Thaharah menurut bahasa artinya kebersihan. Sedangkan menurut ahli
fiqih artinya mencuci anggota tubuh dengan mengangkat hadats dan menghilangkan najis. Thaharah adalah sarana seorang muslim untuk mensucikan diri sebelum beribadah. Thaharah dibagi menjadi dua, yaitu Thaharah Hakiki dan Thaharah Hukmi. Thaharah Hakiki adalah hal-hal yang berkaitan dengan kebersihan badan, pakaian, dan tempat shalat dari najis. Sedangkan Thaharah Hukmi adalah sucinya kita dari hadats kecil maupun hadats besar (kondisi janabah). Adapun alat-alat yang digunakan untuk Thaharah, diantaranya adalah air mutlak (air yang bersumber dari dalam bumi atau secara alami turun dari langit), debu yang murni (tidak ada campuran), alat menyamak (alat yang khusus digunakan untuk menyucikan kulit bangkai binatang agar secara lahir kulit tersebut suci. Dalam artian tidak berstatus najis ketika disentuh), dan batu istinja. Tujuan dari dilakukannya Thaharah adalah untuk berwudhu, mandi, tayamum, dan menghilangkan najis. Perhatian islam pada Thaharah diantaranya adalah islam adalam agama kebersihan, islam memperhatikan pencegahan penyakit, dipuji Allah SWT, kesucian adalah syarat ibadah, dan kesucian itu sebagian dari iman. Selanjutnya adalah Wudlu. Secara bahasa, Wudhu artinya bersih. Sedangkan menurut istilah Wudlu artinya membasuh anggota badan tertentu dengan air menurut syarat dan rukun tertentu. Dasar dari disyari’atkannya Wudlu adalah pada firman Allah dalam surah Al-Maidah ayat 6, sabda Rasulullah, dan juga ijma. Rukun Wudlu ada 6, yaitu niat, membasuh muka, membasuh kedua tangan sampai kedua siku, mengusap kepala, membasuh kedua kaki sampai dengan kedua mata kaki, dan tertib (berurutan). Sedangkan syarat-syarat Wudlu yaitu islam, tamyiz, suci dari haid dan nifas, bersih dari hal-hal yang menghalangi air sampai kepala kulit, tidak terdapat sesuatu yang dapat mengubah (kemutlakan) air pada anggota Wudlu, seperti za’faran, mengerti akan sifat kefardhuan Wudlu, tidak meyakini atau menganggap sunnah hal- hal yang bersifat fardhu, sudah masuk waktu (shalat), berturut-turut Wudlu bagi orang yang selalu mengalami hadats, dan air yang mensucikan. Beberapa sunnah dalam Wudlu antara lain membaca basmalah, bersiwak (membersihkan gigi dan mulut), membasuh kedua telapak tangan tiga kali di awal Wudlu sebelum membasuh wajah, memasukkan air ke dalam sela-sela jari kedua tangan dan kaki, mendahulukan anggota tubuh yang kanan, membasuh anggota Wudlu masing-masing tiga kali, mengusap kepala sekali dengan memulai dari bagian depan sampai ke belakang kemudian kembali lagi ke bagian depan, lalu mengusap kedua telinga dengan memasukkan jari telunjuk ke dalam lubang telinga dan mengusap bagian luar telinga dengan ibu jari, muwallat antar anggota, menjaga supaya percikan air itu tidak terkena anggota Wudlu dan jangan sampai kembali ke badan, terakhir membaca do’a setelah selesai Wudlu sambil menghadap ke arah kiblat. Hal-hal yang membatalkan Wudlu adalah keluarnya sesuatu dari qubul dan dubur, hilangnya akal, bersentuhan antara laki-laki dan perempuan yang sama-sama sudah dewasa, dan memegang atau menyentuh kemaluan dengan telapak tangan. Selanjutnya adalah Tayamum. Tayamum secara bahasa artinya bermaksud. Sedangkan menurut syar’I adalah bermaksud kepada tanah atau penggunaan tanah untuk bersuci dari hadats kecil maupun besar. Tayamum diperbolehkan jika tidak adanya air, sakit, suhu sangat dingin, air tidak terjangkau, dan air tidak cukup. Tanah yang bisa dipakai Tayamum yaitu tanah yang menjadi permukaan bumi, baik tanah atau sejenisnya. Rukun Tayamum antara lain adalah niat, mengusap muka dengan tanah, mengusap kedua tangan sampai siku dengan tanah, dan berurutan. Sunnah Tayamum adalah membaca basmalah seperti hendak berwudlu, meniup tanah atau debu di kedua telapak tangan agar tanah itu menjadi tipis, membaca do’a setelah Tayamum seperti setelah berwudlu, mendahulukan anggota tubuh yang kanan dari yang kiri, dan menggosok sela-sela jari setelah menyapu tangan. Hal-hal yang membatalkan Tayamum adalah sama seperti hal-hal yang membatalkan Wudlu, mendapat air bagi orang yang bertayamum, dan dapat menggunakan air. Terakhir adalah Mandi Janabah. Secara bahasa, Mandi adalah menuangkan air ke seluruh tubuh. Sedangkan secara istilah berarti memakai air yang suci pada seluruh badan dengan tata cara tertentu dengan syarat dan rukunnya. Kata Janabah dalam bahasa arab artinya adalah bermakna jauh dan lawan dari dekat. Hal-hal yang mewajibkan Mandi Janabah adalah keluarnya mani, jima’, meninggal, haid, nifas dan melahirkan. Fardhu Mandi Janabah adalah niat, menghilangkan najis yang ada pada badan, mengalirkan air ke seluruh rambut dan kulit badan, dan sunnah Mandi Janabah. Adapun Sunnah Mandi Janabah antara lain adalah membaca basmalah, Wudlu sebelum Mandi Junub, mengusapkan tangan pada badan, muwalat, dan mendahulukan anggota badan yang kanan. Cara Mandi Janabah adalah berwudlu sebelum mandi, membaca basmalah pada permulaan mandi, dan niat bersamaan dengan mengalirkan air ke badan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Mandi Janabah adalah mendahulukan anggota kanan dan tidak perlu berwudlu setelah mandi Mandi Sunnah diantaranya adalah mandi untuk Jum’at, mandi dua hari raya, mandi shalat istiqa, mandi shalat gerhana bulan, mandi shalat gerhana matahari, mandi setelah memandikan mayit, dan lain-lain. Perbedaan antara Najis dan Hadas yaitu Najis adalah benda yang kotor yang mencegah sahnya mengerjakan suatu ibadah yang dituntut harus dalam keadaan suci. Sedangkan Hadas adalah suatu keadaan tidak suci bagi seseorang sehingga menjadikannya tidak sah dalam melakukan ibadah.