Anda di halaman 1dari 27

Kelompok 3

Fraud Triangle
Case Analysis : Manipulasi
Laporan Keuangan PT Kereta
Api Indonesia
Anggota Kelompok 3

01 02 03 04
Dea Herdianti Adyatma Prawara Adiva Putri Aufa Syifa Meuthia
Izdihar
201870074 201870132 201870170
201870134
Table of Contents

1. Profil Pihak – Pihak Terkait


2. Kasus dan Permasalahan
3. Ringkasan Teori
4. Analisa Keterkaitan Teori Terhadap Kasus
5. Sudut Pandang Pihak – Pihak Terkait
01.
Profil Pihak – Pihak
Terkait
PT. KERETA API INDONESIA (KAI)

PT Kereta Api Indonesia (Persero) (KAI / PT KAI) merupakan Badan


Usaha Milik Negara Indonesia yang menyelenggarakan jasa angkutan
kereta api. Layanan PT KAI meliputi angkutan penumpang dan
barang. Pada akhir Maret 2007, DPR mengesahkan revisi Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 1992, yaitu Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2007, yang menegaskan bahwa investor swasta maupun
pemerintah daerah diberi kesempatan untuk mengelola jasa angkutan
kereta api di Indonesia. Dengan demikian, pemberlakuan undang-
undang tersebut secara hukum mengakhiri monopoli PT KAI dalam
mengoperasikan kereta api di Indonesia.
Dr. Hekinus Manao
Bapak Hekinus yang lahir di Bawomataluo, Nias Selatan pada tanggal 14 Juli 1956
ini setelah menyelesaikan jenjang SMA kemudian sejak bulan Maret 1984
melanjutkan studinya di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), Jakarta
dengan mengambil program Diploma IV Bidang Akuntansi. Setelah itu dia
lantas menempuh studi lanjutan di Fakultas Ekonomi Ekstensi, Universitas
Indonesia (1981-1986).

Beliau juga melanjutkan pendidikan dengan mengambil Master of Accountancy,


Case Western Reserve University, Cleveland, Ohio USA (Fall 1990). Untuk
pendidikan doktornya, Hekinus mengambil di ilmu bidang studi Business
Administration (Major: Accounting; Minor: Finance & Information Sistems)
Cleveland State University, Ohio USA pada tahun 1995.
Kantor Akuntan Publik S. Manan

Kantor Akuntan Publik (KAP) S. Mannan & Rekan,


didirikan pada tahun 1987 oleh Salam Mannan. Pada waktu
itu ia adalah praktisi tunggal (single practitioner) dan
kantornya diberi nama KAP Salam Mannan, Seiring
dengan perkembangan usaha dan komitmen untuk
memberikan jasa terbaik bagi kliennya, kantor ini telah
melakukan pengembangan organisasi dan penambahan
partner serta perubahan nama hingga menjadi S. Mannan,
Ardiansyah & Rekan.
02.
Kasus dan Permasalahan
Kasus Manipulasi Laporan Keuangan PT KAI

Audit terhadap laporan keuangan PT KAI


PT. KAI tercatat meraih keutungan untuk tahun 2003 kebelakang dilakukan
sebesar Rp, 6,9 Miliar yang jika diteliti oleh Badan Pemeriksan Keuangan (BPK),
lebih lanjut, seharusnya menderita sedangkan untuk tahun 2004 diaudit oleh
kerugian sebesar Rp. 63 Miliar. BPK dan Kantor Akuntan Publik S. Manan.
02

2006 01 Komisaris PT KAI Hekinus Manao 03


menolak menyetujui laporan
keuangan PT KAI tahun 2005 yang
telah diaudit oleh akuntan publik
Kasus Manipulasi Laporan Keuangan PT KAI

Hasil audit diteliti dengan


seksama dan ditemukan
adanya 4 kejanggalan dari
laporan keuangan PT KAI
tahun 2005.

05

04 06

Jika akuntan publik yang telah mengaudit


Komite audit (komisaris) PT laporan keuangan PT KAI tahun 2005 terbukti
KAI baru bisa dibuka akses bersalah oleh Badan Peradilan Profesi
terhadap laporan keuangan Akuntan Publik, maka akan diberi sanksi
setelah diaudit akuntan publik. teguran atau pencabutan izin praktek.
01 03
Bantuan pemerintah yang belum ditentukan
Pajak pihak ketiga sudah tiga tahun statusnya dengan modal total nilai kumulatif
tidak pernah ditagih, tetapi dalam sebesar Rp 674,5 Miliar dan penyertaan modal
laporan keuangan itu dimasukkan negara sebesar Rp 70 Miliar oleh manajemen PT
sebagai pendapatan PT KAI selama KAI disajikan dalam neraca per 31 Desember 2005
tahun 2005. sebagai bagian dari hutang. Kejanggalan
dari laporan
Manajemen PT KAI tidak melakukan pencadangan
Penurunan nilai persediaan suku cadang dan
perlengkapan sebesar Rp 24 Miliar yang kerugian terhadap kemungkinan tidak tertagihnya keuangan PT
diketahui pada saat dilakukan inventarisasi kewajiban pajak yang seharusnya telah dibebankan
tahun 2002 diakui manajemen PT KAI kepada pelanggan pada saat jasa angkutannya
diberikan PT KAI tahun 1998 sampai 2003.
KAI tahun
sebagai kerugian secara bertahap selama lima
tahun.
2005

02 04
03.
Ringkasan Teori
ETHICS & GOVERNANCE SCANDALS
Sebuah kelompok aktivis yang dikenal dengan
environmentalists membuat publik peka terhadap
praktik buruk. Tujuan mereka adalah untuk
menekankan dewan direksi, eksekutif, dan
manajer menyadari bahwa praktik lingkungan
yang buruk tidak hanya merusak lingkungan, tapi
juga merusak reputasi individual dan perusahaan
terlibat, dan pada akhirnya profitabilitas.
Perkembangan Awal Era Modern–Tahun 1990
sebelum Tahun 1970 sampai Sekarang
1970 - 1990

Hingga 29 Oktober 1929, ekonomi Sebagai respon dari activist


di seluruh dunia masih “Roaring stakeholder, perusahaan
Twenties” yaitu suatu periode membentuk program tata kelola
dimana profitabilitas tinggi, full yang dicurahkan ke: Menggalakkan
employment, pasar perumahan dan melindungi whistle-blower,
yang membooming, dan optimisme Meningkatkan kesehatan dan
tak terbatas keamanan, Mengurangi conflict of
interest
Tanda-tanda Keruntuhan Etik
Dalam bukunya The Seven of Ethical Collapse: How to Spot Moral Meltdown in Companies,
Marianne Jennings menguraikan tujuh penyebab masalah etik dalam organisasi:
1. Tekanan untuk memenuhi tujuan, khususnya finansial, pada biaya apapun.
2. Budaya yang tidak terbuka, jujur, dan berdiskusi.
3. Seorang CEO yang dikelilingi oleh orang-orang yang setuju dan memuji CEO, membuat CEO memiliki
reputasi melebihi criticism-nya.
4. Dewan yang lemah dan tidak menggunakan tanggungjawab fiduciary-nya dengan tekun.
5. Organisasi yang mempromosikan orang-orang berdasarkan nepotisme dan favoritisme.
6. Kesombongan. Perasaan sombong bahwa peraturan hanya untuk orang lain, bukan untuk kita.
7. Kecacatan sikap biaya/manfaat yang mengarahkan kepada perilaku etik yang buruk di suatu are
dapat diimbangi dengan perilaku etik yang baik di area lain.
Etika dan Tata Kelola: Tren

Pertimbangan dan karakter moral eksekutif, pemilik,


dewan direksi, dan auditor tidak cukup bagi diri
mereka sendiri untuk mencegah skandal korporsi,
etika, dan tata kelola. Pemerintah dan regulator
diminta untuk memperketat pedoman dan regulasi
pemerintah untuk menjamin perlindungan publik.
Fraud Triangle

Menurut SAS No.99 terdapat tiga kondisi yang umum


terjadi pada faktor opportunity (kesempatan) ini. Ketiga
kondisi tersebut adalah nature of industry, ineffective
monitoring dan organizational structure.

Menurut SAS No.99 terdapat dua


kondisi yang umum terjadi pada
Menurut SAS No. 99, terdapat empat opportunity rasionalisasi, yakni pergantian
kondisi yang umum terjadi pada tekanan auditor (auditor switch) dan opini
yang mengakibatkan kecurangan. Kondisi audit.
tersebut adalah financial stability, external
perssure, personal financial need dan
financial targets.

pressure rationalization
04.
Analisa Keterkaitan Teori Terhadap Kasus
Pressure

Timbulnya External Pressure dan Financial Targets menjadi pendorong bagi


manajemen untuk melakukan manipulasi terhadap laporan keuangan
perusahaan agar terlihat bahwa manajemen telah berhasil mencapai target
dan berhasil mengatur perusahaan. Perusahaan pasti menetapkan besaran
tingkat laba yang harus diperoleh atas usaha yang dikeluarkan.
Opportunity

Dalam kasus ini pihak manajemen mempunyai lebih banyak informasi


mengenai perusahaan secara keseluruhan, sehingga manajemen lebih
mempunyai kesempatan dalam memanipulasi laporan keuangan yang
disajikan.

Pada tahun 2003 PT KAI hanya di audit oleh BPK (Badan Pemeriksa
Keuangan), lalu kemudian pada tahun 2004 PT KAI di Audit oleh BPK dan
Kantor Akuntan Publik S. Manan, selanjutnya pada tahun 2005 berbeda dari
tahun-tahun sebelumnya PT KAI hanya di audit oleh Kantor Akuntan publik
S. Manan tanpa melibatkan BPK.
Rationalization

Penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengkapan sebesar Rp 24


Milyar yang diketahui pada saat dilakukan inventarisasi tahun 2002 diakui
manajemen PT KAI sebagai kerugian secara bertahap selama lima tahun.

Bantuan pemerintah yang belum ditentukan statusnya dengan modal total nilai
komulatif sebesar Rp 674,5 Miliar dan penyertaan modal Negara sebesar Rp
70 Miliar oleh manajemen PT KAI disajikan dalam neraca per 31 Desember
2005 sebagai bagian dari hutang

PT Kereta Api Indonesia mencatat pajak pihak ketiga sebagai pendapatan.


Berdasarkan standar akuntansi keuangan tidak dapat dikelompokkan dalam
bentuk pendapatan.
Berikut prinsip dasar etika yang berkaitan dengan
kasus PT KAI
Tanggung Jawab
Profesi Kepentingan Publik
Integritas
Seorang akuntan harus Akuntan harus bekerja demi Akuntan harus bekerja dengan
bertanggung jawab secara kepentingan publik atau mereka yang profesionalisme yang tinggi.
professional terhadap semua berhubungan dengan perusahaan
kegiatan yang dilakukannya. seperti kreditur, investor, dan lain-
lain.

Objektifitas Standar Teknis


Akuntan harus bertindak Perilaku Profesional
Akuntan sebagai seorang profesional
Akuntan dalam menjalankan
obyektif dan bersikap tugas profesionalnya harus
dituntut untuk berperilaku konsisten selaras
independen atau tidak memihak mengacu dan mematuhi standar
dengan reputasi profesi yang baik dan
siapapun. teknis dan standar profesional
menjauhi tindakan yang dapat
yang relevan.
mendiskreditkan profesinya.
05.
Sudut Pandang
Teori Etika
Utilitarianisme Konsekuensialisme
Suatu teori yang menyatakan bahwa suatu Suatu teori yang berfokus kepada
tindakan yang patut adalah yang konsekuensi atas tindakan tertentu.
memaksimalkan kebahagiaan dan Konsekuensi diyakini menjadi dasar untuk
mengurangi penderitaan setiap pertimbangan moral valid tentang
tindakan

Teleologi Deontologi
Suatu teori yang menerangkan segala Suatu teori yang menilai moralitas suatu
sesuatu dan kejadian menuju pada tujuan tindakan berdasarkan kepatuhan pada
tertentu peraturan
Komisaris PT KAI bertindak sebagai
pemangku kepentingan yang memikirkan
nasib para investor dan calon investor
Sudut PandangUtilitarianisme serta kepercayaan publik terhadap
perusahaan.
Komisaris

Manajemen PT KAI melakukan


Sudut Pandang manipulasi dengan memiliki
tujuan agar kinerjanya terlihat
Teleologi
baik dikarenakan perusahaan
Manajamen mendapatkan keuntungan.
Sudut
Pandang
Publik
Utilitarianisme Deontologi
Manipulasi laporan keuangan yang Manajemen tidak menjalankan
dilakukan oleh manajemen kewajibannya sesuai dengan etika-
menimbulkan kesalahan dalam etika yang berlaku dan berusaha
mengambil keputusan sehingga untuk menutupi kerugian dengan
dapat merugikan banyak pihak melakukan earnings management
khususnya investor. yang tidak sesuai dengan Standar
Akuntansi yang ditetapkan
Sudut
Pandang
KAP
Deontologi

KAP S. Manao tidak bertanggung


jawab dalam menjalankan
kewajibannya serta tidak
menunjukkan dan menyatakan
adanya kesalahan material pada
laporan keuangan PT KAI.
Thank You :)

Anda mungkin juga menyukai