Anda di halaman 1dari 17

MENGINTERPRETASI DAN MENGAPRESIASI PUISI

Dosen Pengampu:

Drs. Nandang Heryana, M.Pd.


Dr. Izzah, M.Pd.

Disusun Oleh:

Afina Damayanti 06021282126048


Meita Anjani Puteri 06021282126049
Lufi Permata Putri 06021282126050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021/2022
PENDAHULUAN

Karya sastra adalah hasil sastra baik berupa puisi, prosa maupun lakon.
Sedangkan karya sastra tidak terlepas dari kasrya seni yang merupakan ciptaan yang
dapat menimbulkan rasa indah bagi orang yang melihat, mendengar, dan
merasakannya.
Puisi adalah salah satu karya sastra yang berisi ungkapan perasaan seseorang
yang dububuhi oleh berbagai macam estetika. Puisi merupakan salah satu aspek
budaya bangsa yang tergolong dalam seni sastra. Di dalamnya terkandung cita-cita,
pandangan hiup bangsa, dan permasalah-permasalahan bangsa lainnya. Puisi-puisi
yang dibuat terkadang tidak lepas dari masalah-masalah yang dihadapi dan relevansi
sosial-budaya bangsanya.
Makalah memaparkan hasil kerja kelompok mengenai menginterpretasi dan
mengapresiasi puisi yang berjudul “Kaum Beragama Negeri Ini”. Dengan adanya
makalah ini, kami mengharapkan para pembaca dapat memahami definisi interpretasi
dan apresiasi serta mampu menginterpretasi maupun mengapresiasi puisi.

1
PEMBAHASAN

1. Menginterpretasi Puisi

Interpretasi adalah pemberian kesan, pendapat atau pandangan teoritis


terhadap suatu tafsiran. Sedangkan menginterpretasikan berarti menafsirkan dan
penginterpretasian adalah proses, cara, perbuatan menginterpretasikan.
Interpretasi harus didasarkan pada bukti-bukti dan informasi internal dan
eksternal dari puisi yang dibaca. Interpretasi harus masuk akal, menarik, dan
meyakinkan. Dapat disimpulkan bahwa interpretasi puisi adalah pemberian kesan
dan pemaknaan terhadap puisi dengan berdasarkan bukti-bukti yang masuk akal,
menarik, dan meyakinkan.

2. Mengapresiasi Puisi

Apresiasi puisi adalah penaksiran cipta puisi dengan sungguh-sungguh hingga


tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan
yang baik terhadap cipta puisi. Apresiasi puisi ada sangkut pautnya dengan
mendengar atau membaca puisi dengan penuh penghayatan yang sungguh-
sungguh, menulis, mendeklamasikan, dan menulis resensi puisi. Kegiatan ini
mampu membuat orang memahami puisi secara mendalam, merasakan apa yang
ditulis penyair, dan mampu menghargai puisi sebagai seni dengan keindahan atau
kelemahannya.

2
3. Menginterpretasi dan Mengapresiasi

Kaum Beragama Negeri Ini


Oleh: KH. A. Mustofa Bisri

Tuhan,
lihatlah betapa baik
kaum beragama
negeri ini
mereka tak mau kalah dengan kaum
beragama lain
di negeri-negeri lain.
Demi mendapatkan ridhomu
mereka rela mengorbankan
saudara-saudara mereka
untuk merebut tempat
terdekat disisiMu

Mereka bahkan tega menyodok


dan menikam hamba-hambaMu sendiri
demi memperoleh RahmatMu
mereka memaafkan kesalahan dan
mendiamkan kemungkaran
bahkan mendukung kelaliman
untuk membuktikan
keluhuran budi mereka,
terhadap setanpun
mereka tak pernah
berburuk sangka

3
Tuhan,
lihatlah
betapa baiknya kaum beragama
negeri ini
mereka terus membuatkanmu
rumah-rumah mewah
di antara gedung-gedung kota
hingga di tengah-tengah sawah
dengan kubah-kubah megah
dan menara-menara menjulang
untuk meneriakkan namaMu
menambah segan
dan keder hamba-hamba
kecilMu yang ingin sowan keapadaMu.

NamaMu mereka nyanyikan dalam acara


hiburan hingga pesta agung kenegaraan.
Mereka merasa begitu dekat denganMu
hingga masing-masing
merasa berhak mewakiliMu.

Yang memiliki kelebihan harta


membuktikan
kedekatannya dengan harta
yang Engkau berikan
Yang memiliki kelebihan kekuasaan
membuktikan kedekatannya dengan
kekuasaannya yang Engkau limpahkan.
Yang memiliki kelebihan ilmu

4
membuktikan
kedekatannya dengan ilmu
yang Engkau karuniakan.

Mereka yang Engkau anugerahi


kekuatan sering kali bahkan merasa
diri Engkau sendiri
Mereka bukan saja ikut
menentukan ibadah
tetapi juga menetapkan
siapa ke sorga siapa ke neraka.

Mereka sakralkan pendapat mereka


dan mereka akbarkan
semua yang mereka lakukan
hingga takbir
dan ikrar mereka yang kosong
bagai perut bedug
Allah hu akbar Walilla ilham.

1) Analisis Interpretasi Puisi

5
Pada larik satu sampai empat memberikan informasi bahwa betama baiknya
kaum beragama negeri ini.
. Menurut tafsir penulis, adverbia
merupakan negeri-negeri Timur Tengah yang tengah dilanda konflik panjang.
Sebagian besar konflik terjadi antarsesama kaum muslim sendiri, seperti konflik
Sunni-Syiah di Irak dan Syuriah dan konflik Faksi Fatah dan Faksi Hammas di
Palestina. Pada masa kini, konstelasi konflik di Timur Tengah semakin rumit
dengan runtuhnya otokrasi-otokrasi negara-negara Arab yang dikenal Arab Spring
dan munculnya kelompok ISIS. Hal itu jauh berbeda dengan situasi
keberagamaan kaum muslim di Indonesia yang dikenal santun, toleran, dan
damai.
. Mendapatkan rida Allah
adalah tujuan utama hidup seorang muslim, sedangkan mengorbankan saudara
seagama adalah sikap yang menjauhkan rida Allah. Secara historis, bisa jadi kata
mengorbankan bermakna melakukan tindak penangkapan, penyiksaan, hingga
pembunuhan. Dengan menyingkirkan kelompok yang dianggapnya munafik,
mereka yakin bahwa mereka akan mendapatkan rida Tuhan.

6
Bait ke-2 berbicara tentang kontradiksi yang terjadi karena kesenjangan sosial
dan ekonomi sesama kaum muslim. Semangat kaum kelas menengah muslim
simbolik untuk memopulerkan simbol-simbol Islam seperti memaafkan kesalahan
yang diperbuat tetapi masih saja berbuat kemungkaran dan zalim.

7
Keterpesonaan dan keterikatan pada simbol-simbol agama diwujudkan dengan
membangun rumah ibadah (masjid) dalam jumlah banyak dan megah serta
menyanyikan nama Allah dalam acara hiburan dan pesta agung kenegaraan. Unsur
pengontradiksi dari semua itu
Bait ke-3 jelas menyindir masjid-masjid
megah yang dibangun orang-orang untuk beribadah, menyembah Allah, namun justru
membuat mereka semakin segan dan keder (bingung atau takut, gentar dan gemetar)
sendiri. Kemegahan membuyarkan kedekatan hamba dan
TuhanNya, hablumminallah jadi terasa absurd. Bukankah menyembahNya tidak
harus di tempat megah? Kurang lebih, keseluruhan puisi menyindir mereka yang
beragama tapi tak mengutamakan logika sehingga melakukan hal-hal yang tidak
substansial. Pada bait ke-4 larik ke-3 berisi penilaian lugas terhadap kaum kelas
menengah muslim bahwa mereka merasa dekat dengan Tuhan. Kedekatan dengan
Tuhan merupakan citacita dari setiap umat beragama. Dalam banyak literatur
tasawuf, kedekatan dengan Tuhan harus ditempuh dengan jalan yang panjang dan
sulit. Maka dari itulah dikenal adanya konsep riyadlah (pelatihan) dan mujahadah
(perjuangan). Di sinilah letak penilaian penyair terhadap kaum muslim kota, yaitu
mereka tidak dekat, tapi hanya merasa (begitu) dekat. Rasa kedekatan itu muncul
karena mereka sudah memegang dan menjunjung simbol-simbol agama seperti
membangun masjid dan menyerukan nama Tuhan.

8
Pada bait ke-5, penyair mengelaborasi bidang ekonomi, politik, dan ilmu
pengetahuan dan teknologi (semua bidang itu sangat lekat dengan kehidupan kaum
modern perkotaan). Pada bait ini menjelaskan bahwa jika memiliki harta, kekuasaan,
dan ilmu pengetahuan yang banyak akan mendekatkan diri dengan Tuhan dengan
cara menggunakannya untuk berbuat kebaikan.

9
Dua bait terakhir merupakan klimaks dari sindiran penyair terhadap kaum
Islam Simbolis ini, yaitu bahwa praktik ibadah berlandaskan pengetahuan yang
kosong bagai perut bedug. Bait ke-6 menjelaskan jika kaum Islam Simbolis seperti
orang sok tahu siapa saja yang akan masuk surga dan siapa yang akan masuk
neraka. Puisi ini ditutup dengan sebuah larik yang berbunyi Allahu Akbar Walillahil
. Kalimat tersebut lazim diucapkan umat Islam pada saat-saat perayaan Idul
Fitri dan Idul Adha. Jika melihat titimangsa, yaitu Menjelang Idul Adha 1418/1998,
puisi ini dibuat pada saat umat Islam bertakbir, bertahlil, dan bertahmid atau yang
populer disebut takbiran. Artinya, bisa jadi puisi ini merupakan refleksi dari Mustofa
Bisri sebagai agamawan yang gelisah melihat situasi kebergamaan kaum kelas
menengah muslim simbolik yang terlalu mengedapankan simbol namun mengabaikan
substansi ajaran agama. Hal itu juga dapat dikaitkan dengan filosofi Idul Adha, yaitu
hari raya kurban. Kurban selalu dikaitkan dengan semacam ujian atas
kerelaan/keihklasan kaum muslim dalam beribadah kepada Allah. Namun, gambaran
yang diperlihatkan dalam puisi ini menunjukkan sebaliknya. Larik
juga dapat dibaca sebagai bentuk penyerahan segala masalah yang
dipikirkan penyair kepada Allah.

2) Mengapresiasi Puisi

A.Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik puisi adalah unsur yang terdapat di dalam karya sastra
(puisi). Unsur intrinsik puisi terbagi menjadi dua yaitu, unsur batin dan unsur fisik.

1. Unsur batin
a) Tema
Tema merupakan gagasan pokok penyair lewat puisinya. Gagasan pokok
inilah yang kemudian akan berkembang melalui penjelasan-penjelasan dan

10
hubungan setiap kata dalam puisi tersebut. Tema dalam puisi
adalah spiritualitas atau keagamaan.
b) Rasa atau
Rasa atau pada puisi merupakan sikap penyair terhadap pokok
permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Rasa dalam puisi ini adalah
sedih karena banyak yang mengaku muslim tetapi mengabaikan substansi
ajaran agama.
c) Nada
Nada adalah sikap penyair terhadap pembacanya. Nada dalam puisi
adalah menyindir.
d) Amanat
Amanat adalah pesan kebaikan yang disampaikan pengarang melalui
cerita. Amanat ini sendiri sangat berhubungan dengan sebab-
akibat. Amanat dapat kita petik dari dari yang kita pelajari untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Amanat dari puisi ini adalah
bahwa kita sebagai umat Islam hendaknya mempelajari dan mengamalkan
ajaran agama, bukan hanya sebagai status saja dengan mengabaikan ajaran
agama.

2. Unsur Fisik
a) Diksi
Diksi merupakan pilihan kata-kata yang digunakan dalam puisi yang
merupakan hasil pemilihan secara cermat. Kata-katanya merupakan hasil
pertimbangan baik itu makna, susunan bunyinya, maupun hubungan kata
itu dengan kata-kata lain dalam baris dan baitnya. Diksi dalam puisi ini
terdapat pada larik
arti dari menyodok dan menikam dalam puisi tersebut
adalah istilah kekerasan. Pada larik , maksud
dari kata kelaliman adalah kezaliman. Penyair menggunakan bentuk tidak

11
baku dari zalim yaitu lalim. Pada larik
, memiliki diksi segan
yang artinya takut atau hormat, keder artinya gentar atau gemetar, dan
sowan artinya menghadap. Pada larik
, maksud dari agung adalah besar. Pada larik
maksud dari sakralkan adalah
sucikan dan arti akbar sama seperti agung yaitu besar. Pada larik terakhir
yaitu merupakan kalimat takbir atau tahmid
yang memiliki arti Allah Maha Besar dan segala puji hanya bagi Allah.
b) Imaji
Imaji adalah unsur yang melibatkan penggunaan indra manusia. Imaji
dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan
(visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Pada bait ke-1 larik ke-1,
penyair menggunakan imaji penglihatan (visual). Pada bait ke-2, penyair
menggunakan imaji taktil. Pada bait ke-3, penyair kembali menggunakan
imaji visual. Pada bait ke-4, penyair menggunakan imaji auditif. Pada bait
ke-7, penyair menggunakan imaji auditif.
c) Gaya bahasa atau majas
Majas adalah suatu gaya bahasa yang digunakan penulis sebagai
penyampaian pesan agar lebih imajinatif dan kias. Majas yang digunakan
pada puisi adalah majas sindiran. Bait ke-1,
ke-3, ke-4, dan ke-6 menggunakan majas ironi. Bait ke-2 menggunakan
majas sarkasme. Bait ke-5 menggunakan majas sinisme. Bait ke-7
menggunakan majas perbandingan yaitu asosiasi. Bait ke-3,

menggunakan majas asonansi. Dalam puisi ini juga


menggunakan majas paralelisme pada bait ke-5.

12
d) Rima
Rima adalah bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata untuk
memperindah puisi dan menggambarkan perasaan pengarang. Rima yang
digunakan dalam puisi ini adalah rima bebas, karena setiap baitnya tidak
terikat dan tidak memiliki kesamaan bunyi.
e) Kata konkret
Kata konkret adalah kata yang merujuk pada suatu yang berwujud dapat
dilihat, diraba, didengar dan dicium dan memungkinkan munculnya imaji
yang berhubungan dengan kiasan atau lambang. Kata konkret yang
terdapat dalam puisi ini adalah rumah-rumah mewah, gedung-gedung
kota, kubah-kubah megah, dan menara-menara menjulang yang dapat
dilihat dengan indra penglihatan.

B.Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar puisi dan
memengaruhi kehadiran puisi sebagai karya seni.
1) Biografi
Kiai Haji Ahmad Mustofa Bisri atau lebih sering dipanggil dengan Gus
Mus (lahir 10 Agustus 1944 di Rembang) adalah pimpinan Pondok
Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang. Beliau adalah seorang kiai
yang multitalenta dengan melahirkan berbagai karya seni, kaligrafi,
menjadi budayawan, dan cendikiawan. Gus Mus merupakan putra ketujuh
dari delapan bersaudara, dari pasangan KH. Bisri Musthofa dan Ma’rufah.
Pada periode kepengurusan NU 2010-2015, hasil Muktamar NU ke-32 di
Makassar, Kiai Mustofa Bisri diminta untuk menjadi Wakil Rois Aam
Syuriyah PBNU mendampingi KH. M. A. Sahal Mahfudz. Pada bulan
Januari tahun 2014, KH. M. A. Sahal Mahfudz menghadap ke Sang
Pencipta. Maka sesuai AD ART NU, Gus Mus mengemban amanat

13
sebagai Penjabat Rois Aam hingga Muktamar ke-33 yang berlangsung di
Jombang, Jawa Timur.
2) Unsur Sosial
Unsur sosial adalah unsur yang sangat erat kaitannya dengan kondisi
masyarakat ketika puisi tersebut dibuat. Unsur sosial dalam puisi
adalah keadaan orang mengaku muslim tetapi
mengabaikan substansi ajaran agama sehingga mengandung unsur
menyindir.
3) Nilai
Unsur nilai adalah unsur yang berkaitan dengan pendidikan, seni,
ekonomi, politik, sosial, budaya, adat-istiadat, hukum, dan sebagainya.
Nilai yang terkandung dalam puisi menjadi daya tarik tersendiri, sehingga
dapat memengaruhi baik buruknya sebuah puisi. Pada puisi ini
mengandung nilai spiritual dan nilai moral. Karena puisi ini menjelaskan
kepada kita, umat beragama sudah seharusnya mengamalkan niai-nilai
yang diajarkan dalam agama.

14
PENUTUP

Interpretasi puisi adalah pemberian kesan dan pemaknaan terhadap puisi


dengan berdasarkan bukti-bukti yang masuk akal, menarik, dan meyakinkan.
Apresiasi puisi adalah penaksiran cipta puisi dengan sungguh-sungguh hingga
tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan
yang baik terhadap cipta puisi. Dalam mengapresiasi puisi kita harus memahami
unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik terbagi menjadi unsur fisk yang
meliputi tema, rasa, nada, amanat, dan unsur batin yang meliputi diksi, imaji,
majas, rima, dan kata konkret. Sementara unsur ekstrinsik meliputi biografi, unsur
sosial, dan nilai yang terkandung dalam puisi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Badria, R. (2010).
[Skripsi, Universitas Sebelas Maret].
https://123dok.com/document/lzgmvg2z-pelaksanaan-pembelajaran-apresiasi-puisi-
kelas-negeri-surakarta-ajaran.html.

Mulyana, T. (2017). Muslim Kelas Menengah Dalam Tiga Puisi Mustofa Bisri
(Middle Class Muslim in Three Poetries by Mustofa Bisri).
(1), 73-84.

Ntelu, A., Hinta, E., Yasin, Y., & Supriyadi, S. (2020). Bahasa figuratif dalam puisi-
puisi karya Chairil Anwar. , (1), 41-56.

Pradopo, R. D. (1995). Interpretasi Puisi. Humaniora, (1).

Suyitno, S., Andayani, A., & Eko, N. (2015). Pembelajaran berbasis pendidikan
karakter berbahan ajar puisi dengan teknik pembacaan heuristik-
hermeneutik. , (1).

16

Anda mungkin juga menyukai