Disusun Oleh
2019310219
INA 19
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awal 2020, dunia dikejutkan dengan mewabahnya pneumonia baru. Wabah
ini bernama Coronavirus Disease (COVID-19) yang disebabkan oleh virus Severe
kali di Wuhan, Provinsi Hubei, China. Virus ini dapat ditularkan dari manusia ke
manusia dan telah menyebar secara luas di China dan lebih dari 190 negara dan teritori
CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Virus Corona bisa
menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat,
hingga kematian. Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyerupai
gejala flu, yaitu demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala.
Setelah itu, gejala dapat hilang dan sembuh atau malah memberat. Penderita dengan
gejala yang berat bisa mengalami demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah,
sesak napas, dan nyeri dada. Gejala-gejala tersebut muncul ketika tubuh bereaksi
berjumlah 1.528 kasus dan 136 kasus kematian. 10 Tingkat mortalitas COVID-19 di
Indonesia sebesar 8,9%, angka ini merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara. Dengan
angka kasus yang begitu tinggi, pada 15 Maret 2020, Indonesia menerapkan WFH atau
work from home yang dimana semua aktivitas yang sebelumnya dilakukan di luar
dikerjakan di rumah, ini sebagai upaya untuk mencegah penyebaran dari virus corona.
1
Hampir seluruh sektor mengalami dampak dari pandemi COVID-19 ini, tidak
terkecuali dari bidang pendidikan. Bagaimana semua proses dan kegiatan pendidikan
yang semua dilakukan di sekolah kini dilakukan di rumah. Para guru dan siswa
(Dalam Jaringan) ada beberapa aspek yang menghambat hal tersebut, misalnya seperti
masalah jaringan, untuk beberapa siswa yang tinggal di daerah mereka sulit sekali
pembelajaran. Selain di sekolah biasa, sekolah luar biasa pun juga mengalami dampak
yang sama dan tingkat pengaruh dari pandemi ini pun juga begitu tinggi. Karena dari
dengan para murid, dengan adanya pandemi ini benar-benar menghambat mereka
dalam proses pembelajarannya sehingga hasilnya pun tidak bisa maksimal. Maka dari
itu, pada paper kali ini saya akan membahas tentang proses pembelajaran yang
B. Identifikasi Masalah
C. Tujuan
Sekolah Luar Biasa serta info umum terkait Sekolah Luar Biasa yang tidak
2
D. Metode Dan Teknik Penulisan
Metode dan teknik penulisan dalam penyusunan makalah ini adalah dengan
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Topik Wawancara
COVID-19
C. Narasumber
Agama : Islam
Alamat : BTN ADS, Jl. Serikaya 2, Kel. Caile, Kec. Ujung Bulu
disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Ada juga guru yang kadang melakukan
kunjungan ke rumah siswa dalam proses pembelajarannya. Lalu setiap minggu dan
4
proses pembelajaran biasa, sebelum pandemi, siswa ditemani oleh orangtuanya atau
juga tinggal di asrama (ini untuk siswa yang mengalami kewalahan dalam hal
biaya).
atas 5 jurusan yaitu tunagrahita, tunanetra, tunarungu, tunadaksa, dan autis. SLB
terdiri atas 3 jenjang yaitu SD, SMP, dan SMA disetiap satu kepala sekolah per
UPTnya.
3. Bagaimana dengan siswa yang tinggal jauh dari sekolah, bagaimana interaksi
Para orangtua mengantar siswa ke sekolah, ada yang ditunggu sampai selesai,
siswa yang sudah dewasa biasanya hanya diantar sampai di sekolah, tapi siswa yang
masih baru biasanya masih ditemani dan tempat para orangtua/wali berada di
tempat khusus pengunjung. Ada juga siswa yang tinggal di asrama, tapi jumlahnya
hanya beberapa orang karena sekolah mengalami masalah di biaya, ini disebabkan
karena beberapa orangtua siswa hanya menyerahkan anaknya kepada pihak sekolah
saja tanpa memberikan bantuan sehingga pihak sekolah kewalahan dibagian biaya,
jadi hanya ada beberapa siswa yang ditampung oleh pihak sekolah.
Dalam satu ruangan dibagi menadi 4, 4 kelas satu ruangan dengan masing
masing gurunya. Karena tidak cukup dan memang tidak efisien akan tetapi
5
5. Apakah pemetakannya itu disesuaikan dengan jurusannya?
Iya. Tapi khusus untuk jurusan tunanetra yang hanya terdiri dari satu kelas
maka kelas tersebut digabungkan dengan jurusan lain, yang sekiranya bisa
bergabung sepeti tunarungu. Tapi untuk jurusan autis tidak bisa, karena disebabkan
oleh halangan dari siswa karena siswa akan saling mengganggu jadi akan
Penyekatan kelas ini sudah berlaku dari dulu bukan hanya karena adanya
pandemi COVID-19, juga bukan dari aturan pemerintah. Akan tetapi pihak sekolah
yang sengaja mengkondisikan dengan apa yang ada dilapngan, bahwa siswa harus
dipisah-pisah karena kebutuhan anak-anak berbeda dari satu jenjang ke jenjang lain.
Misalnya kelas 1 sudah ada 5 jurusan dan 1 anak sudah ada 5 kelas. Naik kelas 2,
ada 5 kelas lagi, begitu seterusnya jadi membutuhkan banyak sekali ruang kelas
belum lagi dengan tingkatan SMP-SMA nya. Jadi kita menerapkan hal ini, kecuali
kebutuhan anak, pihak sekolah tidak bisa terlalu mematok bahwa harus mengikuti
dengan kata lain ada perubahan kurikulum. Tapi tetap ada kurikulum, untuk
sekarang ini ada perubahan kurikulum dari 2013 biasa ke kurikulum COVID-19.
budaya dan keterampilan) hanya 2 jam, tapi di sini, SD ada 14 jam perminggu.
6
akademik 40%. Jadi kita tidak terlalu menuntut akademik, yang dituntut adalah
bagaimana siswa bisa mandiri dan tidak menyusahkan orang di sekitar. Pelajaran
yang lain durasinya 2 jam. Kecuali kalau SD bisa sampe 4 jam, seperti mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam 4 jam, IPA 2 jam, yang paling banyak itu adalah
pelajaran prakaryanya.
8. Terkait jam atau jadwal pelajaran, biasanya ada guru yang menggunakan
waktu belajar keluar dari jadwal sebelumnya, apakah hal tersebut juga
Pengaturan waktunya disesuaikan dengan peserta didik. biasanya jam 8 - 10, kalau
Pandemi COVID-19 ini berdampak sekali kepada anak sekolah luar biasa,
siswa biasa saja mengalami dampak apalagi anak slb. Karena dalam proses
pembelajarannya siswa dan guru harus pendekatan atau kontak langsung. Dari
pihak siswa, ada banyak. Masalah jaringan, masalah data internet, siswa juga
kadang merasa bosan dengan proses pembelajaran yang sama-sama saja, kalau
siswa normal tidak terlalu akan tetapi anak berkebutuhan khusus akan begitu terasa
diberikan pembelajaran tergantung minat mereka, jadi kita tidak bisa memaksakan
siswa.
hanya dari aplikasi Whatsapp saja, sementara aplikasi yang digunakan untuk
pembelajaran ada banyak tapi keterbatasan guru di situ, hal ini hanya terjadi pada
7
beberapa guru, umumnya guru yang sudah berumur sehingga sedikit kesulitan
10. Apakah proses pembelajaran daring, misalnya aplikasi whatsapp masih tetap
Iya. Siswa tetap didampingi karena kalau tidak, proses pembelajaran tidak
akan berjalan maksimal kenapa karena anak berkebutuhan khusus susah untuk
belajar sendiri, misalnya dia disuruh untuk belajar di situ akan tetapi dia tidak bisa
tinggal dan belajar di situ, berbeda dengan anak normal. Jadi anak luar biasa harus
Ada orangtua yang mengantar anaknya ke sekolah, ada juga yang sudah
mereka ditempatkan di tempat khusus pengunjung. Murid baru yang seperti itu, tapi
juga disebabkan karena rasa percaya diri mereka yang menigkat karena bertemu
dengan teman yang bernasib sama dengannya, beda dengan di sekolah biasa. Di sini
kita menerima semua kekurangan itu dan menggali potensi-potensi yang ada pada
mereka. Kadang kita liat secara fisik ada kekurangan tapi mungkin ada kelebihan
12. Selama bapak menjadi guru di sini, apakah bapak pernah melihat kelebihan
Banyak. Siswa di sini bahkan sudah sampai di tingkat nasional. Jenis lomba
yang biasa mereka ikuti itu seperti lomba tari yang diikuti oleh siswa tunadaksa, dia
mengikuti ajang seni tari dan keterampilan dari barang bekas. Ada dari siswa
8
sekolah luar biasa dari Makassar, yang mengikuti lomba hingga ke tingkatan
internasional yaitu sampai ke Yunani. Siswa tersebut ikut pertandingan lari. Kita
juga punya kegiatan olahraga khusus untuk anak luar biasa. Siswa tunarungu
berprestasi di bulutangkis.
Kalau normal secara fisik ada tapi tidak dengan intelektualnya, dia masuk ke
dalam jurusan tunagrahita. Pada tahun-tahun sebelumnya ada beberapa orang yang
diterima karena orangtuanya tidak mampu, tapi sekarang hal seperti itu tidak
dibenarkan lagi. Dari keadaan IQnya memang rendah, tapi secara fisik ia terlihat
normal seperti anak biasanya. Anak tersebut masuk ke jurusan tunagrahita ringan.
Keadaan tenaga pendidik yang banyak adalah honor dan bukan dari jurusan
Pendidikan Luar Biasa, tenaga pendidik tersebut datang dari program studi yang
bermacam-macam, dan ada juga yang merupakan lulusan dari STKIP (sekarang
Tidak ada, akan tetapi mereka diajar secara otodidak dan mulai terbiasa.
Diajarkan mulai dari bahasa isyarat lalu yang paling penting adalah psikologi,
karena psikologi anak biasa beda dengan anak berkebutuhan khusus. Karena
biasanya ada orang yang mudah merasa jijik berarti ia tidak bisa mengajar di
sekolah luar biasa. Kenapa tidak cocok, karena perlakuan anak luar biasa di sini
sedikit melewati batas dan mereka lebih takut kepada guru kelasnya saja, sedangkan
guru lain dianggap orang lain. Seperti misalnya siswa dengan autis yang biasa
melempari barang kepada orang lain, akan tetapi hal itu tergantung dari siswanya
juga.
9
16. Bagaimana jam pelajaran siswa?
Waktu masuk sekolah, umumnya pukul 7.30 sudah ada di kelas sampai pukul
12.00. Sedangkan untuk kelas I, II, III jam pelajarannya sampai pukul 10. Untuk
17. Bagaimana dengan asramanya pak, apakah ada guru lain yang juga ikut
menginap?
Hanya ibu asrama yang tinggal. Jumlah guru yang mengajar sekitar 50 orang
karena ada juga dari guru luar yang mengambil jam belajar di sini. Yang kebetulan
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
berkebutuhan khusus memiliki kegiatan belajar dimana siswa dan guru harus
siswa berkebutuhan khusus juga cepat merasa bosan dalam proses pembelajarannya
jadi dalam proses pembelajaran, para guru kembali lagi pada siswa terkait pembelajaran
Selain dari pihak siswa yang mengalami kendala, dari pihak gurupun mengalami
hal yang sama. Seperti kegiatan pembelajaran yang mereka lakukan dimana aplikasi
yang digunakan terbatas dan kegiatan kunjungan ke rumah siswa yang menjadi kendala
mereka. Tentu membutuhkan waktu, tenaga, serta biaya ekstra dalam melakukan hal
tersebut.
11
DAFTAR PUSTAKA
Susilo, Adityo (dkk). (2020). Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal
Penyakit Dalam Indonesia, Volume 7 (No. 1). Halaman 45-46.
12
DOKUMENTASI
13
14
15
16