Menurut Yuliana (2020, hlm. 187) “Diawal tahun 2020, dunia digemparkan dengan merebaknya virus baru yaitu coronavirus jenis baru (SARS-COV-2) dan penyakitnya disebut Coronavirus disease 2019 (Covid-19). Diketahui, asal mula virus ini berasal dari wuhan, Tiongkok.” Dengan demikian keadaan pada saat itu dirasa cukup bahaya dengan adanya pemberitaan mengenai virus baru dengan penyebaran yang cukup cepat merambat keseluruh dunia dan bisa menghambat segala faktor yang biasa dilakukan manusia sehari hari seperti biasanya. Adapun menurut Kemendagri dalam Pedoman umum menghadapi pandemi Covid-19, yaitu “ Pada tanggal 12 Februari 2020, WHO resmi menetapkan penyakit novel pada manusia ini dengan sebutan CoronaVirus Disease (Covid-19). Covid-19 disebabkan oleh SARS-COV2 yang termasuk dalam keluarga besa coronavirus yang sama dengan penyebab SARS pada tahun 2003, hanya berbeda jenis virus. Gejalanya mirip dengan SARS namun angka kematian SARS lebih tinggi dibanding Covid-19. Namun Covid-19 penyebarannya lebih cepat dan luas dibanding SARS”. Maka hal tersebut sudah jelas virus ini sangat mematikan untuk seluruh umat manusia dimuka bumi ini terutama untuk negara indonesia. Karena indonesia merupakan negara berkembang dan masuk kedalam negara tersibuk di dunia. Menurut Susilowati & Azzasyofia (2020, hlm. 1) Mengatakan, “Pemerintah indonesia menyikapi pandemi ini sebagai darurat kesehatan masyarakat, sehingga mengeluarkan kebijakan restriksi sosial berskala besar sebagai kebijakan yang dinilai efektif untuk memutus rantai pandemi Covid-19, yaitu semua orang tinggal di rumah dan di rumah meminimalkan aktivitas di luar rumah. Kebijakan tersebut mulai berlaku pada 16 maret 2020, termasuk dalam bidang pendidikan dimana terdapat kebijakan menutup sekolah sementara dan mengalihkan proses pembelajaran ke rumah”. Berdasarkan kutipan tersebut bahwa pada situasi pandemi Covid-19 ini sangat mempersulit seluruh masyarakat indonesia. Karena, aktivitas yang harus dilakukan oleh masyarakat terbatas dan juga berdampak kepada para guru dan pelajar yang harus melakukan kegiatan pembelajaran dari rumah. Keadaan pandemi covid ini memaksa sekolah untuk ditutup sementara karena dengan keadaan yang sulit dan berpengaruh kepada guru dan pelajar yang mengharuskan belajar di rumah masing-masing. Pembelajaran dari rumah tidak hanya menjadi kendala para guru dan pelajar saja, tetapi orang tua juga mengalami hambatan yang sama dengan melakukan pekerjaannya dari rumah. Pada situasi saat ini pemerintah menetapkan untuk pembelajaran daring dari jenjang anak usia dini sampai dengan perguruan tinggi. Namun ada beberapa orang tua yang sudah mempercayakan pendidikan kepada sekolah seperti yang di paparkan menurut Rosdiana (2006, hlm. 62) yang menyatakan bahwa “Persepsi orang tua bahwa pendidikan anak dirasa cukup diserahkan sepenuhnya kepada guru disekolah”. Oleh karena itu pembelajaran yang biasanya dilaksanakan langsung di sekolah-sekolah pada situasi saat ini tidak memungkinkan dengan keadaan yang seperti biasanya, karena adanya virus Covid-19 yang membahayakan bagi umat manusia. Begitu juga dengan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah untuk melakukan suatu sistem perubahan pembelajaran di sekolah yaitu pembelajaran daring yang bisa menjadi solusi terbaik sementara agar belajar mengajar yang biasa dilakukan di sekolah tetap berjalan di rumah masing-masing dengan didampingin orang tua. Namun, pada kondisi saat ini menunjukkan pembelajaran daring yang dilakukan di rumah dengan bimbingan orang tua banyak kendala yang dihadapi, sehingga tidak sedikit orang tua yang meminta agar pemerintah secepatnya bisa melakukan pembelajaran seperti biasanya atau tatap muka. Kesulitan yang dialami para orang tua dalam membimbing anak belajar di rumah meliputi kurang memahami materi yang diberikan guru oleh orang tua, kesulitan orang tua dalam membantu menumbuhkan minat belajar anak, tidak memiliki waktu yang cukup untuk mendampingi anak karena berhalangan dengan pekerjaan, dan terkendala terkait jangkauan layanan internet. Oleh karena itu, dalam pembelajaran daring ini justru menambah kesulitan juga bagi para orang tua dalam mendampingi anak belajar di rumah. Dalam hal ini pembelajaran yang mengalami sulitnya anak dan orang tua untuk memahami salah satu mata pelajaran yaitu pelajaran PJOK. Karena pada hakikatnya PJOK merupakan pembelajaran yang memanfaatkan aktivitas fisik dan tujuan pelajaran ini untuk membantu anak bisa melakukan suatu gerakan agar bisa membentuk fisik dan jasmani, agar anak bisa menjaga tubuh agar tetap sehat dan bugar dan bisa melakukan aktivitas fisik sesuai dengan materi yang diberikan oleh guru disekolah. Dengan adanya pandemi seperti ini tentunya salah satu pelajaran PJOK ini sangat memiliki keterbatasan untuk bisa dilakukan oleh anak untuk melakukan aktivitas fisik dengan materi yang diberikan oleh guru dan juga orang tua tentunya tidak memahami dengan sepenuhnya materi yang diberikan oleh guru. Berdasarkan hasil pengamatan penulis pembelajaran daring selama pandemi covid ini menjadi salah satu solusi agar pembelajaran tidak terhenti di tengah pandemi Covid-19. Namun, pada pelaksanaan di lapangan ada beberapa yang menjadi hambatan pada pembelajaran daring, berupa sulitnya memahami materi yang diberikan dan sulitnya mendampingi anak karena berhalangan dengan pekerjaan. Dengan demikian orang tua mengalami kesulitan atau stress, apalagi dengan keadaan layanan internet yang terkadang menjadi hambatan hal terpenting juga. Dalam hal pembelajaran daring ini tuntutan orang tua juga sangat berat selain menjadi pengasuh dalam keluarga namun harus juga mempraktikkan dirinya sebagai guru di rumah yang bisa membantu dan membimbing anaknya untuk belajar dengan keadaan yang terbatas. Oleh karena itu berdasarkan hasil pengamatan tersebut, penulis tertarik untuk meneliti judul tentang “Tingkat Stress Orang Tua Terhadap Anak Pada Pembelajaran Daring Di Pandemi Covid-19 Sdn 032 Tilil Kota Bandung”.