Anda di halaman 1dari 24

IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8

MODUL III. PRAKTIK PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU

1. Tema Modul : Modul Praktikum Pemeriksaan fisik pada Ibu


2. Mata Kuliah/Kode : Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan/ Bd.5.012
3. Jumlah SKS : 4 SKS (T : 2 SKS, P : 2 SKS)
4. Alokasi waktu : P= 320 menit
5. Semester : II
6. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu melaksanakan pemeriksaan fisik pada ibu.
7. Gambaran umum modul :
Modul ini secara khusus akan membahas tentang praktikum pemeriksaan fisik pada ibu.
8. Karakteristik mahasiswa :
Modul ini ditujukan bagi mahasiswa semester II Prodi D III Kebidanan Semarang Kampus Kendal Poltekkes
Kemenkes Semarang yang telah mengikuti pembelajaran teori pemeriksaan fisik pada ibu
9. Target Kompetensi :
Mahasiswa dapat menjelaskan pemeriksaan fisik pada ibu
10. Indikator :
Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan fisik pada ibu.
11. Materi pembelajaran : Terlampir
12. Stratategi pembelajaran : Diskusi, tanya jawab, Demontrasi, tutorial, skill lab
13. Sarana penunjang pembelajaran : LCD, Komputer, alat alat untuk pemeriksaan fisik pada ibu
14. Prosedur (Petunjuk Penggunaan Modul) :
a. Bagi Peserta didik
1) Mahasiswa membaca dan memahami tujuan pembelajaran, tugas praktika yang akan
dilakukan, membaca referensi yang direkomendasikan
2) Mahasiswa berlatih skill dan praktik sesuai dengan materi
a) Baca dan pelajari lembar kerja
b) Siapkan alat/alat yang dibutuhkan dan susun secara ergonomis
c) Ikuti petunjuk yang ada pada prosedur pelaksanaan
d) Bekerja secara hati/hati dan teliti
e) Lakukan praktik pengambilan specimen feces dan cairan vagina
b. Peran Pendidik / Dosen
1) Sebagai fasilitator
2) Sebagai mediator
15. Metode evaluasi : tanya jawab, post tes
16. Metode penilaian : Nilai skor post tes, responsi
17. Daftar Pustaka
a. Yuni,Natalia Erlina. 2014. KDPK 2014 Keterampilan Dasar Praktek Klinik Kebidanan. Yogyakarta.
Nuha Medika
b. Ambarwati,Retna. 2009.KDPK Kebidanan Teori & Aplikasi Lengkap Dgn Gambar. Yogyakarta. Nuha
Medika
c. Alimul,Aziz. 2014. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan Ed.3. Jakarta. Salemba Medika
d. Rochimah. 2011. Keterampilan dasar Praktik Klinik (KDPK). Jakarta. TIM
e. Bandiyah, Siti. 2009. Keterampilan Dasar dalam Keperawatan & Kebidanan. Yogyakarta. Nuha
Medika

Modul Praktikum Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Page 1


IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
i
PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU

A. Pengertian
Proses pengkajian data obyektif pada ibu. Melakukan pemeriksaan pada klien dengan teknik
cephalocaudal melalui inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
B. Tujuan
Untuk mendapatkan data obyektif pada ibu yang bertujuan untuk :
1. Untuk menilai status kesehatan klien.
2. Mengidentifikasi faktor resiko kesehatan dan tindakan pencegahan.
3. Mengidentifikasi pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan.
4. Mengevaluasi terhadap asuhan dan pengobatan pada klien
C. Indikasi
Semua pasien
D. Materi
1. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
a. Observasi
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang
kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara
yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Dari segi proses pelaksanaan
pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi participant observation (observasi
berperan serta) dan non participant observation, dari segi instrumentasi yang digunakan maka
observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur. (Sugiyono, 2014; h.
145).
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah proses untuk mendapatkan data objektif dari pasien dengan
menggunakan instrumen tertentu. (Sulistyawati, 2014; h.179-180).
Pemeriksaan yang dilakukan pada ibu meliputi :
1) Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan fisik umum ini mencakup keadaan umum, kesadaran, pengukuran tinggi
badan, berat badan, tanda – tanda vital (tekanan darah, suhu badan, frekuensi nadi, frekuensi
nafas), lingkar lengan atas (LILA), Indeks Masa Tubuh (IMT).(Kemenkes, 2013; h.24).
a) KEADAAN UMUM
PEMERIKSAAN TINGKAT KESADARAN/PEMERIKSAAN TINGKAT KESADARAN
PENGERTIAN
Suatu tindakan untuk mengetahui integritas sistem syaraf yang meliputi fungsi syaraf
kranial, seperti sensorik, motorik dan refleks termasuk diantaranya kemampuan klien
mengetahui orientasi tentang orang, waktu dan tempat.

TUJUAN
1. Mengetahui kelengkapan fungsi syaraf kranial pasien.
2. Mengidentifikasi tingkat kesadaran klien.
3. Mengidentifikasi kemampuan fungsi motorik pasien.
4. Mengetahui kelengkapan dan atau adanya tambahan refleks tubuh pasien.

INDIKASI

Modul Praktikum Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Page 2


1. IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
Semua pasien yang baru datang di IGD.
2. Semua pasien ruang perawatan dengan keluhan sistem neurologi.

ALAT - ALAT
1. Handscoon.
2. Penlight.
3. Reflek hamer.
4. Bahan bacaan tentang penilaian tingkat kesadaran.

PROSEDUR
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada.
2. Mencuci tangan.
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar.
4. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik.
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga atau pasien.
6. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan.
7. Mengatur posisi pasien : supinasi (terlentang).
8. Menempatkan diri di sebelah kanan pasien, bila mungkin.
9. Memeriksa dengan metode AVPU
a. A (Alert) = pasien diperiksa apakah sadar baik
b. V (Verbal) = pasien berespon dengan kata – kata
c. P (Pain) = pasien berespon dengan dirangsang nyeri
d. U (Unresponsive) = pasien tidak sadar sehingga tidak berespon baik verbal
maupun diberi rangsang nyeri
10. Menilai hasil pemeriksaan
a. Compos mentis, yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
b. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
c. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,
berteriak – teriak, berhalusinasi dan kadang berkhayal.
d. Somnolen (obtundasi, letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila
dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi
jawaban verbal.
e. Stupor (sopor), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri.
f. Coma, yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan
apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada
respon pupil terhadap cahaya).
11. Melakukan evaluasi tindakan
12. Berpamitan dengan klien
13. Membereskan alat – alat
14. Mencuci tangan
15. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

Modul Praktikum Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Page 3


EVALUASI IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
1. Respon pasien
2. Ukur tingkat kesadaran pasien dan nilai tingkat kesadaran pasien.

DOKUMENTASI
1. Adakah hal – hal yang diperoleh selama pemeriksaan.
2. Masukkan semua data pasien pada catatan asuhan pasien.

b) BERAT BADAN DAN TINGGI BADAN


PENGERTIAN
Suatu tindakan untuk mengetahui berat badan dan tinggi badan pasien, .

TUJUAN
Mengetahui berat badan pasien.
Mengetahui tinggi badan pasien.

INDIKASI
Semua pasien yang baru datang.
Setiap kali pasien datang untuk periksa.
Sewaktu waktu bila di butuhkan.

ALAT - ALAT
Ukuran Tinggi Badan/meteran
Timbangan berat badan.

PROSEDUR
1) Siapkan timbangan pada tempat yang datar dan ukuran tinggi badan.
2) Pastikan skala di timbangan pada posisi 0
3) Persilakan pasien untuk neik diatas timbangan
4) Lihat / baca posisi jarum menunjukkan ukuran berat badan pasien.
5) Persilakan pasien turun.
6) Lanjutkan ibu untuk berdiri menempel di tembok dalam posisi lurus, tumit
menempel pada tembok bagian bawah,
7) Pandangan mata/muka/kepala lurus menghadap kedepan.
8) Tarik bagian pembatas / bagian yang lurus pada kepala
9) Baca ukuran tinggi badan ibu.
10) Persilakan pasien untuk kembali duduk, dan ucapkan terima kasih.
11) Lakukan pencatatan/pendokumentasian di lembar yang tersedia (RM)

EVALUASI
Respon pasien
Ukur berat badan dan tinggi badan pasien.

c) LILA
PENGERTIAN
Suatu tindakan untuk mengetahui lingkar lengan pasien, .

TUJUAN
Mengetahui lingkar lengan pasien.
Modul Praktikum Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Page 4
Mengidentifikasi status gizi pasien.(IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
KEK)

INDIKASI
Semua pasien yang baru datang.
Setiap kali pasien datang untuk periksa.
Sewaktu waktu bila di butuhkan.

ALAT - ALAT
Ukuran LILA/meteran

PROSEDUR
1) Siapkan ukuran LILA/meteran.
2) Tanyakan pada ibu tangan yang dominan untuk bekerja
3) Pilih tangan yang tidak dominan ( apabila ibu dominan bekerja menggunakan
tangan kanan, maka diukur lingkar lengan atas pada lengan kiri, apabila ibu
kidal/dominan bekerja dengan tangan kiri, maka diukur pada lengan kanan)
4) Bebaskan pakaian / lengan baju pada lengan yang akan diukur
5) lingkarkan meteran/ukuran LILA pada bagian tengah lengan pasien.
6) Masukkan ujung pengukur LILA kedalam lobang yang tersedia
7) Baca ukuran LILA ibu.
8) Tentukan berapa ukuran LILA, apakah normal atau masuk KEK (< 23,5cm),
9) ucapkan terima kasih.
10) Lakukan pencatatan/pendokumentasian di lembar yang tersedia (RM)

EVALUASI
Respon pasien
Ukur LILA pasien.

d) NADI
PENGERTIAN
Denyut nadi adalah index denyut dan ritme jantung yang dihitung dengan jumlah denyut
jantung per menit. Dengan tiap denyut ventrikel kiri jantung berkontraksi dan mendorong
daah ke aorta. Penutupan katup jantung menghasilkan suara. Semburan darah yang
kuat oleh ventrikel kiri menghasilkan gelombang yang dikirim melalui arteri ke perifer
tubuh.
TUJUAN
1) Memastikan jika denyut nadi dalam rentang normal dan teratur.
2) Menghasilkan kualitas (jumlah darah yang dipompa melalui arteri perifer)
denyut nadi.
3) Memonitor dan mengevaluasi perubahan – perubahan pada status
kesehatan pasien.
4) Menentukan denyut nadi sebelum obat – obat penyakit jantung diberikan.

INDIKASI
1). Observasi pada pasien secara regular.
2). Pasien dengan gangguan status kesehatan.

Modul Praktikum Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Page 5


ALAT - ALAT IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
Jam tangan dengan menggunakan detik, atau Jam digital

PROSEDUR
1. Mencuci tangan
2. Mengecek gelang identitas pasien dan mengatur pasien dalam posisi yang
nyaman.
3. Menanyakan tentang tingkat aktifitas dalam 15 menit terakhir.
Rasional : denyut nadi meningkat dengan aktifitas, kemudian kembali seperti
sebelum beraktivitas.
4. Meraba arteri dengan menggunakan tiga jari – jari tengah tangan saudara.
Rasional : bidan bisa merasakan denyut nadi sendiri jika menggunakan ibu jari.
a. Arteri radial biasa digunakan untuk penghitungan nadi, sebab berada dekat
dengan permukaan kulit dan dengan mudah dicari pada pergelangan tangan.
b. Menekan arteri ke arah tulang atau menekan dengan kuat permukaan untuk
menahan pembuluh darah dan kemudian secara bertahap mengurangi tekanan.
Rasional : tekanan yang terlalu kuat menghilangkan denyut nadi.
c. Mencatat kualitas (kekuatan) denyut nadi.
Rasional : kekuatan denyut nadi merupakan gambaran dari stroke volume.
d. Jika denyut nadi sulit diraba, mencoba menggunakan tekanan lebih kuat
pada bagian distal.
Rasional : hal ini menjelaskan gelombang denyut.
5. Menghitung denyut nadi selama 30 detik dan dikalikan dua untuk
memperoleh hasil denyut nadi.
Rasional : hal ini merupakan waktu yang cukup untuk menentukan hasil ritme
denyut nadi adalah regular.
6. Mnghitung denyut nadi radial selama sedikitnya 1 menit jika ritme tidak
teratur atau sulit untuk dihitung.
Rasional : untuk memperoleh hasil dalam 1 menit dan juga mendeteksi denyut nadi
yang tidak teratur. Metode ini membantu saudara untuk menghitung denyut nadi
yang lebih akurat.
7. Mengecek untuk melihat bahwa pasien dalam keadaan nyaman.
8. Mencuci tangan.
9. Mencatat hasil denyut nadi, ritme dan kekuatan (volume).

EVALUASI
1. Denyut nadi dipalpasi tanpa ada kesulitan.
2. Denyut nadi dalam rentang normal dan ritme teratur.

Modul Praktikum Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Page 6


IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
DOKUMENTASI
1. Tipe penghitungan denyut nadi.
2. Jumlah, ritme, intensitas dan kualitas denyut nadi.
3. Gangguan denyut nadi jika ada.
4. Karakteristik denyut nadi.

e) MENGHITUNG PERNAFASAN
Bernafas atau pulmonary ventilatio—gerakan udara yang masuk dan keluar dari paru;
inspirasi atau inhalasi adaah menghirup udara, dan ekspirasi atau ekshalasi adalah
mengeluarkan udara..

Tujuan:
1. Mencatat jumlah, kedalaman dan ritme pernafasan.
2. Menentukan informasi dasar pada saat masuk rumah sakit.
3. Mengetahui pernafasan yang tidak wajar, sesak nafas, kebiruan atau
sianosis.
4. Mengidentifikasi perubahan – perubahan pola nafas yang disebabkan dari
kondisi penyakit.
5. Membandingkan jika kecepatan nafas dalam rentang normal dengan hasil
pemeriksaan nadi dan tekanan darah.
INDIKASI:
1. Bagian dari pengkajian awal pasien dirawat.
2. Adanya perubahan – perubahan pernafasan.

Alat – alat:
1. Jam tangan dengan menggunakan detik
2. Pensil atau bolpoin.
3. Kertas atau flow sheet.

Prosedur kerja:
1. Menyiapkan alat – alat.
2. Mencuci tangan.
3. Mengecek gelang identitas pasien dan mengatur pasien dalam posisi yang
nyaman.
4. Mengecek lampu untuk memastikan dapat dilakukan tindakan dalam
keadaan terang.
5. Menjelaskan prosedur kepada pasien.
6. Mengatur pasien dalam posisi nyaman.
7. Menjaga privacy pasien.
8. Meletakkan tangan di dada pasien atau mengobservasi naik dan turunnya
dada dan menghitung pernafasan.
9. Menghitung pernafasan lebih baik dilakukan selama 1 menit,
( satu menit penuh lebih akurat untuk pola nafas yang tidak normal)

Modul Praktikum Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Page 7


10. Mencuci tangan. IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
11. Mencatat kecepatan pernafasan, mencatat jika ritme dan kedalaman
pernafasan tidak normal.
Nilai normal RR ( Respiratory Rate ) :
a. Dewasa : 12 – 20 kali / menit.
b. Anak – anak : 2 – 25 kali / menit.
c. Bayi : sampai 40 kali / menit.

Perhatikan:
1 Kecepatan bernafas yang teratur.
2 Kelainan pernafasan dapat diatasi.
3 Pasien tampak tenang dan tidak sesak nafas.
4 Kecepatan, kedalaman dan ritme pernafasan.
5 Suara – suara pernafasan yang tidak normal.
6 Keefektifan terapi jika dierlukan untuk memperbaiki masalah – masalah
pernafasan.
7 Rasio inspirasi dan ekspirasi.
8 Perubahan – perubahan dari pola nafas.

f) MENGUKUR TEKANAN DARAH


Tekanan darah adalah kekuatan darah melawan dinding – dinding arteri. Tekanan darah
maksimum adalah desakan pada dinding arteri ketika ventrikel kiri dari jantung
mengeluarkan darah melalui katub aortic menuju pembuluh darah aorta. Tekanan
tertinggi ini disebut tekanan sistolik. Ketika jantung beristirahat diantara denyutan,
tekanan menjadi turun dan tekanan terendah pada dinding arteri disebut tekanan
distolik.

Tujuan :
1. Memastikan jika tekanan darah dalam rentang normal.
2. Mengkaji kondisi jantung, arteri dan stroke volume.
3. Sebagai dasar untuk menentukan evaluasi selanjutnya.
4. Mengidentifikasi perubahan – perubahan tekanan darah yang disebabkan
oleh perubahan kondisi penyakit.
5. Menghubungkan hasil tekanan darah dengan denyut nadi dan pernafasan.

Indikasi:
1. Diperkirakan adanya perubahan tekanan darah dari pengkajian awal.
2. Pemeriksaan rutin selama pasien dirawat.

Alat alat :
1. Spignomanometer dengan ukuran manset yang sesuai.
2. Stetoskop.

Prosedur kerja:
1. Menyiapkan alat – alat.
2. Membersihkan stetoskop sebelum digunakan.
3. Memastikan bahwa ukuran cuff atau manset sesuai dengan pasien.

Modul Praktikum Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Page 8


IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
Rasional : manset yang terlalu kecil mengahsilkan kesalahan pembacaan lebih
tinggi dan manset yang terlalu besar menghasilkan kesalahan pembacaan lebih
rendah.
4. Menyiapkan lingkungan tenang.
5. Mencuci tangan.
6. Mengecek gelang identitas pasien.
7. Menjelaskan prosedur kepada pasien. Jika pasien anak – anak pengukuran
tekanan darah dilakukan setelah pengukuran tanda – tanda vital lainnya.
Rasional : intervensi ini bisa mengganggu anak dan memperngaruhi denyut nadi
dan pernafasan.
8. Mengatur pasien dengan posisi relax, bisa berbaring atau duduk.
9. Menyiapkan pasien untuk pengukuran tekanan darah :
a. Mengkaji jika pasien merokok atau olahraga dalam 15 menit terakhir.
b. Membiarkan pasien untuk istirahat dalam beberapa menit sebelum memulai
pengukuran tekanan darah.
c. Pasien dianjurkan untuk tidak menyilangkan kaki atau berbicara selama
tindakan .
Rasional : aktivitas pasien dan posisi membungkuk menghasilkan kesalahan hasil
yang lebih tinggi.
10. Membuka bagian atas lengan pasien dan dengan posisi telapak tangan
mengahdap ke atas, lengan sedikit fleksi dengan posisi lengan sejajar dengan
jantung.
Rasional : jika lengan dengan posisi lebih rendah dari jantung, hasil tekanan darah
lebih tinggi dari normal, jika di atas jantung hasilnya lebih rendah dari normal.
11. Memilih manset dengan ukuran yang sesuai dan mengempeskan manset
secara total dan membelitkan manset pada lengan atas (sisi bawah manset berasa 1
inchi di atas antecubital space) dengan kantong manset bagian tengah di atas arteri
brachial (tekanan berada pada angka nol).
12. Menempelkan dan meraba arteri brachial dengan ujung jari – jari (sisi tengah
antecubital fossa).
13. Meletakkan stetoscope ear pieces pada telinga. Ear pieces harus miring
sedikit ke depan.
Rasional : suara terdengar lebih jelas.
14. Memastikan stetoskop menggantung bebeas di telinga.
Rasional : gesekan stetoskop terhadap objek dapat menyebabkan hasil yang tidak
akurat.
15. Menutup sekrup pompa spignomanometer.

Modul Praktikum Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Page 9


16. IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
Memompa manset dengan cepat (sambil meraba arteri radialis) untuk
menentukan pemompaan dengan 30 mm Hg lebih tinggi dari hilangnya perabaan
denyut nadi radial.
Rasional : level ini memastikan bahwa manset dipompa dengan tekanan melebihi
tekanan sistolik pasien. Pemompaan yang lambat dapat menghasilkan gap atau
jarak pada tekanan.
17. Menunggu 60 detik sebelum mengempeskan manset.
Rasional : hal ini merupakan waktu yang cukup untuk menghentikan aliran darah.
18. Meletakkan bell (diafragma) stetoskop pada medical antecubital fossa
dimana denyut arteri brachial berada dan memompa manset dengan cepat pada 30
mm Hg di atas angka hilangnya denyut nadi radial.
19. Mengempaskan manset secara bertahap dengan konstan dengan membuka
sekrup pompa (2 – 4 poin mm Hg /detik) sampai suara korotkoff pertama terdengar.
Hal ini merupakan tekanan sistolik, atau fase I suara korotkoff.
Rasional : pengempesan lebih lambat atau lebih cepat menyebabkan kesalahan
hasil.
20. Membaca tekanan pada menometer pada level sejajar mata.
Rasional : untuk memastikan pembacaan yang akurat.
21. Melanjutkan pengempesan manset dengan rata – arat 2 – 4 poin mm Hg /
detik. Jangan memompa kembali tanpa lebih dulu membiarkan manset mengempes
secara total.
Rasional : pemompaan manset yang berulang tanpa pengempesan akan
menghasilkan kesalahan hasil yang tinggi,
22. Mencatat angka pada suara korotkoff awal (fase I), dan ketika suara hilang
(fase V). Menurut American Heart Association hilangnya suara (fase V) dianggap
sebagai index terbaik dan tekanan darah diastolik pada individu berumur diatas 13
tahun. Jika anak kurang dari 12 tahun, indikasi terbaik pada tekanan diastolik adalah
suara – suara yang jelas pada fase IV.
23. Jangan meninggalkan manset dalam keadan terpompa dalam waktu lama.
Rasional : meninggalkan manset dalam keadaan terpompa, menyebabkan pasien
tidak nyaman.
24. Mengempeskan manset sepenuhnya dan menunggu sedikitnya 1 – 2 menit
sebelum mengulang pengukuran tekanan darah.
Rasional : memberikan waktu agar pembuluh darah kembali normal.

Modul Praktikum Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Page 10


Catatan : mengecek tingkat IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
kenyamanan pasien dan tingkat kesadaran pasien
(seperti tanda – tanda vital lainnya) ketika mengevaluasi tekanan darah. Jika semua
tanda – tanda dan gejala – gejala tidak sesuai, tekanan darah dievaluasi lagi.
25. Melepas manset dari lengan pasien.
26. Mengecek bahwa pasien dalam keadaan nyaman.
27. Membandingkan hasil tekanan darah dengan catatan sebelumnya.
28. Mencuci tangan.
29. Mencatat hasil tekanan darah dengan menggunakan 2 fase : 120 / 80
dimana 120 adalah tekanan sistolik (fase I) dan 80 adalah diastolik (fase V); atau 3
fase : 130 / 110 / 80 dimana 130 adalah tekanan sistolik (fase I), 110 adalah diastolik
pertama (fase IV) dan 80 adalah diastolik kedua (fase V).
30. Mengulang prosedur ini pada lengan sebelah / lainnya jika hal ini merupakan
pemeriksaan yang pertama.
a) Tekanan darah dalam rentang normal sampai normal tinggi (sistolik 100 –
140; diastolik 60 – 85 mmHg).
b) Perubahan – perubahan tekanan darah diketahui lebih awal dan diberikan
tindakan dengan tepat.
c) Hasil tekanan darah yang berubah tajam dilakukan pengukuran ulang
dengan alat yang berbeda atau divalidasi oleh perawat lain.
d) Hasil tekanan darah yang tidak stabil dimonitor lebih sering untuk
mengetahui perubahan yang terjadi.

g) MENGUKUR SUHU
1) MENGUKUR SUHU (AXILLA)
Suhu tubuh dalah panas tubuh yang diukur dalam derajat. Derajat suhu tubuh
merefleksikan perbedaan antara produksi panas dan penguapan panas.
Pengukuran suhu per-axilla adalah pengukuran yang sering dilakukan ketika
pengukuran per-oral dan per-rektal tidak diperbolehkan.

Tujuan:
1. Menentukan jika suhu tubuh dalam rentang normal.
2. Memberikan data dasar untuk evaluasi selanjutnya.
3. Menentukan perubahan perubahan kondisi penyakit.

Indikasi:
Ketika pengukuran suhu secara oral dan rektal tidak diperbolehkan atau tidak bisa
dilakukan.

Peralatan:
1. Termometer

Modul Praktikum Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Page 11


2. Tissue IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
3. Bengkok
4. Pensil atau bolpoin
5. Jam tangan dengan menggunakan detik atau digital
6. Kertas atau flow sheet

Prosedur kerja:
1. Menyiapkan alat – alat.
2. Mengecek gelang identitas pasien dan mengatur pasien dalam posisi yang
nyaman.
3. Menjelaskan prosedur kepada pasien.
4. Membawa alat – alat.
5. Mencuci tangan.
6. Menjaga privacy dan mengangkat atau membuka baju untuk membuka
axilla.
7. Mengelap / mengeringkan termometer dengan tissue jika disimpan dalam
cairan kimia. Gunakan kekuatan dengan gerakan memutar untuk menghilangkan
kelembapan.
8. Menggoyang dan membaca termometer, turunkan air raksa sampai angka 35
atau dibawahnya.
9. Membersihkan atau mengeringkan ketiak dengan tissue.
10. Meletakkan termometer bulb di tengah – tengah ketiak.
11. Mengangkat lengan pasien dan mendekatkan / menempelkan ke tubuh, dan
meletakkan lengan pasien di atas dadanya.
12. Tinggal dengan pasien dan membiarkan termometer pada tempatnya selama
10 menit.
13. Mengambil dan membaca termometer.
14. Membersihkan termometer dan mengembalikan pada tempatnya untuk dapat
/ siap digunakan lagi.
15. Mencuci tangan.
16. Mencatat hasil pengukuran suhu pada flow sheet atau kertas. Pengukuran
dilakukan di axilla.
17. Melaporkan hasil yang tidak normal pada orang yang tepat.
a. Suhu tubuh dalam rentang normal.
b. Perubahan suhu tubuh terdeteksi dan diberi tindakan lebih awal.
c. Metode pengukuran suhu yang tepat pada setiap pasien.
d. Lama waktu yang digunakan untuk pengukuran dapat memperoleh
hasil yang akurat.
e. Kondisi kulit karena perubahan suhu.
f. Tanda – tanda dan gejala – gejala yang berhubungan dengan
perubahan suhu (mis. menggigil, dehidrasi).

2) MENGUKUR SUHU DI REKTAL


Suhu tubuh dalah panas tubuh yang diukur dalam derajat. Derajat suhu tubuh

Modul Praktikum Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Page 12


merefleksikan perbedaan antaraIK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
produksi panas dan penguapan panas.
Pengukuran suhu per-rektal merupakan suhu pusat, dan pengukuran suhu per-rektal
dianggap paling akurat dari semua pengukuran suhu.

Tujuan:
1. Menentukan jika suhu tubuh dalam rentang normal.
2. Memberikan data dasar untuk evaluasi selanjutnya.
3. Menentukan perubahan perubahan kondisi penyakit.

Waktu:
1. Ketika pengukuran suhu secara oral dan axila tidak diperbolehkan atau tidak
bisa dilakukan.
2. Jika suhu pasien melalui oral sangat berubah dan tidak disangka /
diperkirakan perubahan tersebut.
Indikasi:
1. Bayi baru lahir.
2. Pasien yang dilakukan pembedahan rektum.
3. Penyakit jantung atau diikuti bedah jantung.

Alat alat:
1. Termometer rektal
2. Tissue
3. Bengkok
4. Pensil atau bolpoin
5. Jam tangan dengan menggunakan detik atau digital
6. Kertas atau flow sheet
7. Handscoen / sarung tangan disposible
8. Pelumas
9. Tempat penyimpanan

Prosedur kerja:
1. Menyiapkan alat – alat.
2. Mengecek gelang identitas pasien dan mengatur pasien dalam posisi yang
nyaman.
3. Menjelaskan prosedur kepada pasien.
4. Membawa alat – alat.
5. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan pada tangan dominan atau
keduanya.
6. Mengelap, menggoyang dan membaca termometer rektal.
7. Memberi pelumas mercury bulb dan kira – kira 2,5 cm di atas bulb / area
yang akan dimasukkan ke rektal.
8. Menjaga privacy pasien. Dengan pasien miring ke samping, gunakan bagian
belakang / sebaliknya dari alat tenun dengan melipat dan memisahkan /
membuka pantat sehingga lubang anal terlihat dengan jelas.
9. Masukkan termometer kira – kira 3,8 cm pada dewasa, 2,5 cm pada anak
dan 1,25 cm pada bayi.

Modul Praktikum Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Page 13


10. Mengembalikan posisiIK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
pantat pasien sambil tetap memegang termometer
selama 2 sampai 3 menit.
11. Mengambil termometer dan mengelapnya satu kali dengan tissue dari jari –
jari ke arah mercury bulb, menggunakan kekuatan dan gerakan memutar.
12. Mengelap sisa – sisa pelumas atau stool yang tersisa di sekitar anus.
13. Membaca termometer dan membuang tissue di tempat pembuangan untuk
barang – barang yang terkontaminasi / bengkok.
14. Mencuci termometer dalam air sabun yang hangat. Membilas dalam air
dingin. Keringkan dan kembalikan pada tempatnya yang diebri tanda / tulisan
“rectal thermometer” di samping tempat tidur. Melepas sarung tangan disposible
dengan menggulungndan bagian dalam berada di luar, buang pada tempat yang
sudah disediakan.
15. Mencuci tangan.
16. Mencatat hasil pengukuran suhu pada flow sheet atau kertas. Pengukuran
dilakukan di rektal.
17. Melaporkan hasil yang tidak normal pada orang yang tepat.
a) Suhu tubuh dalam rentang normal.
b) Perubahan suhu tubuh terdeteksi dan diberi tindakan lebih awal.
c) Metode pengukuran suhu yang tepat pada setiap pasien.
d) Lama waktu yang digunakan untuk pengukuran dapat memperoleh
hasil yang akurat.
e) Kondisi kulit karena perubahan suhu.
f) Tanda – tanda dan gejala – gejala yang berhubungan dengan
perubahan suhu (mis. menggigil, dehidrasi).

3) MENGUKUR SUHU DI ORAL


Suhu tubuh dalah panas tubuh yang diukur dalam derajat. Derajat suhu tubuh
merefleksikan perbedaan antara produksi panas dan penguapan panas.
Pengukuran suhu per-oral merupakan pengkajian yang paling sering dilakukan.

Tujuan:
1. Menentukan jika suhu tubuh dalam rentang normal.
2. Memberikan data dasar untuk evaluasi selanjutnya.
3. Menentukan perubahan perubahan kondisi penyakit.

Perhatian:
1. Pasien harus dapat menutup mulutnya mengelilingi termometer.
2. Jika pasien baru saja makan atau minum panas atau dingin, atau sedang
merokok atau mengunyah, disarankan untuk menunggu selama 15 – 30 menit
berlalu sebelum memeriksa suhu secara oral.

Indikasi:
1. Pasien tidak sadar dan pasien kejang.
2. Bayi dan anak – anak kecil.

Modul Praktikum Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Page 14


IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
3. Pasien dengan penyakit rongga mulut atau dengan pembedahan hidung atau
mulut.
4. Pasien yang terpasang oksigen nasal.

Alat alat:
1. Termometer oral
2. Tissue
3. Bengkok
4. Pensil atau bolpoin
5. Jam tangan dengan menggunakan detik atau digital
6. Kertas atau flow sheet
7. Handscoen / sarung tangan disposible

Prosedur kerja:
1. Menyiapkan alat – alat.
2. Mengecek gelang identitas pasien dan mengatur pasien dalam posisi yang
nyaman.
3. Menjelaskan prosedur kepada pasien.
4. Membawa alat – alat.
5. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan pada tangan dominan atau
keduanya.
6. Jika termometer dimasukkan ke dalam cairan kimia, membersihkan dengan
sedikit tekanan hingga kering, dengan gerakan memutar, menggunakan lap
bersih / tissue.
7. Membersihkan sekali lagi dari bulb ke arah jari – jari dengan tissue.
8. Memegang termometer dengan kuat dengan ibu jari dan jari telunjuk, dan
dengan gerakan pergelangan, menggoyangkan termometer sampai air raksa
turun mencapai paling sedikit 36˚ C (96˚ F).
9. Membaca termometer dengan memegangnya secara horizontal setinggi
mata dan memutarnya sampai garis air raksa dapat dilihat dengan jelas.
10. Meletakan mercury bulb dari termometer di sisi kanan atau kiri dibawah lidah,
dan meminta pada pasien untuk menutup bibirnya setelah termometer terpasang.
11. Baca termometer dengan mendekati kelipatan sepuluh (to nearest tenth).
12. Membuang tissue dalam tempat pembuangan / bengkok yang digunakan
untuk item – item yang terkontaminasi.
13. Mencuci termometer dalam air sabun hangat. Membilasnya dalam air dingin.
Mengeringkan dan mengembalikkan termometer pada tempatnya di samping
tempat tidur.
14. Mencuci tangan.
15. Mencatat hasil pengukuran suhu pada flow sheet atau kertas. Pengukuran
dilakukan di oral.
16. Melaporkan hasil yang tidak normal pada orang yang tepat.
a. Suhu tubuh dalam rentang normal.
b. Perubahan suhu tubuh terdeteksi dan diberi tindakan lebih awal.
c. Metode pengukuran suhu yang tepat pada setiap pasien.

Modul Praktikum Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Page 15


d. Lama waktu IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
yang digunakan untuk pengukuran dapat memperoleh
hasil yang akurat.
e. Suhu tubuh dicatat di sheet dan grafik suhu.
f. Kondisi kulit karena perubahan suhu.
g. Tanda – tanda dan gejala – gejala yang berhubungan dengan
perubahan suhu (mis. menggigil, dehidrasi).

2) Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi

Inspeksi adalah suatu tindakan pemeriksa dengan menggunakan indra


penglihatannya untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda tertentu dari bagian
tubuh atau fungsi tubuh paien. Inspeksi digunakan untuk mendeteksi bentuk, warna,
posisi, ukuran (Karlina dan Gustina, 2014; h. 147)
Keadaan umum
Didapat dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan.
(1) Baik
Jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan
orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan
(2) Lemah
Pasien dimasukkan dalam criteria ini jika ia kurang / tidak memberikan
respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain
Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat
melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan kesadaran
maksimal sampai dengan pasien tidak dalam keadaan sadar.
Muka
Penilaian pada muka juga ditujukan untuk melihat ada tidaknya
pembengkakan pada daerah wajah serta mengkaji kesimetrisan bentuk
wajah
Mata
Pemeriksaan sclera bertujuan untuk menilai warna , yang dalam keadaan
normal berwarna putih. Sedangkan pemeriksaan konjungtiva dilakukan
untuk mengkaji munculnya anemia. Konjungtiva yang normal berwarna
merah muda. Selain itu, perlu dilakukan pengkajian terhadap pandangan
mata yang kabur terhadap suatu benda untuk mendeteksi kemungkinan
terjadinya pre-eklampsia.
Leher

Modul Praktikum Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Page 16


IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
Mengecek adanya Pembesaran kelenjar limfe dan Parotis
Payudara
Akibat pengaruh hormon kehamilan, payudara menjadi lunak, membesar,
vena-vena di bawah kulit akan lebih terlihat, puting payudara membesar,
kehitaman dan tegak, areola meluas dan kehitaman serta muncul
strechmark pada permukaan kulit payudara. Selain itu, menilai kesimetrisan
payudara, mendeteksi kemungkinan adanya benjolan dan mengecek
pengeluaran ASI.

Abdomen
( untuk ibu hamil)
(1) Inspeksi : Muncul garis-garis pada permukaan kulit perut
(Striae Gravidarum) dan garis pertengahan pada perut ( Linea
Gravidarum) akibat Melanocyte Stimulating Hormon
(2) Palpasi : Leopold I, pemeriksa menghadap ke arah muka ibu
hamil, menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin yang terdapat
pada fundus. Leopold II, menentukan batas samping rahim kanan dan
kiri, menentukan letak punggung janin dan pada letak lintang,
menentukan letak kepala janin.Leopold III, menentukan bagian
terbawah janin dan menentukan apakah bagian terbawah tersebut
sudah masuk ke pintu atas panggul atau masih dapat digerakkan.
Leopold IV, pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu hamil dan
menentukan bagian terbawah janin dan berapa jauh bagian terbawah
janin masuk ke pintu atas panggul.Bagian Terendah: Pada akhir
trimester III menjelang persalinan, presentasi normal janin adalah
presentasi kepala dengan letak memanjang dan sikap janin fleksi.
Tafsiran Berat janin menurut Manuaba, dkk (2007), berat janin dapat
ditentukan dengan rumus Johnson, yaitu:
Jika kepala janin belum masuk ke atas panggul berat janin = (TFU – 12) x
155 gram
Jika kepala janin sudah masuk ke atas panggul berat janin = (TFU – 11) x 155
gram
(3) Auskultasi: Denyut jantung janin normal adalah antara 120-
160 ×/menit
(4) Durasi kontraksi uterus sangat bervariasi, tergantung pada
kala persalinan ibu tersebut. Kontraksi pada awal persalinan mungkin
hanya berlangsung 15 sampai 20 detik sedangkan pada persalinan
Modul Praktikum Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Page 17
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
kala I fase aktif berlangsung dari 45 sampai 90 detik dengan durasi
rata-rata 60 detik. Informasi mengenai kontraksi ini membantu untuk
membedakan antara konraksi persalinan sejati dan persalinan palsu.
h) Ekstremitas
Lakukan pemeriksaan dengan inspeksi dan palpasi adakah edema, varises,
bila perlu lakukan pemeriksaan perkusi dengan reflek hamer untuk
menentukan reflek patella pada kedua ekstremitas bawah. Yang perlu di
waspadai apabila di dapatkan oedem pada ekstremitas atas sebagai salah
satu tanda adanya Pre eklampsi, kelainan pada ginjal.
i) Genital
Kebersihan, Pengeluaran pervaginam, Tanda – tanda infeksi vagina,
Pemeriksaan dalam : Pemeriksaan vaginal toucher bertujuan untuk
mengkaji penipisan dan pembukaan serviks, bagian terendah, dan status
ketuban. Jika janin dalam presentasi kepala, kaput suksedaneum dan
posisi janin perlu dikaji dengan pemeriksaan dalam untuk memastikan
adaptasi janin dengan panggul ibu.

j) Anus
Apakah ditemukan adanya Hemoroid, bagaimana kebersihan

b) Palpasi

Palpasi adalah tindakan merasakan dengan tangan, penggunaan jari tangan dan
sentuhan ringan pada permukaan tubuh untuk menentukan keadaan organ tubuh di
bawahnya, dilakukan pada diagnosis fisis. (Dorland, 2011; h.805).

c) Auskultasi

Auskultasi adalah mendengarkan suara di dalam tubuh, terutama untuk


memastikan kondisi organ dalam thoraks atau abdomen serta untuk mendeteksi
kehamilan, dapat dilakukan dengan telinga tanpa alat bantu atau dengan stetoskop.
(Dorland,2011;h.120)
d) Perkusi
Perkusi adalah periksa ketok, pada abdomen apakah klien mengalami kembung atau
tidak, pada patella adakah reflek patella.
e) Pemeriksaan Dalam

Pemeriksaan dalam adalah pemeriksaan genitalia bagian dalam mulai dari vagina
sampai serviks menggunakan dua jari, yang salah satunya tekniknya adalah dengan
menggunakan skala ukuran jari (lebar satu jari berarti 1 cm) untuk menentukan diameter
dilatasi serviks. (Sulistyawati,2010;h.73).

3) Alat dan bahan yang digunakan


Menyiapkan perlengkapan/bahan yang diperlukan seperti :

Modul Praktikum Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Page 18


- Tensimeter IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
- Stetoskop
- jam tangan
- Pengukur tinggi badan dan berat badan
- Thermometer
- Linek
- Meteline dan pengukur lila
- Jangka panggul dan reflek hamer

4) Langkah-langkah prosedur
Langkah-langkah yaitu:
a) Persiapan pasien
 Melakukan informent concent.
 Menyiapkan lingkungan sekitar klien, tempat tidur
 Menganjurkan klien membuka pakaian bagian perut.
 Menganjurkan klien berbaring ditempat tidur
b) Persiapan alat
 Tensimeter
 Stetoskop
 jam tangan
 Pengukur tinggi badan dan berat badan
 Thermometer
 Linek
 Meteline dan pengukur lila
 Jangka panggul dan reflek hamer

c) Prosedur Pelaksanaan
1) Menyambut klien dengan ramah dan sopan.
2) Memperkenalkan diri kepada klien.
3) Menjaga privasi klien
4) Menjelaskan tujuan & prosedur tindakan yang akan dilakukan
5) Mencuci tangan sebelum dan sesudah perasat, dengan 7 langkah dan
mengeringkan dengan handuk
6) Menyiapkan Alat
7) Menyiapkan pasien untuk ditimbang berat badan dan diukur tinggi badan
8) Mengukur Lingkar Lengan Atas dengan cara lengan baju kiri dibuka, siku
dilipat, ujung pita lila di letakkan pada puncak bahu direntangkan sampai keujung
siku, tentukan bagian tengah pita, memasukkan ujung pita LILA kedalam lubang yang
tersedia, membuat bulatan lingkar lengan di bagian atas tengah lengan, pita melekat
pada kulit lengan (tidak terlalu ketat & tidak terlalu longgar) dan menentukan besar
lengan atas
9) Mengukur tekanan darah
10) Pemeriksaan pernafasan
11) Periksa denyut nadi
12) Pemeriksaan suhu tubuh
13) Pemeriksaan status present
Modul Praktikum Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Page 19
14) IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
Pemeriksaan Reflek lutut
15) Rapikan pasien dan informasikan hasil pemeriksaan kepada pasien
16) Menyampaikan hasil pemeriksaan fisik pada pasien
17) Mengucapkan terima kasih kepada pasien
18) Mencuci tangan sebelum dan sesudah perasat, dengan 7 langkah dan
mengeringkan dengan handuk

3) Latihan keterampilan dalam skenario

Seorang wanita berusia 30 tahun datang ke bidan menyatakan hamil pertama kali
dan belum pernah periksa usia kehamilan 12 minggu. Lakukan pemeriksaan fisik
pada ibu hamil dengan bimbingan instrukstur anda!

4) Ceklist Pemeriksaan Fisik Pada Ibu

PETUNJUK:
Langkah kerja dikerjakan dengan benar sesuai dengan urutan

NO BUTIR YANG DINILAI NILAI


0 1 2
1 Menyambut klien dengan ramah dan sopan
2 Memperkenalkan diri kepada klien
3 Menjaga privasi klien
4 Menjelaskan tujuan & prosedur tindakan yang akan dilakukan
5 Mencuci tangan sebelum dan sesudah perasat, dengan 7 langkah
dan mengeringkan dengan handuk
6 Menyiapkan Alat:
- Tensimeter
- Stetoskop

Modul Praktikum Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Page 20


- jam tangan IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
- Pengukur tinggi badan dan berat badan
- Thermometer
- Linek
- Meteline dan pengukur lila
- Jangka panggul dan reflek hamer
7 Menyiapkan pasien untuk ditimbang berat badan dan diukur tinggi
badan
8. Mengukur Lingkar Lengan Atas dengan cara lengan baju kiri
dibuka, siku dilipat, ujung pita lila di letakkan pada puncak bahu
direntangkan sampai keujung siku, tentukan bagian tengah pita,
memasukkan ujung pita LILA kedalam lubang yang tersedia,
membuat bulatan lingkar lengan di bagian atas tengah lengan, pita
melekat pada kulit lengan (tidak terlalu ketat & tidak terlalu
longgar) dan menentukan besar lengan atas
9. Mengukur TTV, keadaan umum dan kesadaran.
14. Pemeriksaan head to toe
a. Meminta ijin pada pasien untuk diperiksa kepala dengan
melakukan inspeksi dan palpasi pada kepala dan kulit kepala utuk
melihat kesimetrisan, warna rambut, ada atau tidaknya
pembengkakan pada kepala, kelembapan, lesi, edema dan bau
b. Memeriksa muka pasien meliputi:
- Wajah dengan melakukan inspeksi untuk melihat: ada atau
tidaknya pembengkakan pada wajah, pucat atau tidak,
- Mata dengan melakukan inspeksi untuk melihat: pergerakan bola
mata, posisi dan kesejajaran mata, kelainan pada bola mata, sclera
ikterik atau tidak dan conjungtiva anemis atau tidak,
- Hidung meliputi: inspeksi dari arah depan dengan memeriksa
septum hidung berada ditengah atau tidak, adakah benda asing,
secret hidung, perdarahan dan polip hidung
- Mulut dan kerongkongan dengan melakukan inspeksi untuk
melihat: ada tidaknya stomatitis, warna bibir, simetris, lesi,
kelembapan, penglepusan, bengkak, ada edema pada gusi, karang
gigi, caries dentis, peradangan pada kerongkongan, tonsil, lidah
kotor atau tidak
- Telinga dengan melakukan inspeksi untuk melihat: canalis bersih
atau tidak, radang pada telinga, cairan yang keluar dari telinga dan
benda asing
c. Pemeriksaan pada leher
- Melakukan inspeksi untuk melihat kesimetrisan,
pergerakan, adakah massa, dan kekakuan leher
- Melakukan pemeriksaan kelenjar tyroid dengan inspeksi
untuk melihat pembesaran kelenjar tyroid
- Melakukan palpasi vena jugularis untuk meraba
tekanannya juga untuk meraba apakah vena jugularis

Modul Praktikum Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Page 21


mengembang secara nyata IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
- Melakukan palpasi pada leher untuk meraba apakah ada
pembesaran kelenjar limfe
d. Memeriksa dada dengan cara:
- Melakukan inspeksi pola pernafasan normal, ada
tidaknya tanda – tanda ketidaknyamanan bernafas
- Melakukan auskultasi pada dinding thoraks untuk
membandingkan antara kiri dan kanan
- Melihat bentuk payudara, kesimetrisan, adanya benjolan
atau tidak, dan ada luka pada payudara atau tidak
e. Memeriksa ketiak untuk mengetahui ada tidak pembesaran
kelenjar getah bening dan ada tidaknya benjolan abnormal pada
ketiak
f. Pemeriksaan pada abdomen meliputi:
- Inspeksi bentuk abdomen membusung atau datar,
umbilicus menonjol atau tidak,
- Auskultasi dengan cara meletakkan stetoskop pada
daerah epigastrium dan 4 kuadran abdomen lalu mendengarkan
peristaltic usus (normal 5-35)
- Palpasi pada perut untuk meraba ada atau tidaknya
massa pada perut, benjolan (tumor), pembesaran hepar, meraba
lien
- Perkusi abdomen dengan cara mengetuk jari tengah
tangan kiri ditempelkan di dinding abdomen, massa padat atau
cair akan menimbulkan suara pekak
- Perkusi ginjal didinding abdomen belakang pada sudut
costo vertebral dengan dialasi telapak tangan kiri, maka kita
lakukan perkusi dengan sisi ulnar kepalan tangan kanan ( CVAT :
Cortiko Vertebra Angel Tendernes)
g. Melakukan pemeriksaan pada genetalia meliputi: inspeksi pada
vulva ada tidaknya benjolan kelenjar bartolini, pengeluaran
pervaginam (secret), mengamati warna, bau dan nyeri
h. Memeriksa punggung meliputi bentuk punggung, kelainan kulit,
dan kelainan pada spina
i. Memeriksa anus dengan melakukan inspeksi untuk melihat ada
tidaknya hemoroid, fistula dan kebersihan pada anus
j. Memeriksa ekstremitas bawah meliputi odema bila ada maka
lakukan pemeriksaan dengan penekanan pada daerah yang dianggap
ada edema, bila ada cekungan maka hal tersebut menandakan
adanya edema
15. Pemeriksaan inspeksi khusus pada ibu hamil meliputi
a. Memeriksa cloasma gravidarum
b. Memeriksa mammae yang meliputi pembesaran,
hyperpigmentasi, aerola mammae, kondisi putting susu, cholostrum
c. Memeriksa abdomen yang meliputi hiperpigmentasi linea nigra,
strie, bentuk
Modul Praktikum Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Page 22
17. IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
Pemeriksaan Reflek lutut (atas indikasi) dengan cara:
a. Beritahu tentang pemeriksaan lutut
b. Meminta ibu duduk santai dengan kaki tergantung
c. Mengalihkan perhatian ibu agar tak terpusat pada lutut
d. Ketok bawah lutut yaitu pada bagian teledon dibawah tempurung
lutut dengan reflek hamer
e. Tentukan reflek positif/negatif kuat atau cepat
f. Memberi tahu hasil pemeriksaan pada pasien
18. Rapikan pasien dan informasikan hasil pemeriksaan kepada pasien
19. Menyampaikan hasil pemeriksaan fisik pada pasien
20. Mengucapkan terima kasih kepada pasien
21. Mencuci tangan sebelum dan sesudah perasat, dengan 7 langkah
dan mengeringkan dengan handuk

1. Daftar Pustaka
- Ambarwati, ER S.SiT dan Sunarsih Tri, S.SiT, KDPK Kebidanan Teori dan Aplikasi, edisi ketiga,
Nuha Medika, Yogyakarta, 2011

E. Keselamatan Kerja
1.Pastikan klien telah mendapatkan informasi yang lengkap mengenai tindakan yang akan dilakukan.
2.Dapatkan persetujuan klien secara lisan maupun tulisan sebelum melakukan tindakan.
3.Selama melakukan tindakan harus memperhatikan keadaan klien.
4.Perhatikan privasi, kenyamanan dan keamanan klien selama tindakan.
5.Sebelum melakukan tindakan pastikan semua alat yang digunakan dalam keadaan siap pakai.
6.Letakkan peralatan pada tempat yang terjangkau dan sistematis oleh petugas.
7.Sebelum dan selama tindakan perhatikan prinsip pencegahan infeksi.
8.Lakukan semua prosedur tindakan dengan hati/hati.

RANGKUMAN

1. Pemeriksaan fisik yaitu tindakan untuk mengumpulkan data yang digunakan sebagai dasar
dalam menentukan assessment/diagosa. Pemeriksaan fisik adalah proses pengumpulan data obyektif
dari klien yang terdiri dari kegiatan inspeksi, palpasi, perkusi, auscultasi..
2. Tujuan pemeriksaan fisik yaitu untuk membantu menegakkan diagnosa
3. Persiapan dan peralatan yang dibutuhkan yaitu senter/lampu, stetoskop/linex, reflek hammer,
Tensimeter, jam tangan, Pengukur tinggi badan dan berat badan, Thermometer, Meteline dan pengukur
lila, Jangka panggul.

TUGAS

Modul Praktikum Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Page 23


IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8

Lakukan pemeriksaan fisik pada ibu !

POST TEST

Kerjakan soal berikut ini tanpa melihat kunci jawaban. Setelah selesai cocokkan dengan kunci jawaban
untuk mengetahui nilai yang diperoleh.

KUNCI JAWABAN

EVALUASI

Lakukan evaluasi skor post tes dan praktika. Bila anda telah mencapai tingkat penguasaan 80 % atau
lebih, anda dapat meneruskan pada kompetensi selanjutnya untuk mata kuliah Ketrampilan Dasar Kebidanan.
Tetapi bila tingkat penguasaan anda masih kurang 80 %, anda harus mengulangi materi kegiatan belajar ini,
terutama pada bagian/bagian yang belum anda kuasai.

Modul Praktikum Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Page 24

Anda mungkin juga menyukai