Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laring atau organ suara adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan laring dan
trakea. Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga
melindungi jalan nafas bawah dari obstrusi benda asing dan memudahkan batuk. Laring sering
disebut sebagai kotak suara dan terdiri dari epiglottis, glottis, kartilagi tiroid, kartilago trikoid,
kartilago arytenoid, dan pita suara.

Karsinoma laring merupakan tumor ganas ketiga menurut jumlah tumor ganas di bidang
THT dan lebih banyak terjadi pada pria berusia 50-70 tahun. Yang tersering adalah jenis
karsinoma sel skuamosa.

Belum diketahui secara pasti, adapun faktor predisposisi yang dapat menyebabkan Ca
Laring adalah rokok, alkohol, terpapar oleh sinar radioaktif, infeksi kronis (Herves Simplex).

Gejalanya suara serak adalah hal yang akan nampak pada pasien dengan kanker pada
daerah glottis, pasien mungkin mengeluhkan nyeri dan rasa terbakar pada tenggorokan, suatu
gumpalan mungkin teraba dibelakang leher. Gejala lanjut meliputi disfagia, dispneu, dan
penurunan berat badan.

Asuhan keperawatan pada hakikatnya adalah suatu ilmu atau metode untuk menentukan
suatu diagnosa, merencanakan tindakan keperawatan, menginterpretasi respon manusia
terhadap masalah kesehatan baik actual maupun potensial untuk memenuhi kebutuhan dasar
yang mencakup biopsiko sosio dan spiritual.

1.2 Batasan Masalah


Mengingat banyaknya perkembangan Ca Laryngeal maka penulis membatasi masalah sebagai
berikut :
1. Membahas pengertian dari Ca Laryngeal?
2. Membahas etiologi Ca Laryngeal?
3. Membahas patofisiologi Ca Laryngeal?

1
4. Membahas tanda dan gejala yang ditimbulkan pada pasien dengan Ca Laryngeal?
5. Membahas pemeriksaan medis pada pasien Ca Laryngeal?
6. Membahas diagnosis Ca Laryngeal?
7. Membahas tindakan medis pada pasien dengan Ca Lryngeal?
8. Membahas klasifikasi Ca Laryngeal?
9. Membahas penyebaran penyakit Ca Laryngeal?
10. Membahas histopatologi pada Ca Laryngeal?
11. Membahas pencegahan untuk penyakit Ca Laryngeal?
12. Membahas asuhan keperawatan pada pasien Ca Laryngeal?

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Ca Laryngeal?
2. Apa saja etiologi Ca Laryngeal?
3. Bagaimana patofisiologi Ca Laryngeal?
4. Apa saja tanda dan gejala yang ditimbulkan pada pasien dengan Ca Laryngeal?
5. Apa saja pemeriksaan medis pada pasien Ca Laryngeal?
6. Apa diagnosis Ca Laryngeal?
7. Bagaimana tindakan medis pada pasien dengan Ca Lryngeal?
8. Apa saja klasifikasi Ca Laryngeal?
9. Bagaimana penyebaran penyakit Ca Laryngeal?
10. Bagaimana histopatologi pada Ca Laryngeal?
11. Bagaimana pencegahan untuk penyakit Ca Laryngeal?
12. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Ca Laryngeal?

1.4 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian Ca Laryngeal
2. Menjelaskan penyebab terjadinya Ca Laryngeal
3. Mendeskripsikan jalan penyakit Ca Laryngeal
4. Menjelaskan tanda dan gejala Ca Laryngeal

2
5. Menjelaskan pemeriksaan medis pada pasien Ca Laryngeal
6. Menjelaskan diagnosis Ca Laryngeal
7. Menjelaskan tindakan medis pada pasien Ca Laryngeal
8. Menjelaskan klasifikasi Ca Laryngeal
9. Menjelaskan penyebaran penyakit penyakit Ca Laryngeal
10. Menjelaskan histopatologi pada Ca Laryngeal
11. Menjelaskan pencegahan untuk penyakit Ca Laryngeal
12. Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien Ca Laryngeal

1.5 Manfaat
1. Mengetahui pengertian Ca Laryngeal
2. Mengetahui penyebab terjadinya Ca Laryngeal
3. Mengetahui jalan penyakit Ca Laryngeal
4. Mengetahui tanda dan gejala Ca Laryngeal
5. Mengetahui pemeriksaan medis pada pasien Ca Laryngeal
6. Mengetahui diagnosis Ca Laryngeal
7. Mengetahui tindakan medis pada pasien Ca Laryngeal
8. Mengetahui klasifikasi Ca Laryngeal
9. Mengetahui penyebaran penyakit penyakit Ca Laryngeal
10. Mengetahui histopatologi pada Ca Laryngeal
11. Mengetahui pencegahan untuk penyakit Ca Laryngeal
12. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien Ca Laryngeal

1.6 Metode Penyusunan

Dalam penyusunan makalah ini kami menggunakan studi pustaka dan literature yaitu mencar
dari berbagai sumber buku dan internet.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ca Laryngeal

Ca Laryngeal merupakan keganasan pada pita suara, kotak suara (laring) atau daerah
lainnya di tenggorokan. Ca laryngeal atau karsinoma laring adalah sel-sel sekitar pita suara yang
tumbuh menjadi sel ganas yang menyebabkan kanker. Tumbuh tidak terkoordinasi dengan
jaringan lain, akibatnya merugikan tubuh dimana ia tumbuh. Kanker laring lebih banyak
ditemukan pada peria dan berhubungan dengan rokok serta pemakaian alkohol.

Kanker dapat mengembangkan dalam setiap bagian dari laring, namun angka kesembuhan
dipengaruhi oleh lokasi tumor. Untuk keperluan staging tumor, laring dibagi menjadi tiga daerah,
anatomi dengan glottis (pita suara benar, commissures anterior dan posterior) yang supraglottis
(epiglottis, arytenoids dan ipatan aryepiglottic, dan kabel palsu), dan subglottis tersebut.
Kebanyakan kanker laring berasal glottis, cancer supraglotic kurang umum, dan tumor subglottic
paling tidak sering.

Kanker laring dapat menyebar dengan ekstensi langsung ke struktur yang berdekatan,
dengan metatasis ke kelenjar getah bening daerah leher rahim, atau lebih jauh melalui aliran darah.
Metastasis jauh ke paru-paru yang paling umum.

2.2 Etiology

Penyebab pasti sampai saat ini belum diketahui karena penyebab kanker dapat merupakan
gabungan dari sekumpulan faktor, genetik dan lingkungan. Namun didapatkan beberapa hal yang
berhubungan erat dengan terjadinya keganasan laring atau faktor resikonya yaitu rokok, alkohol,
sinar radio aktif, polusi udara, radiasi leher dan asbestosis. Ada peningkatan resio terjadinya tumor
ganas laring pada pekerja- pekerja yang terpapar dengan debu kayu dll.

Beberapa hal yang dapat menjadi faktor resiko terjadinya kanker laring adalah :

4
a. Merokok

Pembekaran tembakau dapat menghasilkan zat karsinogenik, dan gerakan silia asap
tembakau dapat membuat untuk menghentikan atau memperlambat kemacetan dan edema
mukosa, hyperplasia epitel penebalan dan metaplasia skuamosa secara karsinogenik.

b. Alkohol yang berlebihan

Alkohol dalam jangka panjang dapat merangsang selaput lendir untuk degenerasi dan
menyebabkan kanker.

c. Kronis inflamasi

Seperti radang tenggorokan kronis atau radang pernafasan.

d. Polusi udara

Gas berbahaya dalam jangka panjang menghirup sulfur dioksida dan produksi debu industri
cenderung menyebabkan Cancer tenggorokan.

e. Infeksi virus

Virus memungkinkan sel untuk mengubah sifat dari difika yang abnormal, virus ini juga
dilampirkan ke gen mengupload ke generasi berikutnya. HFV-16,18 jenis infeksi dan virus
berhubungan dengan cancer tenggorokan .

f. Perubahan pra-kanker

Tenggorokan keratosis dan tenggorokan jinak seperti cancer tenggorokan yang berulang .

g. Radiasi

Karsinogenik ketika terapi radiasi dan tumor leher. Radiasi ionisasi ( yang merupakan
karsinogenik) digunakan dalam sinar rongen dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga
nuklir dan ledakan bom atom yang bisa menyebabkan jarak yang sangat jauh.

h. Hormon seksual

5
Penelitian menunjukan bahwa pasien kanker tenggorokan dengan sel reseptor estrogen
positif secara signifikan lebih tinggi.

i. Faktor keturunan

Jika terdapat riwayat keluarga gejala kanker laring ini, rasio menurunnya lebih tinggi
dibandingkan keluarga yang tidak pernah ada riwayat kanker ini. Seperti jenis kanker yang
mungkin dapat diturunkan yaitu gejala kanker payudara, kanker indung telur, gejala kanckr
kulit maupun kanker usus besar.

2.3 Patofisiologi

Kanker laring yang terbatas pada pita suara tumbuh bertahan karena suplai limfatik yang
jarang. Di tempat manapun yang kering (epiglottis, pita suara palsu, sinus-sinus piriformis). Pada
bagian ini banyak mengandung pembuluh limfe, oleh karena itu kanker pada jaringan ini biasanya
meluas dengan cepat dan segera bermetastase ke kelenjar limfe leher bagian dalam. Orang-orang
yang mengalami serak yang bertambah berat atau suara serak lebih dari 2 minggu harus segera
memeriksakan dirinya. Suara serak merupakan tanda awal kanker laring, jika pengobatan
dilakukan pada saat serak timbul (yang disebabkan tumor sebelum mengenai seluruh pita suara)
pengobatan biasanya masih memungkinkan.

Tanda-tanda metastase kanker pada bagian laring biasanya berupa pembengkakan pada
leher, nyeri pada jakun yang menyebar ke telinga, dispread, disfagia, pembesaran kelenjar limfe
dan batuk. Diagnosa kanker laring dibuat berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik terhadap laring
dengan laringoskopi langsung, biopsy, dan pemeriksaan mikroskopi terhadap laring (C. Long
Barbara, 1998 :408-409).

2.4 Manifestasi Klinis

1) Serak
Suara serak adalah hal pertama yang akan tampak pada pasien dengan kanker pada daerah
glottis karena tumor mengganggu pita suara selama berbicara. Suara mungkin terdengar
parau dan puncak suara rendah.

6
2) Dispneu dan stridor
Gejala ini merupakan gejala yang disebabkan oleh sumbatan jalan nafas dan dapat timbul
pada tiap tumor laring. Gejala ini disebabkan oleh gangguan jalan nafas dan massa tumor,
penumpukan kotoran atau sekret, maupun oleh fiksasi pita suara. Pada tumor supraglotik
atau transglotik terdapat 2 gejala tersebut. Sumbatan dapat terjadi secara perlahan-lahan
dapat dikompenasi oleh pasien. Pada umunya dispneu dan stridor adalah tanda dan
prognosis kurang baik.
3) Nyeri temggorokan
Keluhan ini dapat bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang tajam.
4) Disfagia (kesulitan menelan)
Disfagia adalah ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring dan sinus piriformis.
Keluhan ini merupakan keluhan yang paling sering pada tumor ganas post krikoid. Rasa
nyeri ketika menelan (odinofagi) menandakan adanya tumor ganas lanjut yang mengenai
srruktur ekstra laring.
5) Batuk dan hemoptysis
Batuk jarang digunakan pada tumor ganas glotik, biasanya timbul dengan tertekannya
hipofaring disertai sekret yang mengalir ke dalam laring. Hemoptysis sering terjadi pada
tumor glotik dan supraglotik.
6) Nyeri lain berupa nyeri alih ke telinga ipsilateral, halitosis, batuk hemoptysis dan
penurunan berat badan menandakan menandakan perluasan tumor ke luar jaringan atau
metastase lebih jauh.
7) Kelenjar getah bening leher dipertimbangkan sebagai metastasis tumor ganas yang
menunjukan tumor pada stadium lanjut.
8) Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi supurasi tumor
yang menyerang kartilago tiroid dan perikondrium.

2.5 Pemeriksaan Medis

Jika pasien dicurigai menderita kanker laring berdasarkan gejala yang ada, maka dokter
perlu memerlukan pemeriksaan. Salah satunya adalah dengan menggunakan alat bantu berupa

7
cermin untuk melihat kondisi tenggorokan dan laring. Nasoendoskopi atau endoskopi hidung
hingga laring juga dapat digunakan untuk melihat kondisi laring.

Apabila secara visual ditemukan kemungkinan kanker laring, maka pemeriksaan dapat
dilanjutkan dengan biopsy, yaitu dengan mengambil sampel jaringan yang dicurigai untuk
diperiksa dibawah mikroskop.

Jika hasil biopsy menunjukan pasien positif menderita kanker laring, maka pemindaian
melalui CT scan atau MRI perlu dilakukan untuk melihat seberapa besar pertumbuhan tumor yang
ada, dan apakah kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening atau area tubuh lain.

2.6 Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosa tumor ganas laring masih belum memuaskan, hal ini
disebabkan antara lain karena letaknya dan sulit untuk dicapai sehingga dijumpai bukan pada
stadium awal lagi. Biasanya pasien datang dalam keadaan yang sudah berat sehingga hasil
pengobatan yang diberikan kurang memuaskan. Yang terpenting pada penanggulangan tumor
ganas laring ialah diagnosa dini.

Untuk menegakkan diagnosis dilakukan selain melalui anamnesia dan pemeriksaan fisik
juga dengan pemeriksan laringoskop dan biopsi. CT Scan dan MRI kepala atau leher juga bisa
menunjukkan adanya kanker laring.

Diagnosa Banding

Tumor ganas laring dapat dibanding dengan :

1. TBC laring
2. Sifilis laring
3. Tumor jinak laring
4. Penyakit kronis laring

Apabila secara visual ditemukan kemungkinan kanker laring, maka pemeriksaan dapat
dilanjutkan dengan biopsy, yaitu dengan mengambil sampel jaringan yang dicurigai untuk
diperiksa dibawah mikroskop.

8
Jika hasil biopsy menunjukan pasien positif menderita kanker laring, maka pemindaian
melalui CT scan atau MRI perlu dilakukan untuk melihat seberapa besar pertumbuhan tumor yang
ada, dan apakah kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening atau area tubuh lain.

2.7 Tindakan Medis

Pengobatan tergantung kepada lokasi kanker di dalam laring. Kanker stadium awal diatasi
dengan pembedahan atau terapi penyinaran. Jika menyerang pita suara, lebih sering dilakukan
terapi penyinaran karena bisa mempertahankan suara yang normal. Kanker stadium lanjut biasanya
diatasi dengan pembedahan, yang bisa meliputi pengangkatan seluruh bagian laring (laringektomi
total atau parsial), diikuti dengan terapi penyinaran. Pengangkatan seluruh pita suara menyebabkan
penderita tidak memiliki suara.

1. Pembedahan
a. Laringektomi
 Laringektomi parsial, diindikasikan untuk karsinoma laring stadium I yang tidak
memungkinkan dilakukan radiasi, dan tumor stadium II.
 Laringektomi total

Adalah tindakan pengangkatan seluruh struktur laring mulai dari batas atas
(epiglottis dan os hyoid) sampai batas bawah cincin trakea.

b. Diseksi Leher Radikal

Tidak dilakukan pada tumor glottis stadium dini (T1-T2) karena kemungkinan
metastase ke kelenjar limfe leher sangat rendah. Sedangkan tumor supraglotis,
subglotis dan tumor glottis stadium lanjut seringkali mengadakan metastase ke kelenjar
limfe leher sehingga perlu dilakukan tindakan diseksi leher. Pembedahan ini tidak
disarankan bila telah terdapat metastase jauh.

2. Radioterapi

Radioterapi digunakan untuk mengobati tumor glottis dan supraglotis T1 dan T2


dengan hasil yang baik (angka kesembuhannya 90%). Keuntungan dengan cara ini adalah

9
laring tidak cedera sehingga suara masih dapat dipertahankan. Dosis yang dianjurkan
adalah 200 rad perhari sampai dosis total 6000-7000 rad.

Radioterapi dengan dosis menengah telah pula dilakukan oleh Ogura, Som, Wang,
dkk, untuk tumor-tumor tertentu. Konsepnya adalah untuk memperoleh kerusakan
maksimal dari tumor tanpa kerusakan yang tidak dapat disembuhkan pada jaringan yang
melapisinya. Wang dan Schulz memberikan 4500-5000 rad selama 4-6 minggu diikuti
dengan laringektomi total.

3. Kemoterapi

Diberikan pada tumor stadium lanjut, sebagai terapi adjuvant ataupun paliativ. Obat yang
duberikan adalah cisplatinum 80-120 mg/m2 dan 5 FU 800-1000 mg/m2.

Rehabilitasi

Rehabilitasi setelah operasi sangat penting karena telah diketahui bahwa tumor ganas laring
yang diterapi dengan seksama memiliki prognosis yang baik. Rehabilitasi mencakup “Vocal
Rehabilitation, Vocational Rehabilitation dan Socisl Rehabilitation.”

2.8 Klasifikasi

Berdasarkan Union International Centre Ie Cancer ( UICC) 1982, klasifikasi dan stadium
tumor ganas laring terbagi atas:

1. Supraglotis

Yang temasuk supraglotis adalah permukaan posterior epiglottis yang teretak di sekitar os
hyoid, lipatan aryepiglotik, arytenoid, epyglotis yang terletak dibawah os hyoid pita suara
palsu, ventrikel.

1. Glotis

Yang termasuk glottis adalah pita suara asli, komisura anterior dan komisura posterior.

2. Subglotis

10
Yang termasuk subglotis adalah dinding subglotis.

2.9 Penyebaran

Kebanyakan kanker laring adalah karsinoma sel skuamosa, yang mencerminkan asal-usul
mereka dari sel skuamosa yang membentuk mayoritas epitel laring. Kejadian kanker tenggorokan
sekitar 1 sampai 5% dari tumor sistemik di bidang THT, kedua setelah rongga nasofaring dan
hidung, kanker sinus menempati urutan ketiga. Baik usia untuk 50 sampai 70 tahun pada pria lebih
umum daripada perempuan.

Kanker laring lima kali lebih umum pada pria dibandingkan pada wanita. Kebanyakan
kasus kaker ini, berkembang pada orang dewasa yang berusia 40 tahun. Tiga perempat kasus
mempengaruhi orang-orang yang berusia 60 tahun atau lebih. Merokok adalah satu-satunya faktor
risiko terbesar untuk kanker laring. Minum alkohol saat merokok meningkatkan risiko lebih lanjut.
Jika pendiagnosisan pada tahap awal penyakit ini, ada kesempatan yang bagus bahwa orang
dengan gejala kanker laring akan mencapai kesembuhan. Namun apabila penyakit kanker baru
ditemukan telah dalam tingkatan lanjut, mengurangi peluang untuk mencapai penyembuhan
menyeluruh.

2.10 Histopatologi

Karsinoma sel skuamosa meliputi 95 – 98% dari semua tumor ganas laring, dengan derajat
difrensiasi yang berbeda-beda. Jenis lain yang jarang kita jumpai adalah karsinoma anaplastik,
pseudosarkoma, adenokarsinoma dan sarkoma

Karsinoma Verukosa. Adalah satu tumor yang secara histologis kelihatannya jinak, akan
tetapi klinis ganas. Insidennya 1 – 2% dari seluruh tumor ganas laring, lebih banyak mengenai pria
dari wanita dengan perbandingan 3 : 1. Tumor tumbuh lambat tetapi dapat membesar sehingga
dapat menimbulkan kerusakan lokal yang luas. Tidak terjadi metastase regional atau jauh.
Pengobatannya dengan operasi, radioterapi tidak efektif dan merupakan kontraindikasi.
Prognosanya sangat baik.

Adenokarsinoma. Angka insidennya 1% dari seluruh tumor ganas laring sering dari
kelenjar mukus supraglotis dan subglotis dan tidak pernah dari glottis. Sering bermetastase ke

11
paru-paru dan hepar. two years survival rate-nya sangat rendah. Terapi yang dianjurkan adalah
reseksi radikal dengan diseksi kelenjar limfe regional dan radiasi pasca operasi.

Kondrosarkoma. Adalah tumor ganas yang berasal dari tulang rawan krikoid 70%, tiroid
20% dan aritenoid 10%. Sering pada laki-laki 40 – 60 tahun. Terapi yang dianjurkan adalah
laringektomi total.

2.11 Pencegahan

Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam mengurangi risiko munculnya kanker laring meliputi:

a. Hindari merokok
b. Hentikan mengkonsumsi minuman beralkohol
c. Makan makanan yang kaya gizi, terutama makanan yang mengandung antioksidan, seperti
strawberry, kacang-kacangan dan bayam.
d. Gunakan alat pelindung diri saat melakukan aktivitas atau bekerja di tempat yang berisiko
menyebabkan paparan racun.

Prognosa

Tergantung dari stadium tumor, pilihan pengobatan, lokasi tumor dan kecakapan tenaga
ahli. Secara umum dikatakan five years survival pada karsinoma laring stadium I 90%-98%,
stadium I 75-85%, stadium III 60-70% dan stadium IV 40-50%. Adanya metastase ke kelenjar
limfe regional akan menurunkan 5 year survival rate sebesar 50%.

Suara yang baru dibuat dengan salah satu dari cara berikut:

1. Esophageal speech, penderita diajari untuk membawa udara ke dalam kerongkongan ketika
bernafas dan secara perlahan menghembuskannya untuk menghasilkan suara.
2. Fistula trakeoesofageal, merupakan katup satu arah yang dimasukkan diantara trakea dan
kerongkongan.

12
3. Katup ini mendorong udara ke dalam kerongkongan ketika penderita bernafas, sehingga
menghasilkan suara.
4. Jika katup mengalami kelainan fungsi, cairan dan makanan bisa secara tidak sengaja masuk
ke dalam trakea.
5. Elektrolaring adalah suatu alat yang bertindak sebagai sumber suara dan dipasang di leher.
6. Suara yang dihasilkan oleh ketiga cara tersebut dirubah menjadi percakapan dengan
menggunakan mulut, hidung, gigi, lidah dan bibir. Suara yang dihasilkan lebih lemah
dibandingkan suara normal.
7. Pembedahan

a. Laringektomi

 Laringektomi parsial, diindikasikan untuk karsinoma laring stadium I yang tidak


memungkinkan dilakukan radiasi, dan tumor stadium II.
 Laringektomi total

Adalah tindakan pengangkatan seluruh struktur laring mulai dari batas atas (epiglottis dan
os hyoid) sampai batas bawah cincin trakea.

13
ASUHAN KEPERAWATAN CA LARYNGEAL

1. PENGKAJIAN
a. Identitas pasien
Biografi
1) Usia
2) Jenis kelamin
3) Pekerjaan
4) Alamat
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Klien mengeluh serak yang tidak sembuh-sembuh.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Data awal yang ditemukan pada klien dengan kanker laring adalah suara
serak yang tidak sembuh sembuh yang disertai dengan adanya pembesaran
dan perubahan pada daerah leher.
P : Paliative (apa yang menyebabkan nyeri), provokatif (apa yang
menyebabkan nyeri bertambah dan apa yang menyebabkan nyeri
berkurang)
Q : Quality (kualitas nyer)
R : Region (penyebaran nyeri)
S : Skala (skala nyeri 1-10)
Time : Waktu (waktu nyeri)
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat yang di derita pasien dahulu sebelum mengetahui penyakit yang
sekarang
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat para keluarga pasien
c. Kebutuhan bio psiko sosial dan spiritual
1) Integritas ego
2) Makanan atau cairan
3) Hygiene

14
4) Neurosensori
5) Nyeri atau kenyamanan
6) Pernafasan
7) Keamanan
8) Interaksi sosial
d. Data Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
 Data Subjektif
- Pasien mengeluh suara serak
- Pasien mengeluh nyeri menelan
- Pasien mengeluh ada benjolan di sekitar leher
 Data Objektif
- Pasien terlihat sulit berbicara
- Pasien terlihat nyeri pada saat makan
- Pasien terdapat benjolan di sekitar leher
2) Tanda tanda vital
a. Suhu
b. Nadi
c. Tekanan drah
d. Respirasi
e. Kepala
f. Pemeriksaan kelenjar limfe
g. Pengukuran berat badan
h. Leher
i. Pemeriksaan penunjang
 Laringoskopi : cara memeriksa laring dengan melakukan inspeksi
terhadap sisi luar laring pada leher dan gerakan-gerakan pada saat
menelan, pada kanker laring gerakan menelan akan bergerak ke
bawah saat inspirasi atau tidak bergerak pada palpasi ditemukan
adanya pembesaran dan nyeri.

15
 Pemeriksaan x jaringan lunak : terdapat penonjolan pada
tenggorokan
 Pemeriksaan foto kontras : dengan penelanan borium menunjukan
adanya lesi lokal
 Pemeriksaan MRI : identifikasi adanya metastasis dan evaluasi
respon pengobatan
 Foto thoraks : untuk menilai keadaan paru ada atau tidak nya proses
spesifik dan mestastasis di paru
 Biopsi laring : untuk pemeriksaan patologi anatomik dan dari hasil
patologi anatomik yang terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Kerusakan komuniksi verbal berhubungan dengan defisit anatomi (pengangkatan
batang suara)
2) Nyeri berhubungan dengan penekanan serabut syaraf oleh sel sel tumor
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan saluran
pencernaan (disfagia)

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Diagnosa keperawatan :
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi ( pengangkatan
batang suara)
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ....x.... 24 jam diharapkan pasien
dapat berkomunikasi aktif dengan kriteria hasil :
 Mengidentifikasi pemahaman tentang masalah komunikasi
 Membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan
menggunakan sumber-sumber yang tepat

16
Intervensi :

 Kaji tipe atau derajat disfungsi kesulitan bantu menentukan stadium


penyakit perhatikan kesalahan dalam komunikasi dalam dan umpan balik
 Mintalah pasien untuk mengikuti perintah sederhana seperti (buka mata,
tunjuk kepintu) ulangi dengan kata atau kalimat yang sederhana

Rasional :

 Menentukan terapi pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk


memantau ucapan yang keluar dan tidak menyadari bahwa komunikasi
yang di ucapkan tidak nyata melakukan penilaian terhadap adanya
kerusakan sensorik
 Memberikan komunikasi tentang kebutuhan berdasarkan keadaan atau
defisit yang mandiri

2) Diagnosa keperawatan :
Nyeri berhubungan dengan penekanan serabut syaraf oleh sel-sel tumor

Tujuan :

Setelah di berikan asuhan keperawatan selama ....x... 24 jam diharapkan nyeri pada
pasien sedikit berkurang dengan mengikuti akuran pemakai farmakologis yang
telah ditentukan dengan menggunakan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan
sesuai indikasi dengan

Kriteria hasil :

 Melaporkan penghilangan nyeri maksimal atau kontrol dengan pengaruh


minimal pada AKS
 Mengikuti farmakologis yang diperlukan mendemonstrasikan penggunaan
keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan sesuai indikasi untuk situasi
individu.

17
Intervensi :

 Temukan riwayat nyeri, misal (lokasi nyeri, frekuensi, durasi, intensitan dan
tindakan penghilang) yang digunakan berikan tindakan kenyamanan dasar
(misalnya reposisi, gosokan punggung dan aktivitas hiburan misalnya
musik dan tv)
 Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri (misalnya teknik
relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi) tertawa, musik dan sentuhan
teurapeutik

Rasional

 Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau


kefektifan intervensi
 Meningkatkan relaksasi dan membantu menfokuskan kembali perhatian

3) Diagnosa keperawatan :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
saluran pencernaan (disfagia)

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x... 24 jam diharapkan nutrisi klien
adekuat dengan

Kriteria hasil :

 Mendemonstrasikan pemeliharaan kemajuan peningkatan bb sesuai tujuan


 Tidak mengalami tanda tanda dalam rentan normal

Intervensi :

 Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan batuk dan menangani


sekresi.

18
 Auskultasi bising usus catat adanya penurunan atau nilainya suara yang
hiperaktif
 Timbang bb sesuai indikasi

Rasional :

 Faktor ini menentukan pilihan terhadap jenis makanan sehingga pasien


harus terlindungi dari aspirasi
 Fungsi saluran pencernaan biasanya tetap baik, jadi bising usus membantu
dalam menentukan respon untuk makan atau berkembangnya komplikasi
seperti paralitik ilius
 Mengevaluasi keefektifan kebutuhan mengubah pemberian nutrisi

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI


1) Diagnosa keperawatan :
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi (pengangkatan
batang suara)

Implementasi keperawatan :

 Mengkaji tipe atau derajat disfungsi kesulitan bantu menentukan stadium


penyakit perhatikan kesalahan dalam komunikasi dalam dan umpan balik
 Memastikan pasien untuk mengikuti perintah sederhana seperti (buka mata,
tunjuk ke pintu) ulangi dengan kata atau kalimat yang sederhana

Evaluasi :

 Pasien paham tentang masalah komunikasi


 Kebutuhan dapat di ekspresikan menggunakan sumber-sumber yang
tepat

2) Diagnosa keperawatan :
Nyeri berhubungan dengan penekanan serabut syaraf oleh sel-sel tumor
Implementasi :

19
 Melihat riwayat nyeri misal (lokasi nyeri, frekuensi, durasi, intensitas dan
tindakan
 Penghilang yang digunakan memberikan tindakan kenyamanan dasar
(misal reposisi, gosokan punggung dan aktivitas hiburan misalnya musik
dan tv)
 Mendorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri (misal teknik
relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi) tertawa, musik dan sentuhan
teurapeutik

Evaluasi :

 Nyeri tidak terasa dan hasil maksimal atau kontrol dengan pengaruh
minimal pada AKS
 Farmakologis yang diperlukan mendemonstrasikan penggunaan
keterampialan telah diikuti
 Relaksasi dan aktivitas hiburan telah sesuai indikasi untuk individu

3) Diagnosa keperawatan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
saluran pencernaan (disfagia)
Implementasi :
 Mengkaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan batuk dan
menangani sekresi
 Mengauskultasi bising usus catat adanya penurunan atau nilainya suara
yang hiperaktif
 Menimbang bb sesuai indikasi

Evaluasi :

 BB meningkat sesuai tujuan


 Tidak mengalami tanda-tanda dalam rentan normal
 Energi meningkat secara adekuat

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa kanker laring adalah keganasan
pada pita suara, kotak suara (laring) atau daerah lainnya di tenggorokan. Kanker laring
lebih banyak ditemukan pada pria dan berhubungan dengan rokok serta pemakaian alkohol.
Gejala yang mungkin terjadi pada penyakit kanker laring adalah nyeri tenggorokan, nyeri
leher,batuk, batuk darah, serak yang menetap, disfagia, dll. Faktor yang dapat
menimbulkan penyakit kanker adalah faktor genetic, faktor lingkungan, radikal bebas, dll.

3.2 Saran

Disarankan untuk penderita kanker laring adanya pengobatan khusus untuk para
penderita kanker baik yang ringan maupun yang berat, disediakannya alat yang lebih
canggih untuk mendiagnosis penyakit kanker, dan diadakannya penyuluhan ke daerah-
daerah tentang penyakit kanker.

21
DAFTAR PUSTAKA

Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta : Penerbit


Buku Kedokteran.
DiGiulio, Mary, Donna Jackson, dkk. 2007. Keperawatan Medikal Bedah. Perpustakaan
Nasional : Katalog dalam Terbitan (KDT). [diakses tanggal 13 September 2018]
PDF. Hajar, Siti. library.usu.ac.id/download/fk/tht-siti%20hajar.pdf.
PDF. Kartikawati, Henny. 2017. https://hennykartika.com/2017/07/28/kanker-laring/.
[diakses tanggal 13 September 2018]

22

Anda mungkin juga menyukai