Anda di halaman 1dari 17

HASIL WAWANCARA SEKOLAH LUAR BIASA

“PROSES PEMBELAJARAN DARING SELAMA MASA PANDEMI COVID-19”

diajukan untuk memenuhi Tugas Project Individu dan Final dari


mata kuliah Profesi Keguruan

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH

Dr. A. Yurni Ulfa, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh

DINI INAYAH ZANDRA

2019310219

INA 19

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BULUKUMBA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada awal 2020, dunia dikejutkan dengan mewabahnya pneumonia baru. Wabah

ini bernama Coronavirus Disease (COVID-19) yang disebabkan oleh virus Severe

Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dan ditemukan pertama

kali di Wuhan, Provinsi Hubei, China. Virus ini dapat ditularkan dari manusia ke

manusia dan telah menyebar secara luas di China dan lebih dari 190 negara dan teritori

lainnya. Pada 12 Maret 2020, WHO mengumumkan COVID-19 sebagai pandemik.

Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-

CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Virus Corona bisa

menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat,

hingga kematian. Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyerupai

gejala flu, yaitu demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala.

Setelah itu, gejala dapat hilang dan sembuh atau malah memberat. Penderita dengan

gejala yang berat bisa mengalami demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah,

sesak napas, dan nyeri dada. Gejala-gejala tersebut muncul ketika tubuh bereaksi

melawan virus Corona.

Di Indonesia sendiri, COVID-19 pertama dilaporkan pada tanggal 2 Maret 2020

sebanyak 2 kasus. Data 31 Maret 2020 menunjukkan kasus yang terkonfirmasi

berjumlah 1.528 kasus dan 136 kasus kematian. 10 Tingkat mortalitas COVID-19 di

Indonesia sebesar 8,9%, angka ini merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara. Dengan

angka kasus yang begitu tinggi, pada 15 Maret 2020, Indonesia menerapkan WFH atau

work from home yang dimana semua aktivitas yang sebelumnya dilakukan di luar

dikerjakan di rumah, ini sebagai upaya untuk mencegah penyebaran dari virus corona.

1
Hampir seluruh sektor mengalami dampak dari pandemi COVID-19 ini, tidak

terkecuali dari bidang pendidikan. Bagaimana semua proses dan kegiatan pendidikan

yang semua dilakukan di sekolah kini dilakukan di rumah. Para guru dan siswa

melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi.

Tentu tidak mudah melakukan kegiatan pembelajaran dengan metode Daring

(Dalam Jaringan) ada beberapa aspek yang menghambat hal tersebut, misalnya seperti

masalah jaringan, untuk beberapa siswa yang tinggal di daerah mereka sulit sekali

menemukan jaringan yang stabil sehingga menghambat mereka dalam melakukan

pembelajaran. Selain di sekolah biasa, sekolah luar biasa pun juga mengalami dampak

yang sama dan tingkat pengaruh dari pandemi ini pun juga begitu tinggi. Karena dari

segi pembelajaran SLB melakukan kegiatan pembelajarannya dengan kontak langsung

dengan para murid, dengan adanya pandemi ini benar-benar menghambat mereka

dalam proses pembelajarannya sehingga hasilnya pun tidak bisa maksimal. Maka dari

itu, pada paper kali ini saya akan membahas tentang proses pembelajaran yang

dilakukan oleh sekolah luar biasa selama masa pandemi COVID-19.

B. Identifikasi Masalah

Bagaimana proses pembelajaran daring selama masa pandemi COVID-19 di

Sekolah Luar Biasa?

C. Tujuan

Tujuan wawancara yang penulis lakukan adalah:

1. Mengetahui dampak masa pandemi COVID-19 dalam proses pembelajaran

untuk siswa di Sekolah Luar Biasa.

2. Mengetahui bagaimana proses pembelajaran daring yang dilakukan oleh

Sekolah Luar Biasa serta info umum terkait Sekolah Luar Biasa yang tidak

banyak diketahui oleh masyarakat umum.

2
D. Metode Dan Teknik Penulisan

Metode dan teknik penulisan dalam penyusunan makalah ini adalah dengan

wawancara secara langsung terhadap narasumber.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Topik Wawancara

Proses pembelajaran daring di Sekolah Luar Biasa selama masa pandemi

COVID-19

B. Lokasi dan Waktu

Lokasi : SLB - SMALB Negeri PK - PLK Bulukumba

Teratai No. 4C, Kel. Caile, Kec. Ujung Bulu

Permintaan Izin : Selasa, 27 Oktober 2020

Wawancara : Selasa, 27 Oktober 2020, pukul 12:00 – 13:20

C. Narasumber

Nama Lengkap : Andi Muh. Rusli MR, S.Pd., M.M

Tempat, Tanggal Lahir : Bulukumba, 22 Januari 1975

Agama : Islam

Alamat : BTN ADS, Jl. Serikaya 2, Kel. Caile, Kec. Ujung Bulu

Jabatan : Wakasek Kurikulum

Sekolah : SLB - SMALB Negeri PK - PLK Bulukumba

Jl. Teratai No. 4C, Kel. Caile, Kec. Ujung Bulu

D. Laporan Hasil Wawancara

1. Bagaimana proses pembelajaran selama masa daring, seperti yang kita

ketahui bahwa segala kegiatan seperti pertemuan itu dibatasi?

Proses pembelajaran yang dilakukan ada 2 yaitu daring dan luring,

disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Ada juga guru yang kadang melakukan

kunjungan ke rumah siswa dalam proses pembelajarannya. Lalu setiap minggu dan

bulannya, guru akan melapor ke wakasek tentang proses pembelajarannya. Untuk

4
proses pembelajaran biasa, sebelum pandemi, siswa ditemani oleh orangtuanya atau

juga tinggal di asrama (ini untuk siswa yang mengalami kewalahan dalam hal

biaya).

2. Berapa jumlah siswa di SLB – SMALB Negeri Bulukumba?

Jumlah siswa di SLB - SMALB Negeri Bulukumba sebanyak 105 orang

dengan pembagian, 1 orang guru mengajar sebanyak 3 murid. Di sekolah terdiri

atas 5 jurusan yaitu tunagrahita, tunanetra, tunarungu, tunadaksa, dan autis. SLB

terdiri atas 3 jenjang yaitu SD, SMP, dan SMA disetiap satu kepala sekolah per

UPTnya.

3. Bagaimana dengan siswa yang tinggal jauh dari sekolah, bagaimana interaksi

orangtua dengan siswa di sekolah?

Para orangtua mengantar siswa ke sekolah, ada yang ditunggu sampai selesai,

siswa yang sudah dewasa biasanya hanya diantar sampai di sekolah, tapi siswa yang

masih baru biasanya masih ditemani dan tempat para orangtua/wali berada di

tempat khusus pengunjung. Ada juga siswa yang tinggal di asrama, tapi jumlahnya

hanya beberapa orang karena sekolah mengalami masalah di biaya, ini disebabkan

karena beberapa orangtua siswa hanya menyerahkan anaknya kepada pihak sekolah

saja tanpa memberikan bantuan sehingga pihak sekolah kewalahan dibagian biaya,

jadi hanya ada beberapa siswa yang ditampung oleh pihak sekolah.

4. Bagaimana dengan pembagian kelasnya, pak?

Dalam satu ruangan dibagi menadi 4, 4 kelas satu ruangan dengan masing

masing gurunya. Karena tidak cukup dan memang tidak efisien akan tetapi

disesuaikan dengan lapangan.

5
5. Apakah pemetakannya itu disesuaikan dengan jurusannya?

Iya. Tapi khusus untuk jurusan tunanetra yang hanya terdiri dari satu kelas

maka kelas tersebut digabungkan dengan jurusan lain, yang sekiranya bisa

bergabung sepeti tunarungu. Tapi untuk jurusan autis tidak bisa, karena disebabkan

oleh halangan dari siswa karena siswa akan saling mengganggu jadi akan

menghambat proses pembelajaran.

6. Apakah penyekatan kelas ini berlaku sejak pandemi COVID-19?

Penyekatan kelas ini sudah berlaku dari dulu bukan hanya karena adanya

pandemi COVID-19, juga bukan dari aturan pemerintah. Akan tetapi pihak sekolah

yang sengaja mengkondisikan dengan apa yang ada dilapngan, bahwa siswa harus

dipisah-pisah karena kebutuhan anak-anak berbeda dari satu jenjang ke jenjang lain.

Misalnya kelas 1 sudah ada 5 jurusan dan 1 anak sudah ada 5 kelas. Naik kelas 2,

ada 5 kelas lagi, begitu seterusnya jadi membutuhkan banyak sekali ruang kelas

belum lagi dengan tingkatan SMP-SMA nya. Jadi kita menerapkan hal ini, kecuali

untuk pelajarn tertentu bisa kita gabungkan.

7. Bagaimana dengan pembelajaran di SLB-SMALB Negeri Bulukumba?

Pembelajaran di SLB - SMALB Negeri Bulukumba disesuaikan dengan

kebutuhan anak, pihak sekolah tidak bisa terlalu mematok bahwa harus mengikuti

kurikulumnya. Jadi pembelajarannya bertentangan dengan kurikulum yang ada

dengan kata lain ada perubahan kurikulum. Tapi tetap ada kurikulum, untuk

sekarang ini ada perubahan kurikulum dari 2013 biasa ke kurikulum COVID-19.

Struktur kurikulumnya juga beda.

Untuk mata pelajarannya, kalau di sekolah umum pelajaran SBK (seni

budaya dan keterampilan) hanya 2 jam, tapi di sini, SD ada 14 jam perminggu.

Dengan orientasinya dipusatkan pada keterampilan yaitu sebanyak 60%, sedangkan

6
akademik 40%. Jadi kita tidak terlalu menuntut akademik, yang dituntut adalah

bagaimana siswa bisa mandiri dan tidak menyusahkan orang di sekitar. Pelajaran

yang lain durasinya 2 jam. Kecuali kalau SD bisa sampe 4 jam, seperti mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam 4 jam, IPA 2 jam, yang paling banyak itu adalah

pelajaran prakaryanya.

8. Terkait jam atau jadwal pelajaran, biasanya ada guru yang menggunakan

waktu belajar keluar dari jadwal sebelumnya, apakah hal tersebut juga

terjadi dan berlaku di SLB?

Jadwal kunjungan keluar rumah dijadwalkan setiap hari, dijenjang SD masih

menggunakan guru kelas kecuali Pendidikan Agama Islam atau olahraga.

Pengaturan waktunya disesuaikan dengan peserta didik. biasanya jam 8 - 10, kalau

berkendala bisa dialihkan ke waktu lain.

9. Kendala apa saja yang dihadapi selama proses pembelajaran daring?

Pandemi COVID-19 ini berdampak sekali kepada anak sekolah luar biasa,

siswa biasa saja mengalami dampak apalagi anak slb. Karena dalam proses

pembelajarannya siswa dan guru harus pendekatan atau kontak langsung. Dari

pihak siswa, ada banyak. Masalah jaringan, masalah data internet, siswa juga

kadang merasa bosan dengan proses pembelajaran yang sama-sama saja, kalau

siswa normal tidak terlalu akan tetapi anak berkebutuhan khusus akan begitu terasa

bosannya. Sementara kalau pembelajaran biasa di sekolah luar biasa siswa

diberikan pembelajaran tergantung minat mereka, jadi kita tidak bisa memaksakan

siswa.

Sedangkan dari guru, ada beberapa guru yang kombinasi pembelajarannya

hanya dari aplikasi Whatsapp saja, sementara aplikasi yang digunakan untuk

pembelajaran ada banyak tapi keterbatasan guru di situ, hal ini hanya terjadi pada

7
beberapa guru, umumnya guru yang sudah berumur sehingga sedikit kesulitan

dalam mengoperasikan teknologi. Selain itu kunjungan ke rumah siswa yang

dilakukan setiap hari juga menjadi kendala untuk guru.

10. Apakah proses pembelajaran daring, misalnya aplikasi whatsapp masih tetap

dituntun oleh orangtua/ orang dewasa siswa atau bagaimana?

Iya. Siswa tetap didampingi karena kalau tidak, proses pembelajaran tidak

akan berjalan maksimal kenapa karena anak berkebutuhan khusus susah untuk

belajar sendiri, misalnya dia disuruh untuk belajar di situ akan tetapi dia tidak bisa

tinggal dan belajar di situ, berbeda dengan anak normal. Jadi anak luar biasa harus

didampingi oleh oleh orangtua atau orang dewasa.

11. Apakah orangtua menemani siswa di sekolah?

Ada orangtua yang mengantar anaknya ke sekolah, ada juga yang sudah

mandiri ia berangkat sendiri ke sekolah. Orangtua tidak masuk ke dalam kelas,

mereka ditempatkan di tempat khusus pengunjung. Murid baru yang seperti itu, tapi

setelah terbiasa dengan lingkungannya orangtuanyapun tidak mendampingi lagi. Ini

juga disebabkan karena rasa percaya diri mereka yang menigkat karena bertemu

dengan teman yang bernasib sama dengannya, beda dengan di sekolah biasa. Di sini

kita menerima semua kekurangan itu dan menggali potensi-potensi yang ada pada

mereka. Kadang kita liat secara fisik ada kekurangan tapi mungkin ada kelebihan

mereka yang lain.

12. Selama bapak menjadi guru di sini, apakah bapak pernah melihat kelebihan

yang dimiliki oleh para siswa?

Banyak. Siswa di sini bahkan sudah sampai di tingkat nasional. Jenis lomba

yang biasa mereka ikuti itu seperti lomba tari yang diikuti oleh siswa tunadaksa, dia

mengikuti ajang seni tari dan keterampilan dari barang bekas. Ada dari siswa

8
sekolah luar biasa dari Makassar, yang mengikuti lomba hingga ke tingkatan

internasional yaitu sampai ke Yunani. Siswa tersebut ikut pertandingan lari. Kita

juga punya kegiatan olahraga khusus untuk anak luar biasa. Siswa tunarungu

berprestasi di bulutangkis.

13. Apakah ada siswa normal yang sekolah di sini?

Kalau normal secara fisik ada tapi tidak dengan intelektualnya, dia masuk ke

dalam jurusan tunagrahita. Pada tahun-tahun sebelumnya ada beberapa orang yang

diterima karena orangtuanya tidak mampu, tapi sekarang hal seperti itu tidak

dibenarkan lagi. Dari keadaan IQnya memang rendah, tapi secara fisik ia terlihat

normal seperti anak biasanya. Anak tersebut masuk ke jurusan tunagrahita ringan.

14. Bagaimana keadaan tenaga pendidiknya?

Keadaan tenaga pendidik yang banyak adalah honor dan bukan dari jurusan

Pendidikan Luar Biasa, tenaga pendidik tersebut datang dari program studi yang

bermacam-macam, dan ada juga yang merupakan lulusan dari STKIP (sekarang

Universitas Muhammadiyah Bulukumba).

15. Sebelum masuk menjadi tenaga honorer apakah ada pelatihan?

Tidak ada, akan tetapi mereka diajar secara otodidak dan mulai terbiasa.

Diajarkan mulai dari bahasa isyarat lalu yang paling penting adalah psikologi,

karena psikologi anak biasa beda dengan anak berkebutuhan khusus. Karena

biasanya ada orang yang mudah merasa jijik berarti ia tidak bisa mengajar di

sekolah luar biasa. Kenapa tidak cocok, karena perlakuan anak luar biasa di sini

sedikit melewati batas dan mereka lebih takut kepada guru kelasnya saja, sedangkan

guru lain dianggap orang lain. Seperti misalnya siswa dengan autis yang biasa

melempari barang kepada orang lain, akan tetapi hal itu tergantung dari siswanya

juga.

9
16. Bagaimana jam pelajaran siswa?

Waktu masuk sekolah, umumnya pukul 7.30 sudah ada di kelas sampai pukul

12.00. Sedangkan untuk kelas I, II, III jam pelajarannya sampai pukul 10. Untuk

SMP-SMP sampai pukul 12

17. Bagaimana dengan asramanya pak, apakah ada guru lain yang juga ikut

menginap?

Hanya ibu asrama yang tinggal. Jumlah guru yang mengajar sekitar 50 orang

karena ada juga dari guru luar yang mengambil jam belajar di sini. Yang kebetulan

connect atau berhubungan dengan sertifikasinya, untuk pemenuhan jamnya.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pandemi COVID-19 sangatlah berpengaruh dalam proses pembelajaran siswa di

SLB-SMALB Negeri Bulukumba karena dalam proses pembelajarannya, siswa

berkebutuhan khusus memiliki kegiatan belajar dimana siswa dan guru harus

berinteraksi secara langsung dan pandemi ini menghambat mereka dalam

pembelajarannya. Sehingga hasil pembelajaranpun tidak bisa maksimal. Selain itu

siswa berkebutuhan khusus juga cepat merasa bosan dalam proses pembelajarannya

jadi dalam proses pembelajaran, para guru kembali lagi pada siswa terkait pembelajaran

apa yang mereka inginkan.

Selain dari pihak siswa yang mengalami kendala, dari pihak gurupun mengalami

hal yang sama. Seperti kegiatan pembelajaran yang mereka lakukan dimana aplikasi

yang digunakan terbatas dan kegiatan kunjungan ke rumah siswa yang menjadi kendala

mereka. Tentu membutuhkan waktu, tenaga, serta biaya ekstra dalam melakukan hal

tersebut.

11
DAFTAR PUSTAKA

Pane, Merry Dame Christy. (2021). Virus Corona. https://www.alodokter.com/virus-corona,


diakses pada tanggal 3 februari 2021

Susilo, Adityo (dkk). (2020). Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal
Penyakit Dalam Indonesia, Volume 7 (No. 1). Halaman 45-46.

12
DOKUMENTASI

13
14
15
16

Anda mungkin juga menyukai