Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“FILSAFAT TIMUR“
Disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah
pengantar filsafat

Dosen Pengampuh :
Ahmad Yudianto, S.pd, M, pd

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
WAHIDATUL ZHAFIRAH
HASNENI
MAKBUL AFANDI

SEKOLAH TINGGI ILMU KEGURUAN ( STKIP )


DAMPAL SELATAN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah dengan tepat waktu.
Penulis mengucapkan kata terima kasih kepada Bapak Ahmad Yudianto
S.Pd.,M.Pd. Selaku dosen Mata Kuliah. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, serta seluruh Masyarakat Indonesia khususnya para
mahasiswa untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin dalam
pembuatan makalah kali ini masih banyak ditemukan kekurangan, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................1
1.3. Tujuan........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................2
2.1. Filsafat Cina..............................................................................................................2
2.2. Filsafat India..............................................................................................................3
2.3. Pengertian Wawasan Nusantara................................................................................5
2.4. Filsafat Indonesia......................................................................................................6
BAB III PENUTUP.............................................................................................................7
3.1. Kesimpulan................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemikiran Timur sering dianggap sebagai pemikiran yang tidak rasional,tidak sistematis, dan

tidak kritis.ini yang menyebabkan pemikiran timur dianggap bukan filsafat. Sifat-sifat

pengetahuan yang secara konvensional dipandang harus ada dalam filsafat, sering kali dinilai

tidak terkandung dalam pemikiran Timur. Pemikiran-pemikiran tersebut lebih dianggap

sebagai agama ketimbang filsafat. Memang banyak dari para penganutnya yang

memperlakukan pemikiran timur sebagai agama, sehingga cukup bukti bahwa apa yang

sering disebut sebagai filsafat timur adalah kepercayaan religius atau agama.

Jika pemikiran timur dianggap sebagai agama, maka pemikiran itu tidak dapat disebut

filsafat, mengingat keduanya memiliki sifat-sifat yang bertolak belakang. Meskipun sama-

sama bertujuan menemukan kebenaran, keduanya memiliki perbedaan mendasar. Agama

mengajarkan kepatuhan, filsafat mengandalkan kemampuan berpikir kritis yang sering tampil

dalam perilaku meragukan,mempertanyakan,dan membongkar sampai ke akar-akarnya.

Meskipun cukup banyak pihak mengakui pemikiran Timur sebagai fisafat yang penting, tetap

saja ada yang memandagnya sebagai kepercayaan. Perdebatan-perdebatan yang

mempertanyakan apakah pemikiran Timur dapat disebut sebagai filsafat atau hanya

kepercayaan religius, masih terus berlangsung hingga akhir abad 20, dan tampaknya akan

terus berlanjut.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa itu fisafat Cina ?
b. Apa itu fisafat India?
c. Apa itu Fisafat Indonesia?
1.3. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa itu filsafat cina pengertian dari geopolitik indonesia
b. Untuk mengetahui apa itu filsafat india
c. Untuk mengetahui apa itu filsafat Indonesia

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Filsafat Cina
1. Dasar-dasar Filsafat Cina

Cina memiliki tradisi filsafat yang tua dan independen. Lingkungan budaya Cina yang

berlainan dengan Eropa, India, dan Arab, menghasilkan perbedaan-perbedaan gagasan,

keyakinan, dan cara pikir dari kebudayaan lain.Perbedaan-perbedaan itu sekaligus

memunculkan perbedaan-perbedaan dalam sifat dan konsep-konsep filsafat Cina.

Pada awalnya, materi-materi yang kini dikaji sebagai filsafat Cina merupakan ajaran-

ajaran yang diyakini sebagai penuntun hidup individu dan masyarakat. Peran ajaran –ajaran

itu dapat disetarakan dengan agama. Ajaran-ajaran Conficus, misalnya, pada awal nya

merupakan petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus berperilaku. Ajaran-ajaran

ini diterima sebagai suatu kepercayaan, suatu yang dapat diterima sebagai kebenaran.

Memasuki abad modern, ajaran-ajaran itu mulai dipertanyakan, dianalisis, dikembangkan,

dan diteapkan pada berbagai bidang kehidupan masyarakat modern.Dinamika pembahasan

ajaran-ajaran itu menjadikannya semacam ‘lahan’ pemikiran yang subur bagi pemikiran

pemikiran filosof. Menjelmalah ajaran-ajaran itu menjadi filsafat, meskipun banyak ahli

filsafat yang keberatan untuk menggolongkan ajaran-ajaran Cina sebagai filsafat.

2. Latar Belakang Filsafat Cina

 Geografis bangsa cina

 Ekonomi masyarakat cina

 Idealis alam

 Sistem keluarga cina

 Negara maritim dan kontinetal

2
3. Confucianisme

Konfucianisme dikembangkan pertama kali oleh confucius. Sebutan confucius ini adalah

sebutan yang dilatinkan. Dalam lafal cina dikenal sebagai K’ung Tzu atau Empu K’ung.

Nama keluarganya adalah K’ung dan nama pribadinya adalah Ch’iu. Ia lahir pada tahun 551

SM, di negara LU. Di negara ini terletak di bagian Selatan dan sekarang dikenal sebagai

Provinsi Shatung di China bagian Timur.

Pada masa confucius hidup, negaranya sedang mengalami kekacauan.terjadi berbagai

penyimpangan yang dilakukan pemerintah, disentegrasi negara, pemberontakan, dan terjadi

begitu banyak kejahatan ,serta banyak orang hidup tanpa aturan yang jelas. Kondisi sosial

Cina pada masa itu menampilkan ketidakteraturan, degrasi moral, dan anarki intelektual.

Menanggapi kondisi zamannya pemikir confucius terfokus kepada bagaimana memecahkan

masalah –masalah sosial yang dihadapi negaranya. Perbaikan dan reformasi kondisi

masyarakat menjadi pokok perhatian utama pada ajaran-ajaran Confcius.

2.2. Filsafat India


1. Latar Belakang Filsafat India

India merupakan suatu wilayah yang memiliki pemikiran-pemikiran yang berpengaruh bagi

dunia. Di antara pemikiran india, hindu termasuk salah satu ajaran yang terbesar. Kata hindu

sendiri berkaitan dengan kata hindustan, nama lain bagi taah india. Berbeda dengan tujuan

pemikiran para filsuf yunani, para filsuf hindu berpikir untuk mencari jalan lepas dari ikatan

duniawi dan masuk kedalam kebebasan yang baginya merupakan kesempurnaan. Orang

hindupun mencari kebenaran tetapi tidak semata demi kebenaran. Kebenaran yang dicari

digunakan untuk membebaskan diri dari dunia.”filsafat hindu menyelidiki alam, dicari

intisarinya, deselami hakikatnya, dicari sebab-sebab yang sedalam-dalamnya.

2. Sejarah Awal Filsafat Hindu

3
Hindu berasal dari india, tepatnya dibagian utara anak benua india. Permulaan munculnya

sekitar tahun 2 SM. Pada masa itu berlangsung perpaduan kebudayaan bangsa aria yang

berbahasa indo-eropa dengan kebudayaan penduduk asli yang diperkirakan dalam bahasa

induk bahasa bahasa dravida. Hasil perpadun dua budaya ini adalah tradisi lisan yag disebut

veda(dalam bahasa indonesia biasa dibaca weda). Awal filsafat hindu tidak lepas dari agama

hindu, atau lebih luas lagi hinduwisma. Hinduwisma adalah sebuah nama yang menaungi

berbagai agama dan sub agama yang berbeda bernaung dibawahnya.

Tradisi pemikiran hindu terasa atau tidak terasa berkembang dinegara-negara lain, termasuk

indonesia. Hindu selain sebagai agama, merupakan satu pola pemikiran dan juga menjadi

dasar aturan dalam pembentukan masyarakat.

3. Pemikiran-pemikiran Filsuf Hindu

a. Perkembangan pengertian yang maha kuasa

Para filsuf hindu dalam perenunganya tentang manusia,alam, dan dewa-dewi menemukan

hal-hal yang tidak memuaskan dalam penjelasan-penjelasan vedisme.

Pemikiran tentang siapa yang berkuasa lalu dikaitkan dengan rita yang merupakan aturan dan

hukum yang mengatur segala sesuatunya. Menurut mere bh bhka, dalam alam semesta ada

satu kekuasaan yang mengatur segala-galanya. Kekuasaan ini boleh dianggap sebagai pusat

alam semesta. Jika sekiranya pusat alam semesta itu harus diberi nama, maka nama yang

tepat adalah brahma.

b. Manusia dan brahma

Menurut filsafat hindu, manusia adalah bagian dari alam yang tak terpisahkan. manusia,

seperti juga mahluk lainnya, berpartisipasi dalam karakter alam sebab segala sesuatu

mengomunikasikan realitas yang maha kuasa, oleh karena itu pemahaman tentang manusia

tak dapat dilepaskan dari pemahaman tentang yang maha kuasa. Dalam manusia terdapat

kekuasaan alam.

4
c. Pengertian dosa dan bagaimana menghindarinnya

Dalam pemahaman hindu, manusia tidak dapat melakukan pelanggaran terhadap aturan

brahman(yang maha kuasa) karena kekuasaan brahman mengaturnya. Yang mungkin terjadi

adalah kekeliruan indra, karena manusia belum mampu menembus empat lapisan yang

menutupi atman atau brahman.

Pengertian dosa atau kejahatan dalam brahmanisme adalah keterkurungan dalam yang maya

atau semu atau dalam kekeliruan indra(avidya). Kekeliruan itulah yang membuatnya melihat

ada keberagaman. Baik manusia atau bukan manusia disebut ahangkara(prinsip keakuan).

Itulah arti dosa dalm pandangan filsuf hindu.

2.3. Pengertian Wawasan Nusantara


Secara etimologis, Wawasan Nusantara berasal dari kata Wawasan dan Nusantara. Wawasan

berasal dari kata Wawas (bahasa jawa) yang berarti pandangan, tinjauan dan penglihatan

indrawi. Jadi wawasan adalah pandangan, tinjauan, penglihatan, tanggap indrawi. Wawasan

berarti pula cara pandang dan cara melihat. Nusantara berasal dari kata nusa dan antara. Nusa

artinya pulau atau kesatuan kepulauan. Antara artinya menunjukkan letak antara dua unsur.

Jadi Nusantara adalah kesatuan kepulauan yang terletak antara dua benua, yaitu benua Asia

dan Australia, dan dua samudra, yaitu samudra Hindia dan Pasifik. Berdasarkan pengertian

modern, kata “nusantara” digunakan sebagai pengganti nama Indonesia. Sedangkan

terminologis, Wawasan menurut beberapa pendapat sebagai berikut :

a. Menurut prof. Wan Usman, “Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia

mengenai diri dan tanah airnya sebagai Negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan

yang beragam.”

b. Menurut GBHN 1998, Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa

Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, dengan dalam penyelenggaraan kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

5
c. Menurut kelompok kerja Wawasan Nusantara untuk diusulkan menjadi tap. MPR, yang

dibuat Lemhannas tahun 1999, yaitu “cara pandang dan sikap bangsa. Indonesia mengenai

diri dan lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan

persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehipan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional”.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, secara sederhana wawasan nusantara berarti cara

pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan

dan kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara.

2.4. Filsafat Indonesia


Filsafat Indonesia adalah sebutan yang digunakan untuk menggambarkan tradisi kefilsafatan

yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Filsafat Indonesia adalah filsafat yang diproduksi

oleh semua orang yang menetap di wilayah yang dinamakan Indonesia. Filsafat Indonesia

diungkap dalam berbagai bahasa yang hidup dan masih dituturkan di Indonesia atau sekitar

587 bahasa dan bahasa Indonesia, meliputi aneka mazhab pemikiran yang menerima

pengaruh Timur dan Barat. Para pengkaji Filsafat Indonesia mendefinisikan kata ‘Filsafat

Indonesia’ secara berbeda.Hal tersebut menyebabkan perbedaan dalam lingkup kajian Filsafat

Indonesia. M. Nasroen tidak pernah menjelaskan definisi kata tersebut. Ia hanya menyatakan

bahwa Filsafat Indonesia adalah konsep dan praktik asli dari Pancasila, hukum adat, gotong-

royong, dan kekeluargaan (Nasroen 1967:14-38).Indonesia memiliki kata kebudayaan yang

meliputi manifestasi kehidupan dari suatu masyarakat.Filsafat, sains, teologi, agama, seni,

dan teknologi merupakan wujud kehidupan suatu masyarakat dan tercakup dalam makna

kebudayaan.Biasanya, orang Indonesia menyebut filsuf dengan sebutan budayawan

(Alisjahbana 1977: 6-7).Cakupan Filsafat Indonesia terbatas pada pandangan asli dari

kekayaan budaya Indonesia saja.

6
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pemikiran-pemikiran filsafat juga berkembang di dunia bagian timur (filsafat India, Filsafat

Cina , filsafat Indonesia).Filsafat di dunia bagian barat dan dunia bagian timur memiliki

karakteristik tersendiri yang dapat dijadikan acuan untuk membedakan keduanya.Hal tersebut

dapat terlihat dalam pandangan hidup barat dan timur yang berbeda.Misalnya, pandangan

hidup Yunani lebih berdasarkan paham individualisme dan paham materialisme yang

mementingkan kepentingan diri sendiri.

Filsafat telah berkembang dan berubah fungsi dari induk ilmu pengetahuan menjadi semacam

pendekatan dan perekat berbagai macam ilmu pengetahuan yang telah berkembang pesat dan

terpisah satu dengan lainnya (interdisciplinary approach), dan lebih kental lagi bahwa filsafat

sebagai alat analisis dalam memecahkan permasalahan filosofis dari dunia ilmu pengetahuan

dan kehidupan manusia (philosophical analysis).

Dapat kita ambil kesimpulan yaitu adanya tokoh – tokoh yang membuat filsafat itu menjadi

ada dan berkembang hingga saat ini bahkan di jadikan sebagai mata pelajaran.

7
DAFTAR PUSTAKA
Takwin, Bagus, Filsafat Timur, (Yogyakarta: Jalasutra,2003)

Yu-Lan, Fung, Sejarah Filsafat Cina, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007)

Franz Magnis,suseno, Berfilsafat dari Konteks, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1991)

Anda mungkin juga menyukai