Anda di halaman 1dari 3

Nama : Aurelia Alifa Ismanida

Kelas : Indralaya
NIM : 06021282126055
Matkul : Bahasa Indonesia

KEHIDUPAN PADA MASA PANDEMI COVID-19

Pada Awal tahun 2020 tepatnya pada bulan Maret, dunia sedang digemparkan
dengan adanya sebuah virus yang disebut Covid-19. Penyebaran Covid-19 sangatlah cepat
hingga hampir tak ada negara di dunia yang dapat terhindar dari virus ini. Oleh karena itu,
pemerintah di Indonesia telah menghimbau warga untuk tetap di dalam rumah dan
mengisolasi diri. Hal itu, memberikan banyak sekali dampak di dalamnya. Dampak yang
disebabkan dari pandemi ini adalah perubahan dari dunia “nyata” menjadi dunia “maya”.
Seperti contohnya, berbelanja, berinteraksi, maupun dalam konteks belajar mengajar.

Dalam usaha pembatasan sosial ini, pemerintah Indonesia telah membatasi kegiatan
diluar rumah seperti kegiatan pendidikan yang telah dilakukan melalui pembelajaran
online. Hal ini dilakukan dengan harapan virus tidak menyebar lebih luas dan upaya
penyembuhan dapat berjalan maksimal. Pembelajaran online dilakukan dengan
memanfaatkan teknologi khususnya internet. Pembelajaran dilakukan melalui media Group
Whatsapp, Google Classroom, Zoom, Google Meet, dan aplikasi belajar online lainnya. Selama
pelaksanaan pembelajaran daring di masa pandemic Covid-19, terdapat beberapa kendala
yang terjadi. Kendala dalam pembelajaran online ini terjadi pada peserta didik juga ada
pada guru. Contohnya seperti tidak memilik paket data ataupun jaringan. Hal ini
mengakibatkan kurang maksimalnya keterlibatan siswa selama pembelajaran daring,
dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anugrahana (2020) menyatakan bahwa
hanya 50% siswa yang aktif terlibat secara penuh, 33 % siswa yang terlibat aktif.
Sedangkan 17% lainnya, siswa yang kurang aktif dan kurang berpartisipasi dalam
pembelajaran daring. Pada pembelajaran online ini juga peserta didik dapat menjadi
kurang aktif dalam menyampaikan aspirasi dan pemikirannya, sehingga dapat
mengakibatkan pembelajaran yang menjenuhkan. Siswa yang mengalami kejenuhan dalam
belajar akan memperoleh ketidakmajuan dalam hasil belajar. Tak sedikit siswa yang malas
untuk mengumpulkan tugas yang diberikan guru. Hal itu bisa menyebabkan menurunnya
motivasi belajar serta nilai pada peserta didik.

Selain perubahan dalam dunia pendidikan, pandemi Covid-19 ini juga membuat
orang-orang membatasi diri melakukan kegiatan di luar rumah. Salah satunya kegiatan
berbelanja kebutuhan sehari -hari, di antaranya kebutuhan pangan yang dilakukan secara
online. Sebenarnya, banyak sekali dampak yang terjadi ketika orang-orang lebih memilih
untuk berbelanja online. Hal itu membuat toko-toko offline mendapatkan penurunan dari
hasil penjualan mereka. Akan tetapi, tak sedikit juga toko offline yang membuka toko
online untuk meminimalisir kerugian yang di dapat selama masa pandemi. Berbagai alasan
dikemukakan oleh ibu rumah tangga dalam kaitan dengan kenapa berbelanja secara
online menjadi pilihan mereka di masa pandemi Covid-19 ini. Alasan-alasan tersebut
mencakup ketersediaan beraneka ragam barang, kemudahan dan kepraktisan, keamanan
dan kenyamanan, dan tawaran diskon.

Fokus penanganan pandemi COVID-19 di seluruh dunia, mengalihkan perhatian


masyarakat dari faktor psikososial yang ditanggung individu sebagai konsekuensi
terjadinya pandemi. Masalah Kesehatan mental yang muncul akibat pandemi COVID-19
dapat berkembang menjadi masalah Kesehatan yang berlangsung lama. Status darurat
Kesehatan masyarakat yang ditetapkan oleh otoritas Kesehatan dunia dengan melakukan
pembatasan sosial dan isolasi mandiri atau karantina serta membatasi pergerakan
masyarakat akan mempengaruhi kesehatan mental. Ukuran dampak pandemi COVID-19
terhadap kesehatan mental belum dapat diukur secara komperhensif, namun informasi
mengenai dampak pandemi terhadap kesehatan mental dapat diperkirakan dari temuan
penelitian saat wabah MERS-COV pada tahun 2015 di Korea Selatan. Pasien dengan
hemodialisis yang harus menjalani hidupnya dalam kondisi terisolasi dilaporkan
mengalami peningkatan nilai level hematokrit, kalsium, dan fosfor setelah dua minggu
isolasi. Selain itu, dilaporkan juga adanya peningkatan level sirkulasi cell-free genomic DNA
(cc-gDNA) dan cell-free mitochondrialDNA (ccf-mtDNA). Beberapa indikator tersebut
merupakan indikator stres psikofisik pada manusia. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa karantina saat wabah MERS di Korea Selatan dapat menyebabkan peningkatan level
stres pada pasien hemodialisis. Dukungan kesehatan umum dan tindak lanjut harus
diberikan bahkan enam bulan setelah keluar dari isolasi bagi individu dengan status
kesehatan mental yang rentan sebelumnya. Para pasien membutuhkan dukungan yang
sesuai termasuk makanan, pakaian dan akomodasi, jika diperlukan.

Dengan berbagai keterbatasan dalam situasi pandemi Covid-19 menjadi tantangan seorang
guru untuk terus belajar dan memberikan pembelajaran selama masa daring. Guru juga
harus mampu menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan dan inovatif untuk
mengatasi kesulitan belajar. Disamping itu, para peserta didik juga dianjurkan harus
memiliki semangat belajar dengan cara meningkatkan motivasi belajar. Selama pandemi
Covid-19, belanja secara onlinesemakin intensif. Selain dari kelebihan yang dimilikinya,
belanja onlinejuga memiliki kelemahan, yakni seringkali terjadi perbedaan antara
barang yang ditawarkan (offered good) dan barang yang diterima (received goods);
barang yang dibeli tidak dapat langsung diterima karena memerlukan proses pengiriman
yang lamanya tergantung pada jasa layanan level mana yang digunakan (seperti ekspres,
regular, dll.); barang rentan rusak dalam proses pengiriman; dan kerentanan akan
penipuan. Berdasarkan kebijakan penanggulangan COVID-19 dan sejumlah protokol yang
sudah dibuat, maka pemerintah harus mengoptimalisasi integrasi layanan kesehatan
mental yang sudah ada dalam sistem kesehatan nasional. Utamanya dengan pendekatan
berbasis kesehatan masyarakat dan memperkuat pelayanan kesehatan primer. Upaya
tersebut dapat memperluas cakupan pelayanan kesehatan mental yang sangat diperlukan
utamanya pada masa pandemi COVID-19. Cakupan pelayanan kesehatan bagi seluruh
masyarakat yang berkeadilan akan mendorong kepercayaan publik terhadap penanganan
Pandemi COVID-19.

Anda mungkin juga menyukai