Anda di halaman 1dari 4

PORSENI POLTEKKES KEMENKES MAMUJU 2020

KESEHATAN MENTAL MAHASISWA DI ERA PANDEMI

DISUSUN OLEH

NURUL JANNAH

JURUSAN KEPERAWATAN

2020
Penyebaran virus Covid-19 di Indonesia memberikan dampak di berbagai aspek
mulai dari kesehatan, perekonomian, dan bahkan institusi pendidikan juga sangat
merasakan dampak covid -19. Dimana sebelum adanya pandemi Covid-19
menyebar proses pembelajaran semula bersifat konvensional namun harus
dialihkan menjadi pembelajaran secara daring (online). Hal ini sesuai dengan
kebijakan yang dikeluarkan oleh menteri pendidikan Menteri Pendidikan melalui
Surat Edaran mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan
Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19), menghendaki agar seluruh
peserta didik bisa mendapatkan layanan pendidikan yang optimal namun tetap
mengutamakan protokol kesehatan guna memutus rantai Covid-19 semaksimal
mungkin.

Berbagai reaksi pun mulai bermunculan dari kalangan pelajar dan mahasiswa, dari
masalah kesulitan mendapatkan akses internet sampai yang merasa sulit paham
tentang materi yang disampaikan melalui daring, dan sampai merasa bosan belajar
dirumah saja. Hal itulah yang membuat mental seorang pelajar kadang tak karuan.
Menjawabi tantangan yang ada, maka dalam tulisan ini, saya akan mengulik
gagasan mengenai bagaimana kesehatan mental mahasiswa di era pandemi Covid-
19.

Menarik untuk dilihat bahwasannya kendati secara psikologi manusia zaman ini
tidak disiapkan untuk menghadapi implikasi wabah Corona dan pemahaman akan
mental yang sehat tak dapat lepas dari pemahaman mengenai sehat dan sakit
secara fisik. Berbagai penelitian telah mengungkapkan adanya hubungan antara
kesehatan fisik dan mental individu, dimana pada individu dengan Keluhan medis
menunjukkan adanya masalah psikis hingga taraf gangguan mental. Sebaliknya,
individu dengan gangguan mental juga menunjukkan adanya gangguan fungsi
fisiknya.

Hal ini bisa dikaitkan dengan kondisi mahasiswa, dengan belajar online yang
durasinya lebih lama dibanding pembejaran tatap muka belum lagi tugas yang
diberikan saat belajar online yang dinilai lebih banyak ditambah lagi tuhuh merasa
lelah seharian berapa didepan leptop atau handphone mereka belum lagi masalah
jaringan membuat mahasiswa kadang merasa strees dengan tekanan tekanan yang
dirasakan.

Sehat dan sakit merupakan kondisi biopsikososial yang Menyatu dalam kehidupan
manusia. Pengenalan konsep sehat dan sakit, baik secara fisik maupun psikis
merupakan bagian dari pengenalan manusia terhadap kondisi dirinya dan
bagaimana penyesuaiannya dengan lingkungan sekitar.

Pada awal penerapan pembelajaran daring, banyak mahasiswa yang menanggapi


kelas daring ini dengan baik, namun, setelah berjalannya proses perkuliahan
secara daring tersebut, banyak mahasiswa justru mengalami kesulitan dalam
belajar. Keadaan itu justru menurunkan mutu pembelajaran bagi para mahasiswa.
Banyak mahasiswa yang mengeluh, saat belajar online. Hal ini juga dirasakan
oleh salah satu mahasiswa dari universitas kesehata di Sulawesi Barat.

“Menurut saya justru lebih sulit belajar dari rumah, karena ada banyak gangguan
yang sifatnya kurang kondusif. Pikiran jadi buyar dan susah fokus. Apalagi saya
adalah mahasiswa dari jurusan keperawatan dimana saya harus dituntut ahli dalam
bidang jurusan saya seperti menginfus, melakukan transfusi darah tapi bagaimana
caranya saya bisa ahli kalau pembejaran atau praktek nya melalui online. Hal
inilah yang kadang membuat saya bad mood” Menurut, salah satu mahasiswa
telah menjalankan kelas daring sejak bulan Maret akibat pandemik Covid-19.

Adapun menurut WHO (dalam Rasmun, 2001) menyebutkan bahwa terdapat


beberapa kriteria orang yang sehat secara jiwa dan mental, antara lain; 1) mampu
menyesuaikan diri dengan baik pada kenyataan, 2) adanya kepuasan dalam diri,
baik kepuasan atas usaha atau memberi sesuatu, 3) adanya hubungan antar
manusia, seperti sikap saling tolong-menolong, 4) introspeksi diri, 5)
menyelesaikan permusuhan secara kreatif dan konstruktif, dan 6) mempunyai rasa
kasih sayang. 
Dalam konteks pandemi,, kita memang disentuh oleh kultur baru, belajar secara
daring (online). Namun pada saat yang bersamaan, kita generasi pembelajar hari
ini tidak lain adalah generasi milenial. WHO menyebutkan, anak muda alias
generasi milenial saat ini lebih rentan terkena gangguan mental. Terlebih masa
muda merupakan waktu di mana banyak perubahan dan penyesuaian terjadi baik
secara psikologis, emosional, maupun finansial. Misalnya upaya untuk lulus
kuliah dengan nilai yang memuaskan.

Baru baru ini kita digemparkan oleh berita bahwa adanya siswa SMA di Gowa,
Sulawesi Selatan yang depresi dan akhirnya bunuh diri disebabkan karna
banyaknya tugas yang didapatkan saat belajar online. Lantas apakah dengan
adanya kriteria sehat jiwa yang dikeluarkan WHO, dengan model belajar online
komplit dengan proplematika yang didapatkan mahasiswa bisa dikategorikan
masih sehat jiwa atau tidak ?

Kejadian bunuh diri siswa ini seharusnya menjadi alarm yang sangat keras kepada
pemerintah dan dengan tegas memperingatkan pemerintah bahwa masalah
penugasan-penugasan ini adalah sesuatu yang sangat serius memberikan dampak
depresi kepada generasi pembelajar saat ini.

Anda mungkin juga menyukai