Anda di halaman 1dari 12

JELAJAHI

HOME

NASIONAL

REGIONAL

MEGAPOLITAN

INTERNASIONAL

MONEY

BOLA

TEKNO

SAINS

VIK

ENTERTAINMENT
OTOMOTIF

LIFESTYLE

PROPERTI

TRAVEL

EDUKASI

KOLOM

IMAGES

JEO

KOMPAS TV

KOMPASIANA

GRIDOTO

GRAMEDIA
KONTAN

BOLASPORT

KOMPASKARIER

GRID.ID

KGMEDIA.ID

Ad

Home

News
 

Nasional

Belajar dari Keberhasilan Ekonomi Jaman Gus Dur

Jumat, 22 Desember 2017 | 23:35 WIB



Dok Fendi Siregar

Seorang seniman membuat mural yang menggambarkan imej Gus Dur, di kampung Bali Mester,
Jatinegara.

Editor: Tjahjo Sasongko

JAKARTA, Kompas.com  – Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi di atas 6,5 persen, sudah saatnya
pemerintah Indonesia melakukan serangkaian inovasi kebijakan dan meninggalkan rumus Bank Dunia:
penumpukan utang, pengetatan anggaran, dan penguberan pajak. ”Saat ini, rasio pembayaran utang
(debt service) terhadap ekspor Indonesia sudah lampu kuning (39 persen), jauh di atas batas aman 25
persen,” kata peneliti Lingkar Studi Perjuangan (LSP) Gede Sandra di Jakarta, Jumat (21/12).

Mengutip proyeksi Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) yang dirilis pada 13
Desember lalu, Gede Sandra mengatakan, pertumbuhan ekonomi rata-rata negara berkembang di
kawasan Asia tahun ini berada di kisaran 6 persen. Sementara, dengan mengeluarkan negara-negara
Asia yang maju industrinya, pertumbuhan ekonomi rata-rata naik ke 6,5 persen pada 2017.
”Indonesia, yang selama ini kerap membanggakan diri karena keanggotaannya di negara G20, pada
kuartal III 2017 pertumbuhannya ternyata di bawah rata-rata Asia, dan Asia Tenggara yang sebesar 5,2
persen. Pada kuartal III pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 5,06 persen, masih 1-1,5 persen di
bawah pertumbuhan rata-rata Asia,” ujarnya.

Gede menambahkan, langkah pemerintah dengan melakukan pemotongan anggaran untuk program
yang inefisien memang tepat. Tetapi bukan untuk memotong program-program yang mempercepat
pertumbuhan ekonomi dan memperbaiki kesejahteraan rakyat. ”Pada saat ingin ekonomi bertumbuh
cepat, pajak seharusnya justru dilonggarkan. Nanti bila ekonomi sudah kencang, barulah pajak dapat
kembali diuber,” katanya.

Secara khusus, Gede Sandra mengajak khalayak bercermin dari keberhasilan pemerintah Indonesia pada
era Gus Dur. Usia pemerintahan Gus Dur memang hanya 21 bulan. Namun, di balik riuh rendah
kontroversi politiknya – sejak ia dinaikkan hingga dimakzulkan – ternyata capaian pemerintahan Gus Dur
di bidang ekonomi terbilang istimewa. ”Padahal, di awal kepemimpinannya, Gus Dur menerima warisan
perekonomian dari Presiden Habibie dalam kondisi pertumbuhan -(minus) 3,” tutur Gede.

Setelah hampir tiga bulan bekerja, pertumbuhan ekonomi di penghujung tahun 1999 sudah berada di
level 0,7 persen atau melompat 3,7 persen. Setahun berikutnya (2000), perekonomian Indonesia
kembali berhasil tumbuh ke level 4,9 persen atau melompat 1,2 persen. Sedangkan pada 2001, kendati
Gus Dur dimakzulkan di pertengahan tahun, rata-rata pertumbuhan ekonomi di akhir tahun masih
berada pada level 3,6 persen.

Menjadi istimewa, kata Gede Sandra, karena lompatan pertumbuhan ekonomi tadi dilakukan sambil
mengurangi beban utang. Seperti diketahui, selama era Gus Dur, tim ekonomi berhasil mengurangi
beban utang sebesar US$ 4,15 miliar. ”Prestasi yang tak kalah istimewa: pertumbuhan ekonomi di era
Gus Dur juga berkualitas, karena dibagi adil ke seluruh masyarakat,” ujarnya.   

Di penghujung era pemerintahan Gus Dur, koefisien gini ratio tercatat paling rendah di Indonesia
sepanjang 50 tahun terakhir, yakni 0,31. Terdekat dengan pencapaian ini hanya era Soeharto pada 1993
dengan gini ratio 0,32. Bedanya, Soeharto perlu 25 tahun untuk menurunkan gini ratio hingga ke angka
ke 0,32 (1993). Sedangkan Gus Dur hanya perlu kurang dari dua tahun untuk menurunkan koefisien gini
ratio dari 0,37 (1999) ke 0,31 (2001).
Gede Sandra mengingatkan, sebelum krisis ekonomi 1997, indeks ketimpangan (gini ratio) di Indonesia
terbilang tinggi. Sedangkan, dalam hitungan matematis, tingginya gini ratio berpotensi mengancam
kohesi sosial. ”Itu sebabnya, kemampuan pemerintahan Gus Dur dalam menurunkan gini ratio – ditandai
dengan distribusi pendapatan yang lebih merata – patut diapresiasi, karena berkorelasi dalam
memperkuat kohesi di tingkat akar rumput,” jelas Gede.

Baca berikutnya

Tyson Bantah Bertemu Pimpinan Chechnya

Dapatkan Smartphone dan Voucher Belanja dengan #JernihBerkomentar di artikel ini! *S&K berlaku

Video Pilihan

TAG:

TERKAIT

Pelajaran dari PKI, Soekarno, Soeharto, hingga Gus Dur

Gus Dur dan Sembilan Tokoh Lain Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

Selamat Ulang Tahun, Gus Dur!


"Yang Berkorban Itu, Kata Gus Dur Besar Pahalanya"

TERPOPULER

Gugatan atas UU Lalu Lintas dan Lampu Mati di Motor Jokowi...Dibaca 25838 kali

Seorang Pria Perkosa 2 Wanita di Semarang, Pura-pura Tawarkan Pekerjaan PRT Lewat FacebookDibaca
10713 kali

Beredar Foto Bangkai Heli di Papua, Diduga Heli MI-17 Milik TNI yang HilangDibaca 7575 kali

WNI di Singapura Positif Corona Setelah Bersentuhan dengan MajikanDibaca 6982 kali

Lima Kawasan Top Jakarta Paling Mahal dan PrestisiusDibaca 3011 kali
TERPOPULER LAINNYA

KOMENTAR 

Dapatkan Smartphone dan Voucher Belanja dengan #JernihBerkomentar dibawah ini! *S&K berlaku

Tulis komentar Anda...

TERKINI

Kejagung Cek Dokumen Tanah Milik Benny Tjokro, Termasuk 2 Kompleks PerumahanNEWS - 5 menit lalu

RUU Perlindungan Data Pribadi Segera Dibahas DPR dan PemerintahNEWS - 11 menit lalu

Polemik Desa Fiktif di 100 Hari Pertama Jokowi-Ma'ruf...NEWS - 12 menit lalu

Kejagung Persilakan Benny Tjokro Sampaikan Protes saat Diperiksa PenyidikNEWS - 22 menit lalu

Wabah Virus Corona Ancam Perekonomian IndonesiaNEWS - 35 menit lalu

Ingat Pesan Benyamin Sueb, Rano Karno Enggan Maju di PilkadaNEWS - 44 menit lalu

Menteri LHK Siti Nurbaya Bertemu Mahfud MD, Bahas Persiapan Rakornas KarhutlaNEWS - 1 jam lalu

TNI AD: Dony Pedro Jalani Proses Hukum di Pomdam III/SiliwangiNEWS - 1 jam lalu
Dubes China Sebut Pengidap Virus Corona Lebih Banyak yang SembuhNEWS - 1 jam lalu

Lihat Semua

Ad

JELAJAHI

KOMPAS.COM

BOLA

TEKNO

OTOMOTIF

INTERNASIONAL

NEWS

NASIONAL

MEGAPOLITAN
ENTERTAINMENT

MONEY

SAINS

REGIONAL

PROPERTI

LIFESTYLE

TRAVEL

EDUKASI

IMAGES

VIK

OHAYO JEPANG

PESONA INDONESIA

KOLOM
JEO

KOMPAS VIDEO

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERKINI

TOPIK PILIHAN

ARTIKEL HEADLINE

About

Policy

Contact Us

 
Career

Pedoman Media Siber

©2020 PT. Kompas Cyber Media

Anda mungkin juga menyukai