GAMBARAN UMUM :
Praktikum ini memuat 4 modul yang berisi tentang Prosedur Keperawatan pada Keperawatan
Gerontik :
1. Pengkajian Demensional
2. Pengkajian Fungsional Status Kognitif/Afektif dan Sosial
3. Latihan Otot Dasar Panggul
4. Latihan Kandung kemih
Sebagai aplikasi dasar yang harus di kuasai oleh mahasiswa, yang kemudian dapat
diaplikasikan dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya pada Keperawatan Gerontik.
PERATURAN PRAKTIKUM :
1. Praktikan harus menghadiri setiap sesi praktikum, tidak dibenarkan praktikan tidak hadir
tanpa keterangan.
2. Praktikan wajib hadir praktikum tepat waktu.
3. Praktikan wajib memakai baju praktek selama sesi praktikum (Skort dan jam tangan
bersekon)
4. Setiap mahasiswa yang menggunakan laboratorium harap mengisi daftar hadir di buku
hadir yang telah disediakan.
5. Setiap kali selesai menggunakan peralatan harap dikembalikan ketempat dalam keadaan
rapi dan bersih seperti semula.
6. Bagi yang pinjam alat – alat laboratorium mohon dicatat dibuku pinjam alat.
1
GRADE PENILAIAN PRAKTIKUM :
2
MODUL 1
PENGKAJIAN MULTIDEMENSIONAL
1. Pendahuluan
Tujuan perawatan lansia adalah untuk mengoptimalkan kesehatan mereka secara umum,
serta memperbaiki/mempertahankan kapasitas fungsional. Keduanya bertujuan agar:
1) Lansia dapat tetap dipertahankan dirumahnya untuk mengurangi biaya perawatan
2) Meningkatkan kualitas hidup sehari-hari
3) Mengoptimalkan kapasitas fungsionalnya
2. Anamnesa
Dalam melakukan anamnesa harus secara akurat dan “up to date”, termasuk pula
mengenai bagaimana persepsi lansia tentang kesehatan dirinya sendiri. Anamnesa harus
menjadi dasar bagi tindakan skrining yang akan diusulkan. Anamnesa menjadi dasar bagi
rencana manajemen keperawatannya.Format bagi keperaluan anamnesis ini berisi
evaluasi kesehatan komprehensif.Kebanyakan para lansia dapat menyuguhkan anamnesis
yang baik, tetapi tidak sedikit pula yang mengalami hambatan untuk
berkomunikasi.Sebaliknya, tak jarang pula keluhan mereka yang beraneka ragam bisa
membuat si perawat frustasi.Anamnesa dilakukan untuk mengkaji tentang identitas klien,
status kesehatan saat ini, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga dan
tinjauan sistem.
6
Keterangan : bila tidak bisa membaca dan menulis dapat dilakukan wawancara
2.4 Penilaian
Penilaian pada kuesioer ini adalah berdasarkan pada jawaban salah dari lansia. Rentang
nilai yang diberikan yaitu sebagai berikut :
Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan
Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang
Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat
Bisa dimaklumi kurang dari 1 kesalahan bila subyek mempunyai pendidikan sekolah
dasar
Bisa dimaklumi kurang dari 1 kesalahan bila subyek mempunyai pendidikan sekolah
menengah atas
Bisa dimaklumi lebih dari satu kesalahan untuk subyek kulit hitam dengan criteria
pendidikan yang sama.
7
B. PENILAIAN STATUS KOGNITIF LANSIA
3.1 Pengertian
Penilaian status kognitif lansia dilakukan dengan menggunakan Kuesioner Mini
Mental State Examniation (MMSE) yang berisikan pertanyaan mengenai fungsi
kognitif
3.2 Tujuan
Kuesioner ini bertujuan untuk untuk mengukur dan melihat memori, berbahasa,
fungsi eksekutif dan kemampuan motorik, visuospatial, perhatian dan konsentrasi,
kalkulasi, pengambilan keputusan, pertimbangan dan kemampuan abstraksi .Pada
saat itu juga responden menjawab pertanyaan yang ada di dalam kuesioner dan
dikembalikan hari itu juga.
3.3 Prosedur
1) SPMSE terdiri dari pertanyaan yang harus dijawab oleh lansia. Sebelum
dilakukan, lansia perlu dijelaskan maksud dan tujuan pemberian pertanyaan.
2) Kontrak waktu pelaksanaan (sesuai kebutuhan)
3) Jelaskan kepada lansia jawaban yang harus diberikan dan ulangi pertanyaan
bila kurang dipahami oleh lansia.
Nilai Nilai Responden Pertanyaan
Maksima MMSE
l
Orientasi
5 Tahun, tanggal,hari, dan bulan apa sekarang?
5 Dimana kita: provisi, kotamadya, rumah sakit apa,
dilantai berapa?
registrasi
3 Minta klien untuk menyebutkan nama tiga obyek,
berikan waktu satu detik untuk mengatakan masing-
masing objek. Kemudian tanyakan ketiga objek
setelah anda telah mengatakannya. Beri 1 poin
untuk setiap jawaban yang benar. Kemudian ulangi
sampai ia mempelajari ketiganya. Jumlahkan
percobaan dan catat.
Percobaan :….
Perhatian dan Kalkulasi
5 Seri 7”s.1 poin untuk setiap kebenaran.
Berhenti setelah 5 jawaban. Bergantian mengeja
“kata” ke belakang.
Mengingat
3 Minta klien untuk mengulang ketiga objek diatas.
Berikan 1 poin untuk setiap jawaban benar.
Bahasa
9 Nama pensil dan melihat (2 poin)
Mengulang hal berikut : “tak ada jika, dan, atau
8
Nilai Nilai Responden Pertanyaan
Maksima MMSE
l
tetapi” (1 point)
Nilai Total
Ikuti perintah tiga langkah berikut : “ambil kertas ditangan kanan anda, lipat dua,
dan letakkan di lantai” (3 Poin)
Baca dan turuti hal berikut: “tutup mata anda” (1 poin)
Tulis satu kalimat (1 poin)
Menyalin gambar (1poin)
3.4 Penilaian
Nilai tertinggi dari MMSE adalah 30, nilai 21 atau kurang menunjukkan adanya
kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut.
1. Pengertian
Pengkajian status fungsional adalah Indeks katz merupakan instrument sederhana yang
digunakan untuk menilai kemampuan fungsional AKS (Aktivitas Kehidupan Sehari-hari),
9
dapat juga untuk meramalkan prognosis dari berbagai macam penyakit pada lansia.
Adapun aktivitas yang dinilai adalah Bathing, Dressing, Toileting, transferring,
continence dan feeding.Index katz adalah pemeriksaan disimpulkan dengan system
penilaian yang didasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam melakukan aktifitas
fungsionalnya. Salah satu keuntungan dari alat ini adalah kemampuan untuk mengukur
perubahan fungsi aktivitas dan latihan setiap waktu, yang diakhiri evaluasi dan aktivitas
rehabilisasi.
2. Tujuan
Tujuan dari pemeriksaan fungsional ini adalah untuk mengetahui tingkat kemandirian
lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Prosedur
1. Pengukuran pada kondisi ini meliputi Indeks Katz
Keterangan :
1. Bathing
a. Mandiri: memerlukan bantuan hanya pada satu bagian tubuh atau dapat
melakukan seluruhnya sendiri.
b. Tergantung:memerlukan bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh atau tidak
dapat mandi sendiri
10
2. Dressing
a. Mandiri: menaruh, mengambil, memakai dan menanggalkan pakaian sendri serta
menalikan sepatu sendiri.
b. Tergantung: tidak dapat berpakaian sebagian.
3. Toileting
a. Mandiri: pergi ke toilet, duduk sendiri di kloset, memakai pakaian dalam,
membersihkan kotoran.
b. Tergantung: mendapat bantuan orang lain
4. Transferring
a. Mandiri: berpindah dari dan ke tempat tidur, dari dank e tempat
duduk(memakai/tidak memakai alat Bantu)
b. Tergantung: tidak dapat melakuakan sendiri dengan /bantuan
5. Continence
a. Mandiri: dapat mengontrol BAB/BAK
b. Tergantung: tidak dapat mengontrol sebagian atau seluruhnya dengan bantuan
manual atau kateter
6. Feeding
a. Mandiri: mengambil makanan dari piring atau yang lainnya dan mmasukkan ke
dalam mulut (tidak termasuk kemampuan memotong daging dan menyiapkan
makanan seperti mengoleskan mentega pada roti)
b. Tergantung: memelukan bantuan untuk makan atau tidak dapat makan sendiri
secara parenteral.
1. Penilaian
Dari kemampuan melaksanakan 6 aktivitas dasar tersebut, kemudian di klasifikasikan
menjadi 7 tahapan, dan disebut sesuai dengan aktivitas yang bisa dikerjakan sendiri.
Tahapan aktivitas diatas kemudian disebut dengan Indeks Katz secara berurutan adalah
sbb:
Klasifikasi:
1. A : Mandiri, untuk 6 fungsi
11
2. B : Mandiri, untuk 5 fungsi
3. C : Mandiri, kecuali untuk mandi dan 1 fungsi lain.
4. D : Mandiri, kecuali untuk mandi, bepakaian dan 1 fungsi lain
5. E : Mandiri, kecuali untuk mandi, bepakaian, pergi ke toilet dan 1 fungsi lain
6. F : Mandiri, kecuali untuk mandi, bepakaian, pergi ke toilet dan 1 fungsi lain
7. G : Tergantung untuk 6 fungsi.
Keterangan:
Mandiri: berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari orang lain.
Seseorang yang menolak melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi,
meskipun dianggap mampu.
MODUL 3
LATIHAN OTOT DASAR PANGGUL
I. PENDAHULUAN
12
Inkontinensia Urin pada lansia wanita lazim terjadi. Dampak yang ditimbulkanpun
cenderung beragam mulai dari segi kesehatan, psikologis dan social. Inkontinensia urine
pada lansia wanita dapat diturunkan gejalanya dengan tindakan non farmakologis, salah
satunya adalah senam kegel. Senam kegel ini bertujuan untuk menguatkan otot dasar
panggul dan secara tidak langsung meningkatkan fungsi kandung kemih dalam mengatur
aliran urin.
2. Tujuan
a. Menguatkan otot-otot yang mengontrol aliran urine
b. Mencegah prolaps uteri atau turunnya rahim pada wanita
c. Untuk mengatasi inkontinensia urgensi (keinginan berkemih yang sangat kuat
sehingga tidak dapat mencapai toilet tepat pada waktunya)
d. Untuk meningkatkan kemampuan mengontrol dan mengatasi ejakulasi dini
serta ereksi lebih lama pada pria
e. Mengencangkan otot-otot vagina pada wanita
4. Indikasi
13
a. Pria dan wanita yang memiliki masalah inkontinensia
b. Wanita yang sudah mengalami menopause untuk mempertahankan kekuatan
otot panggul
c. Wanita yang mengalami prolaps uteri (turunnya rahim) karena melemahnya
otot dasar panggul dan melebar pasca persalinan, juga untuk wanita yang
mengalami masalah seksual
5. Kontraindikasi
a. Penderita penyakit jantung
b. Penderita penyakit diabetes
c. Penderita penyakit hipertensi
14
MODUL 4
LATIHAN KANDUNG KEMIH
I. Defisini
15
Bladder training merupakan latihan kandung kemih sebagai salah satu upaya
mengembalikan fungsi kandung kemih yang mengalami gangguan. (lutfie, 2008)
Bladder training merupakan upaya mengembalikan pola buang air kecil dengan
menghambat atau merangsang keinginan buang air kecil. Bladder training merupakan
tindakan yang bermanfaat dalam mengurangi frekuensi dari inkontinensia.
Bladder training banyak digunakan untuk menangani inkontinensia urin di komunitas.
Latihan ini sangat efektif dan memiliki efek samping yang minimal dalam menangani
masalah inkontinensia urin. Dengan bladder training diharapkan pola kebiasaan
disfungsional, memperbaiki kemampuan untuk menekan urgensi dapat diubah dan secara
bertahap akan meningkatkan kapasitas kandung kemih dan memperpanjang interval
berkemih (Glen, 2003)
II. Tujuan
Tujuan bladder training (melatih kembali kandung kemih) adalah mengembalikan pola
normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengeluaran air kemih (Perry
dan potter, 2005). Bladder training bertujuan untuk mengembangkan tonus otot dan
spingter kandung kemih agar berfungsi optimal. Latihan ini dilakukan pada pasien setelah
kateter terpasang dalam jangka waktu yang lama (Suharyono, 2008)
Menurut Karon (2005) tujuan dari bladder training adalah:
1. Membantu klien mendapat pola berkemih rutin
2. Mengembangkan tonus otot kandung kemih sehingga dapat mencegah
inkontinensia
3. Memperpanjang interval waktu kemih
4. Meningkatkan kapasitas kandung kemih
5. Melatih kandung kemih untuk mengeluarkan urin secara periodic
6. Mengontrol factor-faktor yang mungkin meningkatkan jumlah episode
inkontinensia.
III. Indikasi
Bladder training dapat dilakukan pada pasien yang mengalami inkontinensia, pada pasien
yang terpasang kateter dalam waktu yang lama sehingga fungsi spingter kandung kemih
terganggu. Bladder training juga bisa dilakukan pada pasien store, bladder injury, dan
pasien dengan pemasangan kateter yang lama.
16
Bladder training efektif digunakan dalam menangani masalah inkontinensia dorongan,
inkontinensia stress atau gabungan keduanya yang sering disebut inkontinensia
campuran.
17
e. Bila rangsang berkemih sudah menurun, jangan ke toilet sebelum jadwal
berkemih
*Skala
NO KOMPONEN
(0,1,2,3)
I Persiapan alat :
1 Sarung tangan on
2 Klem
3 Spuit
4 Bengkok
5 Alkohol Swab
6 Aceton
II Tahap pra interaksi :
1 Verifikasi order
2 Persiapan diri perawat
3 Siapkan alat
4 Siapkan lingkungan : Jaga privacy klien tutup sketsel
III Tahap orientasi :
1 Membawa alat dan mengidentifikasi pasien (memanggil nama,
menanyakan nama, membaca kartu TT, membaca gelang pasien)
2 Berikan salam terapeutik
3 Klarifikasi kontrak waktu pemberian posisi
4 Jelaskan tujuan dan prosedur pemberian posisi
5 Beri kesempatan klien untuk bertanya
6 Persiapkan alat didekatkan klien
IV Tahap kerja :
1 Mencuci tangan dengan langkah yang benar
2 Pakai sarung tangan (prn)
3 Prosedur 1 jam :
Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00
s.d. jam 19.00. Setiap kali habis diberi minum ,catheter di klem.
4 Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai jam
08.00 s.d. jam 20.00 dengan cara klem catheter dibuka.
5 Pada malam hari (setelah jam 20.00) catheter dibuka (tidak
diklem) dan klien boleh minum tanpa ketentuan seperti pada siang
hari.
6 Prosedur 2 jam :
Klien diberi minum setiap 2 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00
s.d. jam 19.00. Setiap kali habis diberi minum, catheter di klem.
7 Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai jam
09.00 s.d jam 21.00 dengan cara klem catheter dibuka.
19
*Skala
NO KOMPONEN
(0,1,2,3)
8 Pada malam hari (setelah jam 20.00) catheter dibuka (tidak
diklem) dan klien boleh minum tanpa ketentuan seperti pada siang
hari.
9 Prosedur tersebut diulang untuk hari berikutnya sampai program
tersebut berjalan lancar dan berhasil.
10 Pelepasan kateter dilaksanakan apabila prosedur 1 sudah
berjalan lancar:
Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00
s.d. jam 19.00, lalu kandung kemih dikosongkan.
11 Kemudian catheter dilepas.
12 Atur posisi yang nyaman untuk klien, bantu klien untuk
konsentrasi BAK, kemudian lakukan penekanan pada area
kandung kemih dan lakukan pengosongan kandung kemih setiap 2
jam dengan menggunakan urinal.
13 Berikan minum terakhir jam 19.00, selanjutnya klien tidak boleh
diberi minum sampai jam 07.00 pagi untuk menghindari
klien dari basahnya urine pada malam hari.
20
*Skala
NO KOMPONEN
(0,1,2,3)
2 Komplikasi pemasangan kateter yang lama
3 Kewaspadaan perawat
1. Tabel Penilaian
Tahap Tahap Sub nilai Nilai akhir
Scor
Bobot (Bobot x Total nilai x 100
e
Score) Maksimal Score (.....)
I Persiapan alat dan
1
ligkungan
II Tahap Prainteraksi 1
III Tahap Orientasi 1
IV Tahap Kerja 3
V Tahap Terminasi 1
VI Dokumentasi 1
VII Sikap 1
VIII Kognitif 1
Total nilai
2. Konversi Nilai
A : > 80
AB : 75-79,9
B : 70-74,9
BC : 65-69,9
C : 55-64,9
( ________________)
21