedudukan perempuan dalam sangat hati-hati. Namun, secara
masyarakat Sasak. umum, gagasan ini dilihat secara
Melalui novelnya ini, Eva moderat ataupun mengikuti
Nourma pada dasarnya memberikan perkembang zaman. Reaktualisasi
sebuah tanggapan atas nasib nilai-nilai tardisi dan keagamaan
perempuan Sasak. Intinya, perlu dilakukan untuk menghadapi
perempuan Sasak diajak untuk konteks perubahan sosial pada
mengubah nasibnya melalui masanya.
pendidikan. Baginya, pendidikan Gambaran perempuan yang
menjadi jalan untuk perubahan sosial miskin, bodoh, dan terbelakang yang
atau transformasi sosial. Perempuan dihadirkan dalam teks novel Sri

188
Lia Sukmawati, Bani Sudardi, Dwi Susanto –Eksistensi Perempuan Sasak pada Novel “Sri Rinjani”
Karya Eva Nourma: Berdasarkan Perspektif Feminis

Rijani ini merupakan sebuah bentuk yang “memenjarakan” potensi dan


sindiran sekaligus ajakan untuk keberadaannya.
mengubahnya. Gagasan keagamaan
yang diungkapkan dalam teks SIMPULAN
tersebut adalah gagasan yang Teks novel ini merepresentasi-
moderat sekaligus tetap pada nilai- kan gagasan tentang keterbelakangan
nilai keislaman. Perempuan haruslah perempuan Sasak. Namun,
terdidik, maju, dan moderat dalam representasi ini pada hakikatnya
menghadapi perubahan sosial. merupakan sebuah ajakan untuk
Namun, perempuan harus tetap perubahan. Melalui teks ini, Eva
memegang konsep utama dalam Nourma beserta kelompoknya
agama Islam, yakni tetap menjadi mengajak perempuan Sasak untuk
makmum bagi laki-laki dalam mengubah nasibnya. Setelah nasib
hubungan keagamaan. dan kedudukannya berubah,
Gagasan yang moderat tentang perempuan Sasak dapat
peran perempuan Sasak yang berpartisipasi dalam perubahan
diekspresikan dalam teks Sri Rijani sosial di lingkungannya atau
oleh Eva Nourma ini merupakan mengubah struktur sosial yang ada.
sebuah tindakan sosial yang Dalam menghadapi gagasan itu,
dilakukan oleh kelompok moderat perempuan Sasak, menurut Eva
terdidik yang diwakili oleh Eva Nourma, harus tetap pada prinsipnya,
Nourma. Perempuan, bagi kelompok yakni tetap menjalankan tradisi dan
ini, harus ikut ambil bagian dalam praktik-praktik keagamaan, yakni
transformasi sosial. Sebelum Islam. Dia tetap menjadi makmun
mengambil bagian, perempuan harus bagi laki-laki. Namun, nilai-nilai
dibekali dengan kekuatan untuk bisa keagamaan itu dikontekstualisasikan
masuk ke dalam arena itu. Kekuatan ke dalam persoalan kekinian,
itu adalah pendidikan. Melalui terutama masalah pemberdayaan
pendidikan, perempuan dapat perempuan. Perempuan Sasak
mengubah nasib dirinya dan berada dalam perubahan zaman.
berperan dalam mengubah Salah satu alat atau cara yang paling
lingkungan sosial atau struktur sosial

189
Haluan Sastra Budaya, Volume 1, No. 2 Desember 2017

efektif dalam menghadapi hal itu Ratna, N.K. (2007). Teori, Metode, dan
Teknik Penelitian Sastra.
adalah melalui pendidikan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rosemarie, T. (2006). Feminist
Thought : A Comprehensive
DAFTAR PUSTAKA
Introduction. USA : Westview
Beauvior de, S. (2016). Second Sex Press
Kehidupan Perempuan. (Cet. 1). Susanto, D. (2016). Pengantar Kajian
Yogyakarta: Narasi-Pustaka Sastra. Yogyakarta : CAPS
Promethea Thornham, S. (2010). Teori Feminisme
Goldmann, L. (1977). Toward A dan Cultural Studies.
Sociology of the Novel. London: (penerjemah: Asma Bey
Routledge & Kegan Paul. Mahyuddin). Yogyakarta:
Lathief, S.I. (2008). Sastra: Jalasutra.
Eksistensialisme Mistisisme Wibowo, A. (2008). “Simon De
Religius. Lamongan: Pustaka Beauvior: Feminisme
Ilalang. Eksistensialis”.
Nurgiyantoro, B. (2000). Teori http://staff.blog.ui.ac.id/arif51/
Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: 2008/07/28/simon-de-
Gadjah Mada University Press. beauvoir-feminisme-
Nourma, E. (2011). Sri Rinjani. Pancor eksistensialis/. diunduh pada
Selong Lombok Timur: STKIP tanggal 12 Mei 2011.
Hamzanwadi Press

190

Anda mungkin juga menyukai