Anda di halaman 1dari 11

LOG BOOK

INTERPROFESSIONAL EDUCATION &


COLLABORATIVE PRACTICE (IPECP)

Penyusun :
Dedep Nugraha, S.Kep., Ns., M.Kep
Susan Irawan Rifai, S.Kep., Ns., MAN
Tri Nurjayanti, S.Kep., Ns., M.Kep

PRODI SARAJANA KEPERWATANA


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
TAHUN 2020/2021

1
PENILAIAN

Penilaian kegiatan simulasi IPE selama 1 minggu secara daring


wajib diikuti secara penuh atau 100% terdiri dari pembuatan skenario,
simulasi IPE presentasi kasus dan refleksi kasus. Kontribusi setiap
kegiatan pembelajaran pada nilai akhir adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan Skenario : 10%
2. Presentasi kasus/ simulasi : 30%
3. Refleksi kasus : 10%
4. Ujian tulis/ UAS MCQ : 50%
Ketentuan kelulusan sesuai standart nilai yang ditetapkan akademik
Universitas Bhakti Kencana.

2
A. SKENARIO KASUS

Kasus : 1 / 2 / 3

PENILAIAN
NO KOMPETENSI
Tgl NILAI Komentar*
1. Ketrampilan klinis dasar
(anamnesis klinis)
2. Anamnesis

3. Ketrampilan klinis dasar


pemeriksaan fisik
4. Pemilihan pemeriksaan
penunjang dan decision
making
5. Asesmen farmakoterapi/
tatalaksana nonfarmakologi
6

3
B. PRESENTASI KASUS / SIMULASI IPE

Kompetensi yang dinilai Skenario 1 Pert. 1


…………………..

Kemampuan menyampaikan pendapat /presentasi 1 2 3 4 5

Kemampuan 1 2 3 4 5
Analisis (konsisten terhadap peran profesinya)

Kemampuan mengkomunikasikan argumentasi 1 2 3 4 5

Kemampuan penyelesaian perbedaan pendapat 1 2 3 4 5


dengan profesi lain

Menghargai pendapat profesi lain dan keputusan 1 2 3 4 5


bersama

Kemampuan mahasiswa dalam mengkaji nilai- 1 2 3 4 5


nilai spiritual dan budaya ke dalam pembelajaran
IPECP

TTD

Keterangan: 1 sangat tidak baik……… 5 sangat baik (nilai 60 – 100)

Kriteria penilaian:
1. Kemampuan menyusun materi yang sistematis, padat dan jelas.
2. Kemampuan untuk menyajikan secara sistematis, singkat dan jelas baik dalam
tulisan maupun lisan
3. Kemampuan untuk mendiskusikan hal-hal penting yang berkaitan dengan
masalah yang diderita pasien, termasuk clinical reasoning, dan menjelaskan
berdasar EBM
4. Kemampuan untuk mendiskusikan dan menjelaskan berdasar EBM serta
membahas nilai-nilai spiritual dan budaya

*Nilai 60 – 100

4
C. REFLEKSI KASUS

Kasus : 1 / 2 / 3

1. Rangkuman kasus

2. Perasaan terhadap pengalaman melaksanakan simulasi IPE

3. Evaluasi (hal yang baik dan buruk atau kelebihan dan kekurangan)

4. Analisis dan poin spiritualitas dalam pelaksanaan simulasi IPE

5. Kesimpulan dan tindak lanjut

Kriteria penilaian:
1. Kemampuan menyusun materi yang sistematis, padat dan jelas.
2. Kemampuan untuk mengevaluasi, analisa dan menyimpulkan sesuai evidence yang
terbaik.
3. Kemampuan untuk menyusun rencana tindak lanjut.
4. Kemampuan menyampaikan poin spiritualitas ke dalam kasus.

*Nilai 60 – 100
D. PENILAIAN PERILAKU PROFESIONAL
Penilaian perilaku profesional (Professional Behavior) dilakukan berdasarkan
pengamatan secara terus menerus terhadap perilaku mahasiswa yang dapat diamati
(observable behavior) selama simulasi.

No Item penilaian Penilaian & Feedback


oleh Dosen
Penilaian Penilaian Saran
oleh Dosen oleh teman
Tepat waktu dalam mengikuti
1 kegiatan pembelajaran dan
menyelesaikan tugas
Menghormati orang lain (pasien dan
keluarga, sesama teman mahasiswa,
2 dokter, perawat, petugas administrasi,
dll)
Bekerja sama secara baik dengan
3 teman mahasiswa dan petugas
kesehatan lain
Memperhatikan dan mendahulukan
kepentingan pasien di atas
4 kepentingan diri sendiri (termasuk
suka menolong)
Mencatat dan melaporkan hasil
5 pemeriksaan, laboratorium dan terapi
sesuai hasil sebenarnya
Tidak melakukan pemalsuan
6 dokumen atau tanda tangan
Mengerjakan tugas ilmiah (presentasi
7 kasus, refleksi, dll) secara mandiri
atau tidak menjiplak karya teman
* Penilaian berupa deskripsi perilaku yang diamati oleh penilai (Baik, cukup, kurang)
** Saran untuk perbaikan atau tindak lanjut (punishment).
PELAKSANAAN

1. Setiap kelas dibagi menjadi 3 kelompok


2. Setiap kelompok membahas 1 kasus
3. Setiap kelompok dibagi menjadi beberapa profesi : Keperawatan, Kedokteran,
Farmasi, Kebidanan, Kesehatan Masyarakat, Gizi, Radiologi (Sesuai Kasus)
4. Setiap kelompok membuat scenario simulasi presentasi IPE (format bebas seperti
SAP)
5. Setiap profesi membuat ppt singkat sesuai kasus (yang kebagian profesi selain
perawat, berusaha semampunya sesuai pengetahuan misalnya kedokteran ttg diagnosa
& terapi medis, farmasi ttg terapi obat)
6. Setiap profesi melakukan presentasi singkat
7. Setelah presentasi singkat, Kelompok dari beberapa profesi yang berbeda berdiskusi
ttg kondisi pasien atau komunitas kemudian mengambil keputusan bersama

Catatan :
Pertemuan estudy sbg bukti kehadiran :
12. Download Tugas (modul)
13. Upload Tugas Skenario
14. Upload Tugas ppt presentasi simulasi
15. Upload Tugas Refleksi kasus simulasi
16. UAS
KELAS A, B, C, D

1. KASUS 1 : ABORSI (Perawat, Dokter, Bidan, Apoteker)


kelp 1 setiap kelas

Nn seorang perempuan berusia 17 tahun tidak mengalami menstruasi sejak 4


bulan yang lalu. Dia kemudian melakukan test pack dan hasilnya positif. Dia syok dan
langsung mengatakan kepada pacarnya yang bernama Mm (17 tahun) bahwa dia
hamil dan meminta pertanggungjawaban. Mm tidak mau bertanggungjawab atas
perbuatannya dengan alasan masih ingin menyelesaikan sekolahnya karena saat ini
dia masih semester 1 kelas 3 SMA. Mm meminta Nn untuk menggugurkan
kandungannya dan tidak menghubunginya lagi. Nn merasa berdosa, cemas, takut, dan
bingung harus bagaimana. Bila tidak digugurkan, dia takut membuat malu,
mencoreng nama baik keluarganya, atau bahkan diusir oleh keluarganya. Dia juga
terancam putus sekolah.
Akhirnya Nn memutuskan untuk menggugurkan kehamilannya. Nn mencoba
berkonsultasi dengan bidan di sebuah BPM, namun bidan tersebut menolak
melakukan aborsi. Nn kemudian bertanya kepada teman dekatnya dan disarankan
untuk mencoba menggunakan obat. 2 minggu Nn mengkonsumsi obat tersebut namun
tidak ada tanda-tanda keguguran. Seiring waktu, perut Nn mulai tampak membesar.
Nn selalu mengenakan korset untuk menyembunyikan perubahan pada perutnya agar
tidak diketahui oleh keluarga dan orang lain sambil mencari cara untuk
menggugurkan kehamilannya.
Mm akhirnya memberikan contact dokter yang mau menggugurkan
kandungan. Nn pergi ke tempat dokter tersebut diantar oleh Mm. Janin berhasil
dikeluarkan kemudian dibungkus plastik hitam dan dibuang ke sungai oleh Mm.
Selama 3 hari berturut-turut, Nn mengalami perdarahan hingga membasahi
kasurnya. Nn juga tampak pucat dan lemas. Ibu Nn merasa khawatir karena hal
tersebut tidak biasa terjadi pada Nn. Ibu Nn akhirnya mengajak Nn untuk periksa ke
Rumah Sakit.
2. KASUS 2 : Klinis (Perawat, Dokter, Radiologi, Gizi, Apoteker)
Kelompok 2 setiap kelas

Tn. K, 50 tahun, seorang pekerja petani karet datang dengan keluhan batuk
tidak berdahak. Pasien mengatakan batuk dirasakan lebih sering pada malam hari
dibandingkan pagi atau siang hari. Keluhan tersebut telah dirasakan sejak 3 bulan
yang lalu. Awalnya pasien mengatakan batuk timbul pada saat menyangkul dan
bertambah berat pada saat menyemprot pestisida pada kebunnya. Pasien juga
mengatakan adanya demam, keringat malam, penurunan nafsu makan, dan penurunan
berat badan yang awalnya 50 kg menjadi 47 kg dalam satu bulan.
Pasien mempunyai kebiasaan yang tidak baik seperti membuang dahak
sembarangan, tidak memakai masker pada saat batuk, kurangnya pengetahuan
penyakit yang diderita oleh pasien, dukungan keluarga yang kurang terhadap pasien,
dan keadaan rumah pasien yang lembab. Pada saat keluhan muncul pasien dibawa
oleh keluarganya ke RS.
Pemeriksaan fisik yang telah dilakukan kepada pasien didapatkan hasil berat
badan pasien 47 kg, tinggi badan 163 cm, IMT 18,0 (underweight), terlihat sakit
ringan. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, frekuensi napas 17 x/menit,
suhu tubuh 37,0 ℃. Konjungtiva mata anemis, sklera anikterik. Telinga dan hidung
dalam batas normal. Pada mulut tampak gigi dan oral hygiene cukup. Tenggorokan,
jantung, dan abdomen dalam batas normal. Pada pemeriksaan paru, inspeksi dalam
batas normal, palpasi dalam batas normal, perkusi dalam batas normal, auskultasi
adanya suara ronkhi pada pulmo dekstra dan sinistra. Ekstremitas superior dan
inferior dalam batas normal,tidak sianosis, tidak oedem, dan akral hangat. Status
neurologis: Reflek fisiologis normal, reflek patologi(‐).
Di RS pasien telah dilakukan pemeriksaan foto rontgen anterior posterior (AP)
dan didapatkan adanya kavitas pada pulmo dekstra dan sinistra. Pengambilan dahak
dilakukan sebanyak dua kali dengan hasil yang pertama negatif kemudian diulangi
dan didapatkan hasilnya +2.
Pasien diberikan obat paket berupa Rifampicin 150 mg, Isoniazid 75 mg,
Pirazinamid 400 mg, Etambutol 275 mg. Pasien sudah mendapatkan pengobatan
selama 1 bulan. Pasien merasakan gatal setelah minum obat tersebut, namun untuk
menguranginya pasien biasanya minum teh yang hangat dan pada saat BAK berwarna
merah.
3. KASUS 3 : Komunitas (Perawat, Dokter, Kesmas, Farmasi)
Kelompok 3 setiap kelas

Lokasi RW 04 terletak di kelurahan Daring, Kecamatan Luring Kabupaten


Online, yang terbagi menjadi 3 RT yaitu RT 01, 02, 03. Jumlah penduduk RW 04
adalah 312 jiwa yang terdiri dari sebagian besar (53,85 %) laki-laki dan hampir
setengahnya (46,57 %) perempuan.
Hasil pendataan status gizi di RW 04 untuk frekuensi makan lebih dari
setengah keluarga berjumlah 50 kepala keluarga (54 %) sehari 3 x makan, hampir
setengahnya berjumlah 38 keluarga (41,76 %) sehari 2 x makan, dan sebagian kecil
berjumlah 3 kepala keluarga (3,30 %) sehari 1 x makan, kemudian dalam pengolahan
makanan lebih dari setengah keluarga berjumlah 57 kepala keluarga (62,64 %)
pengolahan makanan dipotong-cuci-masak, hampir setengahnya berjumlah 34 kepala
keluarga (37,36%) dicuci-potong-masak, dan tidak satupun dipotong-masak. Dalam
konsumsi lauk-pauk sebagian besar berjumlah 67 kepala keluarga (73,63 %) dengan
frekuensi setiap hari mengkonsumsi lauk pauk, sebagian besar mengkonsumsi sayur
dengan frekuensi setiap hari (59,34 %), hampir seluruhnya mengkonsumsi buah-
buahan dengan frekuensi kadang-kadang (82,42 %). Hampir seluruhnya warga RW 04
menggunakan garam beryodium (94,51 %), dan hampir seluruhnya (91,21 %) warga
RW 04 tidak mempunyai pantangan makan dalam keluarga dan berhubungan adat
yang bertentangan dengan kesehatan.
Pola Perawatan Keluarga Berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan selama
4 hari didapatkan bahwa penyakit yang sering diderita 3 bulan terakhir adalah batuk
dan demam berjumlah 50 keluarga, hipertensi 10 keluarga, gastritis 7 keluarga, dan
yang terkonfirmasi covid sebanyak 5 orang. Dalam pertolongan pertamanya hampir
seluruhnya dibawa ke tempat pelayanan kesehatan yaitu Puskesmas (91,21 %), dan
sebagian kecil ke Rumah Sakit (7,69 %). Kesehatan Lingkungan Jenis rumah di RW
04 sebanyak hampir seluruhnya (97,80 %) adalah permanen dimana hampir seluruh
rumah (97,80 %) memiliki lantai 73 tegel/semen, hampir seluruhnya (74,73 %) rumah
hak milik sendiri , sebagian besar (63,74 %) ventilasi rumah < 10% dari luas lantai,
hampir seluruhnya (84,62 %) cahaya matahari masuk kedalam rumah, sebagian besar
(52,75 %) luas bangunan < 10m dengan kondisi hampir seluruhnya terawat (97,80 %),
pembuangan air limbah hampir setengahnya (42,86 %) dialirkan ke sungai, dimana
sebagian besar kondisinya terbuka (76,92 %).
Sumber air penduduk seluruhnya (100 %) dari sumur, dengan penyediaan air
minum seluruhnya (100%) menggunakan Air Galon, dan setengahnya (50,55 %)
pengelolaan air minum dimasak. Tempat penampungan hampir setengahnya (39,56
%) menggunakan torn dengan sebagian besar (65,93 %) dalam kondisi tertutup,
pengurasan hampir setengahnya (37,36 %) dilakukan jika kotor dengan kondisi air
hamper setengahnya (46,15 %) berbau, tidak berasa dan tidak berwarna. Pembuangan
sampah (85 %) sampah dibakar, dimana kondisi tempat sampah sebagian besar (56,04
%) terbuka dan tidak kedap air dan kondisi air limbah sebagian besar (76,92 %)
terbuka. Sebagian kecil (2,2 %) yaitu 2 rumah mempunyai kandang ternak dan
sebagian besar (setengahnya %) menempel dengan rumah dimana seluruhnya (100 %)
kondisi kandang ternak terawat.
Pengkajian Kesehatan Remaja didapatkan data bahwa Kegiatan waktu luang
remaja di RW 04 seluruhnya (80 %) diisi dengan sekolah daring, 20 % bermain
gadget/HP dan menonton tv. Sebagian besar (78,18 %) remaja di RW 04 merasa
stress dengan sekolah daring karena jaringan atau karena bosan, sehingga sering kali
mereka keluar rumah bersama remaja yang lain untuk bermain padahal kondisi
sedang darurat covid 19, dan kebiasaan tidak sehat remaja saat berkumpul hampir
setengahnya merokok.
Kesehatan Dewasa 74 Di RW 04 sebagian besar tidak ada masalah kesehatan
(82,32 %), dan hampir setengahnya kebiasaan yang tidak sehat pada dewasa yaitu
merokok (32,04 %). Usia Lanjut Berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan selama
4 hari didapatkan bahwa RW 04 penyakit yang sering diderita lansia hampir
setengahnya (32 %) adalah hipertensi. Untuk keaktifan melakukan kegiatan sehari-
hari sebagian besar (66,67%) lansia tidak bekerja dan hanya diam dirumah tidak
pernah beraktivitas saat ada virus covid 19. Sebagian besar (54,17 %) lansia merasa
kesepian karena tidak ada aktivitas. Hampir seluruhnya (91,67 %) kemandirian lansia
di RW 04 yaitu mandiri dan sebagian kecil (8,33 %) beberapa kegiatan dibantu.
Sedangkan kebiasaan lanjut usia yang dilakukan yaitu sebagian besar (66,67 %)
minum kopi, minum teh dan merokok.

Anda mungkin juga menyukai