Anda di halaman 1dari 14

FILSAFAT DAN FILSAFAT PANCASILA

Makalah
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok dalam Mata Kuliah Pancasila, Program
Studi Ilmu Pemerintahan FISIP UMRAH KOTA TANJUNGPINANG –
KEPULAUAN RIAU

disusun oleh Kelompok 3

1. Bayu Setiawan / NIM : 2205010049


2. David Yudha Permana Agung / NIM : 2205010047
3. Deby Alista / NIM : 2205010029
4. Dyan Ayudya Permatasari / NIM : 2205010040
5. Iqnatia Patricia Manalu / NIM : 2205010039
6. Shiwy Wulandari / NIM : 2205010043

Dosen Pengajar

Endri, SH., MH

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK, PROGRAM STUDI ILMU


PEMERINTAHAN

TANJUNGPINANG – KEPULAUAN

RIAU TAHUN AJARAN 2022 – 2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini dapat
selesai pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak
Endri pada mata kuliah Pancasila di Program Studi Ilmu Pemerintahan. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Endri, selaku dosen dalam mata
kuliah Pancasila di Program Studi Ilmu Pemerintahan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang yang penulis
tekuni.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Endri yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Penulis berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah yang lebih baik.

Tanjungpinang, 2 Oktober 2022

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................................ii
BAB I..................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................................................1
BAB II................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.................................................................................................................................2
2.1 Filsafat..........................................................................................................................................2
2.1.1 Pengertian Filsafat................................................................................................................2
2.1.2 Ciri-Ciri Filsafat..................................................................................................................3
2.1.3 Fungsi Filsafat......................................................................................................................4
2.2 Filsafat Pancasila......................................................................................................................4
2.2.1 Pengertian Filsafat Pancasila...............................................................................................4
2.2.2 Pengertian Pancasila Sebagai Suatu Sistem.......................................................................6
2.2.3 Karakteristik dan Fungsi Filsafat Pancasila.......................................................................7
BAB III PENUTUP.........................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................................10
3.2 Saran.......................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada umumnya di dunia ini terdapat berbagai macam dasar negara yang menyokong
negara itu sendiri agar tetap berdiri kokoh, teguh, serta agar tidak terombang ambing oleh
persoalan yang muncul pada masa kini. Pada hakikatnya ideologi merupakan hasil refleksi
manusia berkat kemampuannya mengadakan distansi terhadap dunia kehidupannya. Maka
terdapat sesuatu yang bersifat dialektis antara ideologi dengan masyarat negara. Di suatu
pihak membuat ideologi semakin realistis dan pihak yang lain mendorong masyarakat
mendekati bentuk yang ideal. Idologi mencerminkan cara berpikir masyarakat, bangsa
maupun negara, namun juga membentuk masyarakat menuju cita-citanya. Indonesia pun tak
terlepas dari hal itu, dimana Indonesia memiliki dasar negara yang sering kita sebut
Pancasila. Pancasila sebagai ideologi menguraikan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi
negara dan karakteristik Pancasila sebagai ideologi negara. Sejarah indonesia menunjukan
bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada
bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan yang layak dan lebih
baik, untuk mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.Pancasila merupakan
kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, karena dalam masing-masing sila tidak bisa di tukar
tempat atau dipindah. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa
dan negara Indonesia. Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai
dasar negara seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan
kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan
kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan
Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia. Melalui makalah ini diharapkan dapat membantu
kita dalam berpikir lebih kritis mengenai arti Pancasila.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian filsafat ?
2. Apa itu filsafat pancasila ?
3. Bagaimana pengertian pancasila sebagai suatu filsafat ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui mengenai filsafat
2. Untuk mempelajari tentang filsafat pancasila
3. Untuk mengetahui objek dari filsafat pancasila

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Filsafat
2.1.1 Pengertian Filsafat
1) Secara Umum
Filsafat adalah suatu kebijaksanaan hidup (filosofia) untuk memberikan suatu
pandangan hidup yang menyeluruh berdasarkan refleksi atas pengalaman hidup maupun
pengalaman ilmiah. Filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan karena memiliki logika,
metode dan sistem. Namun filsafat berbeda dari ilmu-ilmu pengetahuan kehidupan lainnya
oleh karena memiliki obyek tersendiri yang sangat luas. Sebagai contoh, dalam ilmu
psikologi mempelajari tingkah laku kehidupan manusia, namun dalam ilmu filsafat tidak
terbatas pada salah satu bidang kehidupan x saja, melainkan memberikan suatu pandangan
hidup yang menyeluruh yaitu tentang hakiki hidup yang sebenarnya. Pandangan hidup
tersebut merupakan hasil pemikiran yang disusun secara sistematis menurut hukum-
hukum logika. Seorang yang berfilsafat (filsuf) akan mengambil apa yang telah ditangkap
dalam pengalaman hidup maupun pengalaman ilmiah kemudiaan memandangnya di
bawah suatu horizon yang lebih luas, yakni sebagai unsur kehidupan manusia yang
menyeluruh.1
Sedangkan pengertian filsafat menurut menurut para ahli memiliki perbedaan dalam
mendefinisikan filsafat yang disebabkan oleh berbedaan konotasi filsafat dan keyakinan
hidup yang dianut mereka. Perbedaan pendapat muncul juga dikarenakan perkembangan
filsafat itu sendiri sehingga akhirnya menyebabkan beberapa ilmu pengetahuan
memisahkan diri dari ilmu filsafat. Berikut beberapa pengertian filsafat menurut menurut
para ahli yang memiliki pengertian jauh lebih luas dibandingkan dengan pengertian
menurut bahasa.
 Cicero ( (106 – 43 SM ) Filsafat adalah seni kehidupan sebagai ibu dari semua seni.
 Aristoteles (384 – 322 SM) Filsafat adalah memiliki kewajiban untuk menyelidiki
sebab dan asas segala benda.
 Plato (427 – 347 SM) Filsafat itu adalah tidaklah lain dari pengetahuan tentang
segala yang ada.
 Al Farabi (wafat 950 M) Filsafat itu ialah ilmu pengetahuan tentang alam yang
maujud dan bertujuan menyelidiki hakekatnya yang sebenarnya.
 Thomas Hobbes (1588 – 1679) Filsafat ialah ilmu pengetahuan yang menerangkan
perhubungan hasil dan sebab atau sebab dari hasilnya, dan oleh karena itu senantiasa
adalah suatu perubahan.

1
Noto Nagoro, 1982. Beberapa hal Mengenai Filsafat Pancasila, Jakarta, Rajawali
2
 Johann Gotlich Fickte (1762-1814) Filsafat merupakan ilmu dari ilmuilmu, yakni
ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Filsafat membicarakan seluruh bidang dan
seluruh jenis ilmu untuk mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
 Imanuel Kant ( 1724 – 1804) Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok
dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan yaitu
metafisika, etika agama dan antropologi.
 Paul Nartorp (1854 – 1924) Filsafat sebagai ilmu dasar hendak menentukan kesatuan
pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul
sekaliannya.

2.1.2 Ciri-Ciri Filsafat

Ada tiga ciri utama dalam filsafat bahwa hal itu dikatakan sebagai filsafat,yaitu:

a. Universal (menyeluruh), yaitu sebuah pemikiran yang bersifat luas dan bukan pada aspek
tertentu.

b. Radikal ( mendasar), yaitu pemikiran yang mendalam dan berakar sampai kepada hasil
yang fundamental dan esensial

c. Sistematis, yaitu mengikuti pola berpikir dan metode yang runtut dan logis meskpun
spekulatif

Beberapa penulis menambahkan bahwa cirri dari filsafat juga bersifat:

a. Deskriptif, yaitu suatu uraian yang terinci tentang sesuatu dan menjelaskan mengapa
sesuatu berbuat seperti itu.

b. Kritis, yaitu mempertanyakan segala sesuatu (termasuk hasil filsafat), dan tidak menerima
begitu saja apa yang terlihat sepintas, yang dikatakan dan yang dilakukan masyarakat.

c. Analisis, yaitu mengulas dan mengkaji secara rinci dan menyeluruh sesuatu, termasuk
konsep-konsep dasar yang dengannya kita memikirkan dunia dan kehidupan manusia.

d. Evaluatif, yaitu dikatakan juga normatif, maksudnya upaya sungguh sungguh sebagai hasil
berpikir yang mendasar

3
2.1.3 Fungsi Filsafat
Filsafat memiliki sejarah yang panjang dalam peradaban manusia. Sebagai induk dari
segala ilmu pengetahuan saat itu, filsafat dituntut dapat menjawab berbagai permasalahan
yang ada, mulai dari permasalahan yang dihadapi manusia sampai kepada permasalahan
dunia. Menurut Burhanuddin Salam (2000) dikatakan bahwa fungsi filsafat sebagai ” mater
scientiarum” yang menunjukkan bahwa semua ilmu berinduk pada filsafat. Dan filsafat juga
menjadi pegangan setiap manusia dalam mengarungi hidup dan kehidupan. Dengan
menguasai filsafat dapat dikatakan seseorang dapat menjawab segala permasalahan yang
terjadi di alam ini, baik bagi seorang individu maupun lingkungannya. Seiring dengan
perkembangan jaman, dan meningkatnya kebutuhan manusia dan semakin berkembangnya
kehidupan modern maka semakin dirasakan kebutuhan untuk menjawab segala tantangan
yang dihadapi manusia. Selanjutnya, menurut Burhanuddin dikatakan bahwa fungsi filsafat
itu adalah betapa besar kepentingan filsafat bagi perwujudan dan pembangunan hidup
manusia. Jadi kita menjunjung tinggi dan mempertahankan filsafat sebagai suatu hal yang
sangat berharga. Akan tetapi bersama-sama dengan itu harus kita akui juga batas-batas atau
kenisbian filsafat. Terbatasnya kemampuan akan budi manusia dalam usahanya untuk
memecahkan soalsoal tentang dunia dan manusia, tentang hidup dan Tuhan (Salam, 1988:
109). Secara spesifik, cara kerja filsafat ilmu memiliki pola dan model-model yang spesifik
dalam menggali dan meneliti dalam menggali pengetahuan melalui sebab muasal dari gejala
ilmu pengetahuan. Di dalamnya mencakup paham tentang kepastian, kebenaran, dan
objektifitas. Cara kerjanya bertitik tolak pada gejala-gejala pengetahuan mengadakan reduksi
ke arah intuisi para ilmuwan, sehingga kegiatan ilmu-ilmu itu dapat dimengerti sesuai dengan
kekhasan masingmasing (Verhaak & Imam, 1991: 107-108), disinilah akhirnya dapat
dipahami fungsi dari filsafat ilmu. Jadi, Fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan
landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan
membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa
filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai confirmatory theories yaitu berupaya
mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation
yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana.

2.2 Filsafat Pancasila


2.2.1 Pengertian Filsafat Pancasila

Filsafat Pancasila adalah refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar
Negara dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok
pengertian secara mendasar dan menyeluruh.

Hal ini berarti filsafat Pancasila memiliki fungsi dan peranan sebagai pedoman dan
4
pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari, dalam
tatanan hidup berbangsa, bermasyarakat dan bernegara bagi bangsa Indonesia. Menurut
Ruslan Abdulgani (1989), Pancasila adalah filsafat Negara yang lahir sebagai ideologi
kolektif (cita-cita bersama) seluruh bangsa Indonesia. Mengapa Pancasila dikatakan sebagai
filsafat, sebab Pancasila merupakan hasil permenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan
oleh para pendahulu kita yang kemudian dituangkan dalam suatu system yang tepat.

Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia memiliki susunan yang
terdiri dari lima sila yang merupakan satu kesatuan yang mutlak atau absolute. Dan kalau
dibedakan dari filsafat teoritis dan filsafat praktis, Pancasila tergolong filsafat praktis. Hal ini
berarti bahwa filsafat Pancasila dalam melakukan pemikiran yang mendalam tidak hanya
mencari kebenaran dan kebijaksanaan, tidak hanya sekedar ingin memenuhi hasrat ingin tahu
dari manusia yang tdak ada habisnya tetapi juga dan terutama hasil pemikiran yang berwujud
filsafat Pancasila dan dipergunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari. Selanjutnya, filsafat
Pancasila mengukur adanya kebenaran yang bermacam-macam dan bertingkat-tingkat yaitu:
kebenaran indra, kebenaran ilmiah, kebenaran filosofis dan kebenaran religius. 2 Kebenaran
indra menjelaskan bahwa Pancasila memiliki nilai-nilai yang memang ada dan hidup di
tengah kehidupan bangsa Indonesia sebagai budaya dan adat istiadat yang hidup di tengah
masyaraat yang hiterogen. Kebenaran ilmiah memberikan penegasan bahwa manusia
Indonesia mampu mempertanggungjawabkan apa yang diucapkan dan dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari berdasarkan nilai-nilai Pancasila yang diyakini sebagai nilai yan paling
benar. Kebenaran filosofis adalah kebenaran yang bertumpu kepada esensi dari hidup yang
lebih mengutamakan harkat dan martabat manusia yang berorientasi kepada nama harum,
nama baik sebagai bangsa Indonesia di tengah kehidupan bernegara, berbangsa dan
bermasyarakat, baik bersifat kelompok maupun perseorangan. Kebenaran Religius
menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sungguh sangat mengandalkan dan berfokus kepada
Tuhan Yang Maha Esa sebagai soko guru hidup bangsa Indonesia yang berarti bangsa
Indonesia mengakui adanya kebenaran mutlak atau kebenaran absolut yang berupa dogma
dalam ajaran setiap agama.

Untuk meyakinkan bahwa Pancasila itu adalah ajaran filsafat sebaiknya kita kutip
pernyataan Moh. Yamin sebagai berikut: bahwa Pancasila tersusun secara sistematis dan
harmonis bersifat integral dan hirarkis saling menjiwai dan dijiwai antara sila yang satu
dengan sila yang lainnya, sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.3 Dan nilai-nilai
Pancasila tersebut ada di dalam diri setiap insan manusia Indonesia, sehingga menjadi bagian
yang utuh yang tak terpisahkan dalam diri manusia. Dengan kata lain nilai-nilai Pancasila
bukan berada di luar diri manusia, melainkan ada dan dimiliki oleh setiap manusia Indonesia
dalam dirinya.
2
Kirdi Dipoyudo, 1979. Pancasila, Arti dan Pelaksanaannya, Osis, Jakarta
3
Rozikin Daman, 1992. Pancasila Dasar Falsafah Negara, Rajawali, Jakarta.
5
2.2.2 Pengertian Pancasila Sebagai Suatu Sistem
Pembahasan Pancasila sebagai suatu filsafat dapat dilakukan dengan cara deduktif dan
induktif. Cara deduktif berarti dengan mencari hakekat Pancasila serta menganalisis dan
menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan yang komprehensif. Dengan cara induktif
yaitu dengan cara mengamati gejala-gejala social budaya masyarakat merefleksikannya dan
menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu.

Pancasila yang terdiri dari lima sila pada hakekatnya merupakan system filsafat. Sistem
adalah kesatuan dari bagian-bagian yang saling berhubungan, dan saling bekerjasama untuk
satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan satu kesatuan yang utuh. Sedangkan
ciri-ciri suatu system adalah sebagai berikut: 1). Suatu kesatuan bagian-bagian, 2).Setiap
bagian memiliki fungsi sendiri-sendiri, 3).Saling berhubungan dan saling ketergantungan.

Perkembangan masyarakat dunia yang semakin cepat secara langsung atau pun tidak
langsung mengakibatkan perubahan besar pada berbagai bangsa di dunia. Gelombang besar
kekuatan internasional dan transnasional melalui globalisasi telah mengancam, bahkan
menguasai eksistensi negara-negara kebangsaan, termasuk Indonesia.

Akibat yang langsung dapat terlihat adalah terjadinya pergeseran nilai-nilai dalam
kehidupan kebangsaan yang disebabkan adanya perbenturan kepentingan antara nasionalisme
dan internasionalisme.

Permasalahan kebangsaan dan kenegaraan di Indonesia sudah semakin kompleks dan


rumit manakala ancaman internasional yang terjadi di satu sisi dan posisi lain yang muncul
masalah internal, yaitu maraknya tuntutan masyarakat yang secara obyektif mengalami suatu
kehidupan yang jauh dari kesenjangan dan keadilan social.

Paradoks antara kekuasaan global dengan kekuasaan nasional ditambah dengan adanya
konflik internal seperti gambaran di atas, mengakibatkan kondisi tarik menarik kepentingan
secara langsung yang mengancam jati diri bangsa. Nilai-nilai baru yang masuk, baik secara
subyektif maupun obyektif, serta terjadinya pergeseran nilai di tengah masyarakat yang pada
akhirnya mengancam prinsip-prinsip kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.

Prinsip dasar yang telah ditemukan oleh peletak dasar (the Foundings Father) Negara
Indonesia yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu prinsip dasar hidup bernegara, itulah
filsafat Pancasila. Dengan pemahaman demikian, maka Pacasila sebagai filsafat hidup bangsa
Indonesia saat ini mengalami ancaman dengan munculnya nilai-nilai baru dari luar dan
terjadinya pergeseran nilai yang ada.

Secara ilmiah haru disadari bahwa masyarakat suatu bangsa, senantiasa memiliki suatu
pandangan hidup atau filsafat Negara masing-masing yang berbeda dengan bangsa lain di
6
dunia. Inilah yang disebut “local genius” (kreativitas local) dan sekaligus sebagai “local
wisdom” (Kearifan local)4

2.2.3 Karakteristik dan Fungsi Filsafat Pancasila


Prinsip-prinsip dalam filsafat Pancasila dapat dijelakan sebagai berikut:
a. Kausa Material, yaitu sebab yang berhubungan dengan materi atau bahan. Dalam hal ini
materi Pancasila digali dari sosiobudaya bangsa yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri.
b. Kausa Formalis, yaitu sebab yang berhubungan dengan bentuknya. Pancasila di dalam
Pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat formal (kebenaran formal)
c. Kausa Efisiensi, yaitu kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan merumuskan
Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia.
d. Kausa Finalis, yaitu berhubungan dengan tujuan, di mana tujuan yang diusulkannya
Pancasila sebagai dasar Negara
Inti atau esensi dari nilai-nilai Pancasila adalah sebagai berikut: KeTuhanan yang
berarti sebagai causa prima, yaitu penyebab pertama atau utama yang tiada disebabkan oleh
sebab yang lain, manusia sebagai makluk individu dan social, Kesatuan yang berarti bangsa
Indonesia memiliki kepribadian sendiri, dan rakyat artinya harus ada kerjasama dengan
masyarakat gotong royong, serta rakyat yang berarti unsure utama dari sebuah Negara berada
pada warga itu sendiri.
Pancasila memiliki fungsi sebagai pandangan hidup bangsa, sebagai dasar Negara, sebagai
jiwa bangsa dan kepribadian bangsa, sebagai dasar falsafah bangsa Indonesia,
Inti atau esensi dari sila-sila dari Pancasila adalah :
1. Tuhan sebagai kausa Prima
2. Manusia sebagai makhluk individu dan social
3. Persatuan, yaitu rasa bersatu sebagai kepribadian bangsa sendiri
4. Rakyat, yaitu unsur mutlak Negara harus bekerjasama dan bergotong-royong
5. Adil, yaitu memberikan keadilan bagi diri sendiri atau orang lain yang menjadi haknya5
1. Cara untuk merombak ketidakadilan ini adalah dengan jalan melaksanakan sistem
sosialis, yaitu sistem dimana alat produksi dikuasai negara dan bukannya oleh
pribadi swasta,
2. Pada umumnya, satu-satunya jalan paling praktis untuk melaksanakan sistem
sosialis ini adalah lewat revousi kekerasan,
3. Untuk menjaga kelanggengan sistem sosialis harus diatur oleh kediktatoran partai
Komunis dalam jangka waktu yang memadai.

Tiga dari ide pertama sudah dicetuskan dengan jelas sebelum Marx, sedangkan ide
yang keempat berasal dari gagasan Marx mengenai “diktatur proletariat”, sementara itu
4
Fasawwa, Syaima Sabine. 2022. Pengertian Pancasila Sebagai Sistem Filsafat, Makna, dan Penjelasannya.
5
Kaelan,2018.Filsafat Pancasila, Pandangan Hidup Bangsa, Paradigma, Yogyakarta
7
lamanya berlaku kediktatoran Soviet sekarang lebih merupakan langkah-Iangkah Lenin dan
Stalin daripada gagasan tulisan Marx, Hal ini nampaknya menimbulkan anggapan bahwa
pengaruh Marx dalam Komunisme lebih kecil dari kenyataan sebenamya, dan penghagaan
orang-orang terhadap tulisantulisannya lebih menyerupai etalase untuk membenarkan sifat
“keilmiahan” dari pada ide dan politik yang sudah terlaksana dan diterima.

2.2.4 Hakekat Nilai-Nilai Pancasila


Nilai adalah suatu idea yaitu konsep tentang apa yang seseorang pikirkan yang
merupakan hal yang penting dalam hidupnya. Nilai berada di dalam dua kawasan yaitu
kognitif dan afektif. Nilai merupakan sesuatu yang terkandung dalam hati nurani manusia
yang lebih memberi dasar dan prinsip akhlak yang merupakan standar dari keindahan dan
efisiensi atau keutuhan kata hati. Nilai tidaklah tampak dalam dunia pengalaman, namun
nyata dalam jiwa manusia. Sidney B. Simon (1986) mengatakan bahwa sesungguhnya yang
dimaksud dengan nilai adalah jawaban jujur dan benar dari sebuah pertanyaan :” what you
are really “. Studi tentang nilai termasuk dalam ruang lingkup estetika dan etika. Estetika
cenderung melakukan justifikasi tentang kemampuan manusia menyangkut keindahan atau
bagaimana manusia mengagumi keindahan dunia. Seperti mengagumi tentang keindahan
alam dari sisi seni. Sedangan etika cenderung kepada studi dan justifikasi tentang aturan atau
bagaimana manusia berperilaku. Ungkapan etika sering timbaul dari pertanyaan-pertanyaan
yang mempertentangkan antara benar – salah, baik – buruk.
Pada dasarnya studi tentang etika merupakan pelajaran tentang moral yang secara
langsung merupakan pemahaman tentang apa itu benar dan salah. Bangsa Indonesia sejak
awal berdirinya Negara berkonsensus untuk komitmen memegang Pancasila sebagai sumber
inspirasi, nilai dan moral bangsa. Konsensus bahwa Pancasila sebagai anutan untuk
pengembangan nilai dan moral bangsa ini secara ilmiah filosofis merupakan permufakatan
yang normative. Dilihat dari epistemologis bangsa Indonesia mempuanyai keyakinan bahwa
nilai dan moral yang terpancar dari asas Pancasila ini sebagai suatu hasil sublimasi dan
kristalisasi dari system nilai budaya dan agama yang semuanya bersifat vertical dan
horizontal serta dinamis dalam kehidupan masyarakat. Selanjutnya untuk melakukan
sinkronisasi dasar folosofi ideology menjadi wujud jati diri bangsa yang nyata dan konsekuen
secara aksiologis bangsa Indonesia berkehendak untuk mengerti, menghayati,
membudayakan dan melaksanakan Pancasila. Upaya ini dilakukan melalui jalur keluarga,
masyarakat dan sekolah.
Refleksi filsafat yang dikembangkan oleh Notonagoro untuk menggali nilai-nilai
abstrak sebagai hakekat nilai Pancasila dijadikan pangkal tolak untuk melaksanakan
pengamalan Pancasila baik bersifat subyektif maupun obyektif. Pengamalan secara obyektif
adalah pengamalan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sedangkan

8
pengamalan secara subyektif adalah pengamalan yang dilakukan oleh manusia secara
individual, baik sebagai pribadi maupun sebagai warga Negara. Nilai-nilai dalam filsafat
Pancasila bersumber dari hakekat Tuhan dijabarkan melalui konsep etika Pancasila, bahwa
hakekat manusia Indonesia memiliki sifat berperikeTuhanan Yang Maha Esa,
berperikemanusiaan, berperikebangsaan, berperikerakyatan, dan berperikeadilan social.
Konsep filsafat Pancasila dijabarkan menjadi system etika Pancasila yang bercorak
normative. Sistem etika ini telah menjadi bagian dari hidup bangsa Indonesia sejak bangsa
Indonesia ini ada,yaitu sejak nenek moyang kita yang berinduk pada ras Melanesia. Dari
keberagaman nenek moyang kita ( ras mongoloid, ras wedoid dan ras negroid) hingga hari ini
menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang hiterogen dalam banyak hal, seperti
agama, suku, bahasa, budaya, adat dan seterusnya.
Ciri berpikir filsafat sesungguhnya adalah : a) sistematis, b) mendalam, c) mendasar,
d) analitik, e) komprehensif, f) spekulatif, g) representative dan h) evaluative. Demikian pula
yang terjadi dalam filsafat Pancasila menggunakan pola berpikir yang sama. Pola inilah yang
melahirkan Pancasila sebagai sebuah filsafat yang sungguh-sungguh berasal dari sikap hidup
dan budaya bangsa yang digali dan disusun dalam sebuah rumusan yang baku dan tidak dapat
diubah atau diganti oleh siapapun bagi bangsa Indonesia. Hal ini telah digariskan dalam
piagam hak azasi bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ideologi merupakan suatu pilihan yang jelas membawa komitmen (keterikatan)
untuk mewujudkannya. Semakin mendalam kesadaran ideologis seseorang, maka semakin
tinggi juga komitmen untuk melaksanakannya. Komitmen juga tercermin dalam sikap
seseorang yang meyakini ideologinya sebagai ketentuan yang mengikat. Sehingga
seseorang harus meyakini ideologinya sebagai ketentuan yang mengikat harus ditaati
dalam kehidupannya, baik dalam kehidupan pribadi maupun masyarakat.

Dengan rangkaian nilai tersebut mereka mengetahui cara bersikap baik secara
moral atau normative yang dianggap benar dan adil, dalam bersikap dan bertingkah laku
untuk memelihara, mempertahankan, membangun kehidupan duniawi bersama dengan
berbagai dimensinya.

Pancasila adalah warisan luhur yang dilahirkan dari renungan para foundingfather
dalam perumusan dasar Negara Indonesia merdeka. Pancasila diangkat dari nilai-nilai asli
masyarakat Indonesia yang terdapat adat istiadat, kebudayaan, dan agama yang terkandung
pada pandangan hidup bangsa. Pancasila sering digolongkan sebagai ideologi tengah di
antara dua ideologi besar dunia yang sangat berpengaruh terhadap negara. Pancasila bukan
berpaham komunis/marxis dan juga bukan berpaham liberalis/kapitalis. Kesepakatan
bangsa Indonesia untuk menjadikan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa (way of
life) dewasa ini semakin memprihatinkan karena era globalisasi. Pancasila sebagai
weltanschaung (pandangan hidup) berarti nilai-nilai Pancasila merupakn etika kehidupan
bersama bangsa Indonesia yang sudah mengakar sejak dulu. Aktualisasi Pancasila
merupakan penjabaran nilai-nilai Pancasila dalam bentuk norma-norma serta
merealisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

3.2 Saran
Sebagai ideologi yang berdasarkan kebersamaan, Pancasila memiliki peluang untuk
berperan menata hubungan antarbangsa dalam rangka memajukan ketertiban dan
perdamaian dunia. Namun demikian, berperan tidaknya Pancasila, selain terletak pada
struktur ideologinya, juga sangat bergantung pada para pendukungnya. Melalui karya nyata
pendukungnya dengan menterjemahkan konsep universal Pancasila dalam segala aspek
kehidupan nasional, Negara Kesatuan Republik Indonesia akan tetap terjaga keutuhannya
dan mampu berperan dalam pergaulan global.
10
DAFTAR PUSTAKA

Noto Nagoro, 1982. Beberapa hal Mengenai Filsafat Pancasila, Jakarta, Rajawali
Kirdi Dipoyudo, 1979. Pancasila, Arti dan Pelaksanaannya, Osis, Jakarta
Rozikin Daman, 1992. Pancasila Dasar Falsafah Negara, Rajawali, Jakarta.
Kaelan, 2018. Filsafat Pancasila, Pandangan Hidup Bangsa, Paradigma, Yogyakarta.
Ruslan Abdulgani, 1998. Pancasila dan Reformasi, Makalah Seminar Nasional KAGAMA,
Yogyakarta
Fasawwa, Syaima Sabine. 2022. Pengertian Pancasila Sebagai Sistem Filsafat, Makna, dan
Penjelasannya.https://amp-tirto-id.cdn.ampproject.org/v/s/amp.tirto.id/pengertian-
pancasila-sebagai-sistem-filsafat-makna-penjelasannya-grQe?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16647182314704&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Ftirto.id%2Fpengertian-pancasila-sebagai-sistem-filsafat-makna-penjelasannya-
grQe Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022

11

Anda mungkin juga menyukai