BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai wujud
kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan preklinik
maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan dituntut untuk
peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya setiap saat.
Keperawatan medikal bedah sebagai cabang ilmu keperawatan juga tidak terlepas dari adanya
berbagai perubahan tersebut, seperti teknologi alat kesehatan, variasi jenis penyakit dan teknik
intervensi keperawatan. Adanya berbagai perubahan yang terjadi akan menimbulkan berbagai
trend dan isu yang menuntut peningkatan pelayanan asuhan keperawatan.
Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk membahas Trend dan Isu Keperawatan
Komunitas serta Implikasinya terhadap Perawat di Indonesia.
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan yang semakin meningkat dan
mendesak, perlu mendapatkan perhatian yang serius bagi semua kalangan yang berkompeten,
khususnya Dinas Kesehatan dan Puskesmas.
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor: 81/1995, yang
menyebutkan bahwa layanan prima adalah layanan yang memberikan kepuasan pelanggan, maka
untuk menghadapai tuntutan masyarakat, harapan Kepala Puskesmas serta mengacu pada visi
Pemerintah Kabupaten Klungkung tersebut diatas, Dinas Kesehatan merespon tuntutan dan
harapan masyarakat tersebut dengan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas
melalui strategi Puskesmas Idaman, yaitu Puskesmas yang fokus pada pelanggan, baik
pelanggan internal maupun eksternal.
1.2 Tujuan
Mengidentifikasi trend dalam keperawatan komunitas di Indonesia
Mengidentifikasi isu dalam keperawatan komunitas di Indonesia
Mengetahui implikasi trend dan isu keperawatan komunitas perawat di Indonesia.
1.3 Manfaat
Meningkatkan pemahaman perawat terhadap perkembangan trend dan isu keperawatan
mkomunitas di Indonesia
Sebagai dasar dalam mengembangkan ilmu keperawatan komunitas
Mengetahui keterkaitan keperawatan komunitas dengan trend dan isu yang berkembang dalam
bidang kesehatan
Sebagai landasan dalam melakukan penelitian baik klinik dan preklini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Isu Aspek Legal
Telenursing akan berkaitan dengan isu aspek legal, peraturan etik dan kerahasiaan pasien sama
seperti telehealth secara keseluruhan. Di banyak negara, dan di beberapa negara bagian di
Amerika Serikat khususnya praktek telenursing dilarang (perawat yang online sebagai
koordinator harus memiliki lisensi di setiap resindesi negara bagian dan pasien yang menerima
telecare harus bersifat lokal) guna menghindari malpraktek perawat antar negara bagian. Isu
legal aspek seperti akontabilitas dan malprakatek, dsb dalam kaitan telenursing masih dalam
perdebatan dan sulit pemecahannya.
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan kebijakan umum
kesehatan (terintegrasi) yang mengatur praktek, SOP/standar operasi prosedur, etik dan
profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang diberikan. Kegiatan
telenursing mesti terintegrasi dengan startegi dan kebijakan pengembangan praktek keperawatan,
penyediaan pelayanan asuhan keperawatan, dan sistem pendidikan dan pelatihan keperawatan
yang menggunakan model informasi kesehatan/berbasis internet.
Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi dan
kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu ini, yang
secara fundamental mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam bidang kesehatan dalam
merawat pasien adalah :
1. Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang diberikan harus
tetap terjaga
2. Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus diinformasikan potensial resiko
(seperti keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui internet atau telepon) dan
keuntungannya
3. Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat dikontrol dengan
membuat informed consent (pernyataan persetujuan) lewat email
4. Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan penyalah gunaan
informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.
Keterlibatan perawat dalam politik mendapatkan perhatian yang lebih besar dalam kurikulum
keperawatan, organisasi professional, dan tempat perawtan professional.
Organisasi keperawatan mampu memgabungkan semua upaya seperti pada Nursing Agenda For
Healt Care Reform (Tri-council,1991).
Strategi spesifik pengintegrasian peraturan public dalam kurikulum keperawatan, sosialisasi dini,
berpartisipasi dalam organisasi profesi, memperluas lingkungan praktik klinik, dan menjalankan
tempat pelayanan kesehatan.
2.2.2 Pengaruh Perawat dalam Peraturan dan Praktik Keperawatan
Pospek keperawatan komunitas dimasa yang akan dating cenderung semakin berkembang dan
dibutuhkan dalam system pelayanan kesehatan pemerintah. Peran perawat kesehatan masyarakat
sangat dibutuhkan dalam mengatasi sebagai masalah kesehatan yang terjadi di masa yang akan
datang karena mengikuti perubahan secara keseluruhan. Dampak perubahan tersebut dapat
berpengaruh pada peran yang dilkaukan perawat. Intervensi keperawatan kesehatan masarakat
diberbagai tingkat pelayanan akan semakin besar dikarnakan adanya kelalaian, ketidaktahuan,
ketidakmauan, dan ketidakmampuan individu,keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Komponenkomponen perubahan dalam masyarakat
1. Pertambahan penduduk. Pertambahan penduduk secara cepat (population) dan perubahan
dalam gambaran penduduk, diantaranya perubahan dalam komposisi usia, penyebarannya, dan
kepadatan penduduk kota besar.
2. Transisi penyakit. Perubahan pola penyakit atau transisi penyakit yaitu perubahan penyakit
menular ke penyakit degenerative, seperti penyakit jantung, kanker, depresimental dan ansietas,
stroke, peningkatan kecelakaan, alkoholisme, dan yang akhir-akhir ini marak adalah
penyalahgunaan narkotika.
3. Perkembangan industrialisasi serta perubahan kondisi social. Perkembangan industrialisasi
serta perubahan kondisi social yang cepat dengan di sertai perubahan-perubahan sikap, niali,
gaya hidup, kondisi lingkungan, kelompok-kelompok masyarakat baru, masalh individu, dan
masyarakat.
4. Meningkatnya pengetahuan masarakat sebagai pelayanan kesehatan akan meningkatkan juga
harapan mereka terhadap mutu pelayanan keperawatan dan kesehatanpola pelayanan kesehatan
yang baru akan meningkatkan pencpaian kesehatan bagi semua orang pada tahun 2000.
5. Kurang tenaga medis menyebabkan pelimpahan tanggung jawab atau wewenang pada
perawat.
6. Masyarakat akan menjadi rekan kerja dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Banyak
pelayanan yang akan dilaksanakan di luar rumah sakit, misalnya pelayanan pada rehabilitasi,
kesehatan jiwa, dan lain-lain.
Relationship.Komunikasi dengan pelanggan yang terjalin baik, akan menimbulkan ikatan batin
antar mereka sehingga hal tersebut akan membuat pelanggan menjadi loyal.
Melakukan penyesuaian organisasi terus menerus untuk peningkatan mutu pelayanan
kesehatan.
Perubahan organisasi akan terjadi terus menerus, baik karena pengaruh lingkungan internal
maupun eksternal serta tuntutan pelanggan yang terus berubah, untuk itu Puskesmas Idaman
harus selalu dapat menyesuaikan perubahan tersebut, sehingga dapat terus mempertahankan
pelayanan kesehatan yang memuaskan pelanggan.
Manfaat Puskesmas Idaman
1. Bagi Masyarakat
a. Mendapat pelayanan kesehatan bermutu dan terjangkau
b. Masyarakat mampu mendapat pelayanan kesehatan sesuai keinginan
c. Masyarakat tidak mampu/maskin mendapat pelayanan kesehatan standard
2. Bagi Pemerintah Daerah
a. Pemerintah Daerah dapat meningkatkan mutu pelayanan pada masyarakat
b. Meningkatkan citra Puskesmas, citra Pemerintah Daerah serta meningkatkan daya saing
c. Pemberian subsidi pada masyarakat miskin lebih efektif dan efisien
3. Bagi Tenaga Kesehatan
a. Pengetahuan dan ketrampilan tenaga kesehatan meningkat
b. Motivasi Tenaga kesehatan meningkat
c. Kesejahteraan tenaga kesehatan meningkat
d. Tenaga kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan: profesioanal sesuaidengan
pendidikannya, unggul dalam prestasi serta sopan dan santun dalam memberikan pelayanan.
e. Tenaga kesehatan berpenampilan rapi dan bersih, khusus untuk dokter dan dokter gigi
memakai jas dokter pada saat melayani pasien.
f. Obat yang diberikan kepada pasien adalah obat generik berblister
g. Pelanggan diperlakukan secara ramah dan sopan serta dengan penuh simpati dibantu
f) Upaya Pengobata
b. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan Pengembangan adalah upaya kesehatan inovatif berdasarkan permasalahan
kesehatan di masyarakat serta disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas.
a) Upaya Kesehatan Sekolah
b) Upaya Kesehatan Olah Raga
c) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
d) Upaya Kesehatan Kerja
e) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
f) Upaya Kesehatan Jiwa
g) Upaya Kesehatan Mata
h) Upaya Kesehatan Usia Lanjut
i) Upaya Pembinaan Pengobatan tradisional
2. Azas Penyelenggaraan
a. Azas pertanggungawaban wilayah, artinya Puskesmas Idaman bertanggung jawab
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya.
b. Azas pemberdayaan masyararakat, artinya Puskesmas Idaman wajib memberdayakan
perorangan, keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya
Puskesmas.
c. Azas keterpaduan, artinya penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas harus diselenggarakan
secara terpadu baik keterpaduan lintas program aupun lintas sektor.
d. Azas rujukan, artinya untuk menyelesaikan berbagai masalah kesehatan di Puskesmas yang
mempunyai kemampuan terbatas, perlu ditopang oleh azas rujukan, baik rujukan upaya
kesehatan perorangan maupun upaya kesehatan masyarakat.
3. Upaya Peningkatan Mutu
a. Fokus utama peningkatan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas Idaman, terletak pada dua
aspek:
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Telenursing membantu pasien dan keluarganya untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan,
terutama sekali untuk self management pada penyakit kronis. Hal itu memungkinkan perawat
untuk menyediakan informasi secara akurat dan tepat waktu dan memberikan dukungan secara
langsung (online). Kesinambungan pelayanan ditingkatkan dengan memberi kesempatan kontak
yang sering antara penyedia pelayanan kesehatan dan pasien dan keluarga-keluarga merek
Telenursing saat ini semakin berkembang pesat di banyak Negara.
Tren paraktik keperawatan meliputi berbagai praktik di berbagai tempat praktik dimana perawat
memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus menerus meningkatkan otonomi
dan penghargaan sebagai anggota tim asuhan keperawatan. Peran perawat meningkat dengan
meluasnya focus asuhan keperawatan. Tren dalam keperawatan sebagai profesi meliputi
perkembangan aspek-aspek dari keperawatan yang mengkarakteristikan keperawatan sebagai
profesi meliputi: pendidikan, teori, pelayanan, otonomi, dan kode etik.
3.2 Saran
Diharapkan kepada mahasiswa STIKes CIREBON yang nantinya sebagai tenaga kesehatan di
masyarakat dapat mengetahui Trend an Isu Keperawatan Komunitas dan dapat memberikan
pengetahuan tersebut kepada masyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA
American Nurses Association, Council of Community Health Nurses, 1986. Standards of
Community Health Nursing Practice. Kansas city: ANA.
American Nurses Association.1986. Standards of Community Health Nursing Practice.
Washington DC: Author
Departemen RI.1993. Perawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Depkes RI Departemen
RI.1998. Proyek Peningkatan Pelayanan Puskesmas, Modul A-E, pengembangan Program
Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan Dasar.
b. Fair
Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya, keadaan
ekonomi dan sebagainya, tetapi memprlakukan klien sebagai individu yang
memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki.
c. Fidelity
Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu), selalu
berusaha menepati janji, memberikan harapan yang memadahi, komitmen moral
serta memperhatikan kebutuhan spiritual klien.
3. Otonomi, kendali dan tanggung gugat
Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan tindakan secara
mandiri. Hak otonomi merujuk kepada pengendalian kehidupan diri sendiri yang
berarti bahwa perawat memiliki kendali terhadap fungsi mereka. Otonomi
melibatkan kemandirian, kesedian mengambil resiko dan tanggung jawab serta
tanggung gugat terhadap tindakannya sendiribegitupula sebagai pengatur dan
penentu diri sendiri.
Kendali mempunyai implikasi pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu atau
seseorang. Bagi profesi keperawatan, harus ada kewenangan untuk mengendalikan
praktik, menetapkan peran, fungsi dan tanggung jawab anggota profesi.
Tanggung gugat berarti perawat bertanggung jawab terhadap setiap tindakan yang
dilakukannya terhadap klien.
Euthanasia sukarela: ini dilakukan oleh individu yang secara sadar menginginkan
kematian.
Euthanasia non sukarela: ini terjadi ketika individu tidak mampu untuk
menyetujui karena faktor umur, ketidak mampuan fisik dan mental. Sebagai contoh
dari kasus ini adalah menghentikan bantuan makanan dan minuman untuk pasien
yang berada di dalam keadaan vegetatif (koma).
Euthanasia tidak sukarela: ini terjadi ketika pasien yang sedang sekarat dapat
ditanyakan persetujuan, namun hal ini tidak dilakukan. Kasus serupa dapat terjadi
ketika permintaan untuk melanjutkan perawatan ditolak.
Bantuan bunuh diri: ini sering diklasifikasikan sebagai salah satu bentuk
euthanasia. Hal ini terjadi ketika seorang individu diberikan informasi dan wacana
untuk membunuh dirinya sendiri. Pihak ketiga dapat dilibatkan, namun tidak harus
hadir dalam aksi bunuh diri tersebut. Jika dokter terlibat dalam euthanasia tipe ini,
biasanya disebut sebagai bunuh diri atas pertolongan dokter. Di Amerika Serikat,
kasus ini pernah dilakukan oleh dr. Jack Kevorkian.
baru yang dapat menjaga pasien tetap hidup dengan bantuan instrumen. Dia
berargumen bahwa dalam kasus kerusakan otak permanen, ada kehilangan sifat
kemanusian pada pasien tersebut, seperti kesadaran, komunikasi, menikmati hidup,
dan seterusnya. Mempertahankan hidup pasien dianggap tidak berguna, karena
kehidupan seperti ini adalah kehidupan tanpa kualitas atau status moral.
Falsafah Utilitarian Singer menekankan bahwa tidak ada perbedaan moral antara
membunuh dan mengizinkan kematian terjadi. Jika konsekuensinya adalah
kematian, maka tidak menjadi masalah jika itu dibantu dokter, bahkan lebih disukai
jika kematian terjadi dengan cepat dan bebas rasa sakit.
2: 195), dan dalam ayat lain disebutkan, "Janganlah engkau membunuh dirimu
sendiri," (QS 4: 29), yang makna langsungnya adalah "Janganlah kamu saling
berbunuhan." Dengan demikian, seorang Muslim (Dokter) yang membunuh seorang
Muslim lainnya (pasien) disetarakan dengan membunuh dirinya sendiri.
Eutanasia dalam ajaran Islam disebut qatl ar-rahmah atau taisir al-maut (eutanasia),
yaitu suatu tindakan memudahkan kematian seseorang dengan sengaja tanpa
merasakan sakit, karena kasih sayang, dengan tujuan meringankan penderitaan si
sakit, baik dengan cara positif maupun negatif.
Pada konferensi pertama tentang kedokteran Islam di Kuwait tahun 1981,
dinyatakan bahwa tidak ada suatu alasan yang membenarkan dilakukannya
eutanasia ataupun pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy killing) dalam
alasan apapun juga.
Eutanasia positif
Eutanasia negatif
Eutanasia negatif disebut dengan taisir al-maut al-munfa'il. Pada eutanasia negatif
tidak dipergunakan alat-alat atau langkah-langkah aktif untuk mengakhiri
kehidupan si sakit, tetapi ia hanya dibiarkan tanpa diberi pengobatan untuk
memperpanjang hayatnya. Hal ini didasarkan pada keyakinan dokter bahwa
pengobatan yang dilakukan itu tidak ada gunanya dan tidak memberikan harapan
kepada si sakit, sesuai dengan Sunnatullah (hukum Allah terhadap alam semesta)
dan hukum sebab-akibat.
Diantara masalah yang sudah terkenal di kalangan ulama syara' ialah bahwa
mengobati atau berobat dari penyakit tidak wajib hukumnya menurut Jumhur
Fuqaha dan imam-imam mahzab. Bahkan menurut mereka, mengobati atau berobat
ini hanya berkisar pada hukum mubah. Dalam hal ini hanya segolongan kecil yang
mewajibkannya seperti yang dikatakan oleh sahabat-sahabat Imam Syafi'i dan
Imam Ahmad sebagaimana dikemukakan oleh Syekhul Islam Ibnu Taimiyah,, dan
sebagian ulama lagi menganggapnya mustahab (sunnah).
Beberapa kasus menarik
Kasus Hasan Kusuma Indonesia
Sebuah permohonan untuk melakukan eutanasia pada tanggal 22 oktober 2004
telah diajukan oleh seorang suami bernama Hassan Kusuma karena tidak tega
menyaksikan istrinya yang bernama Agian Isna Nauli, 33 tahun, tergolek koma
selama 2 bulan dan disamping itu ketidakmampuan untuk menanggung beban
biaya perawatan merupakan suatu alasan pula. Permohonan untuk melakukan
eutanasia ini diajukan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Kasus ini merupakan
salah satu contoh bentuk eutanasia yang diluar keinginan pasien. Permohonan ini
akhirnya ditolak oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dan setelah menjalani
perawatan intensif maka kondisi terakhir pasien (7 Januari 2005) telah mengalami
kemajuan dalam pemulihan kesehatannya.
Kasus seorang wanita New Jersey - Amerika Serikat
Seorang perempuan berusia 21 tahun dari New Jersey, Amerika Serikat, pada
tanggal 21 April 1975 dirawat di rumah sakit dengan menggunakan alat bantu
pernapasan karena kehilangan kesadaran akibat pemakaian alkohol dan zat
psikotropika secara berlebihan.Oleh karena tidak tega melihat penderitaan sang
anak, maka orangtuanya meminta agar dokter menghentikan pemakaian alat bantu
pernapasan tersebut. Kasus permohonan ini kemudian dibawa ke pengadilan, dan
pada pengadilan tingkat pertama permohonan orangtua pasien ditolak, namun
pada pengadilan banding permohonan dikabulkan sehingga alat bantu pun
dilepaskan pada tanggal 31 Maret 1976. Pasca penghentian penggunaan alat bantu
tersebut, pasien dapat bernapas spontan walaupun masih dalam keadaan koma.
Dan baru sembilan tahun kemudian, tepatnya tanggal 12 Juni 1985, pasien tersebut
meninggal akibat infeksi paru-paru (pneumonia).
ABORSI
Aborsi berasal dari bahasa latin abortus yaitu berhentinya kehamilan sebelum usia
kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin.
Aborsi yaitu tindakan pemusnahan yang melanggar hukum , menyebabkan lahir
prematur fetus manusia sebelum masa lahir secara alami.
Aborsi telah dilakukan oleh manusia selama berabad-abad, tetapi selama itu belum
ada undang-undang yang mengatur mengenai tindakan aborsi. Peraturan mengenai
hal ini pertama kali dikeluarkan pada tahun 4 M di mana telah ada larangan untuk
melakukan aborsi. Sejak itu maka undang-undang mengenai aborsi terus
mengalami perbaikan, apalagi dalam tahun-tahun terakhir ini di mana mulai timbul
suatu revolusi dalam sikap masyarakat dan pemerintah di berbagai negara di dunia
terhadap tindakan aborsi. Hukum abortus di berbagai negara dapat digolongkan
dalam beberapa kategori sebagai berikut:
Hukum yang memperbolehkan aborsi demi keselamatan kehidupan penderita
(ibu), seperti di Perancis dan Pakistan.
namun masalah tetap diperdebatkan, dan masih ada besar keengganan untuk
terlibat dalam pemeriksaan terbuka dan jujur tentang praktek aborsi dan tempatnya
dalam masyarakat kita Sebagai perawat di Marie penasihat Stopes International,
salah satu dari penyedia terkemuka Inggris seksual dan reproduksi jasa-jasa
perawatan kesehatan, saya sehari-hari berurusan dengan klien yang telah aborsi
dipilih untuk berbagai macam alasan, tapi yang merasa terisolasi dan setan untuk
melakukannya. Memutuskan untuk mengakhiri kehamilan dapat menjadi salah satu
yang paling sulit keputusan seorang wanita untuk membuat, dan ketika membuat
ini keputusan saya percaya bahwa perempuan harus memiliki akses ke dukungan
dan nasihat untuk memungkinkan mereka untuk membuat suatu pilihan. Aku
merasa sangat yakin bahwa kita perlu membasmi rasa malu yang berhubungan
dengan aborsi sehingga perempuan dapat memilih prosedur tanpa menjadi lebih
pengalaman menyedihkan daripada perlu.
Di negara-negara di mana aborsi ilegal atau sangat terbatas, aborsi yang tidak
aman tetap menjadi penyebab utama kematian, dan menyebabkan sampai 67.000
kematian setiap tahunnya. Aborsi disahkan di Inggris dan Wales pada tahun 1967,
dan hukum jika dua dokter setuju bahwa alasan wanita untuk mencari
aborsi memenuhi persyaratan UU Aborsi. Hukum persyaratan dari Undang-undang
tidak mengizinkan perawat untuk mengotorisasi aborsi, tapi Royal College of
Nursing (RCN) mengakui bahwa pembangunan inovatif menyusui berarti bahwa
peran perawat sekarang merencanakan, memimpin dan mengelola proporsi yang
signifikan perawatan untuk wanita mencari dan / atau mengalami aborsi (RCN,
2008). Sebagai hasil dari perubahan dalam praktik dan maju peran perawat dalam
menyediakan pelayanan aborsi, perawat berada dalam posisi yang ideal untuk
membentuk cara aborsi layanan yang disediakan di masa depan (RCN, 2008), dan
memastikan bahwa wanita merasa didukung daripada dipermalukan ketika
menghadapi kehamilan yang tidak diinginkan. Contoh peran yang perawat bisa
memainkan meliputi: Penilaian pra-aborsi. Menghadapi kehamilan yang tidak
diinginkan cenderung menjadi sangat menegangkan waktu bagi seorang wanita.
Karena dari sifat sensitif konsultasi awal, itu adalah ide yang bagus untuk melihat
wanita sendiri, sehingga ia dapat memberikan jawaban yang akurat dan
mengungkapkan perasaan-perasaannya tanpa merasa dihambat oleh pasangan
atau orangtua Pra-dan pasca-aborsi konseling. Sangat penting untuk memberi
wanita kesempatan untuk mempertimbangkan pilihan dalam sebuah rahasia dan
tidak menghakimi lingkungan. Sistem seharusnya berada di tempat untuk merujuk
perempuan untuk kehamilan spesialis konseling, ketika ini diperlukan. Tetapi kita
juga harus mengenali perempuan hak otonomi dalam pengambilan keputusan
mereka.
CONFIDENTIALITY
Yang dimaksud confidentiality adalah menjaga privasi atau rahasia klien, segala
sesuatu mengenai klien boleh diketahui jika digunakan untuk pengobatan klien atau
mendapat izin dari klien. Sebagai perawat kita hendaknya menjaga rahasia pasien
itu tanpa memberitahukanya kepada orang lain maupun perawat lain.
Kedua, Berbagai cara dilakukan oleh pemerintah tetapi masalah kesehatan justru
semakin kompleks. Krisis ekonomi dan berbagai bencana alam menyebabkan
terpuruknya kondisi masyarakat termasuk masalah kesehatan. Sebagian
masyarakat tidak lagi mampu membiayai pelayanan kesehatannya sendiri. Pola
pelayanan kesehatan dasar sebagian besar masih di bawah standar pelayanan
minimum (Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas). Padahal,
Pelayanan Kesehatan Dasar sangat diperlukan untuk menanggulangi berbagai
masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat. Hal ini mengakibatkan
penyakit tidak menular meningkat drastis.
Di Jawa dan Bali, sekitar 20 juta orang menderita penyakit jantung, dan 30%
penyakit ini menyebabkan kematian. Disisi lain, penyakit menular masih tinggi.
Sekitar 22% kematian disebabkan oleh penyakit menular dan parasit. Demikian juga
angka kematian ibu 248/100,000 kelahiran hidup, angka kematian bayi 26.9/1,000
kelahiran hidup (Data Pusat Statistik, 2007). Hal ini sangat memprihatinkan,
mengingat di Vietnam hanya 18, Thailand, 17, Filipina, 26, Malaysia, 5.5, dan
Singapura, 3. padahal angka-angka tersebut merupakan indikator kesehatan suatu
bangsa.
Masalah gizi juga sangat memprihatinkan. Pada tahun 2007, penderita gizi kurang
mencapai 21.9%. Pada tahun 2005 terdapat sekitar 5 juta anak menderita gizi
kurang dimana 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk, dan 150,000 diantaranya
mengalami gizi buruk berat (marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor).
Ada sekitar 232 balita meninggal dunia karena masalah pada periode JanuariNovember 2005. Kondisi ini mengakibatkan pertahanan tubuh lemah sehingga
penyakit menular seperti TB Paru, Malaria, dan demam berdarah cenderung
meningkat. Bahkan, angka kesakitan TB Paru mencapai 102/100,000.
Hal yang sama juga terjadi pada lanjut usia (lansia). Lansia akan tumbuh sebesar
7%. Pada tahun 1990 sampai 2025, Indonesia akan mengalami kenaikan lansia
hingga 414%. Angka ini menjadikan kita menduduki peringkat ke-3 dunia, setelah
Cina dan India (Bureau of the Cencus USA, 1993). Pada awal abad ke 21 ini
diperkirakan mencapai 15 juta orang dan pada tahun 2020 jumlah lanjut usia
tersebut akan meningkat sekitar 30-40 juta orang.
Ketiga, Alokasi anggaran kesehatan kita masih di bawah standar WHO, yaitu
minimal 5%. Anggaran sekecil itu oleh pemerintah diarahkan pada bantuan Jaminan
Kesehatan Masyarakat bagi yang sakit, bukan pada upaya promotif dan preventif.
Disisi lain, kemampuan fiskal daerah tidak menjamin alokasi biaya kesehatan,
terutama public goods, disaat kemampuan masyarakat miskin untuk menjangkau
pelayanan kesehatannya masih rendah. Hal ini mengakibatkan kita tertinggal dalam
pencapaian berbagai indikator kesehatan dasar.
Keempat, seluruh potensi profesi kesehatan belum dioptimalkan. Sejak dulu hingga
sekarang, profesi kesehatan selalu diarahkan untuk pelayanan pengobatan (kuratif).
Perawat sesungguhnya memiliki kemampuan dan kompetensi untuk memimpin
pelayanan kesehatan primer. Perawat mampu memberdayakan keluarga dan
masyarakat untuk membantu mengatasi masalah kesehatannya sendiri.
Untuk hal ini berarti tenaga kesehatan, khususnya tenaga keperawatan diharapkan
untuk dapat memenuhi standar global dalam memberikan pelayanan / asuhan
keperawatan. Dengan demikian diperlukan perawat yang mempunyai kemampuan
professional dengan standar internasional dalam aspekintelektual,interpersonal dan
teknikal, bahkan peka terhadap perbedaan social budaya dan mempunyai
pengetahuan transtrutural yang luas serta mampu memanfaatkan alih IPTEK.
Datangnya era globalisasi tidak dapat dan memang tidak perlu kita cegah, yang
lebih penting adalah bagaimana kita menyikapi dampak positif dan mencegah
dampak negatifnya. Usaha peningkatan kompetensi individual dan daya saing
nasional merupakan pilihan utama agar para manajer pelayanan kesehatan
Indonesia tetap kukuh sebagai tuan rumah di negara sendiri. Di samping itu,
pemerintah seharusnya senantiasa memfasilitasi dalam bentuk penyusunan
kebijakan, peraturan perundangan, dan pengawasan yang efektif serta efisien.