Anda di halaman 1dari 8

Nama : Nurun Aynun Jamilah

Nim : 170110201044

Matkul : UAS Semiotika

Soal :

1. Jelaskan dinamika dan langkah metodologis 5 teori Semiotika (F. Saussure, C.S. Pierce, R.
Barthes, M. Riffaterre dan P. Ricocuer)
2. Terapkan masing-masing teori pada karya sastra yang dibaca (5 karya sastra berbeda)

Jawaban:

1. Dinamika dan langkah metodologis


a) F. Saussure
Melihat tanda sebagai pertemuan: Penanda (Signifiant) dan Petanda (Signifie)
• Penanda : citra akustik, citra bunyi bahasa dalam kehidupan kita sebagai “bentuk”.
• Petanda : “ makna “ atau “ konsep” yang ditangkap
• Hub antara bentuk dan makna tidak bersifat pribadi, tetapi sosial, ada kesepakatan
(konvensi) sosial.
b) C.S. Pierce

Bagi Pierce (Pateda, 2001: 4), tanda “is something which stands to somebody for
something in some respect orcapacity.” Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa
berfungsi, oleh Pierce disebut ground. Konsekuensinya, tanda (sign atau
representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadik, yakni ground, object,
interpretant. Representasi adalah proses perekaman gagasan, pengetahuan, atau pesan
secara fisik. Secara lebih tepat, dapat didefinisikan sebagai penggunaan tandatanda
(gambar, suara, dan sebagainya.) untuk menampilkan ulang sesuatu yang diserap,
diindra, dibayangkan, atau dirasakan dalam bentuk fisik. Dalam semiotika, dinyatakan
bahwa bentuk fisik sebuah representasi, yaitu X, pada umumnya disebut sebagai
penanda. Makna yang dibangkitkannya (baik itu jelas maupun tidak), yaitu Y, pada
umumnya dinamakan petanda, dan makna secara potensial bisa diambil dari
representasi ini (X = Y) dalam sebuah lingkungan budaya tertentu disebut sebagai
signifikasi (sistem Penandaan). Pepustakaan, sumber bacaan, karya ilmiah, buku - buku
yang berkaitan dengan masalah penelitian, dan internet.

c) R. Barthes
Menurut Roland Barthes, tanda terdiri atas 4 substansi:
• Substansi ekspresi, misalnya suara dan articulator
• Bentuk ekspresi yang dibuat dari aturan-aturan sintagmatik dan paradigmatic
• Substansi isi, misalnya adalah aspek-aspek emosional, ideologis, dan pengucapan dari
petanda
• Bentuk isi adalah susunan formal petanda di antara petanda-petanda itu sendiri.
Penanda adalah sesuatu yang formal dan kadang-kadang bersifat fisik Petanda bukan
“benda” melainkan konsep. Konsep merupakan representasi mental dari “benda”
(penanda). Baik penanda maupun petanda akan selalu berhubungan dan percampuran
keduanya disebut isologi

• Penelitian dengan teori semiotika Roland Barthes, terdapat denotatif sebagai sistem
tanda pada tataran pertama, konotatif sebagai sistem tanda tataran kedua dan mitos atau
ideologi yang berfungsi untuk mengungkapkan serta memberikan pembenaran bagi
nilai-nilai dominan yang berlaku dalam periode atau masa-masa tertentu. Dalam mitos
atau ideologi sendiri terbagi menjadi 3 dimensi, yaitu penanda (signifier), petanda dan
tanda. (Barthes, 2007: 300)
d) M. Riffaterre
• Ketidaklangsungan ekspresi disebabkan oleh 3 hal:
1. Penggantian arti (displacing of meaning): adanya penggunaan metafora dan metonimi
dalam karya sastra.
2. Penyimpangan arti (distorting of meaning): disebabkan 3 hal: ambiguitas, kontradiksi,
dan nonsense
3. Penciptaan arti (creating of meaning): adanya penggunaan pembaitan, enjambemen,
persajakan, tipografi, dan homologues
• Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik (Retroaktif)
Pembacaan Heuristik: pembacaan berdasarkan struktur kebahasaannya atau secara
semiotik berdasarkan sistem semiotik tingkat pertama. Pembacaan Hermeneutik:
pembacaan berdasarkan sistem semiotik tingkat kedua atau berdasarkan konvensi sastra
dan budaya. Pembacaan ulang berdasarkan penafsiran.

Contoh : puisi “Dewa Telah Mati” mengiaskan bahwa dewa atau Tuhan telah “mati”
berarti Tuhan tidak lagi dipercayai oleh manusia.
• Matriks
Kata kunci untuk menemukan tanda-tanda pemaknaan
• Hubungan Intertekstual

Karya sastra merupakan respons karya sastra sebelumnya. Teks sastra mendapatkan
maknanya dalam kontrasnya dengan karya sastra sebelumnya.

• Hipogram : karya sastra yang menjadi latar kelahiran sastra berikutnya.


1. ekspansi : perluasan atau pengembangan karya
2. konversi; pemutarbalikan hipogram atau matriknya
3. modifikasi: perubahan tataran linguistik, manipulas urutan kata dan kalimat. Pengarang
dapat mengubah tokoh dan latar, padahal temanya sama dan alur sama.
4. ekserp: semacam intisari dari unsur atau episode dalam hipogram yang diteruskan oleh
pengarang
• Transformasi
Teks baru atau teks yang menyerap dan mentransformasikan hipogram disebut
TEKS
e) Paul Ricocuer

Hermeneutika Ricœur adalah usaha menafsirkan yang dilakukan manusia dengan


kemampuannya untuk menerobos jarak budaya di mana seseorang akan sampai pada
konteks historis sesuatu yang ditafsirnya. Proses menerobos itu memakai pendekatan
bahasa dengan metode fenomenologi. Hermeneutika Ricœur menyangkut teori-teori
tentang manusia dan Tuhan dalam pendekatan strukturalisme, Psikoanalis, fenomenologi,
Simbol, agama dan iman.

Hermeneutika selalu mengimplikasikan suatu momen reflektif atau momen


eksistensial, yaitu pemahaman diri secara implisit dan eksplisit. Hermenetutika adalah
tafsir tentang "aku", "aku" yang dibentuk oleh hubungan dengan Ada (bisa dikatakan
Tuhan bagi orang beragama).

Simbolisme menurut Paul Ricouer dapat dilihat dari kutipan:

“Semua simbol... berbicara dari situasi dari keberadaan manusia di dalam


keberadaannya di dunia. Tugasnya, kemudian adalah memulai dari simbol itu dan
mengelaborasi eksistesialis konsepnya ”
Sombolisme adalah hasil pemikiran Rocoeur dalam hal fenomenologi. Hal ini
berbicara problem kejahatan yang dicari dari kegiatan hermeneutika. Dalam esai tiga
volume yang berjudul Filsafat dan Kehendak, tahun 1980. Dalam bukunya tentang Esai
Alkitab dan Tafsir dia berbicara tentang perbedaan cara dalam teks-teks religius
menunjuk pada Allah yang tersembunyi. Dia ingin mendemonstrasikan seberapa berbeda
posisi tetang keduanya "lebih dari" atau "kurang dari" pada simbol dan yang
disimbolkannya.

Dalam pemikiran Ricouer tentang hubungan manusia dan Tuhan, dia mengajak
manusia untuk membangun suatu antropologi filosofis melalui penggalian makna bahasa
sebagai simbol

“Saya bertaruh bahwa saya akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik
mengenai manusia dan ikatan antara ada manusia dan ada dari segala pengada, bila aku
mengikuti petunjuk pemikiran simbolik.”

Paul Ricouer bertolak dari pemikiran tentang manusia, dalam masyarakat


kontemporer, dia mencari sumber makna selain yang dikontruksi manusia sendiri, atau
sumber yang terberikan oleh manusia sendiri yaitu bahasa mitik-simbolik. Dia menolah
pemutlakan bahasa dalam kategori-kategori dan ucapan tunggalnya, sebab jika hal ini
dilakukan, maka hanya akan mereduksi kekayaan bahasa itu menjadi kosong secara
mutlak.

2. Analisis
➢ Analisis teori semiotika Ferdinand Saussure pada lirik lagu Perahu Retak yang
dipopulerkan oleh Franky Sahilatua.

PENANDA PENANDA
Bait 1 Pada syair lagu ini, memiliki
Perahu negeriku, perahu makna bahwa sebuah bangsa
bangsaku yang memiliki rakyat yang
Menyusuri gelombang hebat dan penuh semangat.
Semangat rakyatku, kibar Kata-kata yang digunakan
benderaku menunjukkan energi yang
Menyeruak lautan positif dalam sebuah tatanan
Langit membentang, cakrawala negara. Negara yang makmur
di depan dan melewati segala macam
Melambaikan tantangan tantangan dengan semangat dan
ketangguhan rakyatnya
Bait 2 Pada bait kedua, memberikan
Di atas tanahku, dari dalam makna bahwa tanah air yang
airku ditempati selalu memberikan
Tumbuh kebahagiaan kebahgian dimanapun berada
Di sawah kampungku, di jalan entah didesa maupun dikota
kotaku selalu ada kesejahteraan.
Terbit kesejahteraan Namun seiring berjalannya
Tapi 'ku heran di tengah waktu muncul sesuatu yang
perjalanan tidak sebagaimana mestinya.
Muncullah ketimpangan Keadaan mulai berubah.

Bait 3 Pada syair tersebut


Aku heran, aku heran mengungkapkan bahwa ada
Yang salah dipertahankan sebuah ketidak adilan dalam
Aku heran, aku heran negara ini. semua telah berubah
Yang benar disingkirkan tak sejahtera seperti dulu.
Banyak orang yang salah
namun dibela dan orang yang
benar tetapi diadili.
Bait 4 Syair tersebut memberikan
Perahu negeriku, perahu makna bahwa agar rakyat tetap
bangsaku kuat dalam mempertahankan
Jangan retak dindingmu negri yang sudah mulai tidak
Semangat rakyatku, derap kaki adil. Yang di atas semakin
tekadmu semena-mena. Penindasan pada
Jangan terantuk batu rakyat kecil semakin menjadi-
Tanah pertiwi anugerah Ilahi jadi dan keadilan semakin tidak
Jangan ambil sendiri ada. Tanah hijau dihilangkan
Tanah pertiwi anugerah Ilahi dijadikan bangunan-bangunan
Jangan makan sendiri dan untuk kepentingan para
penguasa.

Lagu Perahu Retak yang dipopulerkan oleh Franky Sahilatua merupakan lagu yang sangat
populer pada tahun 90-an. Lagu ini merupakan sebuah kritikan pada era Suharto. Makna dalam lagu
ini memang sangat sesuai dengan keadaan yang terjadi saat tahun 1995 pada saat lagu ini dirilis.

➢ Analisis teori semiotika Charles Sanders Pierce pada film kartun Little Krishna

Semiotika Peirce mengidentifikasi tanda berdasarkan objeknya melalui tiga


tanda yang lazim digunakan, yaitu: icon (ikon), index (indeks), dan symbol (simbol).
Dari hasil analisis terhadap sekuen film kartun Little Krishna episode 5 terdapat
presentasi kekerasan yang ditampilkan melalui tanda-tanda dalam tipologi Peirce,
yaitu ikon, indeks, simbol dalam dialog dan adegan pada serial film kartun tersebut.
Tanda-tanda tersebut muncul secara dalam setiap scene secara dinamis sebagai suatu
bentuk konstruksi yang dipengaruhi oleh media massa.

Beberapa jenis kekerasan tersebut antara lain, kekerasan yang sifatnya


terbuka seperti adegan perkelahian yang terjadi antara Sridam dan Madhumangal di
kandang sapi, kemudian kekerasan agresif pada adegan kerbau mengacaukan desa
untuk mendapatkan Krishna datang di hadapannya. Selanjutnya kekerasan defensif
yang bertujuan untuk melindungi diri, seperti kekerasan yang dilakukan Krishna saat
memutar ekor kerbau dan melemparnya hingga mati. Dan yang terakhir adalah
kekerasan yang sifatnya tertutup, jenis kekerasan ini banyak ditemui dalam bentuk
verbal, seperti adegan mengancam yang dilakukan oleh Aristasura dan ancaman yang
menakuti raja Kamsa. Setiap bentuk ataupun jenis kekerasan yang dipresentasikan
dalam film ini menunjukkan adanya tanda icon, index, dan symbol dalam tipologi
Peirce.

• Icon dalam scene kekerasan pada serial film kartun Little Krishna
menunjukkan bahwa seseorang dapat diidentifikasi berdasarkan karakter
yang melekat pada dirinya, demikian pula dengan objek sebagai sumber
acuan dikarenakan adanya persamaan yang mewakili objek lain. Tanda
ikon banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga segala
sesuatu yang mengacu pada suatu konsep kekerasan dapat menyerupai
acuannya.
• Index yang muncul dalam adegan kekerasan pada serial film kartun Little
Krishna ditunjukkan dalam bentuk indeks ruang yang mengacu pada
lokasi spasial, benda, mahluk dan peristiwa, indeks temporal yang saling
menghubungkan dari segi waktu, dan indeks persona yang menghubukan
antar subjek dalam sebuah situasi tertentu. Pemahaman indeksikalitas
juga dapat memberikan penjelasan mengenai hubungan sebab-akibat
yang terjadi pada perilaku individu.
• Symbol dalam serial film kartun Little Krishna juga melekat pada
tindakan yang diperankan oleh tokoh maupun ekspresi wajah. Hal ini
dikarenakan sebagian kalangan yakin bahwa komunikasi secara
nonverbal, seperti melalui ekspresi wajah akan lebih bermakna dari
sekedar kata-kata. Penggunaan simbol dalam serial film merupakan
simbol yang umum bagi audience sehingga dapat dipahami.

➢ Analisis Semiotika Riffaterre dalam Puisi Sajak Cinta Karya KH. Mustofa Bisri

Pembacaan Heuristik adalah pembacaan yang berdasarkan pada konvensi bahasa yang
bersifat mimetis (tiruan alam) dan membangun serangkaian yang bersifat heterogen. Hal ini dapat
terjadi karena hanya didasarkan pada pemahaman arti kebahasaan yang bersifat lugas atau
berdasarkan arti denotative dari suatu bahasa, seperti pada puisi “Sajak Cinta” berikut.

SAJAK CINTA

cintaku kepadamu belum pernah ada contohnya

cinta romeo kepada juliet, si majnun qais kepada laila

belum apa-apa

temu-pisah kita lebih bermakna

dibanding temu-pisah yusuf dan zulaikha

rindu-dendam kita melebihi rindu dendam adam hawa

aku adalah ombak samuderamu

yang lari-datang bagimu

hujan yang berkilat dan berguruh mendungmu

aku adalah wangi bungamu

luka berdarah-darah durimu

semilir sampai badai anginmu

aku adalah kicau burungmu

kabut puncak gunungmu


tuah tenungmu

aku adalah titik-titik hurufmu

huruf-huruf katamu

kata-kata maknamu

aku adalah sinar silau panas

dan bayang-bayang hangat mentarimu

bumi pasrah langitmu

aku adalah jasad ruhmu

fayakun kunmu

aku adalah a-k-u

k-a-u

mu

Rembang, 30.9.1995

Pada judul puisi di atas “Sajak Cinta” dapat dipahami dari makna kebahasaan sebagai berikut.

Kata “Sajak” memiliki arti: gubahan sastra yang berbentuk puisi, bentuk karya sastra yang
penyajiannya dilakukan dalam baris-baris yang teratur dan terikat. Selanjutnya kata “Cinta” memiliki
arti: suka sekali, sayang benar, kasih sekali. Yaitu suatu ikatan perasaan laki-laki dan perempuan.
“Sajak Cinta” dapat dimaknai sebagai karya sastra puisi yang berisikan tentang sebuah kasih sayang
antara laki-laki dan perempuan.

cintaku kepadamu belum pernah ada contohnya makna puisi baris pertama yaitu memberitahu bahwa
cinta tokoh “aku” dalam puisi tidak ada yang bisa menandingi.

cinta romeo kepada juliet, si majnun qais kepada laila makna puisi baris kedua adalah bahwa kisah
cinta romeo Juliet dan majnun qais yang sangat terkenal akan cinta sejatinya dan dalamnya cinta
mereka masih tidak ada bandingannya dengan cinta dalam tokoh “Aku”

temu-pisah kita lebih bermakna dalam baris tersebut memberikan makna bahwa pertemuan dan
perpisahan antara tokoh “aku” dan seseorang yang dimaksud dalam puisi tersebut memiliki makna
yang lebih dalam.
dibanding temu-pisah yusuf dan zulaikha baris puisi tersebut bermakna bahwa kisah pertemuan dan
perpisahan Nabi Yusuf dan istrinya Zulaikha yang menjadi keajaiban kisah cinta doa orang insane
dipertemukan tidak sebanding dengan pertemuan dan perpisahaan tokoh “Aku” dalam puisi Sajak
Cinta.

rindu-dendam kita melebihi rindu dendam adam hawa dalam baris tersebut bermakna bahwa
kerinduan yang dialami oleh Nabi Adam ketika diturunkan ke bumi dan dipisahkan dengan Hawa
masih kurang dalam dibandingkan kerinduan yang di alami tokoh “Aku” dalam puisi Sajak Cinta.

aku adalah ombak samuderamu baris tersebut memberikan gaya bahasa yang membandingkan antara
tokoh “Aku” dengan ombak samudra untuk memperindah bait dalam puisi.

aku adalah wangi bungamu baris tersebut juga menggunakan gaya bahasa seolah-olah tokoh “Aku”
berbau wangi yang selalu ada dalam kehidupan seseorang.

aku adalah jasad ruhmu

fayakun kunmu

aku adalah a-k-u

k-a-u

mu

Pada bait terakhir tersebut bermakna tokoh “Aku” adalah segalanya, cintanya teramat dalam bisa
dikatakan lahir batin untuk seseorang yang dimaksud dalam puisi. Apapun yang terjadi padanya
adalah kehendak Tuhan kisah cinta sejati mereka adalah atas kuasa Tuhan. Tokoh “Aku” sudah
menjadi satu dalam dirinya juga ada seseorang yang dimaksud. Aku adalah aku kau mu bermakna
bahwa seseorang telah menyerahkan segala jiwa raga untuk seseorang yang dicintainya sehidup
semati, dan sudah menjadi satu dalam ikatan cinta atas kehendak Tuhan.

Puisi “Sajak Cinta” karya KH. Mustofa Bisri adalah puisi yang ditulis untuk istrinya yang
sudah pergi selamnya. Dalam puisi tersebut penyair mengungkapkan betapa besar cintanya kepada
sang istri hingga tidak ada yang bisa menandingi kisah cintanya. Puisi tersebut ditulis dengan sangat
indah dan romantis menggambarkan bagaimana perasaan penyair yang amat dalam, yang tidak akan
pernah bisa ada yang menandinginya. Dalam setiap kata, baris, dan bait dalam puisi tersebut
menyiratkan makna yang begitu dalam sehingga keindahan dalam puisi tersebut bisa sangat jelas
terlihat.

➢ Analisis teori semiotika Paul Ricouer pada cerpen Robohnya Surau Kami karya AA
Navis
Cerpen Robohnya Surau Kami menceritakan tentang kisah seorang kakek
yang sangat rajin beribadah sehingga meninggalkan hal-hal duniawi yang berujung
pada penyesalan setelah ia meninggal. Sebelumnya, ia mendengarkan kisah tentang
dunia akhirat yang membuatnya tercengang. Cerita dalam cerita pada cerpen
Robohnya Surau Kami ini memberi nilai seni tersendiri. Meskipun narasi yang
dibangun seputar agama, namun banyak hal yang dapat diambil dari penceritaan
dalam cerita tersebut khususnya tentang bermasyarakat dan pemerintahan.

Dalam pemikiran Ricouer tentang hubungan manusia dan Tuhan, dia


mengajak manusia untuk membangun suatu antropologi filosofis melalui penggalian
makna bahasa sebagai simbol. Hal tersebut berkaitan dengan arus yang dibawa oleh
cerpen Robohnya Surau Kami. Simbolisme yang baik akan bisa dimaknai dengan
pemikiran yang bukan hanya rasional, melainkan juga meditatif atau perenungan, jika
perenungan itu hilang maka dia bukan simbol lagi. Simbol memberikan makna
kepada kita jika kita memikirkannya dan menafsirkannya.

Anda mungkin juga menyukai