A. Pengertian
Proses pengkajian data obyektif pada ibu. Melakukan pemeriksaan pada klien dengan teknik
cephalocaudal melalui inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
B. Tujuan
Untuk mendapatkan data obyektif pada ibu yang bertujuan untuk :
1. Untuk menilai status kesehatan klien.
2. Mengidentifikasi faktor resiko kesehatan dan tindakan pencegahan.
3. Mengidentifikasi pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan.
4. Mengevaluasi terhadap asuhan dan pengobatan pada klien
C. Indikasi
Semua pasien
D. Materi
1. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
a. Observasi
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang
kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara
yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Dari segi proses pelaksanaan
pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi participant observation (observasi
berperan serta) dan non participant observation, dari segi instrumentasi yang digunakan maka
observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur. (Sugiyono, 2014; h.
145).
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah proses untuk mendapatkan data objektif dari pasien dengan
menggunakan instrumen tertentu. (Sulistyawati, 2014; h.179-180).
Pemeriksaan yang dilakukan pada ibu meliputi :
1) Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan fisik umum ini mencakup keadaan umum, kesadaran, pengukuran tinggi
badan, berat badan, tanda – tanda vital (tekanan darah, suhu badan, frekuensi nadi, frekuensi
nafas), lingkar lengan atas (LILA), Indeks Masa Tubuh (IMT).(Kemenkes, 2013; h.24).
a) KEADAAN UMUM
PEMERIKSAAN TINGKAT KESADARAN/PEMERIKSAAN TINGKAT KESADARAN
PENGERTIAN
Suatu tindakan untuk mengetahui integritas sistem syaraf yang meliputi fungsi syaraf
kranial, seperti sensorik, motorik dan refleks termasuk diantaranya kemampuan klien
mengetahui orientasi tentang orang, waktu dan tempat.
TUJUAN
1. Mengetahui kelengkapan fungsi syaraf kranial pasien.
2. Mengidentifikasi tingkat kesadaran klien.
3. Mengidentifikasi kemampuan fungsi motorik pasien.
4. Mengetahui kelengkapan dan atau adanya tambahan refleks tubuh pasien.
INDIKASI
ALAT - ALAT
1. Handscoon.
2. Penlight.
3. Reflek hamer.
4. Bahan bacaan tentang penilaian tingkat kesadaran.
PROSEDUR
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada.
2. Mencuci tangan.
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar.
4. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik.
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga atau pasien.
6. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan.
7. Mengatur posisi pasien : supinasi (terlentang).
8. Menempatkan diri di sebelah kanan pasien, bila mungkin.
9. Memeriksa dengan metode AVPU
a. A (Alert) = pasien diperiksa apakah sadar baik
b. V (Verbal) = pasien berespon dengan kata – kata
c. P (Pain) = pasien berespon dengan dirangsang nyeri
d. U (Unresponsive) = pasien tidak sadar sehingga tidak berespon baik verbal
maupun diberi rangsang nyeri
10. Menilai hasil pemeriksaan
a. Compos mentis, yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
b. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
c. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,
berteriak – teriak, berhalusinasi dan kadang berkhayal.
d. Somnolen (obtundasi, letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila
dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi
jawaban verbal.
e. Stupor (sopor), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri.
f. Coma, yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan
apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada
respon pupil terhadap cahaya).
11. Melakukan evaluasi tindakan
12. Berpamitan dengan klien
13. Membereskan alat – alat
14. Mencuci tangan
15. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
DOKUMENTASI
1. Adakah hal – hal yang diperoleh selama pemeriksaan.
2. Masukkan semua data pasien pada catatan asuhan pasien.
TUJUAN
Mengetahui berat badan pasien.
Mengetahui tinggi badan pasien.
INDIKASI
Semua pasien yang baru datang.
Setiap kali pasien datang untuk periksa.
Sewaktu waktu bila di butuhkan.
ALAT - ALAT
Ukuran Tinggi Badan/meteran
Timbangan berat badan.
PROSEDUR
1) Siapkan timbangan pada tempat yang datar dan ukuran tinggi badan.
2) Pastikan skala di timbangan pada posisi 0
3) Persilakan pasien untuk neik diatas timbangan
4) Lihat / baca posisi jarum menunjukkan ukuran berat badan pasien.
5) Persilakan pasien turun.
6) Lanjutkan ibu untuk berdiri menempel di tembok dalam posisi lurus, tumit
menempel pada tembok bagian bawah,
7) Pandangan mata/muka/kepala lurus menghadap kedepan.
8) Tarik bagian pembatas / bagian yang lurus pada kepala
9) Baca ukuran tinggi badan ibu.
10) Persilakan pasien untuk kembali duduk, dan ucapkan terima kasih.
11) Lakukan pencatatan/pendokumentasian di lembar yang tersedia (RM)
EVALUASI
Respon pasien
Ukur berat badan dan tinggi badan pasien.
c) LILA
PENGERTIAN
Suatu tindakan untuk mengetahui lingkar lengan pasien, .
TUJUAN
Mengetahui lingkar lengan pasien.
Modul Praktikum Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Page 4
Mengidentifikasi status gizi pasien.(IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
KEK)
INDIKASI
Semua pasien yang baru datang.
Setiap kali pasien datang untuk periksa.
Sewaktu waktu bila di butuhkan.
ALAT - ALAT
Ukuran LILA/meteran
PROSEDUR
1) Siapkan ukuran LILA/meteran.
2) Tanyakan pada ibu tangan yang dominan untuk bekerja
3) Pilih tangan yang tidak dominan ( apabila ibu dominan bekerja menggunakan
tangan kanan, maka diukur lingkar lengan atas pada lengan kiri, apabila ibu
kidal/dominan bekerja dengan tangan kiri, maka diukur pada lengan kanan)
4) Bebaskan pakaian / lengan baju pada lengan yang akan diukur
5) lingkarkan meteran/ukuran LILA pada bagian tengah lengan pasien.
6) Masukkan ujung pengukur LILA kedalam lobang yang tersedia
7) Baca ukuran LILA ibu.
8) Tentukan berapa ukuran LILA, apakah normal atau masuk KEK (< 23,5cm),
9) ucapkan terima kasih.
10) Lakukan pencatatan/pendokumentasian di lembar yang tersedia (RM)
EVALUASI
Respon pasien
Ukur LILA pasien.
d) NADI
PENGERTIAN
Denyut nadi adalah index denyut dan ritme jantung yang dihitung dengan jumlah denyut
jantung per menit. Dengan tiap denyut ventrikel kiri jantung berkontraksi dan mendorong
daah ke aorta. Penutupan katup jantung menghasilkan suara. Semburan darah yang
kuat oleh ventrikel kiri menghasilkan gelombang yang dikirim melalui arteri ke perifer
tubuh.
TUJUAN
1) Memastikan jika denyut nadi dalam rentang normal dan teratur.
2) Menghasilkan kualitas (jumlah darah yang dipompa melalui arteri perifer)
denyut nadi.
3) Memonitor dan mengevaluasi perubahan – perubahan pada status
kesehatan pasien.
4) Menentukan denyut nadi sebelum obat – obat penyakit jantung diberikan.
INDIKASI
1). Observasi pada pasien secara regular.
2). Pasien dengan gangguan status kesehatan.
PROSEDUR
1. Mencuci tangan
2. Mengecek gelang identitas pasien dan mengatur pasien dalam posisi yang
nyaman.
3. Menanyakan tentang tingkat aktifitas dalam 15 menit terakhir.
Rasional : denyut nadi meningkat dengan aktifitas, kemudian kembali seperti
sebelum beraktivitas.
4. Meraba arteri dengan menggunakan tiga jari – jari tengah tangan saudara.
Rasional : bidan bisa merasakan denyut nadi sendiri jika menggunakan ibu jari.
a. Arteri radial biasa digunakan untuk penghitungan nadi, sebab berada dekat
dengan permukaan kulit dan dengan mudah dicari pada pergelangan tangan.
b. Menekan arteri ke arah tulang atau menekan dengan kuat permukaan untuk
menahan pembuluh darah dan kemudian secara bertahap mengurangi tekanan.
Rasional : tekanan yang terlalu kuat menghilangkan denyut nadi.
c. Mencatat kualitas (kekuatan) denyut nadi.
Rasional : kekuatan denyut nadi merupakan gambaran dari stroke volume.
d. Jika denyut nadi sulit diraba, mencoba menggunakan tekanan lebih kuat
pada bagian distal.
Rasional : hal ini menjelaskan gelombang denyut.
5. Menghitung denyut nadi selama 30 detik dan dikalikan dua untuk
memperoleh hasil denyut nadi.
Rasional : hal ini merupakan waktu yang cukup untuk menentukan hasil ritme
denyut nadi adalah regular.
6. Mnghitung denyut nadi radial selama sedikitnya 1 menit jika ritme tidak
teratur atau sulit untuk dihitung.
Rasional : untuk memperoleh hasil dalam 1 menit dan juga mendeteksi denyut nadi
yang tidak teratur. Metode ini membantu saudara untuk menghitung denyut nadi
yang lebih akurat.
7. Mengecek untuk melihat bahwa pasien dalam keadaan nyaman.
8. Mencuci tangan.
9. Mencatat hasil denyut nadi, ritme dan kekuatan (volume).
EVALUASI
1. Denyut nadi dipalpasi tanpa ada kesulitan.
2. Denyut nadi dalam rentang normal dan ritme teratur.
e) MENGHITUNG PERNAFASAN
Bernafas atau pulmonary ventilatio—gerakan udara yang masuk dan keluar dari paru;
inspirasi atau inhalasi adaah menghirup udara, dan ekspirasi atau ekshalasi adalah
mengeluarkan udara..
Tujuan:
1. Mencatat jumlah, kedalaman dan ritme pernafasan.
2. Menentukan informasi dasar pada saat masuk rumah sakit.
3. Mengetahui pernafasan yang tidak wajar, sesak nafas, kebiruan atau
sianosis.
4. Mengidentifikasi perubahan – perubahan pola nafas yang disebabkan dari
kondisi penyakit.
5. Membandingkan jika kecepatan nafas dalam rentang normal dengan hasil
pemeriksaan nadi dan tekanan darah.
INDIKASI:
1. Bagian dari pengkajian awal pasien dirawat.
2. Adanya perubahan – perubahan pernafasan.
Alat – alat:
1. Jam tangan dengan menggunakan detik
2. Pensil atau bolpoin.
3. Kertas atau flow sheet.
Prosedur kerja:
1. Menyiapkan alat – alat.
2. Mencuci tangan.
3. Mengecek gelang identitas pasien dan mengatur pasien dalam posisi yang
nyaman.
4. Mengecek lampu untuk memastikan dapat dilakukan tindakan dalam
keadaan terang.
5. Menjelaskan prosedur kepada pasien.
6. Mengatur pasien dalam posisi nyaman.
7. Menjaga privacy pasien.
8. Meletakkan tangan di dada pasien atau mengobservasi naik dan turunnya
dada dan menghitung pernafasan.
9. Menghitung pernafasan lebih baik dilakukan selama 1 menit,
( satu menit penuh lebih akurat untuk pola nafas yang tidak normal)
Perhatikan:
1 Kecepatan bernafas yang teratur.
2 Kelainan pernafasan dapat diatasi.
3 Pasien tampak tenang dan tidak sesak nafas.
4 Kecepatan, kedalaman dan ritme pernafasan.
5 Suara – suara pernafasan yang tidak normal.
6 Keefektifan terapi jika dierlukan untuk memperbaiki masalah – masalah
pernafasan.
7 Rasio inspirasi dan ekspirasi.
8 Perubahan – perubahan dari pola nafas.
Tujuan :
1. Memastikan jika tekanan darah dalam rentang normal.
2. Mengkaji kondisi jantung, arteri dan stroke volume.
3. Sebagai dasar untuk menentukan evaluasi selanjutnya.
4. Mengidentifikasi perubahan – perubahan tekanan darah yang disebabkan
oleh perubahan kondisi penyakit.
5. Menghubungkan hasil tekanan darah dengan denyut nadi dan pernafasan.
Indikasi:
1. Diperkirakan adanya perubahan tekanan darah dari pengkajian awal.
2. Pemeriksaan rutin selama pasien dirawat.
Alat alat :
1. Spignomanometer dengan ukuran manset yang sesuai.
2. Stetoskop.
Prosedur kerja:
1. Menyiapkan alat – alat.
2. Membersihkan stetoskop sebelum digunakan.
3. Memastikan bahwa ukuran cuff atau manset sesuai dengan pasien.
g) MENGUKUR SUHU
1) MENGUKUR SUHU (AXILLA)
Suhu tubuh dalah panas tubuh yang diukur dalam derajat. Derajat suhu tubuh
merefleksikan perbedaan antara produksi panas dan penguapan panas.
Pengukuran suhu per-axilla adalah pengukuran yang sering dilakukan ketika
pengukuran per-oral dan per-rektal tidak diperbolehkan.
Tujuan:
1. Menentukan jika suhu tubuh dalam rentang normal.
2. Memberikan data dasar untuk evaluasi selanjutnya.
3. Menentukan perubahan perubahan kondisi penyakit.
Indikasi:
Ketika pengukuran suhu secara oral dan rektal tidak diperbolehkan atau tidak bisa
dilakukan.
Peralatan:
1. Termometer
Prosedur kerja:
1. Menyiapkan alat – alat.
2. Mengecek gelang identitas pasien dan mengatur pasien dalam posisi yang
nyaman.
3. Menjelaskan prosedur kepada pasien.
4. Membawa alat – alat.
5. Mencuci tangan.
6. Menjaga privacy dan mengangkat atau membuka baju untuk membuka
axilla.
7. Mengelap / mengeringkan termometer dengan tissue jika disimpan dalam
cairan kimia. Gunakan kekuatan dengan gerakan memutar untuk menghilangkan
kelembapan.
8. Menggoyang dan membaca termometer, turunkan air raksa sampai angka 35
atau dibawahnya.
9. Membersihkan atau mengeringkan ketiak dengan tissue.
10. Meletakkan termometer bulb di tengah – tengah ketiak.
11. Mengangkat lengan pasien dan mendekatkan / menempelkan ke tubuh, dan
meletakkan lengan pasien di atas dadanya.
12. Tinggal dengan pasien dan membiarkan termometer pada tempatnya selama
10 menit.
13. Mengambil dan membaca termometer.
14. Membersihkan termometer dan mengembalikan pada tempatnya untuk dapat
/ siap digunakan lagi.
15. Mencuci tangan.
16. Mencatat hasil pengukuran suhu pada flow sheet atau kertas. Pengukuran
dilakukan di axilla.
17. Melaporkan hasil yang tidak normal pada orang yang tepat.
a. Suhu tubuh dalam rentang normal.
b. Perubahan suhu tubuh terdeteksi dan diberi tindakan lebih awal.
c. Metode pengukuran suhu yang tepat pada setiap pasien.
d. Lama waktu yang digunakan untuk pengukuran dapat memperoleh
hasil yang akurat.
e. Kondisi kulit karena perubahan suhu.
f. Tanda – tanda dan gejala – gejala yang berhubungan dengan
perubahan suhu (mis. menggigil, dehidrasi).
Tujuan:
1. Menentukan jika suhu tubuh dalam rentang normal.
2. Memberikan data dasar untuk evaluasi selanjutnya.
3. Menentukan perubahan perubahan kondisi penyakit.
Waktu:
1. Ketika pengukuran suhu secara oral dan axila tidak diperbolehkan atau tidak
bisa dilakukan.
2. Jika suhu pasien melalui oral sangat berubah dan tidak disangka /
diperkirakan perubahan tersebut.
Indikasi:
1. Bayi baru lahir.
2. Pasien yang dilakukan pembedahan rektum.
3. Penyakit jantung atau diikuti bedah jantung.
Alat alat:
1. Termometer rektal
2. Tissue
3. Bengkok
4. Pensil atau bolpoin
5. Jam tangan dengan menggunakan detik atau digital
6. Kertas atau flow sheet
7. Handscoen / sarung tangan disposible
8. Pelumas
9. Tempat penyimpanan
Prosedur kerja:
1. Menyiapkan alat – alat.
2. Mengecek gelang identitas pasien dan mengatur pasien dalam posisi yang
nyaman.
3. Menjelaskan prosedur kepada pasien.
4. Membawa alat – alat.
5. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan pada tangan dominan atau
keduanya.
6. Mengelap, menggoyang dan membaca termometer rektal.
7. Memberi pelumas mercury bulb dan kira – kira 2,5 cm di atas bulb / area
yang akan dimasukkan ke rektal.
8. Menjaga privacy pasien. Dengan pasien miring ke samping, gunakan bagian
belakang / sebaliknya dari alat tenun dengan melipat dan memisahkan /
membuka pantat sehingga lubang anal terlihat dengan jelas.
9. Masukkan termometer kira – kira 3,8 cm pada dewasa, 2,5 cm pada anak
dan 1,25 cm pada bayi.
Tujuan:
1. Menentukan jika suhu tubuh dalam rentang normal.
2. Memberikan data dasar untuk evaluasi selanjutnya.
3. Menentukan perubahan perubahan kondisi penyakit.
Perhatian:
1. Pasien harus dapat menutup mulutnya mengelilingi termometer.
2. Jika pasien baru saja makan atau minum panas atau dingin, atau sedang
merokok atau mengunyah, disarankan untuk menunggu selama 15 – 30 menit
berlalu sebelum memeriksa suhu secara oral.
Indikasi:
1. Pasien tidak sadar dan pasien kejang.
2. Bayi dan anak – anak kecil.
Alat alat:
1. Termometer oral
2. Tissue
3. Bengkok
4. Pensil atau bolpoin
5. Jam tangan dengan menggunakan detik atau digital
6. Kertas atau flow sheet
7. Handscoen / sarung tangan disposible
Prosedur kerja:
1. Menyiapkan alat – alat.
2. Mengecek gelang identitas pasien dan mengatur pasien dalam posisi yang
nyaman.
3. Menjelaskan prosedur kepada pasien.
4. Membawa alat – alat.
5. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan pada tangan dominan atau
keduanya.
6. Jika termometer dimasukkan ke dalam cairan kimia, membersihkan dengan
sedikit tekanan hingga kering, dengan gerakan memutar, menggunakan lap
bersih / tissue.
7. Membersihkan sekali lagi dari bulb ke arah jari – jari dengan tissue.
8. Memegang termometer dengan kuat dengan ibu jari dan jari telunjuk, dan
dengan gerakan pergelangan, menggoyangkan termometer sampai air raksa
turun mencapai paling sedikit 36˚ C (96˚ F).
9. Membaca termometer dengan memegangnya secara horizontal setinggi
mata dan memutarnya sampai garis air raksa dapat dilihat dengan jelas.
10. Meletakan mercury bulb dari termometer di sisi kanan atau kiri dibawah lidah,
dan meminta pada pasien untuk menutup bibirnya setelah termometer terpasang.
11. Baca termometer dengan mendekati kelipatan sepuluh (to nearest tenth).
12. Membuang tissue dalam tempat pembuangan / bengkok yang digunakan
untuk item – item yang terkontaminasi.
13. Mencuci termometer dalam air sabun hangat. Membilasnya dalam air dingin.
Mengeringkan dan mengembalikkan termometer pada tempatnya di samping
tempat tidur.
14. Mencuci tangan.
15. Mencatat hasil pengukuran suhu pada flow sheet atau kertas. Pengukuran
dilakukan di oral.
16. Melaporkan hasil yang tidak normal pada orang yang tepat.
a. Suhu tubuh dalam rentang normal.
b. Perubahan suhu tubuh terdeteksi dan diberi tindakan lebih awal.
c. Metode pengukuran suhu yang tepat pada setiap pasien.
2) Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
Abdomen
( untuk ibu hamil)
(1) Inspeksi : Muncul garis-garis pada permukaan kulit perut
(Striae Gravidarum) dan garis pertengahan pada perut ( Linea
Gravidarum) akibat Melanocyte Stimulating Hormon
(2) Palpasi : Leopold I, pemeriksa menghadap ke arah muka ibu
hamil, menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin yang terdapat
pada fundus. Leopold II, menentukan batas samping rahim kanan dan
kiri, menentukan letak punggung janin dan pada letak lintang,
menentukan letak kepala janin.Leopold III, menentukan bagian
terbawah janin dan menentukan apakah bagian terbawah tersebut
sudah masuk ke pintu atas panggul atau masih dapat digerakkan.
Leopold IV, pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu hamil dan
menentukan bagian terbawah janin dan berapa jauh bagian terbawah
janin masuk ke pintu atas panggul.Bagian Terendah: Pada akhir
trimester III menjelang persalinan, presentasi normal janin adalah
presentasi kepala dengan letak memanjang dan sikap janin fleksi.
Tafsiran Berat janin menurut Manuaba, dkk (2007), berat janin dapat
ditentukan dengan rumus Johnson, yaitu:
Jika kepala janin belum masuk ke atas panggul berat janin = (TFU – 12) x
155 gram
Jika kepala janin sudah masuk ke atas panggul berat janin = (TFU – 11) x 155
gram
(3) Auskultasi: Denyut jantung janin normal adalah antara 120-
160 ×/menit
(4) Durasi kontraksi uterus sangat bervariasi, tergantung pada
kala persalinan ibu tersebut. Kontraksi pada awal persalinan mungkin
hanya berlangsung 15 sampai 20 detik sedangkan pada persalinan
Modul Praktikum Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Page 17
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
kala I fase aktif berlangsung dari 45 sampai 90 detik dengan durasi
rata-rata 60 detik. Informasi mengenai kontraksi ini membantu untuk
membedakan antara konraksi persalinan sejati dan persalinan palsu.
h) Ekstremitas
Lakukan pemeriksaan dengan inspeksi dan palpasi adakah edema, varises,
bila perlu lakukan pemeriksaan perkusi dengan reflek hamer untuk
menentukan reflek patella pada kedua ekstremitas bawah. Yang perlu di
waspadai apabila di dapatkan oedem pada ekstremitas atas sebagai salah
satu tanda adanya Pre eklampsi, kelainan pada ginjal.
i) Genital
Kebersihan, Pengeluaran pervaginam, Tanda – tanda infeksi vagina,
Pemeriksaan dalam : Pemeriksaan vaginal toucher bertujuan untuk
mengkaji penipisan dan pembukaan serviks, bagian terendah, dan status
ketuban. Jika janin dalam presentasi kepala, kaput suksedaneum dan
posisi janin perlu dikaji dengan pemeriksaan dalam untuk memastikan
adaptasi janin dengan panggul ibu.
j) Anus
Apakah ditemukan adanya Hemoroid, bagaimana kebersihan
b) Palpasi
Palpasi adalah tindakan merasakan dengan tangan, penggunaan jari tangan dan
sentuhan ringan pada permukaan tubuh untuk menentukan keadaan organ tubuh di
bawahnya, dilakukan pada diagnosis fisis. (Dorland, 2011; h.805).
c) Auskultasi
Pemeriksaan dalam adalah pemeriksaan genitalia bagian dalam mulai dari vagina
sampai serviks menggunakan dua jari, yang salah satunya tekniknya adalah dengan
menggunakan skala ukuran jari (lebar satu jari berarti 1 cm) untuk menentukan diameter
dilatasi serviks. (Sulistyawati,2010;h.73).
4) Langkah-langkah prosedur
Langkah-langkah yaitu:
a) Persiapan pasien
Melakukan informent concent.
Menyiapkan lingkungan sekitar klien, tempat tidur
Menganjurkan klien membuka pakaian bagian perut.
Menganjurkan klien berbaring ditempat tidur
b) Persiapan alat
Tensimeter
Stetoskop
jam tangan
Pengukur tinggi badan dan berat badan
Thermometer
Linek
Meteline dan pengukur lila
Jangka panggul dan reflek hamer
c) Prosedur Pelaksanaan
1) Menyambut klien dengan ramah dan sopan.
2) Memperkenalkan diri kepada klien.
3) Menjaga privasi klien
4) Menjelaskan tujuan & prosedur tindakan yang akan dilakukan
5) Mencuci tangan sebelum dan sesudah perasat, dengan 7 langkah dan
mengeringkan dengan handuk
6) Menyiapkan Alat
7) Menyiapkan pasien untuk ditimbang berat badan dan diukur tinggi badan
8) Mengukur Lingkar Lengan Atas dengan cara lengan baju kiri dibuka, siku
dilipat, ujung pita lila di letakkan pada puncak bahu direntangkan sampai keujung
siku, tentukan bagian tengah pita, memasukkan ujung pita LILA kedalam lubang yang
tersedia, membuat bulatan lingkar lengan di bagian atas tengah lengan, pita melekat
pada kulit lengan (tidak terlalu ketat & tidak terlalu longgar) dan menentukan besar
lengan atas
9) Mengukur tekanan darah
10) Pemeriksaan pernafasan
11) Periksa denyut nadi
12) Pemeriksaan suhu tubuh
13) Pemeriksaan status present
Modul Praktikum Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Page 19
14) IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
Pemeriksaan Reflek lutut
15) Rapikan pasien dan informasikan hasil pemeriksaan kepada pasien
16) Menyampaikan hasil pemeriksaan fisik pada pasien
17) Mengucapkan terima kasih kepada pasien
18) Mencuci tangan sebelum dan sesudah perasat, dengan 7 langkah dan
mengeringkan dengan handuk
Seorang wanita berusia 30 tahun datang ke bidan menyatakan hamil pertama kali
dan belum pernah periksa usia kehamilan 12 minggu. Lakukan pemeriksaan fisik
pada ibu hamil dengan bimbingan instrukstur anda!
PETUNJUK:
Langkah kerja dikerjakan dengan benar sesuai dengan urutan
1. Daftar Pustaka
- Ambarwati, ER S.SiT dan Sunarsih Tri, S.SiT, KDPK Kebidanan Teori dan Aplikasi, edisi ketiga,
Nuha Medika, Yogyakarta, 2011
E. Keselamatan Kerja
1.Pastikan klien telah mendapatkan informasi yang lengkap mengenai tindakan yang akan dilakukan.
2.Dapatkan persetujuan klien secara lisan maupun tulisan sebelum melakukan tindakan.
3.Selama melakukan tindakan harus memperhatikan keadaan klien.
4.Perhatikan privasi, kenyamanan dan keamanan klien selama tindakan.
5.Sebelum melakukan tindakan pastikan semua alat yang digunakan dalam keadaan siap pakai.
6.Letakkan peralatan pada tempat yang terjangkau dan sistematis oleh petugas.
7.Sebelum dan selama tindakan perhatikan prinsip pencegahan infeksi.
8.Lakukan semua prosedur tindakan dengan hati/hati.
RANGKUMAN
1. Pemeriksaan fisik yaitu tindakan untuk mengumpulkan data yang digunakan sebagai dasar
dalam menentukan assessment/diagosa. Pemeriksaan fisik adalah proses pengumpulan data obyektif
dari klien yang terdiri dari kegiatan inspeksi, palpasi, perkusi, auscultasi..
2. Tujuan pemeriksaan fisik yaitu untuk membantu menegakkan diagnosa
3. Persiapan dan peralatan yang dibutuhkan yaitu senter/lampu, stetoskop/linex, reflek hammer,
Tensimeter, jam tangan, Pengukur tinggi badan dan berat badan, Thermometer, Meteline dan pengukur
lila, Jangka panggul.
TUGAS
POST TEST
Kerjakan soal berikut ini tanpa melihat kunci jawaban. Setelah selesai cocokkan dengan kunci jawaban
untuk mengetahui nilai yang diperoleh.
KUNCI JAWABAN
EVALUASI
Lakukan evaluasi skor post tes dan praktika. Bila anda telah mencapai tingkat penguasaan 80 % atau
lebih, anda dapat meneruskan pada kompetensi selanjutnya untuk mata kuliah Ketrampilan Dasar Kebidanan.
Tetapi bila tingkat penguasaan anda masih kurang 80 %, anda harus mengulangi materi kegiatan belajar ini,
terutama pada bagian/bagian yang belum anda kuasai.