Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH FILSAFAT UMUM

Untuk memenuhi tugas mandiri dengan judul


Kekayaan kebudayaan, tradisi-tradisi
filsafat Indonesia

Di susun oleh:
PARIAMAN HARAHAP
PUTRI MEGAWATI AGUSTIN

DOSEN PENGAMPU:
EVRIZA NOVERDA NASUTION M.A

HUKUM KELUARGA ISLAM PRODI SIYASAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUL ARAFAH
TAHUN AJARAN 2021\2022

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat allah swt,yang telah memberikan
taufik dan hidayah nya kepada kami pemakalah,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu.shalawat beriring salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi
muhammad SAW, yang telah mendakwahkan Al-Quran dan Hadis kepada umat nya sehingga
membawa manusia kepada kejayaan yang dipenuhi iman dan islam.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,oleh karenanya kritik
dan saran yang sehat serta membangun sangat kami butuhkan demi kesempurnaan makalah ini
dan juga perbaikan untuk pembuatan makalah-makalah selanjutnya.untuk itu kami pemakalah
mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya.

LAU BAKERI , SEL. 26-10 2021

Penulis: pariaman harahap

2
Daftar Isi

Kata Pengantar .......................................................................................................................i

Daftar Isi ................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..........................................................................................................1


B. Rumusan Masalah .....................................................................................................2
C. Tujuan ........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian FILSAFAT...............................................................................................3
B. Kbudayaan filsafat......................................................................................................6
C. tradisi filsafat………….…………….........................................................................7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................................8
B. Kritik dan saran .........................................................................................................9

Daftar Pustaka .....................................................................................................................10

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keragaman budaya, tradisi dan agama adalah suatu keniscayaan hidup, sebab setiap
orang atau komunitas pasti mempunyai perbedaan sekaligus persamaan. Di sisi lain pluralitas
budaya, tradisi dan agama merupakan kekayaan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Namun jika
kondisi seperti itu tidak dipahami dengan sikap toleran dan saling menghormati, maka pluralitas
budaya, agama atau tradisi cenderung akan memunculkan konflik bahkan kekerasan (violence).
Oleh karena itu memahami pluralitas secara dewasa dan arif merupakan keharusan dalam
kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara.
Jika tidak, perbedaan budaya, tradisi atau kultur seringkali menyebabkan ketegangan dan
konflik sosial. Kenyataan di lapangan menyebutkan bahwa perbedaan budaya atau tradisi dalam
suatu komunitas masyarakat tidak selamanya dapat berjalan damai. Penulis mempunyai asumsi
bahwa konflik yang muncul akibat perbedaan budaya salah satunya disebabkan oleh sikap
fanatisme sempit serta kurangnya sikap tasamuh (toleran) di kalangan umat.
Fanatisme dan intoleransi hanya akan memyebabkan terjadinya desintegrasi bangsa dan
konflik di masyarakat. Tidak berlebihan jika pluralitas tradisi dan budaya diasumsikan dalam
masyarakat ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi ia merupakan kekayaan masyarakat
Indonesia, namun di sisi lain ia dapat menjadi faktor pemicu konflik horisontal. Persoalanya
adalah bagaimana menjembatani perbedaan tradisi dan budaya tersebut. Mampukah Islam
sebagai agama yang diklaim “ rahmatan lil alamin dan sholihun li kulli zaman wa makan”
menjadi mediator bagi perbedaan-perbedaan budaya tersebut.

1 Bagaimana menampilkan Islam yang bersifat akomodatif sekaligus reformatif dan


tidak hanya bersifat purikatif terhadap budaya-budaya atau tradisi-tradisi yang plural tersebut.
Kenyataan di atas, menunjukkan masih ada rasa khawatir terhadap hubungan antara agama dan
kebudayaan. Kekhawatiran ini sesungguhnya dapat dijawab secara sederhana, karena bila
diruntut ke belakang kekhawatiran itu bersumber dari ketakutan teologis mengenai relasi antara
yang sakral dan profan.
Secara eksistensial, bila ketuhanan (agama) difahami dan dihayati sebagai tujuan akhir
yang kemudian, menghasilkan apa yang disebut aktualisasi, maka aktualisasi kesadaran akan
Tuhan(Allah SWT) dalam perilaku menjadi tidak mengenal dualisme
antara yang suci dan duniawi. Dengan demikian, agama sebagai yang sakral mejadi substansi
atau inti kebudayaan. Kebudayan merupakan perwujudan konfigurasi semangat Agama.
Manifestasi agama dalam berbagai bentuk budaya lokal di Indonesia dapat dilihat dalam
keragaman budaya nasional.

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. Filsafat indonesia

Filsafat adalah berpikir dan merasa sedalam-dalamnya terhadap segalsesuatu sampai


kepada inti persoalan. Kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata Sophos
yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta terhadap ilmu atau
hikmah. Poerwantara mengemukakan filsafat berarti alam pikiran atau alam berpikir. Namun, tak
semua berpikir berarti berfilsafat. Karena berfilsafat adalah berfikir secara mendalam dan
sungguh-sungguh. Filsafat adalah induk segala ilmu yang mempunyai obyek material dan obyek
formal, obyek materialnya adalah akal sedangkan obyek formal ilmu filsafat adalah kebenaran,
kebaikan dan keindahan secara berdialektika. Maksut dari fisafat Indonesia adalah suatu
pemikiran filsafat yang diperuntukan sebagai landasan hidup bangsa Indonesia. Buah pemikiran/
Filsafat Indonesia adalah pancasila. Sebagai dasar negara Indonesia, dengan lima butur
silanya.Filsafat Indonesia diyakini sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang sesuai
dengan aspirasinya. Keyakinan ini dibuktikan dalam sejarah perjuangan bangsa indonesia sejak
awal proses pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia sampai sekarang. Berpangkal
pada dasar Ketuhanan Yang MahaEsa. Sebagai sila pertama kemudian melahirkan hakikat misi
bangsa Indonesia yang terjabarkan dalam sila-sila selanjutnya.Fungsi daripada filsafat Pancasila
ini sendiri adalah:

1. Memberi jawaban yang mendasar tentang kehidupan bernegara

2. Menjadi dasar berdirinya Negara

3. Pemersatu berbagai aspek kehidupan bernegara.

Filsafat Indonesia adalah sebutan umum untuk tradisi kefilsafatan yang dilakukan oleh
penduduk yang mendiami wilayah yang belakangan dinamakan Indonesia. Filsafat Indonesia
diungkap dalam pelbagai bahasa yang hidup dan masih dituturkan di Indonesia (sekitar 587
bahasa) dan 'bahasa persatuan' Bahasa Indonesia, meliputi aneka mazhab pemikiran yang
menerima pengaruh Timur dan Barat, disamping tema-tema filosofisnya yang asli.

Istilah Filsafat Indonesia berasal dari judul sebuah buku yang ditulis oleh M. Nasroen,
seorang Guru Besar Luar-biasa anggota Filsafat di Universitas Indonesia, yang di dalamnya dia
menelusuri unsur-unsur filosofis dalam kebudayaan Indonesia. Semenjak itu, istilah tersebut kian
populer dan mengilhami banyak penulis sesudahnya seperti Sunoto, R. Parmono, Jakob
Sumardjo, dan Ferry Hidayat. Sunoto, malu seorang Dekan Fakultas Filsafat di Universitas
Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, memakai istilah itu pula untuk menyebut suatu jurusan baru di
UGM yang bernama Jurusan Filsafat Indonesia. Sampai waktu ini, Universitas Gajah Mada
telah meluluskan banyak alumni dari jurusan itu.

Para pengkaji Filsafat Indonesia mendefinisikan kata 'Filsafat Indonesia' secara berlainan,
dan itu mengakibatkan perbedaan dalam lingkup kajian Filsafat Indonesia. M. Nasroen tidak

5
pernah menjelaskan ciri utama kata itu. Dia hanya menyatakan bahwa 'Filsafat Indonesia' adalah
bukan Barat dan bukan Timur, sebagaimana terlihat dalam konsep-konsep dan praktik-praktik
asli dari mupakat, pantun-pantun, Pancasila, hukum norma budaya, gotong-royong, dan
kekeluargaan (Nasroen 1967:14, 24, 25, 33, dan 38).

Sunoto mendefinisikan 'Filsafat Indonesia' sebagai ...kekayaan kebiasaan bangsa kita


sendiri...yang terkandung di dalam kebudayaan sendiri (Sunoto 1987:ii), sementara Parmono
mendefinisikannya sebagai ...pemikiran-pemikiran...yang tersimpul di dalam norma budaya
istiadat serta kebudayaan kawasan (Parmono 1985:iii). Sumardjo mendefinisikan kata 'Filsafat
Indonesia' sebagai ...pemikiran primordial atau pola pikir landasan yang menstruktur seluruh
kontruksi karya kebiasaan (Jakob Sumardjo 2003:116).

Keempat penulis tersebut memahami filsafat sebagai anggota dari kebudayaan dan tidak
membedakannya dengan kajian-kajian kebiasaan dan antropologi. Secara kebetulan, Bahasa
Indonesia sejak awal memang tidak mempunyai kata 'filsafat' sebagai entitas yang terpisah dari
teologi, seni, dan sains. Sebaliknya, orang Indonesia mempunyai kata generik, yakni, kebiasaan
atau kebudayaan, yang meliputi seluruh manifestasi kehidupan dari suatu masyarakat. Filsafat,
sains, teologi, agama, seni, dan teknologi semuanya adalah wujud kehidupan suatu masyarakat,
yang tercakup dalam makna kata kebiasaan tadi. Kebanyakan orang Indonesia memanggil filsuf-
filsuf mereka dengan sebutan budayawan (Alisjahbana 1977:6-7).

Karena itu, menurut para penulis tersebut, lingkup Filsafat Indonesia terbatas pada
pandangan-pandangan asli dari kekayaan kebiasaan Indonesia saja. Hal ini dipahami oleh
pengkaji lain, Ferry Hidayat, seorang lektur pada Universitas Pembangunan Nasional (UPN)
'Veteran' Jakarta, sebagai 'kemiskinan filsafat'. Bila Filsafat Indonesia hanya meliputi filsafat-
filsafat etnik asli, karenanya tradisi kefilsafatan itu sangatlah miskin. Dia meluaskan cakupan
Filsafat Indonesia sehingga meliputi filsafat yang telah diadaptasi dan yang telah 'dipribumikan',
yang menerima pengaruh dari tradisi filosofis asing. Artikel ini memakai ciri utama penulis yang
terakhir

A. Kebudayan filsafat Indonesia

Pancasila adalah dasar dan ideologi bangsa Indonesia yang mempunyai fungsi dalam
kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Filsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-
sungguh untuk mencari kebenaran. Filsafat pendidikan adalah pemikiran yang mendalam tentang
pendidikan berdasarkan filsafat. Apabila kita hubungkan fungsi Pancasila dengan sistem
pendidikan ditinjau dari filsafat pendidikan, maka Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa
yang menjiwai dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, sistem pendidikan nasional Indonesia
wajar apabila dijiwai, didasari dan mencerminkan identitas Pancasila. Pancasila adalah falsafah
yang merupakan pedoman berperilaku bagi bangsa Indonesia yang sesuai dengan kultur bangsa
Indonesia. Pendidikan karakter memang seharusnya diambil dari nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila. Agar tercipta manusia Indonesia yang cerdas, berperilaku baik, mampu hidup
secara individu dan sosial, memenuhi hak dan kewajiban sebagai warga negara yang baik serta
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Semuanya telah mencakup filsafat
pendidikan Pancasila yang mempunyai ciri, yaitu integral, etis, dan reigius.

6
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi.Budaya terbentuk dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan
dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.
Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya, dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh dan Dengan demikian budaya dapat diartikan hal-
hal yang bersangkutan dengan akal dan cara hidup yang selalu berubah dan berkembang dari
waktu ke waktu. Ada pendapat lain yang mengupas kata budaya sebagai suatu perkembangan
dari kata majemuk budi-daya yang berarti daya dari budi.

Sedangkan kebudayaan Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan


keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai
anggota masyarakat.

Menurut Selo Soemardjan, dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat. Perbedaan antara budaya dan kebudayaan adalah bahwa
budaya itu merupakan cipta, rasa dan karsa suatu masyarakat, sedangkan kebudayaan merupakan
hasil dari cipta, rasa dan karsa masyarakat tersebut.Jenis kebudayaan di Indonesia

1. Kebudayaan Nasional

Kebudayaan yang diakui sebagai identitas Nasional. Selain itu budaya nasional juga
diartikan sebagai gabungan dari budaya daerah yang ada di negara tersebut. Itu dimaksutkan
budaya daerah yang mengalami asimilasi dan akulturasi dengan daerah lain di suatu negara akan
terus tumbuh dan berkembang menjadi kebiasaan kebiasaan di negara tersebut. Contohnya
bahasa indonesia dan lagu kebangsaan yang dicetuskan dalam sumpah pemuda 28 Oktober 1928
yang diikuti oleh seluruh pemuda berbagai daerah di Indonesia yang membulatkan tekat untuk
menyatukan indonesia dengan menyamakan pola pikir bahwa indonesia memang berbeda budaya
tiap daerahnya tetapi tetap dalam satu kesatuan Indonesia Raya dalam semboyan “bhineka
tunggal ika”.

2. Kebudayaan Daerah

Suatu kebiasaan dalam wilayah atau daerah tertentu. Budaya daerah ini muncul saat
penduduk suatu daerah telah memiliki pola pikir dan kehidupan sosial yang sama sehingga itu
menjadi suatu kebiasaan yang membedakan mereka dengan daerah-daerah/ penduduk-penduduk
yang lain.

7
Budaya indonesia pada hakikatnya adalah satu kesatuan dengan corak ragam budaya
yang menggambarkan kekayaan budaya bangsa. Budaya indonesia tidak menolak budaya-budaya
asing asalkan tidak bertentangan dengan nilai budaya bangsa sendiri.

B. Tradisi-tradisi

Tradisi (Bahasa Latin: traditio, “diteruskan”) atau kebiasaan, dalam pengertian yang
paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari
kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau
agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang
diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya
ini, suatu tradisi dapat punah.

Tradisi diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan di implementasikan


dalam kehidupan sehari-hari. Dengan harapan generasi penerus tetap menjaga kelestarian tradisi
yang ada. Peninggalan tersebut bisa berupa materi dan nonmateri. Peninggalan materi contohnya
seperti arca, lukisan, patung dll. Sementara itu peninggalan nonmateril berupa bahasa atau
dialek, upacara adat dan norma.

Filsafat Indonesia adalah sebutan umum untuk tradisi kefilsafatan yang dilakukan oleh
penduduk yang mendiami wilayah Indonesia. Filsafat Indonesia diungkap dalam pelbagai bahasa
yang hidup dan masih dituturkan di Indonesia (sekitar 587 bahasa) dan 'bahasa persatuan'
Bahasa Indonesia, meliputi aneka mazhab pemikiran yang menerima pengaruh Timur dan Barat,
disamping tema-tema filosofisnya yang asli.

8
BAB III
KESIMPULAN

Kebudayaan merupakan hasil dari cipta, rasa dan karsa masyarakat. Tradisi adalah
sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok
masyarakat yang diwariskan dari generasi ke generasi.Fisafat Indonesia adalah landasan hidup
daripada negara indonesia, dimana landasan negara Indonesia adalah Pancasila yang kemudian
dari pancasila itu sendiri menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia. Filsafat merupakan salah
satu disiplin ilmu yang menjadi sumber utama dari berbagai ilmu di dunia pendidikan. Filsafat
budaya memiliki keunikan, karena beberapa unsur pembahasannya terkait dengan bidang studi
lainnya, seperti filsafat sejarah, antropologi, sosiologi, dan psikologi. Masing-masing dari bidang
studi tersebut dapat dijadikan sebagai penopang dalam menjelaskan filsafat budaya.

Salah satu faktor mengapa filsafat budaya semakin diminati, karena banyaknya kejadian
besar yang telah terjadi di dunia ini, yang selanjutnya memberikan andil dalam perubahan pola
kehidupan manusia. Filsafat budaya berusaha menganalisa unsur-unsur budaya beserta kaidah-
kaidahnya, struktur, derajat, dan nilai-nilai yang mengiringinya. Meskipun filsafat budaya ini
lahir di abad 20, namun akarnya telah ada pada masa Socrates dan bahkan sebelumnya..

Kebudayaan merupakan ciptaan manusia yang berlangsung dalam kehidupan. Ketika


suatu kebudayaan dalam kehidupan manusia telah berhenti disatu titik dan tidak berkembang
lagi, maka hal tersebut disebut peradaban. Kebudayaan merupakan hasil interaksi kehidupan
bersama. Dalam proses perkembangannya, kreativitas dan tingkat peradaban masyarakat sebagai
pemiliknya sehingga kemajuan kebudayaan yang ada pada suatu masyarakat sesungguhnya
merupakan suatu cermin dari kemajuan peradaban masyarakat tersebut.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abbas Hamami, 1996, Etika Keilmuan dalam Filsafat Ilmu, Tim Dosen Filsafat
Ilmu, Liberty, Yogyakarta.

Abdulkadir Muhammad, 2001, Etika Profesi Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Abintoro Prakoso, 1995, Ilmu, Perkembangan dan Kedudukan, Telaah Filosofis,
Fakultas Hukum Universitas Jember.1996, Filsafat Logika, I, II, Fakultas Hukum Universitas
Jember.---------------------, 2007, Filsafat Ilmu dan Etika Akademik, Fakultas Hukum
Universitas Jember.---------------------, 2008,

Ilmu Hukum sebagai Ilmu yang Sui Generis, FakultasHukum Universitas


Jember.---------------------, 2009, Perkaitan Antara Filsafat Ilmu, Filsafat Hukum, TeoriHukum,
Ilmu Hukum, Paradigma (Ilmu) Hukum, Fakultas HukumUniversitas Jember.---------------------,
2009,

Vage Normen, Sebagai Kajian Filsafat Hukum yang


Belum Diterapkan, Fakultas Hukum Universitas Jember.--------------------, 2010, Filsafat Hukum,
Fakultas Hukum Universitas Jember.---------------------, 2011,

Filsafat Etika dan Kejahatan di Bidang Profesi, Fakultas Hukum Universitas Jember.
---------------------, 2013, Filsafat Ilmu, Fakultas Hukum Universitas Jember.--------------------,
2013, Pembaruan Sistem Peradilan Pidana Anak, LaksBang,Yogyakarta.--------------------, 2013,
Kriminologi, LaksBang, Yogyakarta.-------------------, 2014, Psikologi Hukum, LaksBang,
Yogyakarta.
--------------------, 2014, Etika Profesi Hukum, LaksBang, Yogyakarta.------------------, 2014,
Filsafat Logika dan Argumentasi Hukum, Laksbang,
Yogyakarta.A.B. Syah, 1986, Metodologi Ilmu Pengetahuan, Obor, Jakarta.
Adiwinata, 1977, Istilah Hukum Latin Indonesia, Intermasa, Jakarta.Achmad Sanusi, 1984,
Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia,Tarsito, Bandung.
Afred North Whitehead, 1979, dalam Falsafah Ilmu Pengetahuan, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan,

Direktorat Jenderal PendidikanTinggi, Proyek Normalisasi Kehidupan Kampus,


Jakarta.Ahmad Ali, 2002, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosifis dan
Sosiologis),Gunung Agung, Jakarta.----------------, 2005, Keterpurukan Hukum di Indonesia,
(Penyebab danSolusinya),

10

Anda mungkin juga menyukai