Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH SASTRA

Kelompok tiga (3) :

1. Rivaldi ngiu (311420028)

2. Karsum piyo (311420029)

3. Sandra R.Siu ( 311420030)


Pengertian modernisme

Modernisme secara eti­­mologi berasal dari kata “mo­dern”. Muncul dari kata “mo­dernus” (latin) yang artinya sekarang. Merup
akan tatacara hubungan manusia dengan ling­kungan sekitarnya. Menurut Has­san Hanafi, tulang punggung modernisme ial
ah rasionalisme, kebebasan demokrasi, pencera­h­an, dan humanisme.

Modernisme merupakan su­atu periode yang mengafirmasi keeksistensian manusia, berda­sarkan logika yang bersumber da
ri daya nalar pemikiran. Sikap dan cara berfikir yang disesu­aikan dengan tuturan zaman. Mencapai kebenaran pengeta­hua
n dalam kehidupan perada­ban modern, sehingga mempe­ngaruhi tingkat intelektualitas paling tinggi
Aliran pendekatan pada modernisme

a). STRUKTURALISME : Dikembangkan pertama kali oleh linguis swis Ferdinand de Suassure (1857-1913). Prinsip penafs
iran sastra menurut strukturalisme: (1) linterpratasi secara menyeluruh;(2) penafsiran bagian-bagian karya sastra;(3) kajian
sastra harus mencakup unsur-unsur penciptaan karya sastra puisi, prosa dan drama;(4) mengubungkan tafsiran bagian-ba
gian itu untuk memperoleh makna yang utuh atau total.

Munculnya aliran - aliran strukturalisme

(1). Aliran strukturalisme formalisme Rusia, t

(2). Aliranstrukturalisme praha,

(3). Strukturalisme perancis (sesudah 1965)

(4). Strukturalismedinamik

(5). Strukturalismegenetik,
Aliran pendekatan pada modernisme

b). KRITIK BARU

Prinsip utama pendekatan kritik baru ini :

(a). Makna karya sastra dikaji terpusat pada karya sastra, atau mengutamakan kajian intrinsik dan menolak ekstrinsik.

(b). Memahami karya sastra melalui membaca cermat/ketat (close reading)

(c). Selain di Amerika serikat dan inggris, terdapat pula kritik baru diperancis, tahun 1960-an.

c). TEORI SEMIOTIK: dari kata semion yang berarti tanda. Pengertian luas semiotika ialah studi sistematis mengenai interpretas
i tanda. Prinsip umum semiotik.

(1). Menurut C. S. pierce (amerika) terdapat tiga jenis tanda (Eagleton, 2006:145):

(a). Ikons: tanda yang mirip dengan apa yang diwakilinya (foto yang mewakili orang yang dipotret).

(b). Idendeksikal: tanda yang diasosiasikan dengan apa yang ditandai (asap dengan api;bau busuk dengan bangkai).

(c). Simbol: tanda yang berhubungan mana suka (arbiter)atau sesuai persetujuan/perjanjia,disebut tanda yang konvensional simb
ol untukperempuan mempunyai simbol yang berbeda-beda: diindonesia disebut "ibu",diinggris disebut "mother", diperancis diseb
ut "la mere.
Aliran pendekatan pada modernisme

d). TEORI RESEPSI:dari kata recipere (latin) dan reception (inggris) yang artinya penerimaana atau penyambutan pembaca. Beberapa ha

l penting teori resepsi:

(1). Menurut jauss terdapat tiga unsur penafsiran karya sastra :

(a).Unsur memahami karya (intellegenre),mengerti apa yang dibaca.

(b).Unsur penafsiran atau menerangkan ( interpretare),menjelaskan atau menginterpretasi struktur dan isi karya sastra.

(c).Unsur aplikasi (aplicare),menerapkan dalam konteks tertentu.

(2). Unsur penting dalamkajian resepsi

(a).Horizon harapan

(b). Tempatkosong

(c).Peranan pembaca adalah menilai, menikmati dan memahami karya sastra serta menentukan kedudukan karya sastra didalam lingkup

sejarah sastra dan estetikanya.


Aliran pendekatan pada modernisme

e). TEORI SOSIOLOGI SASTRA

Beberapa prinsip teori sosiologi sastra

(1). Nuansa kajian sosiologi sastra

(2). Sasaran kajian sosiologi sastra

(3). Teknik kajian sosiologi sastra

(4). Sibermann mengemukakan objek sosiologi sastra empiris dan marxiz yang perlu dikaji dalam karya sastra ( segers, 2000:68):

(a). Studi terhadap pengaruh seni (sastra) pada kehidupan sosial ;

(b). Studi pengaruh seni (sastra) pada pembentukan kelompok, interferensi kelompok, konflik kelompok, dsb;

(c). Studi perkembangan dan keragaman sikap sosial dan model-model yang ditentukan oleh seni (sastra)

(d).Studi pembentukan, pertumbuhan, dan lenyapnyaembaga-lembaga sosiartistik;

(e).Studi faktorfaktorr tifikal dan bentuk-bentuk organisasi sosial yang memengaruhi seni (sastra).
Aliran pendekatan pada modernisme

f). PSIKOLOGI SASTRA : bertolak dari asumsi bahwa karya sastra berkaitan erat dengan peristiwa kehidupan manusia, yai
tu kehidupan kejiwaan manusia yang tergambar dalam karya sastra. Tujuannya ialah untuk memahami aspek-aspek kejiwa
an manusia yang terkandung dalam karya sastra (ratna, 2004:342).

(1).Freud mengemukakan hubungan sastra dengan psikoanalisis: (a) ada kesamaan penciptaan karya sastra dengan apa y
ang terjadi dalam wilayah tak sadar manusia. Dalam alam tak sadar manusia terdapat hasrat-hasrat tersembunyi yang tida
k bisa diwujudkan, lalu keluar dari mimpi. Ada analogi penciptaan karya sastra dengan terciptanya mimpi itu. (b). Sastra da
n mimpi ada kesejajaran, yaitu sebagai tanda. Tanda dalam sastra ialah apa yang tertulis dan terucap (sastra lisan), tanda
dalam mimpi adalah peristiwa dalam mimpi itu;(c) kajian psikoanalisis ialah memahami kejiwaan tokoh-tokoh dalam sastra i
tu.

(2). Jefferson(1988;166) mengemukakan langkah pengkajian psikologi sastra : (a)mengkaji kompleksitas kejiwaanparatoko
h (protagonis,antagonis,pembantu); (b) menafsirkankonflik yangterdapat pada tokoh-toko,baik konflik internal pribadi Maup

un antar tokoh ; (c) makna bisa terdiri atas yang tersurat dan tersirat.
Pengertian pascamodernisme

Postmodernisme adalah sebuah pandangan, kerangka pemikiran, atau aliran filsafat yang berkaitan dengan sikap dan cara
berpikir yang muncul di abad dua puluh dari para pemikir dunia yang tentu saja keberadaannya sangat mempengaruhi perk
embangan dan kebudayaan manusia.
Aliran pendekatan pada pascamodernisme

(1) PENDEKATAN INTERTEKSTUALITAS : keterkaitan antarteks karya sastra.

(a) Jaringan hubungan antara satu teks dengan teks yang lain.

(b) Menurut Kristeva : Karya sastra tidak cukup kalau hanya di kaji secara struktural dan semiotik, tetapi harus dilihat relasi
satu teks dengan teks yang lainnya.

(c) Intertekstualitas adalah dialog antara satu teks dengan teks yang lain.

(d) Cara kerja intertekstualitas : Pembacaan suatu karya sastra dikaitkan dengan latar belakang tek-teks yang lain.

(e) Hasil pengkajian intertekstualisme : (i) Teks baru meneruskan atau meneledani struktur dan makna teks yang lama; (ii)
Teks baru menyimpangi teks yang lama; (iii) Karya sastra lama yang menjadi teladan atau yang di simpangi disebut hipogr
am (Riffaterre, 1980 : 23).
Aliran pendekatan pascamodernisme

(2) PENDEKATAN DEKONSTRUKSI : pembalikan dan atau penentangan makna

(a) Tokoh utama Derrida : dekonstruksi berarti pembongkaran bahkan pemutarbelikan suatu konstruksi, bangtunan, susuna
n yang yang sudah baku. Menolak struktur yang terpusat pada hal tertentu dan bagian-bagian yang hanya pendukung, mis
alnya selalu pusat kajian adalah tokoh utama (protagonis dan antagonis). Baginya semua unsur bisa menjadi pusat kajian s
truktur (misalnya tokoh pembantu atau pelengkap bisa pusat kajian)

(b) Para ahli tidak puas dengan teori-teori yang sudah ada. Struktur bukan lagi sesuatu yang totalitas, tetapi sesuatu yang
pluralis; menonjolkan perbedaan daripada persamaan (Selden, 1991: 93)

(c) Penerapan dekonstruksi dalam kajian sastra:

(i) Membaca karya sastra yang menyimpangi cara membaca yang biasa

(ii) Mencari makna yang kontraditif, ironis, yang tersembunyi (unsur yang tidak penting dipentingkan)

(iii) Cara pembacaan kembali (double reading), sehingga selain ada makna struktural ada juga makna kontradiktif yaitu pe
mbalikan dari makna yang lazim
Aliran pendekatan pada pascamodernisme

(3) PENDEKATAN FEMINIS : pengkajian karya sastra berkaitan dengan perempuan, yaitu "pembaca sebagai perempuan"
(reading women)

(a) Dasar kritik feminis adalah : (i) perempuan dapat membaca sebagai perempuan; (ii) perempuan dapat mengarang seba
gai perempuan (iii) perempuan dapat menafsir karya sastra sebagai perempuan, yaitu makna yang timbul berdasarkan pikir
an, perasaan, dan tanggapan perempuan

(b) Mengapa posisi perempuan sebagai tokoh dalam karya sastra (protagonis, antagonis, pembantu, sampingan, dll)

(c) Perempuan sebagai pembaca dapat memberi makna yang berbeda dengan pembaca laki-laki

(d) Melihat bagaimana identitas kepengarangan perempuan dalam menciptakan karya sastra (ragam, pilihannya, bahasany

a, gayanya, temanya, dll)


Aliran pendekatan pada pascamodernisme

(4) PENDEKATAN PASCAKOLONIAL : memahami jejak kolonial/penjajahan dalam karya sastra, yang isinya adalah konfrontasi a
ntarras, antarbangsa, dan antarbudaya (penjajah dan yang dijajah). Hal-hal penting pada pendekatan pascakolonial :

(a) Meneliti cara-cara penulis karya sastra untuk menantang atau menyingkirkan kolonialisme melalui teks sastra mereka

(b) Stategi pembacaan karya sastra dalam hal :

(i) mengidentifikasikan dan menilai pentingnya (pengaruh) tanda-tanda kolonialisme dalam teks sastra

(ii) bagaimana posisi penulis pascakolonial secara pribadi dan suara naratifnya yang menarik perhatian dalam konteks yang lebih
luas

(iii) memahami pengaruh-pengaruh kolonialisme yang terdapat pada teks sastra dan bagaimana sifat dan penyebaran pengaruh-
pengaruh tersebut

(c) hal-hal yang perlu dilakukan dalam kritik pascakolonialsme (Barry, 2010: 231)

(i) menolak universal Barat dalam karya sastra dan lebih mengedepankan keberadaan karya sastra daerah jajahan (misalnya sas
tra daerah di Afrika, Indonesia, Malaysia, India, dll)

(ii) Menelaah perwakilan (representasi) budaya-budaya lain dalam sastra (misalnya bagaimana budaya Hindu, Islam, Belanda, Je
pang dalam sastra Melayu/Indonesia.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai