Anda di halaman 1dari 26

REN DAN ISU KEPERAWATAN KOMUNITAS

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai wujud
kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan preklinik
maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan dituntut untuk
peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya setiap saat.
Keperawatan medikal bedah sebagai cabang ilmu keperawatan juga tidak terlepas dari adanya
berbagai perubahan tersebut, seperti teknologi alat kesehatan, variasi jenis penyakit dan teknik
intervensi keperawatan. Adanya berbagai perubahan yang terjadi akan menimbulkan berbagai
trend dan isu yang menuntut peningkatan pelayanan asuhan keperawatan.
Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk membahas Trend dan Isu Keperawatan
Komunitas serta Implikasinya terhadap Perawat di Indonesia.
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan yang semakin meningkat dan
mendesak, perlu mendapatkan perhatian yang serius bagi semua kalangan yang berkompeten,
khususnya Dinas Kesehatan dan Puskesmas.
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor: 81/1995, yang
menyebutkan bahwa layanan prima adalah layanan yang memberikan kepuasan pelanggan, maka
untuk menghadapai tuntutan masyarakat, harapan Kepala Puskesmas serta mengacu pada visi
Pemerintah Kabupaten Klungkung tersebut diatas, Dinas Kesehatan merespon tuntutan dan
harapan masyarakat tersebut dengan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas
melalui strategi Puskesmas Idaman, yaitu Puskesmas yang fokus pada pelanggan, baik
pelanggan internal maupun eksternal.
1.2 Tujuan
Mengidentifikasi trend dalam keperawatan komunitas di Indonesia
Mengidentifikasi isu dalam keperawatan komunitas di Indonesia
Mengetahui implikasi trend dan isu keperawatan komunitas perawat di Indonesia.
1.3 Manfaat
Meningkatkan pemahaman perawat terhadap perkembangan trend dan isu keperawatan

mkomunitas di Indonesia
Sebagai dasar dalam mengembangkan ilmu keperawatan komunitas
Mengetahui keterkaitan keperawatan komunitas dengan trend dan isu yang berkembang dalam
bidang kesehatan
Sebagai landasan dalam melakukan penelitian baik klinik dan preklini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Isu Aspek Legal
Telenursing akan berkaitan dengan isu aspek legal, peraturan etik dan kerahasiaan pasien sama
seperti telehealth secara keseluruhan. Di banyak negara, dan di beberapa negara bagian di
Amerika Serikat khususnya praktek telenursing dilarang (perawat yang online sebagai
koordinator harus memiliki lisensi di setiap resindesi negara bagian dan pasien yang menerima
telecare harus bersifat lokal) guna menghindari malpraktek perawat antar negara bagian. Isu
legal aspek seperti akontabilitas dan malprakatek, dsb dalam kaitan telenursing masih dalam
perdebatan dan sulit pemecahannya.
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan kebijakan umum
kesehatan (terintegrasi) yang mengatur praktek, SOP/standar operasi prosedur, etik dan
profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang diberikan. Kegiatan
telenursing mesti terintegrasi dengan startegi dan kebijakan pengembangan praktek keperawatan,
penyediaan pelayanan asuhan keperawatan, dan sistem pendidikan dan pelatihan keperawatan
yang menggunakan model informasi kesehatan/berbasis internet.
Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi dan
kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu ini, yang
secara fundamental mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam bidang kesehatan dalam
merawat pasien adalah :
1. Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang diberikan harus
tetap terjaga
2. Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus diinformasikan potensial resiko
(seperti keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui internet atau telepon) dan
keuntungannya
3. Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat dikontrol dengan
membuat informed consent (pernyataan persetujuan) lewat email
4. Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan penyalah gunaan
informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.

2.2 Tren dan Isu Keperawatan Komunitas


Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus-menerus dan terlibat
dalam masyarakat yang yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode keperawatan kesehatan
berubah, karena gaya hidup masyarakat berubah dan perawat sendiri juga dapat menyesuaikan
perubahan tersebut.
Keperawatan menetapkan diri dari ilmu social bidang lain karena focus asuhan keperawatan
bidang lain meluas. Tren dalam pendidikan keperawatan adalah berkembangnya jumlah peserta
keperawatan yang menerima pendidikan keperawatan, baik peserta didik dari D3 keperawatan,
S1 keperawatan atau kesehatan masayrakat sampai ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu S2 atau
kesehatan.
Tren paraktik keperawatanmeliputi berbagai praktik di berbagai tempat praktik dimana perawat
memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus menerus meningkatkan otonomi
dan penghargaan sebagai anggota tim asuhan keperawatan. Peran perawat meningkat dengan
meluasnya focus asuhan keperawatan. Tren dalam keperawatan sebagai profesi meliputi
perkembangan aspek-aspek dari keperawatan yang mengkarakteristikan keperawatan sebagai
profesi meliputi: pendidikan, teori, pelayanan, otonomi, dan kode etik. Aktivitas dari organisasi
keperawatan professional menggambarkan trend an praktik keperawatan.
Tren yang sedang dibicarakan adalah:
1. Pengaruh politik terhadap keperawatan professional
2. Pengaruh perawat dalam aturan dan praktik keperawatan
3. Puskesmas Idaman
2.2.1 Pengaruh Politik terhadap Keperawatan professional
Keterlibatan perawat dalam politik sangat terbatas. Walaupun secara individu ada beberapa nama
seperti F.Nightingale, Lilian Wald, Margaret Sunger, dan Lavinia Dock telah mempengaruhi
dalam pembuatan di berbagai bidang nampaknya perawat kurang di hargai sebagai kelompok.
Gerakan wanita telah memberikan inspirasi pada perwat mengenai masalah keperawatan
komunitas.
Kekuatan politik merupakan kemampuan untuk mempengaruhi atau meyakinkan seseorang
untuk memihak pada pemerintah untuk memperlihatkan bahwa kekuatan dari pihak tersebut
membentuk hasil yang diinginkan (Rogge,1987).
Perawat merasa tidak nyaman dengan politik karena mayoritas perawat adalah wanita dan
poolitik merupakan dominasi laki-laki (Marson,1990) .

Keterlibatan perawat dalam politik mendapatkan perhatian yang lebih besar dalam kurikulum
keperawatan, organisasi professional, dan tempat perawtan professional.
Organisasi keperawatan mampu memgabungkan semua upaya seperti pada Nursing Agenda For
Healt Care Reform (Tri-council,1991).
Strategi spesifik pengintegrasian peraturan public dalam kurikulum keperawatan, sosialisasi dini,
berpartisipasi dalam organisasi profesi, memperluas lingkungan praktik klinik, dan menjalankan
tempat pelayanan kesehatan.
2.2.2 Pengaruh Perawat dalam Peraturan dan Praktik Keperawatan
Pospek keperawatan komunitas dimasa yang akan dating cenderung semakin berkembang dan
dibutuhkan dalam system pelayanan kesehatan pemerintah. Peran perawat kesehatan masyarakat
sangat dibutuhkan dalam mengatasi sebagai masalah kesehatan yang terjadi di masa yang akan
datang karena mengikuti perubahan secara keseluruhan. Dampak perubahan tersebut dapat
berpengaruh pada peran yang dilkaukan perawat. Intervensi keperawatan kesehatan masarakat
diberbagai tingkat pelayanan akan semakin besar dikarnakan adanya kelalaian, ketidaktahuan,
ketidakmauan, dan ketidakmampuan individu,keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Komponenkomponen perubahan dalam masyarakat
1. Pertambahan penduduk. Pertambahan penduduk secara cepat (population) dan perubahan
dalam gambaran penduduk, diantaranya perubahan dalam komposisi usia, penyebarannya, dan
kepadatan penduduk kota besar.
2. Transisi penyakit. Perubahan pola penyakit atau transisi penyakit yaitu perubahan penyakit
menular ke penyakit degenerative, seperti penyakit jantung, kanker, depresimental dan ansietas,
stroke, peningkatan kecelakaan, alkoholisme, dan yang akhir-akhir ini marak adalah
penyalahgunaan narkotika.
3. Perkembangan industrialisasi serta perubahan kondisi social. Perkembangan industrialisasi
serta perubahan kondisi social yang cepat dengan di sertai perubahan-perubahan sikap, niali,
gaya hidup, kondisi lingkungan, kelompok-kelompok masyarakat baru, masalh individu, dan
masyarakat.
4. Meningkatnya pengetahuan masarakat sebagai pelayanan kesehatan akan meningkatkan juga
harapan mereka terhadap mutu pelayanan keperawatan dan kesehatanpola pelayanan kesehatan
yang baru akan meningkatkan pencpaian kesehatan bagi semua orang pada tahun 2000.
5. Kurang tenaga medis menyebabkan pelimpahan tanggung jawab atau wewenang pada
perawat.
6. Masyarakat akan menjadi rekan kerja dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Banyak
pelayanan yang akan dilaksanakan di luar rumah sakit, misalnya pelayanan pada rehabilitasi,
kesehatan jiwa, dan lain-lain.

2.3 Puskesmas Idamam


Puskesmas Idaman adalah Puskesmas dengan pelayanan kesehatan bermutu yang memenuhi atau
melebihi harapan pelanggan serta memberi pelayanan yang sesuai dengan standart operating
procedure (SOP) pelayanan kesehatan. Puskesmas Idaman sebagai pelayanan masyarakat,
akan berusaha untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
harapan pelanggan, oleh karena itu Puskesmas Idaman juga merubah paradigma dari
Puskesmas yang mengatur Masyarakat menjadi Puskesmas yang memenuhi harapan
Masyarakat.
Puskesmas Idaman adalah Puskesmas dengan pelayanan kesehatan yang bermutu yang sesuai
dengan standart operating procedure (SOP) untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan ,
baik pelanggan eksternal maupun internal.
Visi dan Misi Puskesmas Idaman
1. Puskesmas Idaman yang bermutu, merupakan visi Puskesmas Idaman yang menggambarkan
keadaan yang ingin dicapai oleh Puskesmas di masa yang akan datang yaitu Puskesmas dengan
pelayanan kesehatan bermutu untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan , baik
pelanggan eksternal maupun internal.
2. Untuk mencapai visi Puskesmas Idaman tersebut, ditetapakan misi sebagai berikut:
Memastikan Pelanggan Puskesmas.Pelanggan Puskesmas perlu diketahui, untuk mengetahui
seberapa besar potensipasar yang akan kita layani.
Memahami psikografi Pelanggan Puskesmas.Psikografi pelanggan perlu diketahui untuk
mengetahui budaya , perilaku dankebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan, sehingga kita
dapat mengantisipasi bentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan.
Menata Mindset Tim Pelayaan Prima di Puskesmas Idaman.Pola pikir semua pegawai perlu
ditata dan disamakan, dengan tujuan agar semua pegawai mempunyai polapikir yang sama untuk
menyelenggarakan pelayanan prima di Puskesmas Idaman.
Memberi kesempatan pada front liner untuk ikut mengambil keputusan dan memberikan
saran dalam pelaksanaan pelayanan prima di Puskesmas.Pegawai di garis depan front liner
seperti petugas parkir dan loket, merupakan orang pertama yang kontak dengan pelanggan, oleh
karena itu mereka banyak mengetahui informasi yang kita butuhkan dalam pengambilan
keputusan pelaksanaan pelayanankesehatan di Puskesmas Idaman.
Mengembangkan pelayanan kesehatan yang tak terlupakan pada Pelanggan.Dengan memberi
pelayanan kesehatan yang memberi kesan WOO, maka hal tersebut akan membanggakan dan
memuaskan pada pelanggan yang juga dapat berfungsi sebagai promosi antar pelanggan.
Menjalin komunikasi terus menerus dengan Pelanggan untuk menciptakan Customer Market

Relationship.Komunikasi dengan pelanggan yang terjalin baik, akan menimbulkan ikatan batin
antar mereka sehingga hal tersebut akan membuat pelanggan menjadi loyal.
Melakukan penyesuaian organisasi terus menerus untuk peningkatan mutu pelayanan
kesehatan.
Perubahan organisasi akan terjadi terus menerus, baik karena pengaruh lingkungan internal
maupun eksternal serta tuntutan pelanggan yang terus berubah, untuk itu Puskesmas Idaman
harus selalu dapat menyesuaikan perubahan tersebut, sehingga dapat terus mempertahankan
pelayanan kesehatan yang memuaskan pelanggan.
Manfaat Puskesmas Idaman
1. Bagi Masyarakat
a. Mendapat pelayanan kesehatan bermutu dan terjangkau
b. Masyarakat mampu mendapat pelayanan kesehatan sesuai keinginan
c. Masyarakat tidak mampu/maskin mendapat pelayanan kesehatan standard
2. Bagi Pemerintah Daerah
a. Pemerintah Daerah dapat meningkatkan mutu pelayanan pada masyarakat
b. Meningkatkan citra Puskesmas, citra Pemerintah Daerah serta meningkatkan daya saing
c. Pemberian subsidi pada masyarakat miskin lebih efektif dan efisien
3. Bagi Tenaga Kesehatan
a. Pengetahuan dan ketrampilan tenaga kesehatan meningkat
b. Motivasi Tenaga kesehatan meningkat
c. Kesejahteraan tenaga kesehatan meningkat
d. Tenaga kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan: profesioanal sesuaidengan
pendidikannya, unggul dalam prestasi serta sopan dan santun dalam memberikan pelayanan.
e. Tenaga kesehatan berpenampilan rapi dan bersih, khusus untuk dokter dan dokter gigi
memakai jas dokter pada saat melayani pasien.
f. Obat yang diberikan kepada pasien adalah obat generik berblister
g. Pelanggan diperlakukan secara ramah dan sopan serta dengan penuh simpati dibantu

sepenuhnya keperluaanya datang ke Puskesmas.


h. Tenaga kesehatan cepat dan tanggap dalam merespon keluhan dan keinginan pelanggan
i. Semua pegawai Puskesmas mempunyai komitmen, etika dan semangat/motivasi yang tinggi
untuk melaksanakan pelayanan prima di Puskesmas
j. Tempat pelayanan kesehatan ditata rapi dan bersih, dan ber-AC, sehingga member kenyamanan
pada pasien dan tenaga kesehatan yang melayaninya
k. Ruang tunggu pasien ditata rapi dan bersih serta dilengkapai sarana hiburan yang sesuai
dengan harapan pasien
l. Kamar mandi dan WC bersih, tidak bau dan cukup air, serta dibersihkan setiap hari
m. Lingkungan Puskesmas dibuat taman yang membuat suasana asri dan segar.
n. Supervisi dilaksanakan setiap tiga bulan sekali dan ditindaklanjuti dengan pertemuan
pemecahan masalah di Dinas Kesehatan
o. Survey kepuasan pelanggan dilaksanakan setiap tiga bulan sekali serta ditindaklanjuti dengan
perbaikan pelayanan kesehatan
p. Manajemen Puskesmas Idaman berpedoman pada SK Menkes RI No:
128/MENKES/SK/II/2004 tentang: Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
Upaya dan Azas Penyelenggaraan
1. Upaya Kesehatan
Upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas Idaman upaya kesehatan perorangan dan
upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut dikelompokan menjadi dua yakni:
a. Upaya Kesehatan wajib adalah upaya kesehatan yang wajib dillaksanakan oleh Puskesmas
Idaman, upaya kesehatan wajib tersebut adalah:
a) Upaya Promosi Kesehatan
b) Upaya Kesehatan Lingkugan
c) Upaya Kesehatan Ibu dan anak serta Keluarga Berencana
d) Upaya Kesehatan Gizi Masyarakat
e) Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

f) Upaya Pengobata
b. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan Pengembangan adalah upaya kesehatan inovatif berdasarkan permasalahan
kesehatan di masyarakat serta disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas.
a) Upaya Kesehatan Sekolah
b) Upaya Kesehatan Olah Raga
c) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
d) Upaya Kesehatan Kerja
e) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
f) Upaya Kesehatan Jiwa
g) Upaya Kesehatan Mata
h) Upaya Kesehatan Usia Lanjut
i) Upaya Pembinaan Pengobatan tradisional
2. Azas Penyelenggaraan
a. Azas pertanggungawaban wilayah, artinya Puskesmas Idaman bertanggung jawab
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya.
b. Azas pemberdayaan masyararakat, artinya Puskesmas Idaman wajib memberdayakan
perorangan, keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya
Puskesmas.
c. Azas keterpaduan, artinya penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas harus diselenggarakan
secara terpadu baik keterpaduan lintas program aupun lintas sektor.
d. Azas rujukan, artinya untuk menyelesaikan berbagai masalah kesehatan di Puskesmas yang
mempunyai kemampuan terbatas, perlu ditopang oleh azas rujukan, baik rujukan upaya
kesehatan perorangan maupun upaya kesehatan masyarakat.
3. Upaya Peningkatan Mutu
a. Fokus utama peningkatan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas Idaman, terletak pada dua
aspek:

a) Peningkatan wawasan dan ketrampilan tenaga kesehatan, serta


b) Peningkatan mutu pelayanan kesehatan
b. Memperbaiki manajemen pelayanan kesehatan yang fokus pada pelanggan, artinya perbaikan
manajemen ditujukan untuk memberikan kepuasan pada pelanggan
c. Kepuasan pelanggan dapat diperoleh jika pelayanan kesehatan dapat mengatasi hal-hal yang
tidak disukai pelanggan
d. Pelanggan yang puas akan menjadi loyal yang juga berakibat pada peningkatan kunjungan
e. eningkatan kunjungan akan berakibat bertambahnya pendapatan bagi Puskesmas Idaman
Pendapatan yang diperoleh dipergunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
disamping memberi insentif pada tenaga kesehatan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Telenursing membantu pasien dan keluarganya untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan,
terutama sekali untuk self management pada penyakit kronis. Hal itu memungkinkan perawat
untuk menyediakan informasi secara akurat dan tepat waktu dan memberikan dukungan secara
langsung (online). Kesinambungan pelayanan ditingkatkan dengan memberi kesempatan kontak
yang sering antara penyedia pelayanan kesehatan dan pasien dan keluarga-keluarga merek
Telenursing saat ini semakin berkembang pesat di banyak Negara.
Tren paraktik keperawatan meliputi berbagai praktik di berbagai tempat praktik dimana perawat
memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus menerus meningkatkan otonomi
dan penghargaan sebagai anggota tim asuhan keperawatan. Peran perawat meningkat dengan
meluasnya focus asuhan keperawatan. Tren dalam keperawatan sebagai profesi meliputi
perkembangan aspek-aspek dari keperawatan yang mengkarakteristikan keperawatan sebagai
profesi meliputi: pendidikan, teori, pelayanan, otonomi, dan kode etik.
3.2 Saran
Diharapkan kepada mahasiswa STIKes CIREBON yang nantinya sebagai tenaga kesehatan di
masyarakat dapat mengetahui Trend an Isu Keperawatan Komunitas dan dapat memberikan
pengetahuan tersebut kepada masyarakat luas.

DAFTAR PUSTAKA
American Nurses Association, Council of Community Health Nurses, 1986. Standards of
Community Health Nursing Practice. Kansas city: ANA.
American Nurses Association.1986. Standards of Community Health Nursing Practice.
Washington DC: Author
Departemen RI.1993. Perawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Depkes RI Departemen
RI.1998. Proyek Peningkatan Pelayanan Puskesmas, Modul A-E, pengembangan Program
Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan Dasar.

Trend Dan Issue Dalam Keperawatan

2.1 Definisi Trend


Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan
kejadiannya berdasarkan fakta.
Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi,
pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga
professional keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatu
masa transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan
masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju. Keadaan itu
menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat
khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisaasi, pencemaran,
kecelakaan, disamping meningkatnya angka kejadian penyakit klasik yang
berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya pemukiman sehat bagi
penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur harapan hidup yang
meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan kelompok
lanjut usia serta penyakit degeneratif.
Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan kesempatan
untuk meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan dan
meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hukum dan menjadikan masyarakat
lebih kritis. Kondisi itu berpengaruh kepada pelayanan kesehatan dimana
masyarakat yang kritis menghendaki pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh
tenaga yang profesional. Keadaan ini memberikan implikasi bahwa tenaga
kesehatan khususnya keperawatan dapat memenuhi standart global internasional
dalam memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan
professional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka terhadap aspek social
budaya, memiliki wawasan yang luas dan menguasi perkembangan Iptek.
Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang professional di Indonesia
masih belum menggembirakan, banyak factor yang dapat menyebabkan masih
rendahnya peran perawat professional, diantaranya :
1. Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan. Tahun 1985
pendidikan S1 keperawatan pertama kali dibuka di UI, sedangkan di negara barat
pada tahun 1869.
2. Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.
3. Keterlambatan system pelayanan keperawatan., ( standart, bentuk praktik
keperawatan, lisensi )
Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia kesehatan
akan berdampak negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan bagi tercapainya
tujuan kesehatan sehat untuk semua pada tahun 2010 , maka solusi yang harus
ditempuh adalah :
1. Pengembangan pendidikan keperawatan.

Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dalam pengembangan


perawatan professional, pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan profesi
dan pendidikan keperawatan berkelanjutan. Akademi Keperawatan merupakan
pendidikan keperawatan yang menghasilkan tenaga perawatan professional
dibidang keperawatan. Sampai saat ini jenjang ini masih terus ditata dalam hal SDM
pengajar, lahan praktik dan sarana serta prasarana penunjang pendidikan.
2. Memantapkan system pelayanan perawatan professional
Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi, lisensi dan
sertifikasi praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan model praktik
keperawatan professional dalam memberikan asuhan keperawatan harus segera di
lakukan untuk menjamin kepuasan konsumen/klien.
3. Penyempurnaan organisasi keperawatan
Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan dinamis
serta kemampuan mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi
kepentingan organisasi dan mengintegrasikannya menjadi serangkaian kegiatan
yang dapat dirasakan manfaatnya. Restrukturisasi organisasi keperawatan
merupakan pilihan tepat guna menciptakan suatu organisasi profesi yang mandiri
dan mampu menghidupi anggotanya melalui upaya jaminan kualitas kinerja dan
harapan akan masa depan yang lebih baik serta meningkat.
Komitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu baik
secara mandiri ataupun melalui jalan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
sangat penting dalam terwujudnya pelayanan keperawatan professional. Nilai
professional yang melandasi praktik keperawatan dapat di kelompokkan dalam :
1. Nilai intelektual
Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari
a. Body of Knowledge
b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.
2. Nilai komitmen moral
Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan memperhatikan
kode etik keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters (1989) pelayanan
professional terhadap masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral dan
tanggung jawab etik.
Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah :
a. Beneficience
selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan keinginan melakukan yang
terbaik dan tidak merugikan klien. (Johnstone, 1994)

b. Fair
Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya, keadaan
ekonomi dan sebagainya, tetapi memprlakukan klien sebagai individu yang
memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki.
c. Fidelity
Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu), selalu
berusaha menepati janji, memberikan harapan yang memadahi, komitmen moral
serta memperhatikan kebutuhan spiritual klien.
3. Otonomi, kendali dan tanggung gugat
Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan tindakan secara
mandiri. Hak otonomi merujuk kepada pengendalian kehidupan diri sendiri yang
berarti bahwa perawat memiliki kendali terhadap fungsi mereka. Otonomi
melibatkan kemandirian, kesedian mengambil resiko dan tanggung jawab serta
tanggung gugat terhadap tindakannya sendiribegitupula sebagai pengatur dan
penentu diri sendiri.
Kendali mempunyai implikasi pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu atau
seseorang. Bagi profesi keperawatan, harus ada kewenangan untuk mengendalikan
praktik, menetapkan peran, fungsi dan tanggung jawab anggota profesi.
Tanggung gugat berarti perawat bertanggung jawab terhadap setiap tindakan yang
dilakukannya terhadap klien.

2.2 Definisi issue


Issue adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas
faktannya atau buktinya. Beberapa issue keperawatan pada saat ini :
v EUTHANASIA
Membunuh bisa dilakukan secara legal. Itulah euthanasia, pembuhuhan legal yang
sampai kini masih jadi kontroversi. Pembunuhan legal ini pun ada beragam
jenisnya.
Secara umum, kematian adalah suatu topik yang sangat ditakuti oleh publik. Hal
demikian tidak terjadi di dalam dunia kedokteran atau kesehatan. Dalam konteks
kesehatan modern, kematian tidaklah selalu menjadi sesuatu yang datang secara
tiba-tiba. Kematian dapat dilegalisir menjadi sesuatu yang definit dan dapat
dipastikan tanggal kejadiannya. Euthanasia memungkinkan hal tersebut terjadi.
Euthanasia adalah tindakan mengakhiri hidup seorang individu secara tidak
menyakitkan, ketika tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai bantuan untuk
meringankan penderitaan dari individu yang akan mengakhiri hidupnya.
Ada empat metode euthanasia:

Euthanasia sukarela: ini dilakukan oleh individu yang secara sadar menginginkan
kematian.
Euthanasia non sukarela: ini terjadi ketika individu tidak mampu untuk
menyetujui karena faktor umur, ketidak mampuan fisik dan mental. Sebagai contoh
dari kasus ini adalah menghentikan bantuan makanan dan minuman untuk pasien
yang berada di dalam keadaan vegetatif (koma).
Euthanasia tidak sukarela: ini terjadi ketika pasien yang sedang sekarat dapat
ditanyakan persetujuan, namun hal ini tidak dilakukan. Kasus serupa dapat terjadi
ketika permintaan untuk melanjutkan perawatan ditolak.
Bantuan bunuh diri: ini sering diklasifikasikan sebagai salah satu bentuk
euthanasia. Hal ini terjadi ketika seorang individu diberikan informasi dan wacana
untuk membunuh dirinya sendiri. Pihak ketiga dapat dilibatkan, namun tidak harus
hadir dalam aksi bunuh diri tersebut. Jika dokter terlibat dalam euthanasia tipe ini,
biasanya disebut sebagai bunuh diri atas pertolongan dokter. Di Amerika Serikat,
kasus ini pernah dilakukan oleh dr. Jack Kevorkian.

Euthanasia dapat menjadi aktif atau pasif:

Euthanasia aktif menjabarkan kasus ketika suatu tindakan dilakukan dengan


tujuan untuk menimbulkan kematian. Contoh dari kasus ini adalah memberikan
suntik mati. Hal ini ilegal di Britania Raya dan Indonesia.
Euthanasia pasif menjabarkan kasus ketika kematian diakibatkan oleh
penghentian tindakan medis. Contoh dari kasus ini adalah penghentian pemberian
nutrisi, air, dan ventilator.

Argumen Pro Euthanasia


Kelompok pro euthanasia, yang termasuk juga beberapa orang cacad,
berkonsentrasi untuk mempopulerkan euthanasia dan bantuan bunuh diri. Mereka
menekankan bahwa pengambilan keputusan untuk euthanasia adalah otonomi
individu. Jika seseorang memiliki penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau
berada dalam kesakitan yang tak tertahankan, mereka harus diberikan kehormatan
untuk memilih cara dan waktu kematian mereka dengan bantuan yang diperlukan.
Mereka mengklaim bahwa perbaikan teknologi kedokteran merupakan cara untuk
meningkatkan jumlah pasien yang sekarat tetap hidup. Dalam beberapa kasus,
perpanjangan umur ini melawan kehendak mereka.
Mereka yang mengadvokasikan euthanasia non sukarela, seperti Peter Singer,
berargumentasi bahwa peradaban manusia berada dalam periode ketika ide
tradisional seperti kesucian hidup telah dijungkir balikkan oleh praktek kedokteran

baru yang dapat menjaga pasien tetap hidup dengan bantuan instrumen. Dia
berargumen bahwa dalam kasus kerusakan otak permanen, ada kehilangan sifat
kemanusian pada pasien tersebut, seperti kesadaran, komunikasi, menikmati hidup,
dan seterusnya. Mempertahankan hidup pasien dianggap tidak berguna, karena
kehidupan seperti ini adalah kehidupan tanpa kualitas atau status moral.
Falsafah Utilitarian Singer menekankan bahwa tidak ada perbedaan moral antara
membunuh dan mengizinkan kematian terjadi. Jika konsekuensinya adalah
kematian, maka tidak menjadi masalah jika itu dibantu dokter, bahkan lebih disukai
jika kematian terjadi dengan cepat dan bebas rasa sakit.

Oposisi terhadap Euthanasia


Banyak argumen anti euthanasia bermula dari proposisi, baik secara religius atau
sekuler, bahwa setiap kehidupan manusia memiliki nilai intrinsik dan mengambil
hidup seseorang dalam kondisi normal adalah suatu kesalahan. Advokator hak-hak
orang cacad menekankan bahwa jika euthanasia dilegalisasi, maka hal ini akan
memaksa beberapa orang cacad untuk menggunakannya karena ketiadaan
dukungan sosial, kemiskinan, kurangnya perawatan kesehatan, diskriminasi sosial,
dan depresi. Orang cacad sering lebih mudah dihasut dengan provokasi euthanasia,
dan informed consent akan menjadi formalitas belaka dalam kasus ini. Beberapa
orang akan merasa bahwa mereka adalah beban yang harus dihadapi dengan solusi
yang jelas. Secara umum, argumen anti euthanasia adalah kita harus mendukung
orang untuk hidup, bukan menciptakan struktur yang mengizinkan mereka untuk
mati.
Eutanasia menurut hukum dibeberapa negara
Sejauh ini eutanasia diperkenankan yaitu dinegara Belanda, Belgia serta ditoleransi
di negara bagian Oregon di Amerika, Kolombia dan Swiss dan dibeberapa negara
dinyatakan sebagai kejahatan seperti di Spanyol, Jerman dan Denmark
- Amerika
Eutanasia agresif dinyatakan ilegal dibanyak negara bagian di Amerika. Saat ini
satu-satunya negara bagian di Amerika yang hukumnya secara eksplisit
mengizinkan pasien terminal ( pasien yang tidak mungkin lagi disembuhkan)
mengakhiri hidupnya adalah negara bagian Oregon, yang pada tahun 1997
melegalisasikan kemungkinan dilakukannya eutanasia dengan memberlakukan UU
tentang kematian yang pantas (Oregon Death with Dignity Act). Tetapi undangundang ini hanya menyangkut bunuh diri berbantuan, bukan euthanasia. Syaratsyarat yang diwajibkan cukup ketat, dimana pasien terminal berusia 18 tahun ke
atas boleh minta bantuan untuk bunuh diri, jika mereka diperkirakan akan
meninggal dalam enam bulan dan keinginan ini harus diajukan sampai tiga kali
pasien, dimana dua kali secara lisan (dengan tenggang waktu 15 hari di antaranya)
dan sekali secara tertulis (dihadiri dua saksi dimana salah satu saksi tidak boleh

memiliki hubungan keluarga dengan pasien). Dokter kedua harus


mengkonfirmasikan diagnosis penyakit dan prognosis serta memastikan bahwa
pasien dalam mengambil keputusan itu tidak berada dalam keadaan gangguan
mental. Hukum juga mengatur secara tegas bahwa keputusan pasien untuk
mengakhiri hidupnya tersebut tidak boleh berpengaruh terhadap asuransi yang
dimilikinya baik asuransi kesehatan, jiwa maupun kecelakaan ataupun juga
simpanan hari tuanya.
Belum jelas apakah undang-undang Oregon ini bisa dipertahankan di masa depan,
sebab dalam Senat AS pun ada usaha untuk meniadakan UU negara bagian ini.
Mungkin saja nanti nasibnya sama dengan UU Northern Territory di Australia. Bulan
Februari lalu sebuah studi terbit tentang pelaksanaan UU Oregon selama tahun
1999.
Sebuah lembaga jajak pendapat terkenal yaitu polling (Gallup Poll) menunjukkan
bahwa 60% orang Amerika mendukung dilakukannya eutanasia.
- Indonesia
Berdasarkan hukum di Indonesia maka eutanasia adalah sesuatu perbuatan yang
melawan hukum, hal ini dapat dilihat pada peraturan perundang-undangan yang
ada yaitu pada Pasal 344 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang menyatakan
bahwa "Barang siapa menghilangkan nyawa orang lain atas permintaan orang itu
sendiri, yang disebutkannya dengan nyata dan sungguh-sungguh, dihukum penjara
selama-lamanya 12 tahun". Juga demikian halnya nampak pada pengaturan pasalpasal 338, 340, 345, dan 359 KUHP yang juga dapat dikatakan memenuhi unsurunsur delik dalam perbuatan eutanasia. Dengan demikian, secara formal hukum
yang berlaku di negara kita memang tidak mengizinkan tindakan eutanasia oleh
siapa pun.
Ketua umum pengurus besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Farid Anfasal Moeloek
dalam suatu pernyataannya yang dimuat oleh majalah Tempo Selasa 5 Oktober
2004 menyatakan bahwa : Eutanasia atau "pembunuhan tanpa penderitaan"
hingga saat ini belum dapat diterima dalam nilai dan norma yang berkembang
dalam masyarakat Indonesia. "Euthanasia hingga saat ini tidak sesuai dengan etika
yang dianut oleh bangsa dan melanggar hukum positif yang masih berlaku yakni
KUHP.
Eutanasia menurut ajaran agama islam
Seperti dalam agama-agama Ibrahin lainnya (Yahudi dan Kristen), Islam mengakui
hak seseorang untuk hidup dan mati, namun hak tersebut merupakan anugerah
Allah kepada manusia. Hanya Allah yang dapat menentukan kapan seseorang lahir
dan kapan ia mati (QS 22: 66; 2: 243). Oleh karena itu, bunuh diri diharamkan
dalam hukum islam meskipun tidak ada teks dalam Al-Quranmaupun Hadist yang
secara eksplisit melarang bunuh diri. Kendati demikian, ada sebuah ayat yang
menyiratkan hal tersebut, "Dan belanjakanlah (hartamu) di jalan Allah, dan
janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat
baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." (QS

2: 195), dan dalam ayat lain disebutkan, "Janganlah engkau membunuh dirimu
sendiri," (QS 4: 29), yang makna langsungnya adalah "Janganlah kamu saling
berbunuhan." Dengan demikian, seorang Muslim (Dokter) yang membunuh seorang
Muslim lainnya (pasien) disetarakan dengan membunuh dirinya sendiri.
Eutanasia dalam ajaran Islam disebut qatl ar-rahmah atau taisir al-maut (eutanasia),
yaitu suatu tindakan memudahkan kematian seseorang dengan sengaja tanpa
merasakan sakit, karena kasih sayang, dengan tujuan meringankan penderitaan si
sakit, baik dengan cara positif maupun negatif.
Pada konferensi pertama tentang kedokteran Islam di Kuwait tahun 1981,
dinyatakan bahwa tidak ada suatu alasan yang membenarkan dilakukannya
eutanasia ataupun pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy killing) dalam
alasan apapun juga.

Eutanasia positif

Yang dimaksud taisir al-maut al-fa'al (eutanasia positif) ialah tindakan


memudahkan kematian si sakit --karena kasih sayang-- yang dilakukan oleh dokter
dengan mempergunakan instrumen (alat).
Memudahkan proses kematian secara aktif (eutanasia positif)adalah tidak
diperkenankan oleh syara'. Sebab dalam tindakan ini seorang dokter melakukan
suatu tindakan aktif dengan tujuan membunuh si sakit dan mempercepat
kematiannya melalui pemberian obat secara overdosis dan ini termasuk
pembunuhan yang haram hukumnya, bahkan termasuk dosa besar yang
membinasakan.
Perbuatan demikian itu adalah termasuk dalam kategori pembunuhan meskipun
yang mendorongnya itu rasa kasihan kepada si sakit dan untuk meringankan
penderitaannya. Karena bagaimanapun si dokter tidaklah lebih pengasih dan
penyayang daripada Yang Menciptakannya. Karena itu serahkanlah urusan tersebut
kepada Allah Ta'ala, karena Dia-lah yang memberi kehidupan kepada manusia dan
yang mencabutnya apabila telah tiba ajal yang telah ditetapkan-Nya.

Eutanasia negatif

Eutanasia negatif disebut dengan taisir al-maut al-munfa'il. Pada eutanasia negatif
tidak dipergunakan alat-alat atau langkah-langkah aktif untuk mengakhiri
kehidupan si sakit, tetapi ia hanya dibiarkan tanpa diberi pengobatan untuk
memperpanjang hayatnya. Hal ini didasarkan pada keyakinan dokter bahwa
pengobatan yang dilakukan itu tidak ada gunanya dan tidak memberikan harapan
kepada si sakit, sesuai dengan Sunnatullah (hukum Allah terhadap alam semesta)
dan hukum sebab-akibat.
Diantara masalah yang sudah terkenal di kalangan ulama syara' ialah bahwa
mengobati atau berobat dari penyakit tidak wajib hukumnya menurut Jumhur
Fuqaha dan imam-imam mahzab. Bahkan menurut mereka, mengobati atau berobat
ini hanya berkisar pada hukum mubah. Dalam hal ini hanya segolongan kecil yang
mewajibkannya seperti yang dikatakan oleh sahabat-sahabat Imam Syafi'i dan

Imam Ahmad sebagaimana dikemukakan oleh Syekhul Islam Ibnu Taimiyah,, dan
sebagian ulama lagi menganggapnya mustahab (sunnah).
Beberapa kasus menarik
Kasus Hasan Kusuma Indonesia
Sebuah permohonan untuk melakukan eutanasia pada tanggal 22 oktober 2004
telah diajukan oleh seorang suami bernama Hassan Kusuma karena tidak tega
menyaksikan istrinya yang bernama Agian Isna Nauli, 33 tahun, tergolek koma
selama 2 bulan dan disamping itu ketidakmampuan untuk menanggung beban
biaya perawatan merupakan suatu alasan pula. Permohonan untuk melakukan
eutanasia ini diajukan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Kasus ini merupakan
salah satu contoh bentuk eutanasia yang diluar keinginan pasien. Permohonan ini
akhirnya ditolak oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dan setelah menjalani
perawatan intensif maka kondisi terakhir pasien (7 Januari 2005) telah mengalami
kemajuan dalam pemulihan kesehatannya.
Kasus seorang wanita New Jersey - Amerika Serikat
Seorang perempuan berusia 21 tahun dari New Jersey, Amerika Serikat, pada
tanggal 21 April 1975 dirawat di rumah sakit dengan menggunakan alat bantu
pernapasan karena kehilangan kesadaran akibat pemakaian alkohol dan zat
psikotropika secara berlebihan.Oleh karena tidak tega melihat penderitaan sang
anak, maka orangtuanya meminta agar dokter menghentikan pemakaian alat bantu
pernapasan tersebut. Kasus permohonan ini kemudian dibawa ke pengadilan, dan
pada pengadilan tingkat pertama permohonan orangtua pasien ditolak, namun
pada pengadilan banding permohonan dikabulkan sehingga alat bantu pun
dilepaskan pada tanggal 31 Maret 1976. Pasca penghentian penggunaan alat bantu
tersebut, pasien dapat bernapas spontan walaupun masih dalam keadaan koma.
Dan baru sembilan tahun kemudian, tepatnya tanggal 12 Juni 1985, pasien tersebut
meninggal akibat infeksi paru-paru (pneumonia).
ABORSI
Aborsi berasal dari bahasa latin abortus yaitu berhentinya kehamilan sebelum usia
kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin.
Aborsi yaitu tindakan pemusnahan yang melanggar hukum , menyebabkan lahir
prematur fetus manusia sebelum masa lahir secara alami.
Aborsi telah dilakukan oleh manusia selama berabad-abad, tetapi selama itu belum
ada undang-undang yang mengatur mengenai tindakan aborsi. Peraturan mengenai
hal ini pertama kali dikeluarkan pada tahun 4 M di mana telah ada larangan untuk
melakukan aborsi. Sejak itu maka undang-undang mengenai aborsi terus
mengalami perbaikan, apalagi dalam tahun-tahun terakhir ini di mana mulai timbul
suatu revolusi dalam sikap masyarakat dan pemerintah di berbagai negara di dunia
terhadap tindakan aborsi. Hukum abortus di berbagai negara dapat digolongkan
dalam beberapa kategori sebagai berikut:

Hukum yang tanpa pengecualian melarang aborsi, seperti di Belanda.


Hukum yang memperbolehkan aborsi demi keselamatan kehidupan penderita
(ibu), seperti di Perancis dan Pakistan.

Hukum yang memperbolehkan aborsi atas indikasi medik, seperti di Kanada,


Muangthai dan Swiss.

Hukum yang memperbolehkan aborsi atas indikasi sosio-medik, seperti di


Eslandia, Swedia, Inggris, Scandinavia, dan India.

Hukum yang memperbolehkan aborsi atas indikasi sosial, seperti di Jepang,


Polandia, dan Yugoslavia.

Hukum yang memperbolehkan aborsi atas permintaan tanpa memperhatikan


indikasi-indikasi lainnya (Abortion on requst atau Abortion on demand), seperti di
Bulgaris, Hongaria, USSR, Singapura.

Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi eugenistis (aborsi boleh


dilakukan bila fetus yang akan lahir menderita cacat yang serius) misalnya di India

Hukum yang memperbolehkan aborsi atas indikasi humanitarian (misalnya


bila hamil akibat perkosaan) seperti di Jepang

Negara-negara yang mengadakan perubahan dalam hukum abortus pada


umumnya mengemukakan salah satu alasan/tujuan seperti yang tersebut di bawah
ini:
Untuk memberikan perlindungan hukum pada para medisi yang melakukan
abortus atas indikasi medik.
Untuk mencegah atau mengurangi terjadinya abortus provocatus criminalis.
Untuk mengendalikan laju pertambahan penduduk.
Untuk melindungi hal wanita dalam menentukan sendiri nasib kandungannnya.
Untuk memenuhi desakan masyarakat.
Statistik baru-baru ini diterbitkan oleh Departemen Kesehatan (DH)
mengungkapkan bahwa pada tahun 2008, untuk wanita penduduk di Inggris dan
Wales, jumlah dari aborsi adalah 195.296 (DH, 2009). Media pelaporan
sekitar statistik terfokus pada 'kejam' naik dari laju mengulangi aborsi (Daily Mail,
2009), danmasyarakat umum dengan cepat mengomentari seperti artikel, sehingga
menimbulkan putaran lagi perdebatan tentang hak-hak dan kesalahan aborsi.
Perdebatan aborsi bukanlah hal baru.
Meskipun ini adalah sebuah negara di mana hampir 200.000 kehamilan yang
berakhir melalui aborsi setiap tahun, dan di mana aborsi telah hukum selama lebih
dari 40 tahun, prosedur ini masih dikelilingi oleh kontroversi dan membagi
masyarakat umum, kesehatan profesional dan politisi. Akibatnya, aborsi tidak
berbicara tentang dalam percakapan sehari-hari, dan sedikitwanita mengakui telah
punya satu - itu hanya terlalu pribadi, terlalu tabu (Hadley, 2006). Alasan mengapa
perempuan mungkin memilih melakukan aborsi sangat kompleks dan bervariasi,

namun masalah tetap diperdebatkan, dan masih ada besar keengganan untuk
terlibat dalam pemeriksaan terbuka dan jujur tentang praktek aborsi dan tempatnya
dalam masyarakat kita Sebagai perawat di Marie penasihat Stopes International,
salah satu dari penyedia terkemuka Inggris seksual dan reproduksi jasa-jasa
perawatan kesehatan, saya sehari-hari berurusan dengan klien yang telah aborsi
dipilih untuk berbagai macam alasan, tapi yang merasa terisolasi dan setan untuk
melakukannya. Memutuskan untuk mengakhiri kehamilan dapat menjadi salah satu
yang paling sulit keputusan seorang wanita untuk membuat, dan ketika membuat
ini keputusan saya percaya bahwa perempuan harus memiliki akses ke dukungan
dan nasihat untuk memungkinkan mereka untuk membuat suatu pilihan. Aku
merasa sangat yakin bahwa kita perlu membasmi rasa malu yang berhubungan
dengan aborsi sehingga perempuan dapat memilih prosedur tanpa menjadi lebih
pengalaman menyedihkan daripada perlu.
Di negara-negara di mana aborsi ilegal atau sangat terbatas, aborsi yang tidak
aman tetap menjadi penyebab utama kematian, dan menyebabkan sampai 67.000
kematian setiap tahunnya. Aborsi disahkan di Inggris dan Wales pada tahun 1967,
dan hukum jika dua dokter setuju bahwa alasan wanita untuk mencari
aborsi memenuhi persyaratan UU Aborsi. Hukum persyaratan dari Undang-undang
tidak mengizinkan perawat untuk mengotorisasi aborsi, tapi Royal College of
Nursing (RCN) mengakui bahwa pembangunan inovatif menyusui berarti bahwa
peran perawat sekarang merencanakan, memimpin dan mengelola proporsi yang
signifikan perawatan untuk wanita mencari dan / atau mengalami aborsi (RCN,
2008). Sebagai hasil dari perubahan dalam praktik dan maju peran perawat dalam
menyediakan pelayanan aborsi, perawat berada dalam posisi yang ideal untuk
membentuk cara aborsi layanan yang disediakan di masa depan (RCN, 2008), dan
memastikan bahwa wanita merasa didukung daripada dipermalukan ketika
menghadapi kehamilan yang tidak diinginkan. Contoh peran yang perawat bisa
memainkan meliputi: Penilaian pra-aborsi. Menghadapi kehamilan yang tidak
diinginkan cenderung menjadi sangat menegangkan waktu bagi seorang wanita.
Karena dari sifat sensitif konsultasi awal, itu adalah ide yang bagus untuk melihat
wanita sendiri, sehingga ia dapat memberikan jawaban yang akurat dan
mengungkapkan perasaan-perasaannya tanpa merasa dihambat oleh pasangan
atau orangtua Pra-dan pasca-aborsi konseling. Sangat penting untuk memberi
wanita kesempatan untuk mempertimbangkan pilihan dalam sebuah rahasia dan
tidak menghakimi lingkungan. Sistem seharusnya berada di tempat untuk merujuk
perempuan untuk kehamilan spesialis konseling, ketika ini diperlukan. Tetapi kita
juga harus mengenali perempuan hak otonomi dalam pengambilan keputusan
mereka.
CONFIDENTIALITY
Yang dimaksud confidentiality adalah menjaga privasi atau rahasia klien, segala
sesuatu mengenai klien boleh diketahui jika digunakan untuk pengobatan klien atau
mendapat izin dari klien. Sebagai perawat kita hendaknya menjaga rahasia pasien
itu tanpa memberitahukanya kepada orang lain maupun perawat lain.

Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi


dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait isu ini
yang secara fundamental mesti dilakuakan dalam merawat pasien adalah:
a. Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang
diberikan harus tetap terjaga
b. Individu yang menyalahgunakan kerahsiaan, keamanan, peraturan dan
informasi dapat dikenakan hukuman/ legal aspek
INFORMED CONSENT
Tujuan dari informed consent adalah agar pasien mendapat informasi yang cukup
untuk dapat mengambil keputusan atas terapi yang akan dilaksanakan. Informed
consent juga berarti mengambil keputusan bersama. Hak pasien untuk menentukan
nasibnya dapat terpenuhi dengan sempurna apabila pasien telah menerima semua
informasi yang ia perlukan sehingga ia dapat mengambil keputusan yang tepat.
Kekecualian dapat dibuat apabila informasi yang diberikan dapat menyebabkan
guncangan psikis pada pasien.
Dokter harus menyadari bahwa informed consent memiliki dasar moral dan etik
yang kuat. Menurut American College of Physicians Ethics Manual, pasien harus
mendapat informasi dan mengerti tentang kondisinya sebelum mengambil
keputusan. Berbeda dengan teori terdahulu yang memandang tidak adanya
informed consent menurut hukum penganiayaan, kini hal ini dianggap sebagai
kelalaian. Informasi yang diberikan harus lengkap, tidak hanya berupa jawaban atas
pertanyaan pasien.

2.3 Trend dan issue kesejagatan dalam keperawatan


12 Mei 2008 adalah Hari Keperawatan Sedunia. International Council of Nurses (ICN)
mengangkat temaDelivering Quality, Serving Communities: Nurses Leading
Primary Health Care. Tema tersebut sesungguhnya sangat relevan dengan kondisi
Bangsa Indonesia karena Pertama, Pemerintah dan seluruh elemen masyarakat
turut bertanggung jawab untuk mewujudkan derajat kesehatan setinggi tingginya.
Pada tahun 2004-2009, Pemerintah telah menetapkan kebijakan pembangunan
kesehatan yang diarahkan pada peningkatan jumlah, jaringan dan kualitas
puskesmas, peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan, pengembangan
sistem jaminan kesehatan terutama bagi penduduk miskin, peningkatan sosialisasi
kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat, peningkatan pendidikan kesehatan
pada masyarakat sejak usia dini serta pemerataan dan peningkatan kualitas
fasilitas kesehatan dasar.
Bahkan, pada tahun 2006, Menteri Kesehatan RI menetapkan flatform baru,
terutama inisiatif nasional untuk mobilisasasi sosial dan pemberdayaan masyarakat
serta meningkatkan kinerja sistem kesehatan.

Kedua, Berbagai cara dilakukan oleh pemerintah tetapi masalah kesehatan justru
semakin kompleks. Krisis ekonomi dan berbagai bencana alam menyebabkan
terpuruknya kondisi masyarakat termasuk masalah kesehatan. Sebagian
masyarakat tidak lagi mampu membiayai pelayanan kesehatannya sendiri. Pola
pelayanan kesehatan dasar sebagian besar masih di bawah standar pelayanan
minimum (Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas). Padahal,
Pelayanan Kesehatan Dasar sangat diperlukan untuk menanggulangi berbagai
masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat. Hal ini mengakibatkan
penyakit tidak menular meningkat drastis.
Di Jawa dan Bali, sekitar 20 juta orang menderita penyakit jantung, dan 30%
penyakit ini menyebabkan kematian. Disisi lain, penyakit menular masih tinggi.
Sekitar 22% kematian disebabkan oleh penyakit menular dan parasit. Demikian juga
angka kematian ibu 248/100,000 kelahiran hidup, angka kematian bayi 26.9/1,000
kelahiran hidup (Data Pusat Statistik, 2007). Hal ini sangat memprihatinkan,
mengingat di Vietnam hanya 18, Thailand, 17, Filipina, 26, Malaysia, 5.5, dan
Singapura, 3. padahal angka-angka tersebut merupakan indikator kesehatan suatu
bangsa.
Masalah gizi juga sangat memprihatinkan. Pada tahun 2007, penderita gizi kurang
mencapai 21.9%. Pada tahun 2005 terdapat sekitar 5 juta anak menderita gizi
kurang dimana 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk, dan 150,000 diantaranya
mengalami gizi buruk berat (marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor).
Ada sekitar 232 balita meninggal dunia karena masalah pada periode JanuariNovember 2005. Kondisi ini mengakibatkan pertahanan tubuh lemah sehingga
penyakit menular seperti TB Paru, Malaria, dan demam berdarah cenderung
meningkat. Bahkan, angka kesakitan TB Paru mencapai 102/100,000.
Hal yang sama juga terjadi pada lanjut usia (lansia). Lansia akan tumbuh sebesar
7%. Pada tahun 1990 sampai 2025, Indonesia akan mengalami kenaikan lansia
hingga 414%. Angka ini menjadikan kita menduduki peringkat ke-3 dunia, setelah
Cina dan India (Bureau of the Cencus USA, 1993). Pada awal abad ke 21 ini
diperkirakan mencapai 15 juta orang dan pada tahun 2020 jumlah lanjut usia
tersebut akan meningkat sekitar 30-40 juta orang.
Ketiga, Alokasi anggaran kesehatan kita masih di bawah standar WHO, yaitu
minimal 5%. Anggaran sekecil itu oleh pemerintah diarahkan pada bantuan Jaminan
Kesehatan Masyarakat bagi yang sakit, bukan pada upaya promotif dan preventif.
Disisi lain, kemampuan fiskal daerah tidak menjamin alokasi biaya kesehatan,
terutama public goods, disaat kemampuan masyarakat miskin untuk menjangkau
pelayanan kesehatannya masih rendah. Hal ini mengakibatkan kita tertinggal dalam
pencapaian berbagai indikator kesehatan dasar.
Keempat, seluruh potensi profesi kesehatan belum dioptimalkan. Sejak dulu hingga
sekarang, profesi kesehatan selalu diarahkan untuk pelayanan pengobatan (kuratif).
Perawat sesungguhnya memiliki kemampuan dan kompetensi untuk memimpin
pelayanan kesehatan primer. Perawat mampu memberdayakan keluarga dan
masyarakat untuk membantu mengatasi masalah kesehatannya sendiri.

Undang-Undang Praktik Keperawatan.


Tetapi, dalam peringatan Hari Perawat Sedunia ini Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (PPNI) lebih mendorong disahkannya Undang-Undang Praktik
Keperawatan. Hal ini karena pertama, Keperawatan sebagai profesi memiliki
karateristik yaitu, adanya kelompok pengetahuan (body of knowledge) yang
melandasi keterampilan untuk menyelesaikan masalah dalam tatanan praktik
keperawatan; pendidikan yang memenuhi standar dan diselenggarakan di
Perguruan Tinggi; pengendalian terhadap standar praktik; bertanggungjawab dan
bertanggungugat terhadap tindakan yang dilakukan; memilih profesi keperawatan
sebagai karir seumur hidup, dan; memperoleh pengakuan masyarakat karena fungsi
mandiri dan kewenangan penuh untuk melakukan pelayanan dan asuhan
keperawatan yang beriorientasi pada kebutuhan sistem klien (individu, keluarga,
kelompok dan komunitas).
Kedua, Kewenangan penuh untuk bekerja sesuai dengan keilmuan keperawatan
yang dipelajari dalam suatu sistem pendidikan keperawatan yang formal dan
terstandar menuntut perawat untuk akuntabel terhadap keputusan dan tindakan
yang dilakukannya. Kewenangan yang dimiliki berimplikasi terhadap kesediaan
untuk digugat, apabila perawat tidak bekerja sesuai standar dan kode etik. Oleh
karena itu, perlu diatur sistem registrasi, lisensi dan sertifikasi yang ditetapkan
dengan peraturan dan perundang-undangan.
Sistem ini akan melindungi masyarakat dari praktik perawat yang tidak kompeten,
karena Konsil Keperawatan Indonesia yang kelak ditetapkan dalam Undang Undang
Praktik Keperawatan akan menjalankan fungsinya. Konsil Keperawatan melalui uji
kompetensi akan membatasi pemberian kewenangan melaksanakan praktik
keperawatan hanya bagi perawat yang mempunyai pengetahuan yang
dipersyaratkan untuk praktik. Sistem registrasi, lisensi dan sertifikasi ini akan
meyakinkan masyarakat bahwa perawat yang melakukan praktik keperawatan
mempunyai pengetahuan yang diperlukan untuk bekerja sesuai standar.
Ketiga, perawat telah memberikan konstribusi besar dalam peningkatan derajat
kesehatan. Perawat berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan mulai dari
pelayanan pemerintah dan swasta, dari perkotaan hingga pelosok desa terpencil
dan perbatasan. Tetapi pengabdian tersebut pada kenyataannya belum diimbangi
dengan pemberian perlindungan hukum, bahkan cenderung menjadi objek hukum.
Perawat juga memiliki kompetensi keilmuan, sikap rasional, etis dan profesional,
semangat pengabdian yang tinggi, berdisiplin, kreatif, terampil, berbudi luhur dan
dapat memegang teguh etika profesi. Disamping itu, Undang-Undang ini memiliki
tujuan, lingkup profesi yang jelas, kemutlakan profesi, kepentingan bersama
berbagai pihak (masyarakat, profesi, pemerintah dan pihak terkait lainnya),
keterwakilan yang seimbang, optimalisasi profesi, fleksibilitas, efisiensi dan
keselarasan, universal, keadilan, serta kesetaraan dan kesesuaian interprofesional
(WHO, 2002).
Keempat, Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
keperawatan semakin meningkat. Hal ini karena adanya pergeseran paradigma

dalam pemberian pelayanan kesehatan, dari model medikal yang menitikberatkan


pelayanan pada diagnosis penyakit dan pengobatan, ke paradigma sehat yang lebih
holistik yang melihat penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai
fokus pelayanan (Cohen, 1996). Disamping itu, masyarakat membutuhkan
pelayanan keperawatan yang mudah dijangkau, pelayanan keperawatan yang
bermutu sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dan memperoleh
kepastian hukum kepada pemberian dan penyelenggaraan pelayanan keperawatan.
Negara-negara ASEAN seperti Philippines, Thailand, Singapore, Malaysia, sudah
memiliki Undang Undang Praktik Keperawatan (Nursing Practice Acts) sejak puluhan
tahun yang lalu. Mereka siap untuk melindungi masyarakatnya dan lebih siap untuk
menghadapi globalisasi perawat asing yang masuk ke negaranya dan perawatnya
bekerja di negara lain. Ketika penandatanganan Mutual Recognition Arrangement di
Philippines tahun 2006, posisi Indonesia, bersama dengan Vietnam, Laos dan
Myanmar, yang belum memiliki Konsil Keperawatan. Semoga apa yang dilakukan
oleh PPNI dapat mengangkat derajad bangsa ini dengan negara lain, khususnya
dalam pelayanan keperawatan.

2.4 Globalisasi dalam keperawatan


Tantangan internal profesi keperawatan adalah meningkatkan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) tenaga keperawatan sejalan dengan telah disepakatinya
keperawatan sebagai suatu profesi pada lokakarya nasional keperawatan tahun
1983, sehingga keperawatan dituntut untuk memberikan pelayanan yang bersifat
professional.
Tantangan eksternal profesi keperawatan adalah kesiapan profesi lain untuk
menerima paradigma baru yang kita bawa.
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak
mengenal batas wilayah.Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari
gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain
yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman
bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia. (Menurut Edison A. Jamli
dkk.Kewarganegaraan.2005)
Professional keperawatan adalah proses dinamis dimana profesi keperawatan yang
telah terbentuk (1984) mengalami perubahan dan perkembangan karakteristik
sesuai dengan tuntutan profesi dan kebutuhan masyarakat.
Globalisasi yang akan berpengaruh terhadp perkembangan pelayanan kesehatan
termasuk pelayanan keperawatan ada 2 yaitu ;
a.

Tersedianya alternatif pelayanan

b. persaingan penyelenggaraan pelayanan untuk menarik minat pemakai jasa


pemakai kualitas untuk memberikan jasa pelayanan kesehatan yang terbaik.

Untuk hal ini berarti tenaga kesehatan, khususnya tenaga keperawatan diharapkan
untuk dapat memenuhi standar global dalam memberikan pelayanan / asuhan
keperawatan. Dengan demikian diperlukan perawat yang mempunyai kemampuan
professional dengan standar internasional dalam aspekintelektual,interpersonal dan
teknikal, bahkan peka terhadap perbedaan social budaya dan mempunyai
pengetahuan transtrutural yang luas serta mampu memanfaatkan alih IPTEK.
Datangnya era globalisasi tidak dapat dan memang tidak perlu kita cegah, yang
lebih penting adalah bagaimana kita menyikapi dampak positif dan mencegah
dampak negatifnya. Usaha peningkatan kompetensi individual dan daya saing
nasional merupakan pilihan utama agar para manajer pelayanan kesehatan
Indonesia tetap kukuh sebagai tuan rumah di negara sendiri. Di samping itu,
pemerintah seharusnya senantiasa memfasilitasi dalam bentuk penyusunan
kebijakan, peraturan perundangan, dan pengawasan yang efektif serta efisien.

2.5 Liberalisasi perdagangan jasa pelayanan kesehatan


Indonesia merupakan negara yang cukup diminati oleh negara asing. Pertama
karena memiliki potensi pasar yang besar terkait dengan jumlah penduduk yang
besar. Kedua, sekarang ini kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup
menjanjikan. Dengan potensi pasar yang besar tidak mengherankan jika kelak
banyak dokter atau tenaga kesehatan asing yang berniat bekerja di Indonesia. Hal
ini tampaknya menakutkan profesi kesehatan, karena ketakutan untuk bersaing,
seperti kita ketahui kualitas sumber daya manusia kesehatan kita rendah serta
penguasaan teknologi yang terbatas pula.
Dalam bidang kesehatan era globalisasi lebih banyak diartikan pada perdagangan
jasa pelayanan kesehatan, seperti yang tercantum dalam perjanjian GATS, poin
nomor 4 dari perjanjian mengenai masuknya tenaga profesional kesehatan ke
Indonesia. Perdagangan jasa pada era globalisasi berlangsung secara bebas.
Pembatasan yang bersifat protektif, misal melalui lisensi yang dikeluarkan oleh
pemerintah, seperti yang dilakukan oleh negara-negara berkembang lainnya,
namun hal tersebut sudah tidak boleh dilakukan.
Seharusnya liberalisasi pada bidang kesehatan justru menjadi cambuk bagi kita,
dimana kita perlu pemusatan diri untuk meningkatkan mutu atau profesionalisme
sehingga apapun yang terjadi di masa mendatang dokter Indonesia tidak perlu
takut lagi di negeri sendiri dan diluar negeri. Bila Indonesia dapat menambah
jumlah, jenis serta dapat meningkatkan mutu dokter, dokter spesialis, maka akan
turun minat rumah sakit asing di Indonesia mempekerjakan dokter asing, karena
Indonesia sudah dapat memenuhi kuota dokter atau dokter spesialis dan biaya yang
dikeluarkanpun relatif murah, sebab biaya mempekerjakan dokter asing lebih
mahal. Kalau dianalisis dari sudut pandang yang lain, sebenarnya dokter Indonesia
tidak perlu takut dengan masuknya dokter asing karena ada kemungkinan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh dokter asing tidak sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan kesehatan masyarakat Indonesia sebagai akibat dari
sistem pendidikan serta latar belakang sosial budaya yang berbeda.

Bila pemerintah Indonesia tidak segera memperbaiki sistem pendidikan dan


kebijakan dalam bidang kesehatan maka tenaga kesehatan Indonesia dalam
menghadapi era globalisasi akan dihadapkan pada dua pilihan : Jadi tuan rumah di
negeri sendiri, atau tergusur. Atau jadi tuan rumah di negeri sendiri serta tamu
terhormat di luar negeri.

Anda mungkin juga menyukai