Anda di halaman 1dari 11

KEMUNDURAN PENDIDIKAN PESERTA DIDIK SD DI MASA PANDEMI

Nurma Maulidya Indriani Wahyu Eriasani


Sekolah Vokasi, Informasi dan Hubungan Masyarakat, 40020621650054

Article Info ABSTRACT


Article history: Ongoing COVID-19 pandemic has had such a huge
impact in all aspects, one of which is in the aspect of
Received November, 2021
education in elementary schools. Therefore, the author
Revised December, 2021
aims to carry out research on primary school education
using descriptive research methods. There was a huge
Kata Kunci: setback in the students' understanding of the material.
Pendidikan Elementary school students who were generally aged 6-
Kemunduran 12 years were forced to study online at home while their
Peserta Didik SD parents worked, because no one was there to guide them
Pandemi in the end they did not study and instead were lazy to
Malas Belajar play. games all day or watching television. Even though
teachers have tried to maximize online teaching, if
students do not want to learn, educational setbacks will
continue to occur.
.

1. PENDAHULUAN
Pembelajaran Tatap Muka (PTM) yang baru dilaksanakan kembali tampaknya telah
membuka kebobrokan pendidikan yang terjadi selama masa pandemi.Bagaimana tidak?
banyak peserta didik sekolah dasar yang dulunya bisa membaca namun karena
pembelajaran daring mereka lupa cara untuk menulis[1].Hal tersebut dikarenakan banyak
peserta didik yang malas dan manja saat pembelajaran di rumah sehingga yang
mengerjakan tugas peserta didik biasanya anggota keluarga yang lain.Masyarakat saat ini
banyak yang memberi kritik kepada guru seperti gurunya malas,memberikan banyak tugas
dan yang lainnya,padahal para guru sudah berusaha semaksimal mungkin untuk
melaksanakan pembelajaran jarak jauh semaksimal mungkin.Contohnya seperti seorang
guru yang memberikan materi pelajaran melaui video,hal tersebut dikarenakan guru berhati
hati supaya murid bisa cepat paham dan tidak repot untuk menemukan materi,jika
seandaainya para guru menggunakan cara modern seperti langsung mengupload di
website,kuis di website dan lainnya,para murid pasti akan kebingungan sehingga akan
semakin malas membaca[2].Padahal saat di rumah pembelajaran daring anak juga
memerlukan pengawasan dari orang tua.Jika orang tua tidak bisa mendampingi anak
dalama belajar daring kemun gkinan anak tersebut akan malas mengikuti pembelajaran
sehingga berakhir dengan ketertinggalan materi.Hal tersebut sangat
2

disayangkan.Begitupula dengan peserta didik kelas satu yang belum bisa membaca, para
guru sudah berusaha untuk melakukan panggilan video sehingga bisa langsung memandu
anak tersebut untuk belajar membaca namun karena waktu yang terbatas tentu saja
selanjutnya harus didampingi oleh orang tua.[3]

Karena banyak orang tua yang tidak bisa akhirnya saat masa Pembelajaran Tatap
Muka inilah baru ketahuan jika masih sangat banyak peserta didik yang belum bisa
membaca maumpun menulis. Oleh karena itulah penulis ingin mengkaji mengenai hal
tersebut.Sehingga penulis nantinya akan bisa mengedukasi masyarakat mengenai hal
tersebut.

Meski guru di seluruh dunia mencetuskan gaya dan standar pembelajaran yang
berbeda selama pandemi 1,9 tahun, namun mereka kompak setuju bahwa komputer bukan
tandingan ruang kelas sebagai tempat belajar anak-anak.Survei McKinsey di delapan
negara anggota OECD+China atas efektivitas pendidikan selama pandemi menyebutkan
telah terjadi loss learning signifikan di masa pandemi.Banyak siswa kehilangan
pengetahuan dan keterampilan baik secara umum atau spesifik.[4] Terjadi kemunduran
proses akademik generasi pelajar era pandemi.Celakanya, ini harus dibayar mahal karena
kehilangan pembelajaran. Meski pembelajaran daring terus mengalami perbaikan kualitas
dan sarana, toh ini tak bisa menggantikan pembelajaran tatap muka.

Di Amerika dan Jepang, survei yang dilakukan pada guru-guru atas efektivitas
pembelajaran jarak jauh, 60% hasil survei memberikan nilai 1-3 dari nilai 10.
Pembelajaran online tak ubahnya bolos sekolah. Di Jepang bahkan, hanya 2% responden
yang menyebut pelajaran daring bisa menggantikan tatap muka. Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemendikbud) tengah bersiap membuka pembelajaran tatap muka,
khususnya sekolah-sekolah yang berada wilayah PPKM level 1-3.Catatan Kemendikbud, 
ada 63% dari total 540.979 satuan pendidikan yang berada di wilayah PPKM level 1-3.
Jumlah itu atau sekitar 340.816 sekolah. Namun, baru 77.425 sekolah yang
menyelenggarakan pembelajaran tatap muka. Tata laksana new normal di sekolah memang
sudah disusun, mulai vaksinasi guru, murid, prokes tatap muka serta jika dalam
pelaksanaannya tatap mula ditemukan penyebaran virus.[5] Inisiasi blended
learing  dam hybrid learning alias pembelajaran tatap muka terbatas dengan sebagian tetap
daring juga sudah disusun.

Pemerintah telah mengeluarkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang


(perppu) keuangan dan stimulus untuk menghadapi Covid-19. Sejumlah Rp405,1 triliun
telah dianggarkan dengan alokasi Rp150 triliun untuk pemulihan ekonomi, Rp75 triliun
untuk kesehatan (melawan Covid-19), Rp110 triliun jaring pengaman sosial, dan Rp70,1
triliun insentif perpajakan.Dari perppu itu nyata benar bahwa sektor pendidikan di masa
sulit ini belum dianggarkan untuk subsidinya.[6] Oleh karena itu, Kemendikbud perlu
memindahkan dana-dana yang dialokasikan untuk program nonprioritas menjadi program
subsidi belajar daring, baik untuk paket data maupun untuk perangkat keras yang
diperlukan siswa dari keluarga tidak mampu.Demikian pula dana UN yang dibatalkan, juga
bisa digunakan untuk membantu anak-anak dari keluarga tidak mampu agar bisa ikut
belajar secara daring atau paling tidak belajar melalui grup WA[7]. Mengapa hal ini harus
dilakukan? Karena kita tidak tahu kapan Covid-19 bisa ditaklukkan secara total sehingga
anak-anak bisa belajar kembali secara normal di sekolah.
3 ❒

2. MATERI DAN METODE


Kegiatan penelitian adalah hal penting yang membantu memajukan teknologi dan
ilmu pengetahuan,
Sehingga pemerintah dari setiap negara termasuk juga Indonesia selalu mendorong para
akademisi
dan peneliti untuk melakukan penelitian. Kalangan dosen justru memiliki kewajiban untuk
melakukannya.
Supaya kegiatan penelitian ini berjalan lancar dan memudahkan proses untuk mendapatkan
hasil yang sesuai atau yang akurat. Maka metode penelitian yang digunakan harus tepat
dan tentunya sesuai.[8]
Berdasarkan pertimbangan banyak hal salah satunya kondisi dimana saat ini sedang terjadi
wabah COVID 19 yang menyebabkan pengambilan data tidak bisa maksimal dan
mendapat banyak sampel juga mempertimbangkan pengalaman peneliti selama kurang
lebih 4 tahun mengajari peserta didik tingkat sekolah dasar akhirnya diputuskan jika
penulis akan menggunakan metode Deskriptif namun dengan sampel terbatas.

Pengertian metode deskriptif itu sendiri adalah suatu metode penelitian yang
menggambarkan karakteristik populasi atau fenomena yang sedang diteliti. Sehingga
metode penelitian satu ini fokus utamanya adalah menjelaskan objek penelitiannya.
Sehingga menjawab apa peristiwa atau apa fenomena yang terjadi.
Metode penelitian ini kemudian berbeda dengan metode lain yang cenderung lebih fokus
pada pembahasan kenapa suatu peristiwa atau fenomena terjadi. Dimana peristiwa dan
fenomena yang dimaksudkan disini adalah objek penelitian. Hasil penelitiannya tentu saja
akan menggambarkan objek penelitian dengan detail. jika melihat definisi penelitian
deskriptif dari KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) maka perlu mengartikan dua kata,
yakni kata “penelitian” dan kata “deskriptif”. Sesuai KBBI, kata penelitian diartikan
sebagai kegiatan pengumpulan, analisis, dan juga penyajian data yang dilakukan secara
sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis
untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum. Sedangkan kata deskriptif sendiri di dalam
KBBI diartikan sebagai memiliki sifat deskripsi dan menggambarkan apa adanya.
Sehingga ketika digabungkan maka metode deskriptif dalam penelitian bisa diartikan
sebagai metode penelitian yang dilakukan dengan cara menggambarkan objek penelitian
apa adanya.

Sumber data dalam penelitian ini adalah berkaitan denngan asal penelitian guna
memperoleh data-data yang dibutuhkan untuk bahan kajian dalam menganalisis data.[9]
Pada penelitian ini sumber data yang dibutuhkan adalah dari nara sumber, dokumen dan
proses belajar mengajar. Adapun informasi yang dibutuhkan adalah informasi tentang
kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran. Sampel yang digunakan peneliti adalah
peserta didik di sekitar lingkungan tempat tinggalnya yaitu peserta didik sd kelas 1-6 dari
4 sekolah berbeda sehingga walaupun dengan sampel yang terbatas namun hasil
penelitiannya bervariasi dan dapat memperlus jangkauan hasil penelitian.

Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara,


observasi, dan dokumentasi.Wawancara yaitu dialog antara peneliti dengan guru kelas
untuk menceritakan tentang permasalahan yang ada dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
Wawancara dilakukan kepada guru mata pelajaran secara terstruktur untuk mendapatkan
data-data mengenai permasalahan pembelajaran yang ada di kelas. Kemudian metode
Judul naskah singkat dan jelas, menyiratkan hasil penelitian (Penulis Pertama)
4

Observasi, Menurut Margono “mendifinisikan observasi adalah pengamatan dan


pencatatan secara sistemik terhadap gejala yang Nampak terhadap obyek penelitian”
(Rubino Rubiyanto, 2009 : 75). Dalam penelitian ini yang diamati adalah gejala-gejala atau
pengaruh yang timbul akibat penerapan metode Kepala Bernomor Terstruktur terhadap
prestasi belajar siswa yaitu dengan melihat nilai hasil belajar siswa. Apabila nilai hasil
belajar siswa rata-rata kelas diatas KKM yaitu 6,0 ini mempunyai arti bahwa ada masalah
dalam pemahaman murid mengenai materi pelajaran yang diberikan lalu metode
dokumentasi Dokomentasi merupakan metode untuk memperoleh atau mengetahui sesuatu
dengan buku-buku, arsip yang berhubungan dengan yang diteliti. Dokumentasi digunakan
untuk memperoleh data sekolah, seperti daftar nama siswa, profil sekolah, keadaan siswa,
keadaan guru dan karyawan, keadaan saran dan prasarana pada saat penelitian.[10]

Peneliti menyadari bahwa dengan terbatasnya sampel peneliti membutuhkan data


data tambahan yang valid untuk melengkpi penelitian.[11] Oleh karena itu peneliti
menggunakan referensi referensi jurnal maupun artikel yang berkredibilitas seperti jurnal
yang diterbitkan melalaui website kampus,artikel kemendikbud dan yang lainnya sehingga
bisa dipastikaan sumber data yang diperoleh sebagai refensi merupakan data valid dan bisa
dipertanggungjawabkan kebenarannya.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Sub bagian 1


Penelitian ini menggunakan pendekatan diskriptif kualitatif. Pendekatan ini dipilih
karena obyek penelitian dipandang sebagai individu/ kelompok secara utuh.[12] Dengan
demikian dapat dijelaskan bahwa evaluasi merupakan salah satu penerapan dari penelitian
yang digunakan untuk menentukan berhasil atau tidaknya atau apakah ada manfaat atau
nilai dari suatu program atau kebijakan dalam pendidikan. Peneliti bermaksud
mengumpulkan data tentang implementasi kebijakan. Jenis penelitiannya menggunakan
penelitian evaluatif mengenai Evaluasi Program Pendidikan Karakter di SD NEGERI,
Penelitian evaluatif pada dasarnya terpusat pada rekomendasi akhir yang menegaskan
bahwa suatu obyek evaluasi dapat dipertahankan, ditingkatkan, diperbaiki atau bahkan
diberhentikan sejalan dengan data yang diperoleh.[13] Dalam penelitian ini dilaksanakan
untuk memperoleh data serta menghasilkan kesimpulan yang ada di lapangan sehubungan
dengan evaluasi program pendidikan.

[14] Subyek dalam penelitian ini difokuskan pada siswa siswi sekolah
dasar,Guru,Kepala Sekolah, Pengurus komite sekolah SD Negeri.Penelitian ini
dilaksanakan bulan November-Desember tahun 2021.Diperoleh hasil bahwa sebanyak 17
dari 24 peserta didik memngalami penurunan kecepatan materi pembelajaran secara
signifikan.Hal itu disebabkan karena malsnya murid untuk melihat penjelasan guru yang
diberikan melalui aplikasi pembelajaran darin g seperti classroom,Microsoft teams dan
lainnya.

Kebanyakan peserta didik beranggapan secara langsung bahwa walaupun mereka


melihat video yang diberikan oleh guru mereka tidak akan bisa oleh karena itulah mereka
semakin malas melihat materi yang sudah diberikan guru selama pembelajaran daring.
5 ❒

Data penelitian juga menunjukkan bahwa banyak siswa yang kesulitan dalam
memahami materi pelajaran yang diberikan secara daring.[15] Materi pelajaran yang
kebanyakan berupabahan bacaan tidak bisa dipahami secara menyeluruh oleh siswa. Siswa
beranggapanbahwa mambaca materi dan mengerjakan tugas saja tidak cukup, mereka
membutuhkanpenjelasan langsung secara verbal dari guru mengenai beberapa materi yang
sifatnyakompleks. Komunikasi dengan guru melalui aplikasi pesan instan ataupun pada
kolomdiskusi yang disediakan oleh aplikasi kelas virtual tidak mampu memberikan
penjelasanmenyeluruh mengenai materi yang sedang dibahas. Garrison & Cleveland-Innes
(2005) melakukan penelitian dengan merekayasa keterlibatan guru dalam pembelajaran
secara daring. Pada kelas dimana keterlibatan guru sangat sedikit, tidak menunjukkan
adanyapembelajaran yang mendalam dan bermakna.

Interaksi dengan guru menjadi sangat pentingdalam pembelajaran daring karena


mampu mengurangi jarak psikologis yang pada gilirannyaakan menuntun pada
pembelajaran yang lebih baik (Swan, 2002). Siswa Memiliki Fasilitas Yang Memadai
Untuk MelaksanakanPembelajaran Daring Meningkatnya pengguna internet di Indonesia
sangat dipengaruhi oleh pesatnyaperkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK). Pada tahun 2018 sebanyak 62,41%pendudukIndonesia telah memiliki teleponselular
dan 20,05% rumah tangga yang memiliki komputer (BPS, 2019). Data ini sangat relevan
dengan hasil penelitian yang menunjukkanbahwa meskipun ada siswa yang belum
memiliki laptop, tapi sudah cukup banyak siswa yang telah memiliki telepon pintar.[16]

Sudah banyak penelitian yang menyelidiki penggunaan gawai seperti laptop dan
telepon pintardalam pembelajaran. Kemampuan laptop dan telepon pintar untuk mengakses
internetmemungkinkan siswa untuk mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan dalam
bentukkonferensi video maupun yangdilaksanakan dalam kelas-kelas virtual menggunakan
layananaplikasi-aplikasi pembelajaran yang tersedia secara online (Chan, Walker, &
Gleaves, 2015; Gökçearslan, Mumcu, Haslaman, &Çevik,2016). [17] Dimensi laptop dan
telepon pintar yang ergonomis memberikanjaminan mobilitas yangmemungkinkan siswa
untuk mengikuti pembelajaran dari mana saja. Fitur penyimpanann yang ditawarkan oleh
laptop dan telepon pintar juga memberikan ruang bagi siswa untukmenyimpan bahan ajar
yang diberikan oleh guru sehingga mereka dapat mengakses ulangbahan ajar tersebut
sewaktu-waktu. Namun, pembelajaran daring juga memiliki tantangan tersendiri. Salah
satunya adalahketersediaan layanan internet. Data penelitian menunjukkan bahwa sebagian
besar siswamengakses internet menggunakan layanan selular, sementara sebagian kecilnya
menggunakanlayanan WiFi.

Pada saat kebijakan belajar dari rumah untuk menekan penyebaran


Covid19diberlakukan di berbagai daerah. Merekamengaku kesulitan untuk mengikuti
pembelajaran secara online karena tidak semua wilayahdesa mereka mendapatkan sinyal
seluler, jikapun ada, sinyal yang didapat cukup lemah. Hal ini membuatsiswa terkadang
terlambat mendapatkan informasi pembelajarn danmengumpulkan tugas sekolah. Selain
ketersediaan layanan internet, tantangan lain yang harus dihadapi adalah kendala biaya.
Siswa menyatakan bahwa untuk mengikuti pembelajaran secara online,
merekaharusmengeluarkan biaya lebih untuk membeli kuota data internet. Menurut siswa,
pembelajaran yang dilaksanakan dalam bentuk konferensi video menghabiskan kuota
yangsangat banyak, sementara diskusi online melalui aplikasi pesan instan tidak
membutuhkanbanyak kuota. Dikutip dari CNNIndonesia (2020) konsumsi data untuk video
konferensimenggunakan aplikasi Zoom dengan kualitas video 720p selama satu jam
menghabiskan datasebesar 540 MB. Hasil survey peneliti di beberapa situs resmi provider
Judul naskah singkat dan jelas, menyiratkan hasil penelitian (Penulis Pertama)
6

seluler menunjukkanharga kuota data sebesar 1 GB berkisar antara Rp. 20.000 hingga Rp.
50.000.

Walaupun penggunaan gawai dapat menunjang proses pembelajaran online, tetapi


ada beberapa hal yang harus diperhatikan, termasuk kemungkinan adanya dampak negative
penyalahgunaan dan penggunaan gawai yang berlebihan. Banyak siswa mengakui bahwa
selainuntuk pembelajaran, mereka juga menggunakan telepon pintar untuk mengakses
media sosial. Siswa menggunakan media sosial untuk mengekspresikan diri, opini dan
bersenang-senang. Sayangnya, beberapa penelitianterbaru menunjukkan adanya indikasi
kecanduan gadget akibat penggunaan gadget berlebihan (Waslh, White & Young, 2007).

3.2. Sub bagian 2


Keterkaitan materi yang diberikan dengan keterampilan hidup siswa, mampu
membangun kreatifitas siswa dan menjadikan siswa lebih sehat karena bermain belajar
(olahraga). Dalam melakukan kegiatan belajar model pembelajaran selama siswa belajar
dari rumah dan poin-poin cara siswa menggunakannya menggunakan model pembelajaran
daring/online yaitu google meeting agar bisa memantau pembelajaran siswa. Cara
mengatasi kesulitan belajar siswa yang belajar dari rumah, lebih sering atau aktif
memberika pembelajaran yang lebih menyenangkan bukan hanya sekedar memberikan
tugas tetapi dengan praktek secara langsung. Pengalaman mengajar siswa yang belajar dari
rumah, lebih melatih kesabaran dan lebih aktif dalam melakukan pembelajaran dengan cara
mengkomunikasikan tentang pembelajaran dengan orang tua dengan sering berkomunikasi
via wa atau aplikasi lain yang mendukung.

Tema pembelajaran yang dilakukan siswa untuk melatih daya kritis atau kreativitas
atau kemandirian selama siswa belajar dari rumah yaitu Hak dan Kewajiban dengan
strategi pembelajaran yang mengembangkan daya kritis atau kreativitas atau kemandirian
diri siswa yang belajar dari rumah dengan menggunakan Video pembelajaran membuat
siswa aktif dan tidak mudah bosan ketika melakukan pembelajaran secara daring. Cara
mengatasi kesulitan belajar siswa yang belajar dari rumah dengan Memberikan ice
breaking jika siswa mulai bosan, dan merangkai pembelajaran secara kreatif misalnya
membuat mereka bermain sambil belajar.

Dari penelitian ini diketahui bahwa ada banyak kerugian dan dampak lain bukan
hanya bagi siswa namun juga badi guru. Dampak yang dirasakan pengajar yaitu seluruh
mahir memakai tegnologi internet atau media umum menjadi wahana pembelajaran,
beberapa pengajar senior belum sepenuhnya sanggup memakai perangkat atau fasilitas
buat penunjang aktifitas pembelajaran online & perlu pendampingan & training terlebih
dahulu. Dan kompetensi pengajar pada memakai tegnologi akan mensugesti kualitas acara
belajar mengajar karenanya sebelum diadakan acara belajar online para pengajar harus
diberikan training terlebih dahulu. Beberapa impak yang dirasakan pengajar yaitu dalam
proses belajar mengajar online pada tempat tinggal tanpa wahana & prasarana memadai
pada tempat tinggal.

Fasilitas ini sangat krusial buat kelancaran proses belajar mengajar, buat
pmbelajaran online pada rumahnya seharusnya disediakan dulu fasilitasnya misalnya
laptop, computer ataupun handphone yang akan memudahkan pengajar buat menaruh
materi belajar mengajar secara online.[18] Kendala selanjutnya yaitu para pengajar belum
7 ❒

terdapat budaya belajar jeda jauh lantaran selama ini sistem belajar dilaksanakan
merupakan melalui tatap muka, para pengajar terbiasa berada pada sekolah buat
berinteraksi bersama murid-murid, menggunaka adanya metode pembelajaran jarak jauh
menciptakan para pengajar perlu mengikuti keadaan & mereka menghadapi perubahan
baru yang secara eksklusif akan mensugesti kualitas output belajar. Dampak selanjutnya
bagi pengajar yaitu sekolah libur telalu lama menciptakan para pengajar jenuh, pengajar
terbiasa berada pada sekolah buat berinteraksi menggunakan teman-temannya. Kemudian
pengajara akan kehilangan jiwa sosial bila pada sekolah mereka mampu bermain
berinteraksi dengan pengajar-pengajar lain para siswa namun kali ini mereka biasa &
hanya sendiri dirumah. Adanya pandemi covid-19 memaksa para pengajar wajib memakai
teknologi, sebagai akibatnya para pengajar wajib belajar & siap mengajar melalui jeda jauh
menggunakan teknologi. Setiap sekolah menyiapkan indera & sistem pembelajaran jarak
jauh & melakukan bimbingan teknis pada para pengajar supaya mampu memakai teknologi
modern pada pembelajaran buat menaikkan kualitas siswa pada sekolah dasar.

Kendala yang dihadapi para pengajar merupakan adanya penambahan pembelian


kuota internet, teknologi online memerlukan koneksi jaringan ke internet & peningkatan
kuota akan bertambah serta hal ini akan menambah pengeluaran guru.[19] Untuk
melakukan pembelajaran secara daring dalam beberapa bulan terakhir ini diperlukan kuota
dan hal ini secara otomatis akan meningkatkan pengeluaran biaya yang meningkat.
Pengetahuan para pengajar dalam menggunakan teknologi dan menguasai teknologi dalam
pembelajaran online dituntut meningkat dengan cepat.[20] Komunikasi guru dan sekolah
serta orang tua harus terjalin dengan lancar, artinya ada pengeluaran tambahan biaya yang
wajib dibayar guru, misalnya pulsa telvon, internet. Jam kerja para pengajar yang menjadi
tidak terbatas karena harus berkomunikasi dan berkoordinasi dengan para siswa, orang
tua/wali, guru lain, bahkan kepala sekolah.

Dampak Terhadap Orang Tua Kendala yang dirasakan orang tua yaitu sama halnya
dengan para pengajar yakni adanya penambahan biaya pembelian kuota internet. Kendala
selanjutnya yang dirasakan orang tua yaitu para orang tua harus meluangkan waktu lebih
ekstra kepada anak-anaknya untuk mendapingi saat belajar online, para orang tua harus
mampu membagi waktu mereka antara pekerjaan dengan mendampingi anak saat belajar
online. Pembelajaran online juga memaksa orang tua harus mampu menggunakan
teknologi dalam mendampingi anak saat pembelajaran online dirumah.

4. KESIMPULAN
Perubahan merupakan suatu proses untuk memberikan dampak yang besar bagi
masyarakat terutama anak-anak Sekolah Dasar yang harus melakukan kegiatan
pembelajaran dirumah. Kegiatan ini dilakukan karena aturan pemerintah supaya virus
corona tidak menular. Untuk itu Pembelajaran kepada anak-anak sekolah tetap dilakukan
meskipun pelaksanaannya dilaksanakan secara daring. Meskipun dalam praktiknya banyak
mengalami masalah seperti susah sinyal, dan kurangnya pengetahuan akan teknologi,
praktik pembelajaran daring tetap dilakukan oleeh Guru dan anak-anak sekolah dasar
dengan berbagai macam aplikasi salah satunya yang digunakan adalah aplikasi zoom.
Proses perubahan yang terjadi memang memberikan dampak terhadap masyarakat
Indonesia terutama anak-anak Sekolah Dasar. Dampak yang positif anakanak bisa
menerima pelajaran di rumah sambil bermain.

Hal ini perlu adanya pemantauan khusus agar tidak berakibat fatal bagi siswa.
Perkembangan zaman sekarang ini lambat laun telah mengubah sisi dari kehidupan kita,
Judul naskah singkat dan jelas, menyiratkan hasil penelitian (Penulis Pertama)
8

termasuk dalam penggunaan teknologi yang canggih. Kehadiran gawai (gadget) sangat
dibutuhkan oleh makhluk sosial khususnya manusia sebagaimedia komunikasi dan sangat
membantu sekali karena untuk ukurannya sangat berbagai macam bentuk dan mudah
dibawa kemana-mana yang diinginkan. Dalam hal ini gawai memiliki dampak positif dan
negatif khususnya pada peserta didik. Hal tersebut mendominasikan pada proses
pembelajaran disekolah untuk meningkatkan penggunaan gawai dengan efektif. Pada
kenyataannya anak-anak zaman sekarang ini terlalu asik dalam menggunakan gawainya,
mereka akan lupa dengan kebutuhannya sendiri yaitu belajar dan bersosiali pada
masyarakat. Tidak menutup kemungkinan gawai sangat berpotensi.

Penurunan motivasi dan keaktifan belajar siswa selama pembelajaran daring di


tengah pandemi Covid-19 dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu guru tidak dapat
memeantau aktivitas siswa pada proses pembelajaran, siswa membutuhkan penjelasan
langsung secara verbal dari guru, ketersediaan layanan internet di daerah plosok,
mengeluarhkan biaya lebih yang diperlukan dalam pembelajaran daring, dan penggunaan
gadget yang berlebihan oleh siswa. Perlu adanya pemantauan oleh guru dan orang tua,
dimana waktu belajar dan waktu bermain harus diatur, sehingga nantinya siswa dapat
terbiasa untuk mengontrol waktunya tidak hanya untuk bermain saja namun juga perlu
menambah semangat belajar. Guru harus membuat suasana belajar yang menyenangkan,
entah dengan mengganti model pembelajaran, metode pembelajaran dan lain – lain.

UCAPAN TERIMA KASIH (10 PT)


Alhamdulillah puji syukur kepada Allah swt, karena kehendak dan ridhaNya
peneliti dapat menyelesaikan penelitian untuk artikel ini. Peneliti juga sangat menyadari
bahwa artikel ini tidak akan selesai tanpa doa, dukungan dan dorongan dari berbagai pihak.
Adapun dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1.Pembimbing saya selama membuat artikel ini yaitu Ibu Riris Tiani
2.Guru Kelas 5 UPT SDN 5 GRESIK
3.Murid murid sd disekitar lingkungan tempat tinggal
Juga pihak pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Aay Susilawati, Hernani. (2016). The Application of Project Based Learning Using
Mind Map to Improve Students Environmental Attitudes of Waste Management In
Junior High School Aay Susilawati 1. Jurnal International Conference on
Mathematics, Science, and Education. 2016(18), 74-79.

[2] Aji, W., Dewi, F., Kristen, U., & Wacana, S. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap
Implementasi Pembelajaran Daring Di Sekolah Dasar. Edukatif: Jurnal Ilmu
Pendidikan, 2(1), 55–61.https://doi.org/https://doi.org/10.31004/edukatif.v2i1.89
9 ❒

[3] Herliandry et al. (2020). Pandemic learning during the Covid-19. Jurnal Tegnologi
Pendidikan, 22(1), 65-70. http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jtp

[4] Khasanah, D. R. A. U., Pramudibyanto, H., & Widuroyekti, B. (2020). Pendidikan


Dalam Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Sinestesia, 10(1), 41–48.

[5] Krissandi & Rusmawan. (2015). Kendala Guru Sekolah Dasar Dalam Implementasi
Kurikulum 2013. Jurnal Cakrawala Pendidikan. 3(3), 457-467. DOI
10.21831/cp.v3i3.7409

[6] Novita, D., & Hutasuhut, A. R. (2020). PLUS MINUS PENGGUNAAN


APLIKASIAPLIKASI PEMBELAJARAN DARING SELAMA PANDEMI
COVID-19. June, 0– 11.

[7] Nurkholis. (2020). Dampak Pandemi Novel-Corona Virus Disiase ( Covid-19 )


Terhadap Psikologi Dan Pendidikan Serta Kebijakan Pemerintah. Pgsd, 6(1), 39–
49. https://e-journal.umc.ac.id/index.php/JPS

[8] Pribowo, F. S. P. (2020). Persepsi Guru SD Muhammadiyah Terhadap Penggunaan


Gawai Dalam Pembelajaran Di Kelas. Literasi Dalam Pendidikan Di Era Digital
Untuk Generasi Milenial, 209–219.
http://journal.umsurabaya.ac.id/index.php/Pro/article/view/4885/2820

[9] Purwanto, A., Pramono, R., Asbari, M., Santoso, P. B., Wijayanti, L. M., Choi, C.
H., & Putri, R. S. (2020). Studi Eksploratif Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap
Proses Pembelajaran Online di Sekolah Dasar. EduPsyCouns: Journal of Education,
Psychology and Counseling, 2(1), 1–12.
https://ummaspul.ejournal.id/Edupsycouns/article/view/397

[10] Pujilestari. (2020). Dampak Positif Pembelajaran Online Dalam Sistem Pendidikan
Pasca Pandemi Covid-19. Jurnal Adalah, 4(1), 49-56.
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/adalah/article/view/15394

[11] Silalahi. (2018). Development Research (Penelitian Pengembangan) dan Research


& Development (Penelitian & Pengembangan) dalam Bidang
Pendidikan/Pembelajaran. Seminar & Workshop Penelitian Desertasi Program
Doktoral Pasca Sarjana. June, 1-13.

[12] Widodo & Kadarwati.( 2013). To Improve Learning Achievement. Jurnal


Cakrawala Pendidikan. 32(1), 161-171.

[13] Abdurrahman, M. (2012).Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

[14] Bahruddin dan Esa Nur Wahyuni, 2009.Teori Belajar dan Pembelajaran,
Yogyakarta: ArRuzzMedia
Depdiknas. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 77 Tahun 2008
Tentang
Ujian Nasional Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) Tahun
Pelajaran 2008/2009. Jawa Timur.

Judul naskah singkat dan jelas, menyiratkan hasil penelitian (Penulis Pertama)
10

[15] Djaaali. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

[16] Husni, Latifah. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam
meningkatkan Hasil belajar Matematika. Jurnal Edukasi Musi Rawas. Vol.4 (1):
hal.125-144.

[17] Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.Jakarta: Bumi


Aksara,2000.

[18] Slameto, 2010.Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Rev. ed).


Jakarta: Rineka Cipta.

[19] Soedjana, Nana 2000.Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.

[20] Sujarweni, V.Wiratna. 2014. Metodeologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru


Pres

Anda mungkin juga menyukai