Anda di halaman 1dari 9

LOMBA ESSAY

SMP/MTs SEDERAJAT
VIRTUAL BISA MEMENGARUHI GENERASI BANGSA?

Disusun Oleh:

Nama : Kaylila Adisty Mulya NIS : 121164010001200014

Guru Pendamping:
Jubaidah, S.Pd

MTs NEGERI 1 PASER


KABUPATEN PASER
TAHUN 2022
VIRTUAL BISA MEMENGARUHI GENERASI BANGSA?

Baru saja kita telah melakukan pembelajaran secara daring melalui media
zoom/g-meet. Pendidikan dengan jarak jauh memiliki tujuan agar meningkatkan
mutu pendidikan dan juga relevansi pendidikan serta meningkatkan pemerataan
akses dan perluasan pendidikan. Saat ini pun kita juga masih berada di era
pandemi, bahkan terdapat virus baru pada saat ini. Sekarang virus semakin
merebak, maka dari itu siswa harus kembali belajar secara virtual. Persoalannya
adalah cara kerja pendidikan berubah namun metodologisnya tetap sama. Pandemi
Covid-19 dianggap atas berubahnya sistem pendidikan saat ini. Sistem
pembelajaran daring yang tak dilandasi orientasi yang kuat dan menyebabkan
kebijakan sekolah online dianggap mengganggu, sesuatu yang tidak biasa
dilakukan, dan sebagainya.

Pendahuluan
Pandemi Covid-19 di Indonesia mulai terjadi pada bulan Maret 2020,
dimulai dengan adanya korban positif di kota Depok. Setelah itu peningkatan
kasus pun terjadi di seluruh wilayah Jabodetabek sehingga menjadi kawasan zona
merah. Pandemi Covid-19 memaksa masyarakat dunia mendefinisikan makna
hidup, tujuan pembelajaran dan hakikat kemanusiaan. Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengeluarkan Surat Edaran dari Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 36962/MPK.A/HK/2020, tertanda 17 Maret
2020. Jika selama ini manusia-manusia dipaksa hidup dalam situasi serba cepat,
pekerjaan tanpa henti, dan kejaran target pertumbuhan ekonomi dalam sistem
kompetisi. Namun, persebaran virus Corona (Covid-19) yang menjadi krisis besar
manusia modern, memaksa kita untuk sejenak bernafas, berhenti dari pusaran
sistem, serta melihat kembali kehidupan, keluarga, dan lingkungan sosial dalam
arti yang sebenarnya. Manusia dipaksa ‘berhenti’ dari rutinitasnya, untuk
memaknai apa yang sebenarnya dicari dari kehidupan.
Indonesia punya tantangan besar dalam penanganan Covid-19. Dari semua
aspek yang menjadi tantangan saat ini. Aspek pendidikan adalah salah satu aspek
yang esensial untuk didiskusikan. Perbedaan dalam sistem pendidikan terutama
sangat dirasakan oleh para siswa. Tidak semua siswa sudah terbiasa menggunakan
teknologi dalam kehidupan sehari-harinya. Di sekolah pun mereka harus
bergantian dalam menggunakan perangkat teknologi pendukung pembelajaran
karena keterbatasan sarana yang dimiliki oleh sekolah/madrasah bahkan mungkin
mereka tidak dikenalkan teknologi dalam pembelajaran. Keterbatasan sarana dan
prasarana kepemilikan perangkat pendukung teknologi juga menjadi masalah
tersendiri. Bukan rahasia umum bahwa kesejahteran guru masih sangat rendah,
jadi jangankan untuk memenuhi hal-hal tersebut, untuk memenuhi kebutuhan
pokok keluarganya saja masih banyak guru yang kesulitan.

1. PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh)


Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Kemendikbudristek) mengeluarkan Surat Edaran (SE) Mendikbudristek Nomor 2
Tahun 2022 tentang Diskresi Pelaksanaan Keputusan Bersama Empat Menteri
tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19.
Dalam SE tersebut, tercantum bahwa Pembelajaran Tatap Muka (PTM).
Berdasarkan Undang-Undang Perguruan Tinggi nomer 12 tahun 2012, pasal 31
tentang Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) menjelaskan bahwa PJJ merupakan proses
belajar mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui penggunaan berbagai
media komunikasi.

Sejak pandemi Covid-19 melanda, dunia pendidikan terpaksa


memindahkan proses belajar mengajar dari sekolah ke rumah untuk memutus
mata rantai penyebaran virus corona. Meski masih banyak kendala yang dihadapi,
satuan pendidikan mulai terbiasa menyelenggarakan BDR. Metode BDR sendiri
ada dua, yaitu Pembelajaran Jarak Jauh Dalam Jaringan (PJJ Daring) dan PPJ
Luar Jaringan (Luring). PJJ Daring secara khusus menggabungkan teknologi
elektronik dan teknologi berbasis internet, sementara PJJ Luring dapat dilakukan
melalui siaran televisi, radio, modul belajar mandiri, bahan cetak maupun media
belajar dari benda di lingkungan sekitar. Memberikan pengalaman belajar yang
bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian
kurikulum kenaikan kelas maupun kelulusan. Memfokuskan pada pendidikan
kecakapan hidup antara lain mengenai pandemi Covid-19. Memberikan variasi
aktivitas dan tugas pembelajaran belajar dari rumah antarsiswa, sesuai minat dan
kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses/fasilitas
belajar dari rumah. Memberikan umpan balik terhadap bukti atau produk aktivitas
belajar dari rumah yang bersifat kualitatif dan berguna bagi guru, tanpa
diharuskan memberi skor/nilai kualitatif.

2. Siswa Banyak Yang Tidak Mengerti Pelajaran Pada Saat Daring

Banyak berita beredar tentang pendidikan di Indonesia mulai menurun.


Kualitas pendidikan menurun tajam pada tahun 2020. Berdasarkan survei
UNICEF pada awal Juni terhadap 4.016 responden dari 34 provinsi dengan
rentang usia 14-24 tahun, 69% merasa bosan belajar dari rumah (BDR). Selama
BDR, responden mengalami dua tantangan utama, yakni 35% kesulitan akses
internet dan 38% kurang bimbingan guru. Kemudian, 62% membutuhkan
dukungan kuota internet dan 26% membutuhkan dukungan guru. Sementara itu,
87% responden ingin segera kembali ke satuan pendidikan dengan berbagai
alasan. Di antaranya, senang metode belajar tatap muka 61%, rindu teman 51%,
dan bosan di rumah 48%. Sedangkan 59% responden mengaku belum ingin
kembali ke satuan pendidikan karena khawatir terpapar Covid-19. Sekitar 12%
tidak memiliki biaya dan 1% takut perundungan. Meski banyak yang ingin
segera kembali ke satuan pendidikan, namun 50% responden menilai
pembelajaran tatap muka sebaiknya dimulai setelah kasus Covid-19 menurun.
Adapun 25% berpendapat belajar tatap muka dimulai saat tahun ajaran baru.
Pemerintah perlu memastikan kesiapan satuan pendidikan dalam menerapkan
kenormalan baru (new normal). Baik dari segi sumber daya maupun sarana dan
prasarana. Perlu ada sosialisasi yang masif tentang pembukaan satuan
pendidikan melalui cara online dan offline. Sehingga, kekhawatiran orang tua
dapat diminimalkan dan tidak terjadi misinformasi. Selain itu, kapasitas
pendidik dan peserta didik harus ditingkatkan, agar dapat menyesuaikan diri
dalam kondisi darurat.
3. Semangat Siswa/siswi Yang Menurun Pada Saat Pembelajaran
Virtual

Pada saat pembelajaran secara daring, semangat siswa menurun. Hal ini
dikarenakan dengan adanya disrupsi atau gangguan dalam kegiatan belajar
mengajar. Contohnya seperti malas mengerjakan tugas, susah bangun pagi, tidak
memperhatikan guru, keterbatasan fasilitas seperti gawai/jaringan, dan materi
yang tidak tersampaikan secara maksimal. Akibatnya, pelajar dapat mengalami
penurunan motivasi belajar, peningkatan tekanan akibat belajar secara
independent, meninggalkan rutinitas sehari-hari, dan konsekuensi peningkatan
angka Drop Out (DO) bagi siswa.

4. Menurut Survei

Faktor-faktor utama peningkat gangguan kesehatan jiwa remaja adalah


penutupan sekolah, kehilangan rutinitas, dan koneksi sosial terbatas. Kondisi
pandemi Covid-19 menyebabkan sebagian orang merasa khawatir atau takut yang
berlebihan dan berpikir yang tidak masuk akal. Tidak jarang mereka memiliki
kecurigaan dan prasangka pada orang yang memiliki tanda-tanda penderita Covid-
19. Hal tersebut semakin membuat orang semakin berusaha mencari berita
mengenai Covid-19, dan tidak dapat memilah berita yang akurat sehingga
memunculkan kecemasan. Keadaan demikian membuat seseorang mengalami
sulit tidur, sakit kepala, dan gangguan fisik lainnya. Inilah yang disebut kondisi
stress. Pada masa pandemi Covid-19 kondisi stress dapat diklasifikasikan menjadi
3 ruang lingkup: stress akademik yang biasa dialami oleh siswa/mahasiswa, stress
kerja, dan stress dalam keluarga. Ruang lingkup yang terakhir sangat potensial
dialami oleh ibu rumah tangga, karena kebijakan WFH (Work From Home) yang
membuat ibu rumah tangga mendadak harus mendampingi putra putrinya belajar
di rumah dengan segala persoalannya. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan analisis data secara deskriptif yang bersumber dari
berbagai media online. Dapat disimpulkan bahwa hanya orang yang mampu
menyesuaikan diri dan mengelola dengan baik kondisi yang ada akan terhindar
dari stress, bahkan mampu menjadikan stress menjadi eustrres (stress yang positif)
karena mereka menjadi kreatif dan produk.

Sepertinya banyak yang berpikir bahwa sehat itu hanya ketika tidak ada
penyakit secara fisik, padahal menurut WHO, sehat itu tidak hanya secara fisik
tapi juga mental dan sosial. Sedangkan, menurut Undang-Undang Kesehatan Jiwa,
seseorang dikatakan sehat jiwa jika dapat berkebang secara fisik, mental, sosial,
dan spiritual sehingga individu tersebut menyadari kemampuan dirinya salah
satunya dalam menghadapi tekanan seperti di masa Covid-19.

Jika remaja memiliki kesulitan dalam menghadapi tekanan-tekanan atau


perubahan yang disebabkan Covid-19 maka remaja tersebut memiliki masalah
kesehatan jiwa. Orangtua, guru, lingkungan sekitar, bahkan siswa itu sendiri perlu
memiliki kesadaran terhadap kesehatan jiwa agar bisa ditangani dengan cepat dan
tepat. Caranya, dengan melakukan upaya promotif dengan rangkaian kegiatan
penyelenggaraan layanan kesehatan yang bersifat promosi tentang edukasi
kesehatan jiwa.

5. Pembelajaran Virtual Sebagai Opsi Fundamental


Dalam konteks pandemi, kita memang disentuh kultur baru, belajar online.
Namun pada saat yang sama, kita generasi pembelajar saat ini tidak lain adalah
generasi milenial dengan sistem digitalisasi sebagai karakter utama. Bahkan di
beberapa tempat, khususnya di negara-negara yang maju secara teknologi, belajar
online adalah sesuatu yang lumrah. Lalu apa artinya belajar online di tengah
pandemi?
Sadar atau tidak belajar online dalam konteks pandemi merupakan sebuah
pilihan yang paling mungkin diterapkan dalam sektor pendidikan. Artinya, setiap
negara wajib melakukan hal yang sama. Ketika sebuah gerakan dilaksanakan
secara serempak dan dalam tataran global, maka ada suatu kesadaran lain yang
harus dipertimbangkan. Seperti belajar online bukan hanya sebuah pilihan yang
bersifat antropologi, sosiologi, ataupun pedagogi, melainkan suatu pilihan moral,
yakni tanggung jawab setiap kita terhadap kehidupan orang lain. Ini adalah pilihan
etis, sebuah opsi fundamental.
Pandemi terjadi di saat digitalisasi merajai generasi. Tiba tiba saja di
jantung peradaban, setiap negara dengan begitu cepat memanfaatkan kebijakan
virtual sebagai pengganti tatap muka langsung dalam urusan tata kelola
kenegaraan. Dalam aspek internal, manusia telah dilengkapi oleh sistem
kekebalan tubuh sekaligus kemampuan beradaptasi sebagai senjata pribadi
melawan musuh yang tak terlihat namun bergerak dengan skala cepat. Dari dua
sisi ini, mari kita melihat ke dalam sektor pendidikan.

Kita mungkin masih mengetahui bahwa sektor pendidikan berkembang di


dalam sejarah, dengan segala dinamika dan kompleksitasnya juga dijumpai bahwa
setiap generasi pada zamannya, kendati secara evolutif, mampu menyesuaikan diri
dengan sistem yang demikian, dari batu tulis, kertas hingga yang non-kertas atau
virtual. Artinya setiap tantangan dalam sektor pendidikan selalu disertai dengan
kapasitas adaptif manusia. Karena manusia itu progresif sekaligus dinamis. Yang
dibutuhkan hanyalah rekonsilisasi atau kerjasama antara pelaku pendidikan dan
sarana pendidikan

Penutup

Berdasarkan poin – poin di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar


melalui sistem online bukanlah solusi yang tepat untuk belajar, dikarenakan
sistem pembelajaran online yang dilaksanakan berkepanjangan dikhawatirkan
membuat semangat belajar siswa semakin menurun, akibatnya siswa akan terus
bermain gadget dan tidak serius belajar, terlebih untuk siswa tingkat menengah
pertama masih perlu bimbingan penuh saat pembelajaran.

Kesimpulan

Jadi, setiap sistem pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Pada saat era
pandemi seperti saat ini, pastinya kita harus meminimalisir penyebaran virus.
Menurut pendapat saya, pembelajaran virtual bagus adanya, tetapi jika terlalu
lama akan menurunkan semangat siswa/siswi di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Atikah, Ishmah Winahyu. 2020. Dampak Pandemi, Kualitas Pendidikan Alami


Penurunan. https://mediaindonesia.com/humaniora/321039/dampak-
pandemi-kualitas-pendidikan-alami-penurunan. (diakses tanggal 18
Februari 2022)

Nasihudin Al Ansori, Ade. 2020. Semangat Belajar Anak Menurun Selama


Pandemi COVID-19, Ini Penyebabnya.
https://m.liputan6.com/health/read/4431723/semangat-belajar-anak-
menurun-selama-pandemi-covid-19-ini-penyebabnya. (diakses tanggal 18
Februari 2022)

Bayu Argaheni, Niken. 2020. Daring Saat Pandemi COVID-19 Terhadap


Mahasiswa Indonesia.
https://www.researchgate.net/publication/343984226_Sistematik_Review_
Dampak_Perkuliahan_Daring_Saat_Pandemi_COVID-
19_Terhadap_Mahasiswa_Indonesia. (diakses tanggal 18 Februari 2022)

Narda Chaterine, Rahel. 2022. Nadiem Terbitkan Diskresi PTM Terbatas, Daerah
PPKM Level 2 Gelar PTM 50 Persen.
https://nasional.kompas.com/read/2022/02/03/13331261/nadiem-terbitkan-
diskresi-ptm-terbatas-daerah-ppkm-level-2-gelar-ptm-50. (diakses tanggal
20 Februari 2022)
BIODATA PESERTA

Nama : Kaylila Adisty Mulya

Asal Sekolah : MTsN 1 Paser

Tempat/tgl lahir : Tanah Grogot, 17/12/2007

Alamat : Jl. Sultan Abdurrahman, 007/006

Provinsi : Kalimantan Timur

Kabupaten : Paser

Kecamatan : Tanah Grogot

Nomor Hp : 083140804579

Alamat email : kaylaadisty170@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai