1. PENDAHULUAN
Pembelajaran Tatap Muka (PTM) yang baru dilaksanakan kembali tampaknya telah
membuka kebobrokan pendidikan yang terjadi selama masa pandemi.Bagaimana tidak?
banyak peserta didik sekolah dasar yang dulunya bisa membaca namun karena
pembelajaran daring mereka lupa cara untuk menulis[1].Hal tersebut dikarenakan banyak
peserta didik yang malas dan manja saat pembelajaran di rumah sehingga yang
mengerjakan tugas peserta didik biasanya anggota keluarga yang lain.Masyarakat saat ini
banyak yang memberi kritik kepada guru seperti gurunya malas,memberikan banyak tugas
dan yang lainnya,padahal para guru sudah berusaha semaksimal mungkin untuk
melaksanakan pembelajaran jarak jauh semaksimal mungkin.Contohnya seperti seorang
guru yang memberikan materi pelajaran melaui video,hal tersebut dikarenakan guru berhati
hati supaya murid bisa cepat paham dan tidak repot untuk menemukan materi,jika
seandaainya para guru menggunakan cara modern seperti langsung mengupload di
website,kuis di website dan lainnya,para murid pasti akan kebingungan sehingga akan
semakin malas membaca[2].Padahal saat di rumah pembelajaran daring anak juga
memerlukan pengawasan dari orang tua.Jika orang tua tidak bisa mendampingi anak
dalama belajar daring kemun gkinan anak tersebut akan malas mengikuti pembelajaran
sehingga berakhir dengan ketertinggalan materi.Hal tersebut sangat
2
❒
disayangkan.Begitupula dengan peserta didik kelas satu yang belum bisa membaca, para
guru sudah berusaha untuk melakukan panggilan video sehingga bisa langsung memandu
anak tersebut untuk belajar membaca namun karena waktu yang terbatas tentu saja
selanjutnya harus didampingi oleh orang tua.[3]
Karena banyak orang tua yang tidak bisa akhirnya saat masa Pembelajaran Tatap
Muka inilah baru ketahuan jika masih sangat banyak peserta didik yang belum bisa
membaca maumpun menulis. Oleh karena itulah penulis ingin mengkaji mengenai hal
tersebut.Sehingga penulis nantinya akan bisa mengedukasi masyarakat mengenai hal
tersebut.
Meski guru di seluruh dunia mencetuskan gaya dan standar pembelajaran yang
berbeda selama pandemi 1,9 tahun, namun mereka kompak setuju bahwa komputer bukan
tandingan ruang kelas sebagai tempat belajar anak-anak.Survei McKinsey di delapan
negara anggota OECD+China atas efektivitas pendidikan selama pandemi menyebutkan
telah terjadi loss learning signifikan di masa pandemi.Banyak siswa kehilangan
pengetahuan dan keterampilan baik secara umum atau spesifik.[4] Terjadi kemunduran
proses akademik generasi pelajar era pandemi.Celakanya, ini harus dibayar mahal karena
kehilangan pembelajaran. Meski pembelajaran daring terus mengalami perbaikan kualitas
dan sarana, toh ini tak bisa menggantikan pembelajaran tatap muka.
Di Amerika dan Jepang, survei yang dilakukan pada guru-guru atas efektivitas
pembelajaran jarak jauh, 60% hasil survei memberikan nilai 1-3 dari nilai 10.
Pembelajaran online tak ubahnya bolos sekolah. Di Jepang bahkan, hanya 2% responden
yang menyebut pelajaran daring bisa menggantikan tatap muka. Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemendikbud) tengah bersiap membuka pembelajaran tatap muka,
khususnya sekolah-sekolah yang berada wilayah PPKM level 1-3.Catatan Kemendikbud,
ada 63% dari total 540.979 satuan pendidikan yang berada di wilayah PPKM level 1-3.
Jumlah itu atau sekitar 340.816 sekolah. Namun, baru 77.425 sekolah yang
menyelenggarakan pembelajaran tatap muka. Tata laksana new normal di sekolah memang
sudah disusun, mulai vaksinasi guru, murid, prokes tatap muka serta jika dalam
pelaksanaannya tatap mula ditemukan penyebaran virus.[5] Inisiasi blended
learing dam hybrid learning alias pembelajaran tatap muka terbatas dengan sebagian tetap
daring juga sudah disusun.
Pengertian metode deskriptif itu sendiri adalah suatu metode penelitian yang
menggambarkan karakteristik populasi atau fenomena yang sedang diteliti. Sehingga
metode penelitian satu ini fokus utamanya adalah menjelaskan objek penelitiannya.
Sehingga menjawab apa peristiwa atau apa fenomena yang terjadi.
Metode penelitian ini kemudian berbeda dengan metode lain yang cenderung lebih fokus
pada pembahasan kenapa suatu peristiwa atau fenomena terjadi. Dimana peristiwa dan
fenomena yang dimaksudkan disini adalah objek penelitian. Hasil penelitiannya tentu saja
akan menggambarkan objek penelitian dengan detail. jika melihat definisi penelitian
deskriptif dari KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) maka perlu mengartikan dua kata,
yakni kata “penelitian” dan kata “deskriptif”. Sesuai KBBI, kata penelitian diartikan
sebagai kegiatan pengumpulan, analisis, dan juga penyajian data yang dilakukan secara
sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis
untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum. Sedangkan kata deskriptif sendiri di dalam
KBBI diartikan sebagai memiliki sifat deskripsi dan menggambarkan apa adanya.
Sehingga ketika digabungkan maka metode deskriptif dalam penelitian bisa diartikan
sebagai metode penelitian yang dilakukan dengan cara menggambarkan objek penelitian
apa adanya.
Sumber data dalam penelitian ini adalah berkaitan denngan asal penelitian guna
memperoleh data-data yang dibutuhkan untuk bahan kajian dalam menganalisis data.[9]
Pada penelitian ini sumber data yang dibutuhkan adalah dari nara sumber, dokumen dan
proses belajar mengajar. Adapun informasi yang dibutuhkan adalah informasi tentang
kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran. Sampel yang digunakan peneliti adalah
peserta didik di sekitar lingkungan tempat tinggalnya yaitu peserta didik sd kelas 1-6 dari
4 sekolah berbeda sehingga walaupun dengan sampel yang terbatas namun hasil
penelitiannya bervariasi dan dapat memperlus jangkauan hasil penelitian.
[14] Subyek dalam penelitian ini difokuskan pada siswa siswi sekolah
dasar,Guru,Kepala Sekolah, Pengurus komite sekolah SD Negeri.Penelitian ini
dilaksanakan bulan November-Desember tahun 2021.Diperoleh hasil bahwa sebanyak 17
dari 24 peserta didik memngalami penurunan kecepatan materi pembelajaran secara
signifikan.Hal itu disebabkan karena malsnya murid untuk melihat penjelasan guru yang
diberikan melalui aplikasi pembelajaran darin g seperti classroom,Microsoft teams dan
lainnya.
Data penelitian juga menunjukkan bahwa banyak siswa yang kesulitan dalam
memahami materi pelajaran yang diberikan secara daring.[15] Materi pelajaran yang
kebanyakan berupabahan bacaan tidak bisa dipahami secara menyeluruh oleh siswa. Siswa
beranggapanbahwa mambaca materi dan mengerjakan tugas saja tidak cukup, mereka
membutuhkanpenjelasan langsung secara verbal dari guru mengenai beberapa materi yang
sifatnyakompleks. Komunikasi dengan guru melalui aplikasi pesan instan ataupun pada
kolomdiskusi yang disediakan oleh aplikasi kelas virtual tidak mampu memberikan
penjelasanmenyeluruh mengenai materi yang sedang dibahas. Garrison & Cleveland-Innes
(2005) melakukan penelitian dengan merekayasa keterlibatan guru dalam pembelajaran
secara daring. Pada kelas dimana keterlibatan guru sangat sedikit, tidak menunjukkan
adanyapembelajaran yang mendalam dan bermakna.
Sudah banyak penelitian yang menyelidiki penggunaan gawai seperti laptop dan
telepon pintardalam pembelajaran. Kemampuan laptop dan telepon pintar untuk mengakses
internetmemungkinkan siswa untuk mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan dalam
bentukkonferensi video maupun yangdilaksanakan dalam kelas-kelas virtual menggunakan
layananaplikasi-aplikasi pembelajaran yang tersedia secara online (Chan, Walker, &
Gleaves, 2015; Gökçearslan, Mumcu, Haslaman, &Çevik,2016). [17] Dimensi laptop dan
telepon pintar yang ergonomis memberikanjaminan mobilitas yangmemungkinkan siswa
untuk mengikuti pembelajaran dari mana saja. Fitur penyimpanann yang ditawarkan oleh
laptop dan telepon pintar juga memberikan ruang bagi siswa untukmenyimpan bahan ajar
yang diberikan oleh guru sehingga mereka dapat mengakses ulangbahan ajar tersebut
sewaktu-waktu. Namun, pembelajaran daring juga memiliki tantangan tersendiri. Salah
satunya adalahketersediaan layanan internet. Data penelitian menunjukkan bahwa sebagian
besar siswamengakses internet menggunakan layanan selular, sementara sebagian kecilnya
menggunakanlayanan WiFi.
seluler menunjukkanharga kuota data sebesar 1 GB berkisar antara Rp. 20.000 hingga Rp.
50.000.
Tema pembelajaran yang dilakukan siswa untuk melatih daya kritis atau kreativitas
atau kemandirian selama siswa belajar dari rumah yaitu Hak dan Kewajiban dengan
strategi pembelajaran yang mengembangkan daya kritis atau kreativitas atau kemandirian
diri siswa yang belajar dari rumah dengan menggunakan Video pembelajaran membuat
siswa aktif dan tidak mudah bosan ketika melakukan pembelajaran secara daring. Cara
mengatasi kesulitan belajar siswa yang belajar dari rumah dengan Memberikan ice
breaking jika siswa mulai bosan, dan merangkai pembelajaran secara kreatif misalnya
membuat mereka bermain sambil belajar.
Dari penelitian ini diketahui bahwa ada banyak kerugian dan dampak lain bukan
hanya bagi siswa namun juga badi guru. Dampak yang dirasakan pengajar yaitu seluruh
mahir memakai tegnologi internet atau media umum menjadi wahana pembelajaran,
beberapa pengajar senior belum sepenuhnya sanggup memakai perangkat atau fasilitas
buat penunjang aktifitas pembelajaran online & perlu pendampingan & training terlebih
dahulu. Dan kompetensi pengajar pada memakai tegnologi akan mensugesti kualitas acara
belajar mengajar karenanya sebelum diadakan acara belajar online para pengajar harus
diberikan training terlebih dahulu. Beberapa impak yang dirasakan pengajar yaitu dalam
proses belajar mengajar online pada tempat tinggal tanpa wahana & prasarana memadai
pada tempat tinggal.
Fasilitas ini sangat krusial buat kelancaran proses belajar mengajar, buat
pmbelajaran online pada rumahnya seharusnya disediakan dulu fasilitasnya misalnya
laptop, computer ataupun handphone yang akan memudahkan pengajar buat menaruh
materi belajar mengajar secara online.[18] Kendala selanjutnya yaitu para pengajar belum
7 ❒
terdapat budaya belajar jeda jauh lantaran selama ini sistem belajar dilaksanakan
merupakan melalui tatap muka, para pengajar terbiasa berada pada sekolah buat
berinteraksi bersama murid-murid, menggunaka adanya metode pembelajaran jarak jauh
menciptakan para pengajar perlu mengikuti keadaan & mereka menghadapi perubahan
baru yang secara eksklusif akan mensugesti kualitas output belajar. Dampak selanjutnya
bagi pengajar yaitu sekolah libur telalu lama menciptakan para pengajar jenuh, pengajar
terbiasa berada pada sekolah buat berinteraksi menggunakan teman-temannya. Kemudian
pengajara akan kehilangan jiwa sosial bila pada sekolah mereka mampu bermain
berinteraksi dengan pengajar-pengajar lain para siswa namun kali ini mereka biasa &
hanya sendiri dirumah. Adanya pandemi covid-19 memaksa para pengajar wajib memakai
teknologi, sebagai akibatnya para pengajar wajib belajar & siap mengajar melalui jeda jauh
menggunakan teknologi. Setiap sekolah menyiapkan indera & sistem pembelajaran jarak
jauh & melakukan bimbingan teknis pada para pengajar supaya mampu memakai teknologi
modern pada pembelajaran buat menaikkan kualitas siswa pada sekolah dasar.
Dampak Terhadap Orang Tua Kendala yang dirasakan orang tua yaitu sama halnya
dengan para pengajar yakni adanya penambahan biaya pembelian kuota internet. Kendala
selanjutnya yang dirasakan orang tua yaitu para orang tua harus meluangkan waktu lebih
ekstra kepada anak-anaknya untuk mendapingi saat belajar online, para orang tua harus
mampu membagi waktu mereka antara pekerjaan dengan mendampingi anak saat belajar
online. Pembelajaran online juga memaksa orang tua harus mampu menggunakan
teknologi dalam mendampingi anak saat pembelajaran online dirumah.
4. KESIMPULAN
Perubahan merupakan suatu proses untuk memberikan dampak yang besar bagi
masyarakat terutama anak-anak Sekolah Dasar yang harus melakukan kegiatan
pembelajaran dirumah. Kegiatan ini dilakukan karena aturan pemerintah supaya virus
corona tidak menular. Untuk itu Pembelajaran kepada anak-anak sekolah tetap dilakukan
meskipun pelaksanaannya dilaksanakan secara daring. Meskipun dalam praktiknya banyak
mengalami masalah seperti susah sinyal, dan kurangnya pengetahuan akan teknologi,
praktik pembelajaran daring tetap dilakukan oleeh Guru dan anak-anak sekolah dasar
dengan berbagai macam aplikasi salah satunya yang digunakan adalah aplikasi zoom.
Proses perubahan yang terjadi memang memberikan dampak terhadap masyarakat
Indonesia terutama anak-anak Sekolah Dasar. Dampak yang positif anakanak bisa
menerima pelajaran di rumah sambil bermain.
Hal ini perlu adanya pemantauan khusus agar tidak berakibat fatal bagi siswa.
Perkembangan zaman sekarang ini lambat laun telah mengubah sisi dari kehidupan kita,
Judul naskah singkat dan jelas, menyiratkan hasil penelitian (Penulis Pertama)
8
❒
termasuk dalam penggunaan teknologi yang canggih. Kehadiran gawai (gadget) sangat
dibutuhkan oleh makhluk sosial khususnya manusia sebagaimedia komunikasi dan sangat
membantu sekali karena untuk ukurannya sangat berbagai macam bentuk dan mudah
dibawa kemana-mana yang diinginkan. Dalam hal ini gawai memiliki dampak positif dan
negatif khususnya pada peserta didik. Hal tersebut mendominasikan pada proses
pembelajaran disekolah untuk meningkatkan penggunaan gawai dengan efektif. Pada
kenyataannya anak-anak zaman sekarang ini terlalu asik dalam menggunakan gawainya,
mereka akan lupa dengan kebutuhannya sendiri yaitu belajar dan bersosiali pada
masyarakat. Tidak menutup kemungkinan gawai sangat berpotensi.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Aay Susilawati, Hernani. (2016). The Application of Project Based Learning Using
Mind Map to Improve Students Environmental Attitudes of Waste Management In
Junior High School Aay Susilawati 1. Jurnal International Conference on
Mathematics, Science, and Education. 2016(18), 74-79.
[2] Aji, W., Dewi, F., Kristen, U., & Wacana, S. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap
Implementasi Pembelajaran Daring Di Sekolah Dasar. Edukatif: Jurnal Ilmu
Pendidikan, 2(1), 55–61.https://doi.org/https://doi.org/10.31004/edukatif.v2i1.89
9 ❒
[3] Herliandry et al. (2020). Pandemic learning during the Covid-19. Jurnal Tegnologi
Pendidikan, 22(1), 65-70. http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jtp
[5] Krissandi & Rusmawan. (2015). Kendala Guru Sekolah Dasar Dalam Implementasi
Kurikulum 2013. Jurnal Cakrawala Pendidikan. 3(3), 457-467. DOI
10.21831/cp.v3i3.7409
[9] Purwanto, A., Pramono, R., Asbari, M., Santoso, P. B., Wijayanti, L. M., Choi, C.
H., & Putri, R. S. (2020). Studi Eksploratif Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap
Proses Pembelajaran Online di Sekolah Dasar. EduPsyCouns: Journal of Education,
Psychology and Counseling, 2(1), 1–12.
https://ummaspul.ejournal.id/Edupsycouns/article/view/397
[10] Pujilestari. (2020). Dampak Positif Pembelajaran Online Dalam Sistem Pendidikan
Pasca Pandemi Covid-19. Jurnal Adalah, 4(1), 49-56.
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/adalah/article/view/15394
[14] Bahruddin dan Esa Nur Wahyuni, 2009.Teori Belajar dan Pembelajaran,
Yogyakarta: ArRuzzMedia
Depdiknas. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 77 Tahun 2008
Tentang
Ujian Nasional Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) Tahun
Pelajaran 2008/2009. Jawa Timur.
Judul naskah singkat dan jelas, menyiratkan hasil penelitian (Penulis Pertama)
10
❒
[16] Husni, Latifah. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam
meningkatkan Hasil belajar Matematika. Jurnal Edukasi Musi Rawas. Vol.4 (1):
hal.125-144.
[19] Soedjana, Nana 2000.Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.