Anda di halaman 1dari 2

ETIKA PROFETIK DALAM KUMPULAN CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA

A.A NAVIS
( KAJIAN SEMIOTIKA ROLAND BARTHES)

oleh :
M.Alief.S.A
Malief411@gmail.com

PENDAHULUAN

Karya sastra merupakan perwujudan makna yang ingin disampaikan oleh penulisnya. Seperti
yang diungkapkan Rene Wellek dan Austin Warren dalam Teori Kesusastraan bahwa Sastra adalah
suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (3:2014). Cerpen atau cerita pendek adalah salah satu karya
sastra fiksi berbentuk prosa yang isinya merupakan kisahan pendek dan mengandung kesan
tunggal.Masalah kehidupan yang disuguhkan pengarang dalam cerpennya tentu saja merupakan
refleksi realitas, yaitu penafsiran mengenai kehidupan manusia atau merupakan suatu bentuk
penyaluran ide pengarang untuk menyindir suatu realita yang ada dalam masyarakat. Wujud dari
cerpen tersebut akan dimaknai kembali sebagai suatu hasil persepsi oleh pengamatnya. Banyak sekali
jalan menuju penafsiran dalam wujud karya sastra yang dapat diperoleh sebagai refleksi sosial, kultur,
ataupun transendensi.

Refleksi dalam sebuah karya berangkat dari fenomena yang terjadi pada sebuah peradaban.
Salah satunya yaitu krisis pada sebuah peradaban, yang tidak mungkin diselesaikan oleh politik saja,
sekalipun politik baik, apalagi politik jelek. Karena krisis itu juga bersifat global dan universal. Bagi
Martin Heidegger (Kuntowijoyo 33:2019) krisis itu disebabkan karena kita sudah kehilangan makna
hidup, dan tugas sastra yang sangat relevan dan fungsional ialah mengembangkan makna hidup pada
kemanusiaan. Kesadaran ketuhanan (transendensi) sebenarnya tidak harus berarti kesadaran
ketuhanan secara agama saja, tapi bisa kesadaran terhadap makna apa saja yang melampaui batas
kemanusiaan. (Kuntowijoyo 23:2019). Kuntowijoyo mengatakan bahwa sastra adalah strukturalisasi
dari pengalaman,imajinasi dan nilai. Sementara transendensi sendiri menurut Roger Garaudy unsur-
unsur dalam transendensi ada tiga, yaitu : (1) pengakuan ketergantungan manusia pada tuhan, (2) ada
perbedaan antara tuhan dan manusia, (3) pengakuan akan adanya norma-norma yang mutlak dari
tuhan yang tak berasal dari akal manusia. Dalam islam transendensi itu akan berupa sufisme
(Kuntowijoyo 25:2019). Secara garis besar sebagian sastra dapat bermanfaat memperoleh kesadaran
ketuhanan dalam pemaknaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Realitas sastra adalah realitas simbolis bukan realitas aktual dan realitas historis . melalui
simbol itulah sastra memberi arah dan melakukan kritik atas realitas (Kuntowijoyo 2:2019). Dalam
penelitian karya sastra bisa dianalisis dari sudut pandang yang berbeda-beda. Dengan demikian, hal
tersebut dapat berimplikasi pada penggunaan pendekatan yang berbeda-beda pula. Salah satu
pendekatan yang dapat digunakan adalah semiotika. Pada umumnya, semiotika merupakan studi
tentang tanda. Itu berarti, karya sastra dianalisis sebagai tanda-tanda. Karena dalam karya sastra
tersebut sarat akan tanda, adalah tugas pembaca untuk menggali makna-makna yang dikandungnya.
Semiotika sebagai sebuah pendekatan telah dikembangkan oleh banyak ahli seperti Ferdinand de
Saussure, Pierce, Umberto Eco, Lotman, atau Roland Barthes.
Pada tahun 1956, Roland Barthes yang membaca karya Saussure: Cours de linguistique
générale melihat adanya kemungkinan menerapkan semiotik ke bidang-bidang lain. Ia mempunyai
pandangan yang bertolak belakang dengan Saussure mengenai kedudukan linguistik sebagai bagian
dari semiotik. Menurutnya, sebaliknya, semiotik merupakan bagian dari linguistik karena tandatanda
dalam bidang lain tersebut dapat dipandang sebagai bahasa, yang mengungkapkan gagasan (artinya,
bermakna), merupakan unsur yang terbentuk dari penanda-petanda, dan terdapat di dalam sebuah
struktur. 3 Di dalam semiologi Barthes, denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama,
sementara konotasi merupakan tingkat kedua.

Buku kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A Navis berisi 138 halaman dengan
sepuluh cerpen pilihan. Diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama. Cetakan ke-17 November 2010
akan dianalisis dengan pendekatan semiotika Roland Barthes menghasilkan bentuk etika profetik

KAJIAN PUSTAKA

Landasan Teori

Teori Semiotika Roland Barthes

Semiotika itu sendiri adalah ilmu tentang tanda.Untuk memahami semiotika secara lebih
dalam, perlu untuk mencermati tanda.Semiotika tidak dapat melepaskan diri dari tanda. Semiotika
sebagai ilmu yang mempelajari tanda-tanda di dalam kehidupan, tidak dapat berdiri sendiri. Butuh
disiplin lain untuk menuju pada tataran esensi, konsep, ideologi, dan juga tentang cara tanda tersebut
diproduksi untuk menemukan sesuatu yang terartikulasikan. Disiplin ilmu sosial akan menempatkan
pemaknaan dalam interpretasi masa kini karena “kebenaran tidaklah tunggal”, melainkan memiliki
ruang-ruang tersendiri berdasarkan konteks yang sedang dihadapinya sebagai fenomena. Semiotika
sebenarnya sebagai karangka untuk memahami, juga sebagai cara-cara setiap tanda bergerak menuju
ke arah makna dengan tidak sama: setiap tanda memiliki cara tersendiri untuk membuka setiap
dimensi dan ruangnya.

Etika Profetik

HUMANISASI

LIBERASI

TRANSENDENSI

METODE PENELITIAN

PEMBAHASAN

SIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai