Anda di halaman 1dari 91

MODUL

PEMBELAJARAN
PEMERIKSAAN FISIK DAN
IMPLIKASINYA
DALAM KEPERAWATAN
( PSYSICAL ASSASSMET )

Tim Penyusun :
SRI MUDAYATININGSIH, SKp., M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
2011

MODUL PEMBELAJARAN
PEMERIKSAAN FISIK DAN IMPLIKASINYA
DALAM KEPERAWATAN
NO STANDART KOMPETENSI DASAR
KOMPETENSI
02 Menerapkan pengkajian 1.1. Menjelaskan prinsip umum
keperawatan meliputi : pengkajian
1.2. Mendemonstrasikan cara pendekatan
Pengkajian umum/ kesehatan,
/ anamnese pada pasien
Tanda-tanda vital, dan
1.3. Menyiapkan alat yang diperlukan
pengkajian fisik
dalam pemerikasaan fisik
1.4. Mengatur posisi pasien saat
pemerikasaan fisik
1.5. Menyiapkan lingkungan yang aman
dan nyaman
1.6. Mendemonstrasikan tehnik-tehnik
pengkajian
1.7. Melakukan pendokumentasian hasil
pemeriksaan
PENDAHULUAN
1. DESKRIPSI
a. Deskripsi Modul
Assalamualaikum Wr.Wb, puji syukur karena berkat rahmat dan HidayahNya kita
masih diberi kesehatan dan kesehatan.
Kita bertemu kembali dalam mengembangkan wawasan kita dalam dunia
keperawatan dengan berfokus pada tindakan pemeriksaan fisik umum dalam
pengkajian keperawatan, semoga kekuatan dan semangat luar biasa masih
menyertai kita.

Pada modul ini saudara akan mempelajari tentang tindakan pengkajian fisik secara
umum dan implikasinya dalam keperawatan. Pengkajian fisik dalam keperawatan
merupakan tugas yang melekat dalam keperawatan karena hampir semua tindakan
dibutuhkan pemeriksaan fisik terlebih dahulu, sehingga perawat harus benar-benar
mempunyai kemampuan dalam pengakajian fisik secara umum dalam bidang
keperawatan.

Modul ini disusun untuk memudahkan saudara belajar, modul ini dibagi 3(empat )
unit belajar, unit 1. Teknik pemeriksaan fisik, unit 2. Pengenalan alat dan bahan
yang dipakai dalam pemeriksaan fisik, unit 3. Langkah-langkah pemeriksaan fisik.
Modul ini juga dilampiri format untuk panduan dalam pemeriksaan fisik.

b. Target Waktu
Waktu yang saudara perlukan dalam menyelesaikan modul ini adalah 20 jam
dengan perincian 6 jam untuk pemahaman konsep, 4 jam untuk demonstrasi dan
10 jam untuk pembelajaran mandiri / lab skill.

Kami mengharapkan, saudara dapat menyelesaikan seluruh proses kegiatan


belajar dengan baik, jangan lupa saudara membaca petunjuk pengerjaan modul
dalam memulai aktifitas pengerjaan modul ini. Jangan lupa berdoa dan tetap
bersemangat.

2. PETUNJUK MENGERJAKAN MODUL


1. Bacalah standar kompetensi, rumusan sub kompetensi, tujuan pembelajaran dan
indicator kerja yang meliputi aspek pengetahuan, sikap dan ketrampilan.
2. Pelajari dengan seksama materi pembelajarannya dan kerjakan tugas-tugas yang
ada di dalamnya.
3. Jika mengalami kesulitan, diskusikan dan konsultasikan kepada dosen/fasilitator.
4. Kerjakan evaluasi proses pembelajaran untuk setiap sub-kompetensi.
5. Cocokkanlah pekerjaaan anda dan nilailah kompetensi anda bersama dosen
pengajar.

3. PETUNJUK BAGI DOSEN PENGAJAR


Sama dengan sub 2. 1-5

DAFTAR ISI

Halaman
Pendahuluan..
Daftar Isi......

Kata Pengantar.

Tujuan Umum..

Tujuan Khusus.

Unit belajar 1 . Teknik dalam pemeriksaan fisik.

Unit belajar 2. Persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pemeriksaan fisik

Unit belajar 3. Langkah-langkah dalam pemeriksaan fisik

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena dengan berkat dan
rahmatNya Modul Pembelajaran Pemeriksaan fisik dan implikasinya dalam keperawatan
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Selaku direktur Poltekkes Kemenkes Malang saya menyambut baik terbitnya modul
pembelajaran ini. Modul pembelajaran ini mempunyai arti yang sangat penting bagi
mahasiswa D-III Keperawatan khususnya dan perawat pada umumnya. Modul pembelajaran
ini disusun sesuai dengan Kurikulum Pendidikan D-III Keperawatan tahun 2006. Kajian dan
bahasan modul pembelajaran ini untuk mendukung peran perawat dan mendukung
kompetensi dalam kegiatan keperawatan kebutuhan dasar manusia. Dari 29 kompetensi yang
ada dalam kurikulum D-III Keperawatan modul pembelajaran ini mendukung kompetensi
untuk kemampuan melaksanakan asuhan keperawatan pada lingkup kajian :

1. Memahami konsep pengkajian fisik

2. Melakukan prosedur pemeriksaan fisik

3. Melaksanakan evaluasi dan monitoring paska pemeriksaan fisik

Penjabaran dalam modul ini merupakan rangkaian pembelajaran yang dilakukan


dengan pendekatan Problem Based Learning yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan asuhan keperawatan kebutuhan dasar manusia
secara professional dan meningkatkan aktifitas belajar mahasiswa.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Tim Penyusun yang sudah
mempersembahkan karya ini untuk kepentingan Polttekkes Kemenkes Malang. Namun
demikian, disadari bahwa buku ini tetap memerlukan masukan dari berbagai pihak, guna
penyempurnaan di masa yang akan datang. Semoga buku ini bermanfaat dalam upaya
pencapaian kompetensi Ahli Madya Keperawatan. Amin.

Malang, Nopember 2011

Direktur

Br. Doddy Riyadi, SKM., MM

NIP. 19660120198803 1 001

TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Umum Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini mahasiswa mampu,melakukan pemeriksaan fisik
pada klien dengan cara sistematik dan benar, sehingga dapat membantu menegakkan
diagnosa dan menentukan intervensi serta dapat melakukan implementasi
keperawatan dengan benar.

B. Tujuan Khusus Pembelajaran


Setelah menyelesaikan modul pembelajaran ini diharapkan mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan prinsip umum pengkajian
2. Mendemonstrasikan cara pendekatan / anamnese pada pasien
3. Menyiapkan alat yang diperlukan dalam pemerikasaan fisik
4. Mengatur posisi pasien saat pemerikasaan fisik
5. Menyiapkan lingkungan yang aman dan nyaman
6. Mendemonstrasikan tehnik-tehnik pengkajian
7. Melakukan pendokumentasian hasil pemeriksaan

C. Materi yang harus Dikuasai


1. Tehnik komunikasi terapeutik
2. Dasar teori tahapan pemerikasaan fisik

D. Referensi
1. Altman, et all., 2000, Fundamental and Nursing Skill. Canada: Delmar
2. Kozier, et all., 1991, Fundamental of Nursing : Concepts, Process Amd
Practier.4th Edition. California : Addison-Wesley
3. Robert P., 1994, Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC
4. Taylor, et all., 1997. Fundamental of Nursing : the Art and Science of Nursing
Care. Philadelpia : JB Lippincott Company

E. Media Pembelajaran
1. Buku modul Pemeriksaan Fisik dan Implikasinya dalam Keperawatan
2. LCD, Laptop
3. Lembar Kerja Mahasiswa

UNIT BELAJAR 1
Teknik dalam Pemeriksaan Fisik

Tujuan Umum Pembelajaran :


Setelah menyelesaikan unit belajar 1 diharapkan saudara mampu memahami teknik
dalam pemeriksaan fisik.

Tujuan Khusus Pembelajaran :


Setelah menyelesaikan unit belajar 1 diharapkan saudara mampu :
1. Menjelaskan pengertian pemeriksaan fisik
2. Mengidentifikasi teknik-teknnik pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi
3. Mengidentifikasi langkah-langkah yang pendekatan pengakjian fisik

Petunjuk Belajar :
1. Baca dan pahami konsep-konsep dalam bacaan, kalau perlu tambahan atau dukungan
bahan / sumber bacaan lain
2. Selesaikan tugas terstruktur yang ada di bagian akhir
3. Buatlah soal yang terkait dengan konsep, dan buatlah kunci jawabannya

POKOK MATERI

Dalam Konsep pemeriksaan fisik keperawatan akan diuraikan mengenai :

A. Teknik dalam Pemeriksaan Fisik :


1. Inspeksi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa
melalui pengamatan. Cahaya yang adekuat diperlukan agar perawat dapat
membedakan warna, bentuk dan kebersihan tubuh klien. Fokus inspeksi pada setiap
bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris. Dan perlu
dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh
lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit kebiruan
(sianosis), dan lain-lain.

2. Palpasi

Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-jari
adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya
tentang : temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran.

Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :

Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.

Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering

Kuku jari perawat harus dipotong pendek.

Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir.

Misalnya : adanya tumor, oedema, krepitasi (patah tulang), dan lain-lain.

3. Perkusi

Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu
untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan tujuan
menghasilkan suara.

Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi


jaringan. Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk menghasilkan
suara.
Suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :

Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.

Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah


paru-paru pada pneumonia.

Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah
jantung, perkusi daerah hepar.

Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong,


misalnya daerah caverna paru, pada klien asthma kronik.

4. Auskultasi

Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang
dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop.
Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.

Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :

Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus
pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya
pada klien pneumonia, TBC.

Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat
ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada
edema paru.

Wheezing : bunyi yang terdengar ngiii.k. bisa dijumpai pada fase inspirasi
maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.

Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar kering seperti suara gosokan
amplas pada kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.

B. Pendekatan Pengkajian Fisik dapat menggunakan :


1. Head to toe (kepala ke kaki)

Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke
kaki. Mulai dari : keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata,
telinga, hidung, mulut dan tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, abdomen,
ginjal, punggung, genetalia, rectum, ektremitas.

2. ROS (Review of System / sistem tubuh)

Pengkajian yang dilakukan mencakup seluruh sistem tubuh, yaitu : keadaan


umum, tanda vital, sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem
persyarafan, sistem perkemihan, sistem pencernaan, sistem muskuloskeletal
dan integumen, sistem reproduksi. Informasi yang didapat membantu perawat
untuk menentukan sistem tubuh mana yang perlu mendapat perhatian khusus.

3. Pola fungsi kesehatan Gordon, 1982

Perawat mengumpulkan data secara sistematis dengan mengevaluasi pola


fungsi kesehatan dan memfokuskan pengkajian fisik pada masalah khusus
meliputi : persepsi kesehatan-penatalaksanaan kesehatan, nutrisi-pola
metabolisme, pola eliminasi, pola tidur-istirahat, kognitif-pola perseptual,
peran-pola berhubungan, aktifitas-pola latihan, seksualitas-pola reproduksi,
koping-pola toleransi stress, nilai-pola keyakinan.

4. DOENGOES (1993)

Mencakup : aktivitas / istirahat, sirkulasi, integritas ego, eliminasi, makanan


dan cairan, hygiene, neurosensori, nyeri / ketidaknyamanan, pernafasan,
keamanan, seksualitas, interaksi sosial, penyuluhan / pembelajaran.

UNIT BELAJAR 2
Alat dan Bahan yang Digunakan untuk
Pemeriksaan Fisik

Tujuan Umum Pembelajaran :


Setelah menyelesaikan unit belajar 2 diharapkan saudara mampu memahami
penggunaan alat dan bahan dalam pemeriksaan fisik.

Tujuan Khusus Pembelajaran :


Setelah menyelesaikan unit belajar 2 diharapkan saudara mampu :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan utntuk pemeriksaan fisik
2. Mengidentifikasi fungsi alat dan bahan yang digunakan pemeriksaan fisik
3. Mengunakan alat dan bahan yang digunakan dalam pengakjian fisik

Petunjuk Belajar :
1. Baca dan pahami konsep-konsep dalam bacaan, kalau perlu tambahan atau
dukungan bahan / sumber bacaan lain
2. Selesaikan tugas terstruktur yang ada di bagian akhir
3. Buatlah soal yang terkait dengan konsep, dan buatlah kunci jawabannya

POKOK MATERI
Dalam Unit belajar 2, akan diuraikan mengenai :
ALAT DAN BAHAN

1. Klien dan status klien


2. Meja dorong atau baki
3. Alat-alat sesuai kebutuhan pemeriksaan
- Tensimeter - Termometer
- Stetoskop - Jam tangan
- Lampu kepala - Lampu senter
- Optalmoskop - Otoskop
- Tonometri - Metelin
- Garpu tala - Spekulum hidung
- Snellen card - Spatel lidah
- Kaca laring - Pinset anatomi
- Pinset cirrurgi - Sarung tangan
- Bengkok - Timbangan
- Reflek hammer - Botol 3 buah
- Sketsel - Kertas tissue
- Alat dan buku catatan perawat
UNIT BELAJAR 3
Langkah-langkah Pemeriksaan Fisik

Tujuan Umum Pembelajaran :


Setelah menyelesaikan unit belajar 3 diharapkan saudara mampu memahami langkah-
langkah dalam pemeriksaan fisik.

Tujuan Khusus Pembelajaran :


Setelah menyelesaikan unit belajar 3 diharapkan saudara mampu :
1. Menjelaskan langkah-langkah pemeriksaan fisik
2. Mengidentifikasi langkah-langkah pemeriksaan fisik
3. Melakukan langkah-langkah pemeriksaan fisik

Petunjuk Belajar :
1. Baca dan pahami konsep-konsep dalam bacaan, kalau perlu tambahan atau dukungan
bahan / sumber bacaan lain
2. Selesaikan tugas terstruktur yang ada di bagian akhir
3. Buatlah soal yang terkait dengan konsep, dan buatlah kunci jawabannya

MATERI POKOK

A. Langkah langkah Pemeriksaan Fisik (PHYSICAL ASSASSMENT)


Sebelum memulai pemeriksaan fisik ucapkanlah salam kepada klien dan perkenalkan
diri anda, jabat tangan kalau mungkin kemudian dilanjutkan dengan :

1. Lakukan pendekatan interpersonal yang ramah, sopan, menghargai klien


,dapatkan data biografi klien.
Gambar. Posisi dalam anamnesa

2. Jelaskan maksut dan tujuan dilakukan pemeriksaan fisik


3. Siapkan alat-alat yang dibutuhkan
4. Siapkan Lingkungan
5. Siapkan posisi pasien sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan fisik

1 7

2 8
3

9
5

Keterangan posisi gambar diatas :


1. Sitting, 2. High fowler 90, 3. Semi fowler 45, 4. Supine,5. Side lying, 6. Lithotomy,
7. Sims, 8. Standing leaning over exam table, 9. Standing

6. Cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada pasien :


- Lepaskan perhiasan dan jam tangan
- Lakukan cuci tangan dengan benar
- Gunakan air mengalir
- Gunakan handuk pribadi untuk mengeringkan

Gambar : Lankah langkah cara mencuci tangan

B. Lakukan Pemeriksaan sesuai Langkah-langkah berikut :

Anamnese :
A. Data Umum :
1. Biodata :
Nama, umur, agama, pekerjaan, pendidikan , alamat dan no. regester

2. Keluhan Utama :
merupakan keluhan yang dirasakan klien, sehingga menjadi alasan klien dibawa ke
Rumah Sakit.

3. Riwayat Penyakit Sekarang :


kronologis dari penyakit yang diderita saan ini mulai awal hingga di bawa ke RS
secara lengkap meliputi : (PQRST)

a. P = Provoking atau Paliatif


Apa penyebab gejala ?, Apa yang dapat mengurangi dan memperberat
penyakitnya ?, Apa yang dilakukan pada saat gejala mulai dirasakan ?,
Keluhan psikologis yang dirasakan !
b. Q = Quality and Quantity
Seberapa tingkat keparahan yang dirasakan klien

c. R = Regio or Radiation
Pada area mana gejala dirasakan?, Sejauh mana penyebarannya?

d. S = severity
Tingkat/skala keparahan, hal-hal yang memperberat atau mengurangi keluhan
e. Time
Kapan gejala mulai muncul?, Seberapa sering dirasakan?, Apakah timbul tiba-
tiba atau bertahap?, Kambuhan, dan lama dirasakan?

4. Riwayat Penyakit Yang Lalu:


Penyakit apa saja yang pernah dialami klien, baik yang ada hubungannya dengan
penyakit yang diderita sekarang atau tidak ada hubungannya dengan penyakit yang
diderita sekarang, riwayat operasi, dan termasuk riwayat alergi.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga:


Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama?, Penyebab kematian bila
ada anggota keluarga yang meninggal?, Apakah ada jenis penyakit herediter dalam
keluarga?., apakah ada yang menderita penyakit menular dalam keluarga?.

B. Pola Pemeliharaan Kesehatan :

1. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


Mengkaji jenis, jumlah, dan waktu makan selama di rumah dan di rumah sakit.
Pantangan makanan?, Kesulitan menelan, mengunyah, mual, anoreksia?, Usaha
mengatasi kesulitan yang dialami klien?

2. Pola Eliminasi
Mengkaji jumlah, warna, bau, konsistensi, Konstipasi, Incontinentia,frekuensi,
BAB dan BAK klien?, Upaya mengatasi masalah yang dialami klien ?

3. Pola istirahat tidur


Mengkaji waktu mulai tidur, waktu bangun, penyulit tidur, yang mempermudah
tidur, gangguan tidur, pemakaian jenis obat tidur, hal yang menyebakan klien
mudah terbangun?
4. Pola kebersihan diri / Personal Hygiene
Mengkaji status kebersihan mulai rambut hingga kaki, frekuensi mandi, gosok
gigi, cuci rambut, potong kuku?

5. Aktivitas Lain
Olah raga yang dilakukan, hobby dsb?

C. Riwayat Psikologis :

1. Status Emosi
Bagaimana ekspresi hati dan perasaan klien, tingkah laku yang menonjol, suasana
yang membahagiakan klien, stressing yang membuat perasaan klien tidak nyaman.

2. Gaya Komunikasi
Apakah klien tampak hati-hati dalam berbicara, apakah pola komunikasinya
spontan atau lambat, apakah klien menolak untuk diajak komunikasi, Apakah
komunikasi klien jelas, apakah klien menggunakan bahasa isyarat.

3. Pola Interaksi
Kepada siapa klien berspon, Siapa orang yang dekat dan dipercaya klien, apakah
klien aktif atau pasif dalam berinteraksi, Apakah tipe kepribadian klien terbuka
atau tertutup.

4. Pola Pertahanan
Bagaimana mekanisme kopping klien dalam mengatasi masalahnya

5. Dampak di Rawat di Rumah Sakit


Apakah ada perubahan secara fisik dan psikologis selama klien di rawat di RS.

D. Riwayat Sosial Ekonomi :

1.Latar belakang sosial, budaya dan spiritual klien


Apakah klien aktif dalam kegiatan kemasyarakatan, apakah ada konflik sosial yang
dialami klien, bagaimana ketaatan klien dalam menjalankan agamanya, apakah
klien mempunyai teman dekat yang senantiasa siap membantu.
2. Ekonomi
Siapa yang membiayai perawatan klien selama dirawat, apakah ada masalah
keuangan dan bagaimana mengatasinya

E. Pemeriksaan Berat Badan dan Tinggi Badan :

Untuk mengetahui apakah ada obesitas atau kekurangan berat badan dan ada
perubahan berat badan selama pasien sakit.
F. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital :

1.Mengukur Tekanan Darah

Perhatikan karakteristik suara aliran darah dalam arteri berikut :


- Bunyi Korothkof I : Bunyi yang pertama terdengar lemah, nadanya agak tinggi,
terdengar tak-tek.( Suara sistol )
- Bunyi Korothkof II : Adanya bunyi seperti K I, tapi disertai bising, terdengar
tekss..,atau tekrd
- Bunyi Korothkof III : Adanya bunyi yang berubah menjadi keras, nada rendah
tanpa bising, terdengsr deg..deg
- Bunyi Korothkof IV : Saat bunyi jelas seperti K III melemah
- Bunyi Korothkof V : Saat bunyi menghilang ( Suara Diastol )
2. Menghitung denyut nadi per-menit:
meraba nadi radial yang termudah, bila tidak teraba nadi carotid atau apical, pada
bayi nadi temporal.
Waktu yang tepat untuk mengukur atau mengecek denyut nadi adalah saat kita
bangun tidur pagi dan sebelum melakukan aktivitas apapun, karena pada saat itu
kita masih relaks dan tubuh masih terbebas dari zat-zat pengganggu seperti kafein
dan nikotin.

Cara : Dengan menggunakan 2 jari telunjuk dan jari tengah, atau 3 jari ( telunjuk,
jari tengah dan jari manis jika kita kesulitan menggunakan 2 jari ) Temukan
titik nadi (daerah yang denyutannya paling keras), yaitu nadi karotis di cekungan
bagian pinggir leher kira-kira 2 Cm di kiri/kanan garis tengah leher ( kira- kira 2
Cm disamping jakun pada laki-laki), Nadi radialis dipergelangan tangan ibu jari.
Setelah menemukan denyut nadi, tekan perlahan kemudian hitunglah jumlah
denyutannya selama 60 detik ( 1 menit ).

Denyut Nadi Normal pada Orang yang sedang Beristirahat


_________________________________________________
60 80 kali permenit untuk orang dewasa
80 100 kali permenit untuk anak-anak
100 140 kali permenit pada bayi
__________________________________________________

Sedangkan untuk mengetahui kekuatan denyut jantung maksimal yaitu dengan rumus:

Nadi Max = 80% ( 220 Umur )

Misalkan: Anda sekarang berusia 40 tahun maka kekuatan maksimal jantung anda
adalah 80% x 180 = 144 kali /menit. Bila denyut nadi terlalu cepat, terlalu lambat,
atau tidak beraturan dapat berarti ada gangguan pada jantung.

3. Menghitung frekuensi pernafasan per menit:


dengan menyilangkan tangan klien di dada amati pergerakan dinding dada klien.
Proses pernafasan ada dua yaitu inspirasi ( menghirup) dan ekspirasi
( mengeluarkan nafas).

Inspirasi dilakukan oleh dua jenis otot :

a. Otot interkostal, antara iga-iga. Pernafasan ini dikenal sebagai pernafasan


torakal, dipersarafi oleh nervus interkostalis (torakal 1-12)

b. Otot diafragma, bila persarafan melalui nervus frenikus yang berasal dari
cervikal 3, 4,5

Pusat pernafasan ada di batang otak, yang mendapat rangsangan melalui baro
reseptor yang terdapat di aorta dan arteri karotis melalui nervus frenikus dan nervus
interkostalis akan menjadi pernafasan abdomino-torakal ( pada bayi disebut torako-
abdominal ).
Dalam keadaan normal volume udara yang kita hirup pada saat nafas disebut
sebagai tidal volume. Bila membutuhkan oksigen lebih banyak maka akan dilakukan
penambahan volume pernafasan melalui pemakaian otot-otot pernafasan tambahan.

Misal:
Jika tidal volume adalah 7 cc/kg berat badan, maka pada dengan berat badan 70 kg,
tidal volumenya 500 cc dengan frekwensi nafas 14 kali/menit, maka volume permenit
500 x 14 = 7000 cc/menit.
Jika didapatkan pernafasan lebih dari 40 kali/menit, maka penderita dianggap
mengalami hipoventilasi (nafas dangkal).
4. Mengukur suhu tubuh, pada orang dewasa pada axillar, pada bayi dan anak pada
rectal atau oral, dan pada kondisi yang memerlukan tingkat akurasi yang tinggi pada
orang dewasa bisa per-oral atau per-rektal

G. Pemeriksaan Keadaan Umum :


Menilai keadaan sakit klien dari hasil inspeksi umum, misalkan klien terbaring lemah
di tempat tidur dengan terpasang infuse D5%, pernafasan dyspnoe. Klien dapat makan
sendiri, dan tidak dapat ke kamar mandi.

H. Pemeriksaan Integument, Rambut dan Kuku :

1.Pemeriksaan Integument
a. Inspeksi :
- Adakah lesi, warna, jaringan parut, vaskularisasi.
- Warna Kulit :
Coklat : deposit melanin
Biru : Hipoxia jaringan perifer
Merah : peningkatan oxihaemoglobin
Pucat : Anoxia jaringan kulit
Kuning : peningkatan bilirubin indirek dalam darah

b. Palpasi :
- Suhu kulit, tekstur halus/ kasar, torgor / kelenturan keriput /tegang, oedema
derajat berapa?
Derajat 0 : Kembali spontan
Derajat 1 : Kembali dalam 1 detik
Derajat 2 : Kembali dalam 2 detk
Derajat 3 : Kembali dalam waktu lebih dari 2 detik

Identifikasi luka pada kulit:


A. Tipe Primer
a. Makula : Perubahan warna kulit, tidak teraba, batas jelas, bentuk
melingkar kurang dari 1 Cm, Patch : bentuk melingkar lebih dari 1 Cm
b. Papula : Menonjol, batas jelas, elevasi kulit padat, kurang dari 1 Cm,
Plaque lebih dari 1 Cm
c. Nodule : Tonjolan padat berbatas jelas, lebih dalam dan lebih jelas dari
pada papula ukuran 1-2 Cm, Tumor lebih dari 2 Cm
d. Vesikula : Penonjolan pada kulit, bentuk bundar, berisi cairan serosa,
diameter kurang dari 1 Cm, Bulla diameter lebih dari 1 Cm

B.Tipe Sekunder
a. Pustula : Vesical / Bulla yang berisi nanah
b. Ulkus : Luka terbuka yang diakibatkan oleh vesikula/bulla yang
pecah
c. Crusta : Cairan tubuh yang mongering ( serum, darah / nanah )
d. Exsoriasi : Pengelupasan epidermis
e. Scar : Pecahnya jaringan kulit sehingga terbentuk celah retakan
f. Lichenifikasi : Penebalan kulit karena garukan atau tertekan terus

Kelainan- kelainan pada kulit :


a. Naevus Pigmentosus : Hiperpigmentasi pada kulit dengan batas jelas
b. ( tahi lalat )
c. Hiperpigmentasi : Daerah kulit yang warnanya lebih gelap dari yang
lain (Cloasma Gravidarum)
d. Vitiligo/Hipopigmentasi : Daerah kulit yang kurang berpigment
e. Tatto : Hiperpigmentasi buatan
f. Haemangioma : Bercak kemerahan pad pembuluh darah, dapat
merupakan tumor jinak atau tahi lalat
g. Angioma / toh : Pembengkakan yang terbentuk oleh proliferasi yang
berlebihan dari pembuluh darah
h. Spider Naevi : Pelebaran pembuluh darah arteriola dengan bentuk aliran
yang Khas seperti kalajengking dan bila ditekan hilang
i. Strie : Garis putih pada kulit yang terjadi akiubat pelebaran kulit, dapat
ditemui ibu hamil

2. Pemeriksaan Rambut
a. Inspeksi dan Palpasi :
- penyebaran, bau, rontok ,warna.
- Distribusi merata atau tidak, adakah alopesia, daerah penyebaran
- Quality, Hirsutisme ( pertumbuhan rambut melebihi normal ) pada sindrom
chasing, polycistik ovarii, dan akromrgali, penurunan jumlah dan
pertumbuhan rambut seperti pada penderita hipotiroitisme ( alopesia ).
Warna, putih sebelum waktunya terjadi pada penderita anemia perniciosa,
merah dan mudah rontok pada malnutrisi.

3. Pemeriksaan Kuku
a. Inspeksi dan palpasi:
Warna ,bentuk, kebersihan
Normal : Kuku halus dengan warna merah muda, jaringan kulit utuh dengan
pengisian kapiler < 3 detik, bentuk cembung dan sudut antara
kuku dasar sekitar 160.
Kelainan : Kuku sangat tebal/ tipis, warna kuku pucat/ sianosis, jaringan
kulit tidak utuh, pengisian kapiler > 3 detik, terdapat lekukan
(karena injury), kuku cenderung Spoon nail dan sudut antara
kuku dan dasar kuku sekitar 180 lebih.

Bagian bagian kuku :


a. Matrik/ akar kuku : tempat lempeng kuku tumbuh
b. Lempeng kuku
c. Dasar kuku : berdekatan dengan lempeng kuku
d. Jaringan peringeal : terdiri dari ephonicium, perionycium

I. Pemeriksaan Kepala, Wajah dan Leher

1. Pemeriksaan Kepala :
a. Inspeksi :
- Bentuk kepala ( dolicephalus/ lonjong, Brakhiocephalus/ bulat ), kesimetrisan,
dan pergerakan. Adakah hirochepalus/ pembesaran kepala.
- Rambut terdistribusi merata, tebal, bercahaya, tidak ada lesi pada kulit kepala,
bersih
b.Palpasi :
Nyeri tekan, fontanella cekung / tidak ( pada bayi ).

2.Pemeriksaan Mata :
a.Inspeksi :
1. Kelengkapan dan kesimetrisan mata
2. Adakah ekssoftalmus ( mata menonjol ), atau Endofthalmus ( mata tenggelam )
3. Kelopak mata / palpebra : adakah oedem, ptosis, peradangan, luka, atau benjolan
4. Bulu mata : rontok atau tidak
5. Konjunctiva dan sclera, adakah perubahan warna, kemerahan ,kuning atau pucat.
6. Warna iris serta reaksi pupil terhadap cahaya, miosis /mengecil, midriasis/ melebar,
pin point / kecil sekali, nomalnya isokor / pupil sama besar.
7. Kornea, warna merah biasanya karena peradangan, warna putih atau abu-abu di tepi
kornea ( arcus senilis ), warna biru, hijau pengaruh ras.
8. Amati kedudukan kornea,
Nigtasmus : gerakan ritmis bola mata
Strabismus konvergent : Kornea lebih dekat ke sudut mata medial
Strabismus devergent : Klien mengeluh melihat doble, karena kelumpuhan
otat.
b.Pemeriksaan Visus
Dengan jarak 5 atau 6 M dengan snellen card periksa visus okuli dekstra (OD) dan
Okuli Sinistra (OS)
5/5 atau 6/6 = normal
1/ 60 = Mampu melihat dengan hitung jari
1/300 = Mampu melihat dengan lambaian tangan
1 = Mampu melihat gelap dan terang
1 = Tidak mampu melihat

c.Pemeriksaan lapang pandang


Haemi anoxia : klien tidak dapat separoh dari medan penglihatan
Haemoxia : Klien tidak dapat melihat seperempat dari lapang penglihatan

d.Pemeriksaan tekanan bola mata


Dengan mengunakan tonometri atau palpasi bola mata untuk mengetahui
adanya nyeri tekan atau konsistensi bola mata.

e. Pem erik s aan D en gan Of talm os k op


Oftalmoskop adalah alat dengan sistem cermin optik untuk melihat anatomi
interna dari mata. Ada dua cakram pada oftalmoskop: satu untuk mengatur
lubang cahaya (dan filter), dan satu lagi untuk merubah lensa untuk
mengoreksi kesalahan refraktif baik dari pemeriksa maupun pasien.
Lubang-lubang dan filter-filter yang paling penting adalah lubang kecil,
lubang besar, dan filter bebas-merah. Lubang kecil adalah untuk pupil yang
tidak berdilatasi; lubang besar untuk pupil yang berdilatasi; dan filter bebas-
merah menyingkirkan sinar merah dan dirancang untuk melihat pembuluh
darah serta perdarahan. Dengan filter ini, retina tampak abu-abu, diskus
berwarna putih, makula kuning, dan darah tampak berwarna hitam

1. Cara Menggunakan oftalmoskop


Oftalmoskop dipegang dengan tangan kanan di de p a n mata kanan
pemeriksa, untuk memeriksa mata kanan pasien. Pasien diminta untuk
melihat lurus ke depan dan mata terfiksasi pada sasaran yang jauh. Jika
pemeriksa menggunakan kaca mata, maka kaca mata harus dilepas supaya
dapat melihat retina dengan lebih baik. Lampu oftalmoskop dinyalakan,
lubang dipindahkan ke lubang kecil. Pemeriksa harus memulai dengan diopter
lensa diatur pada angka "0" jika ia tidak menggunakan kaca mata. Pemeriksa
yang miopia harus memulai dengan lensa "minus", yang ditunjukkan oleh
angka-angka berwarna merah; pemeriksa yang hiperopia akan memerlukan
lensa "plus", yang ditunjukkan oleh angka-angka berwarna hitam. Jari telunjuk
tetap pada cakram untuk memudahkan mengatur fokus.
Oftalmoskop diletakkan berlawanan dengan dahi pemeriksa,
sedangkan ibu jari kiri pemeriksa mengangkat kelopak mata kanan atas pasien.
Oftalmoskop dan kepala pemeriksa harus berfungsi sebagai satu unit.
Pemeriksa yang melihat melalui oftalmoskop, harus mendekati pasien setinggi
mata sejauh sekitar 15 inci pada sudut 20 lateral dari pusat, seperti yang
terlihat pada gambar . Cahaya harus menyinari pupil. Pantulan sinar berwarna
merah, refleks merah, dapat terlihat pada pupil. Pemeriksa harus
memperhatikan setiap kekeruhan pada kornea atau lensa.
Dengan bergerak ke arah pasien dengan garis 20 yang sama,
pemeriksa akan mulai melihat pembuluh darah retina. Pemeriksa harus
bergerak lebih dekat ke pasien, membawa lengan yang memegang
oftalmoskop berlawanan dengan dagu pasien. Jika sudah terjadi kontak dengan
pasien, maka akan terlihat papil saraf optikus atau pembuluh darah. Dengan
memutar roda diopter . Unit tenaga optik dari lensa untuk sinar cahaya
divergen atau konvergen.

3.Pemeriksaan Telinga :

Inspeksi dan palpasi


Amati bagian teliga luar : bentuk daun telinga, ukuran, warna, lesi, nyeri tekan,
adakah peradangan, penumpukan serumen, membrane timpani dan uji ketajaman
pendengaran.

Gamabar. Pemeriksaan telinga (dengan otoskop periksa amati, warna, bentuk,


transparansi, perdarahan, dan perforasi.)
Uji kemampuan kepekaan telinga :
a. dengan bisikan pada jarak 4,5 6 M untuk menguji kemampuan
pendengaran telinga kiri dan kanan
b. dengan arloji dengan jarak 30 Cm, bandingkan kemapuan mendengar
telinga kanan dan kiri
c. dengan garpu tala lakukan uji weber: mengetahui keseimbangan
konduksi suara yang didengar klien, normalnya klien mendengar
seimbang antara kanan dan kiri
d. dengan garpu tala lakukan uji rinne: untuk membandingkan
kemampuan pendengaran antara konduksi tulang dan konduksi
udara, normalnya klien mampu mendengarkan suara garpu tala dari
kondusi udara setelah suara dari kondusi tulang
e. dengan garpu tala lakukan uji scwabach: untuk membandingkan
kemampuan hantaran konduksi udara antara pemeriksa dan klien,
dengan syarat pendengaran pemeriksa normal.

4.Pemeriksaan Hidung :

Inspeksi dan palpasi


Amati bentuk tulang hidung dan posisi septum nasi (adakah pembengkokan/deformitas
atau tidak) dan adakah inflamasi.
Amati meatus, adakah perdarahan, kotoran, pembengkakan, mukosa hidung, adakah
pembesaran (polip)

5. Pemeriksaan Mulut dan Faring :

Inspeksi dan Palpasi


a. Amati bibir, untuk mengetahui kelainan konginetal (labioscheisis,
palatoscheisis, atau labiopalatoseisis ), warna bibir pucat, atau merah
,adakah lesi dan massa.
b. Amati gigi, gusi, dan lidah, adakah caries, kotoran, kelengkapan, gigi
palsu, gingivitis, warna lidah, perdarahan dan abses.
c. Amati orofaring atau rongga mulut, bau mulut, uvula simetris atau tidak
d. Adakah pembesaran tonsil, T0: Sudah dioperasi, T1: Ukuran normal, T2:
Pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah, T3: Pembesaran sampai garis
tengah, T4: Pembesaran melewati garis tengah
e. Perhatikan suara klien ada perubahan atau tidak
f. Perhatikan adakah lendir dan benda asing atau tidak

Gambar . Bentuk dan posisi gigi manusia

6.Pemeriksaan Wajah :
Inspeksi : Perhatikan ekspresi wajah klien, Warna dan kondisi wajah klien, struktur
wajah klien, sembab atau tidak, ada kelumpuhan otot-otot fasialis atau tidak.

7.Pemeriksaan Leher :

inspeksi dan palpasi amati dan rasakan :


a. Bentuk leher simetris atau tidak, ektomorf/kurus ditemukan pada orang
dengan gizi jelek, atau TBC, sedangkan endomorf ditemukan pada klen
obesitas, adakah peradangan ,jaringan parut, perubahan warna, dan massa

b. Kelenjar tiroid, ada pembesaran atau tidak dengan meraba pada suprasternal
pada saat klien menelan, normalnya tidak teraba kecuali pada aorang kurus

Gambar. Posisi pemeriksaan kelenjar tiroid

c. Vena jugularis, ada pembesaran atau tidak, dengan cara lakukan


pembendungan pada supraclavikula kemudian tekan pada ujung proximal vena
jugularis sambil melepaskan bendungan pada supraclavikula, ukurlah jarak
vertical permukaan atas kolom darah terhadap bidang horizontal, katakanlah
jaraknya a Cm di atas atau di bawah bidang horisontal. Maka nilai tekanan
vena jugularisnya adalah :
JVP = 5 a Cm,( bila di bawah bidang horizontal ) JVP = 5 a CmHg
( bila di atas bidang horizontal), normalnya JVP = 5 2 CmHg

Pengukuran langsung tekanan vena melalui pemasangan CVP dengan


memasukan cateter pada vena ,tekanan normal CVP = 5 15 CmHg

Palpasi pada leher untuk mengetahui pembesaran kelenjar limfe, kelenjar


tiroid dan posisi trakea. Pembesaran kelenjar limfe leher (Adenopati limfe)
menandakan adanya peradangan pada daerah kepala, orofaring, infeksi TBC,
atau syphilis. Pembesaran tiroid dapat terjadi karena defisiensi yodium.
Perhatikan posisi trakea, bila bergeser atau tidak simetris dapat terjadi karena
proses desak ruang atau fibrosis pada paru atau mediastinum

Gambar. Pemeriksaan vena jugularis

J. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak

Inspeksi :
Ukuran payudara : bentuk, dan kesimetrisan, dan adakah pembengkakan.
Normalnya melingkar dan simetris dengan ukuran kecil, sedang atau besar.
Kulit payudara : warna, lesi, vaskularisasi,oedema.
Areola : Adakah perubahan warna, pada wanita hamil lebih gelap.
Putting : Adakah cairan yang keluar, ulkus, pembengkakan
Adakah pembesaran pada kelenjar limfe axillar dan clavikula

Palpasi : Adakah secret dari putting, adakah nyri tekan, dan kekenyalan.
Adakah benjolan massa atau tidak

Gambar. Bentuk Payudara

K. Pemeriksaan Torak dan Paru

Secara umum ada beberapa garis bayangan yang digunakan dalam pemeriksaan torak
yaitu :
a. Garis midsternalis : garis yang ditarik dari garis tengah sternum ke bawah
b. Parasternalis : garis yang ditarik pada tepi sternum ke bawah
c. Garis midclavikula : garis yang ditarik dari pertegahan clavikula ke bawah
d. Garis mid axillaries : Garis yang ditarik dari pertengahan axilla ke bawah
e. Garis mid spinalis : garris yang ditarik dari pertengahan spinal ke bawah
f. Garis mid scapula : Garis yang ditarik dari pertengahan scapula ke bawah
Gambar: Imajinair pada thoraks

Inspeksi :
Bentuk torak, kesimetrisan, keadaan kulit.
Normal chest : diameter proximodistal lebih panjang dari anterodistal
Pigeon chest : diameter anteroposterior lebih panjang dari proximodistal
Funnel chest : diameter anteroposterior lebih pendek dari proximodistal
Barrel chest : diameter anteroposteriol sama denga proximodistal
Kyposis : tulang belakang bengkok ke depan
Scoliosis : tulang belakang bengkok ke sanping
Lordosis : tulang belakang bengkok ke belakang

Amati pernafasan klien : frekuensi ( 16 24 X per-menit ), retraksi intercosta,


retraksi suprasternal, pernafasan cuping hidung.

Macam-macam pola pernafasan :


1. Eupnea : Irama dan kecepatan pernafasan normal
2. Takipneu : Peningkatan kecepatan pernafasan
3. Bradipnea : Lambat tapi merupakan pernafasan normal
4. Apnea : Tidak terdapatnya pernafasan
5. Chene Stokes : Pernafasan secara bertahap mulai dangkal lebih cepat
dan dalam, kemudian melambat diselingi pereod
apnea
6. Biots : Pernafasan cepat dan dalam dengan berhenti tiba-tiba .
7. Kusmaul : Pernafasan cepat dan dalam tanpa berhenti
Amati ada / tidak cianosis, batuk produktif atau kering.

Palpasi :
Pemeriksaan taktil fremitus dan /vocal fremitus; membandingkan getaran dinding
torak antara kanan dan kiri, dengan cara menepelkan kedua telapak tangan
pemeriksa pada punggung klien kemudian klien diminta mengucapkan kata tujuh
puluh tujuh, telapak tangan digeser ke bawah dan bandingkan getarannya,
normalnya getaran antara kanan da kiri teraba sama.

gambar 1 : vokal fremitus, gambar 2: kedua tangan digeser


membandingkan getaran ke bawah

Gamabar. Palpasi taktil fremitus


Perkusi :
Menempelkan jari tengah pemeriksa pada intercosta klien dan mengetuk dengan
jari tangan yang satunya, normalnya suara dinding torak saat diperkusi adalah
sonor. Hipersonor menandakan adanya pemadatan jaringan paru atau penimbunan
cairan dalam dinding torak (pnemotorak)
Gambar.Sekuen perkusi thorak

Auskultasi :
1. Suara nafas :
Vesikuler : terdengar di seluruh lapang paru dengan intensitas suara
rendah, lembut dan bersih.
Bronchial : di atas manubrium sterni, suara tinggi, keras dan
bersih
Bronkovesikuler : Intercosta 1 dan 2, dan antara scapula, intensitas
sedang dan bersih
Trakeal : di atas trakea pada leher, imtensitas sangat tinggi
,keras dan bersih

2. Suara Ucapan :
Anjurkan klien mengucapkan tujuh puluh tujuh berulang-ulang, dengan
stetoskop dengarkan pada area torak, normalnya intensitas suara kanan dan kiri
sama
Kelainan yang dapat ditemuka :
Bronkophoni : Suara terdengar lebih keras di banding sisi lain
Egophoni : Suara bergema ( sengau )
Pectoriloquy : Suara terdengar jauh dan tidak jelas

3. Suara tambahan :
Rales : Suara yang terdengar akibat exudat lengket saat inspirasi
Rales halus , terdengar merintik halus pada akhir inspirasi
Rales kasar , terdengar merintik sepanjang inspirasi
Rales tidak hilang dengan batuk, tanda adanya cairan atau pus
di alveoli. Pada klien gagal jantung, atau pneumonia, atau
fibrosis paru.
Ronchi : Akibat penumpukan exudat pada bronkus-bronkus besar,
terdengar pada fase inspirasi dan ekspirasi, hilang bila
klien batuk. Tanda-tanda pasien Bronkhitis
Wheezing : Terdengar ngiik-ngiik saat ekspirasi akibat penyempitan
bronkus. Nada tinggi, seperti peluit. Tanda-tanda pasien Astma,
atau tumor,atau terdiri benda asing

Pleural tricion rub : terdengar kasar seperti gosokan amplas akibat


peradangan pleura terdengar sepanjang pernafasan lebih jelas
pada antero lateral bawah dinding torak. Tanda-tanda pasien
inflamasi pada pleura
L. Pemeriksaan Jantung

Inspeksi :
Amati ictus cordis : denyutan dinding torak akibat pukulan ventrikel kiri pada dinding
torak, normalnya pada ICS V Mid clavikula kiri selebar 1 Cm, sulit ditemukan pada
klien yang gemuk.

Palpasi :
Adanya pulsasi pada dinding torak, normalnya pulsasi tidak ada :
ICS II ( area aorta pada sebelah kanan dan pulmonal pada sebelah kiri )
ICS V Mid Sternalis kiri ( area tricuspidalis atau ventrikel kanan )
ICS V Mid Clavikula kiri ( area Bicuspidalis )

Perkusi :
Tujuan perkusi adalah untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar,
batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas : ICS II Mid sternalis
Batas bawah : ICS V
Batas Kiri : ICS V Mid Clavikula Sinistra
Batas Kanan : ICS IV Mid Sternalis Dextra

Auskultasi :
a. Dengarkan BJ I pada ICS IV linea sternalis kiri BJ I Tricuspidalis, dan pada
ICS V Mid Clavicula/Apeks BJ I bicuspidalis: terdengar LUB lebih keras
akibat penutupan katub mitral dan tricuspidalis.

b. Dengarkan BJ II pada ICS II linea sternalis kanan BJ II Aortic, dan ICS II


linea sternalis kiri BJ II pulmonik, terdengar DUB akibat penutupan katup
aorta dan pulmonal.
c. Dengarkan BJ III (kalau ada) terdengar di daerah mitral, pada awal diastolic
terdengar LUB-DUB-EE, BJ III terdengar normal pada anak-anak, dewasa
muda dan orang hamil. Bila ada BJ III pada orang dewasa yang disertai
dengan oedema/dipsneu berarti abnormal. BJ III pada klien decompensasi
cordis disebut Gallop Rhythm, yang terjadi akibat getaran karena derasnya
pengisian ventrikel kiri dari atrium kiri, dari ruang sempit ke ruang yang lebih
lebar.

d. Dengarkan adanya suara murmur, suara tambahan pada fase sistolik, diastolic
akibat dari getaran jantung atau pembuluh darah karena arus turbulensi darah.
Derajat Murmur :
1 : Hampir tidak terdengar
2 : Terdengar lemah
3 : Agak keras
4 : Keras
5 : Sangat keras
6 : Sampai stetoskop di angkat sedikit suara masih terdengar

Gamabar. Prekordium

M. Pemeriksaan Abdomen
Teknik pemeriksaan abdomen dengan urutan inspeksi, auskultasi, palpasi, dan
perkusi, karena palpasi dan perkusi dapat meningkatkan peristakltik usus.

Abdomen terbagi dalam 4 Kuadran atau 9 Regio :

Inspeksi :
a. Bentuk abdomen : Membusung, atau datar
b. Massa / Benjolan : pada daerah apa dan bagaimana bentuknya
c. Kesimetrisan bentuk abdomen
d. Amati adanya scar, striae (tanda peregangan pada ibu hamil),
e. warna: Cullen's sign (warna kebiruan di umbilikus, karena perdarahan
peritonium), Grey Turner's sign (lebam/memar pada panggul, karena
perdarahan retroperitoneal), bayangan pembuluh darah vena, kalau terlihat
pada bagian atas abdomen dan mengalir ke bagian yang lebih atas berarti ada
obstruksi vena porta hepatica, kalau tampak pada bagian bawah abdomen
menuju ke atas berarti ada obstruksi pada vena cava inferior, normalnya bila
terlihat pembuluh darah pada abdomen berasal dari bagian tengah menuju ke
atas atau ke bawah, dan tidak terlihat terlalu menonjol.

gambar 2: grey turner's sign

Auskultasi :
Untuk mengetahui peristaltik usus atau bising usus. Catat frekuensinya dalam satu
menit, normalnya 5 35 kali per menit, bunyi peristaltik yang panjang dan keras
disebut Borborygmi biasanya terjadi pada klien gastroenteritis, dan bila sangat lambat
(meteorismus) pada klien ileus paralitik.

Palpasi :
Menanyakan pada klien bagian mana yang mengalami nyeri.

Cara Palpasi Hepar :


a. Atur posisi pasien telentang dan kaki ditekuk
b. Perawat berdiri di sebelah kanan klien, dan meletakan tangan di bawah arcus
costae 12, pada saat inspirasi lakukan palpasi dan diskripsikan : Ada atau
tidak nyeri tekan, ada atau tidak pembesaran berapa jari dari arcus costae,
perabaan keras atau lunak, permukaan halus atau berbenjol-benjol, tepi hepar
tumpul atau tajam.
c. Normalnya hepar tidak teraba.
gambar 3: Palpasi Hepar

Palpasi Lien :
Posis pasien tetap telentang, buatlah garis bayangan Schuffner dari
midclavikula kiri ke arcus costae- melalui umbilicus berakhir pada SIAS
kemudian garis dari arcus costae ke SIAS di bagi delapan. Dengan Bimanual
lakukan palpasi dan diskripsikan nyeri tekan terletak pada garis Scuffner ke
berapa ? ( menunjukan pembesaran lien )

Palpasi Appendik :
Posisi pasien tetap telentang, Buatlah garis bayangan untuk menentukan titik
Mc. Burney yaitu dengan cara menarik garis bayangan dari umbilicus ke SIAS
dan bagi menjadi 3 bagian. Tekan pada sepertiga luar titik Mc Burney : Bila
ada nyeri tekan ,nyeri lepas dan nyeri menjalar kontralateral berarti ada
peradangan pada appendik.

Palpasi dan Perkusi Untuk Mengetahui ada Acites atau tidak :


Perkusi dari bagian lateral ke medial, perubahan suara dari timpani ke dullnes
merupakan batas cairan acites yang disebut pemeriksaan Shiffing Dullnes,
dengan perubahan posisi miring kanan / miring ke kiri, adanya cairan acites
akan mengalir sesuai dengan gravitasi, dengan hasil perkusi sisi lateral lebih
pekak/ dullness. Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah tympani.

Untuk mengetahui pembesaran perut bisa juga dilakukan pemeriksaan lingkar


abdomen

Palpasi Ginjal :
Dengan bimanual tangan kiri mengangkat ginjal ke anterior pada area lumbal
posterior, tangan kanan diletakan pada bawah arcus costae, kemudian lakukan
palpasi dan diskripsikan adakah nyeri tekan, bentuk dan ukuran.
Normalnya ginjal tidak teraba.

N. Pemeriksaan Genetalia
1. Genetalia Pria
Inspeksi :
a. Amati penyebaran dan kebersihan rambut pubis
b. Kulit penis dan scrotum adakah lesi, pembengkakan atau benjolan
c. Lubang uretra adakah penyumbatan, lubang uretra pada bagian bawah
(Hipospadia) lubang uretra pada batang penis (Epispadia)

Palpasi :
a. Penis : adakah nyeri tekan, benjolan, cairan yang keluar
b. Scrotum dan testis : Adakah benjolan, nyeri tekan, ukuran penis, testis
normalnya teraba elastis, licin dan tidak ada benjolan.

Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum :


Hidrocele : akumulasi cairan serosa diantara selaput visceral dan parietal
pada tunika vaginalis.
Scrotal Hernia : Hernia dalam scrotum
Spermatocele : Cysta epididimis, terbentuk karena, adanya obstruksi
pada tubulus/ saluran sperma.
Epididmal Mass/Nodularyti : Disebabkan adanya neoplasma benigna atau
maligna, syphilis ,atau tuberculosis.

Epididmitis : Inflamasi atau infeksi oleh Escherichia coli, Gonorrhoe, atau


Mycobacterium tuberculosis.
Torsi pada saluran sperma : Axil rotasi atau vuvulus pada saluran sperma
diakibatkan infarktion pada testis.
Tumor testiscular : tumor pada testis penyebabnya multiple sifatnya
biasanya tidak nyeri.

Inspeksi dan palpasi Hernia :


Amati daerah inguinal dan femoral, adakah pembengkakan. Sebelum palpasi,
Anjurkan klien berdiri dengan sebalah kaki, dengan sisi yang akan diperiksa agak
ditekuk.Masukan jari telunjuk ke dalam kulit scrotum dan dorong ke atas cincin
inguina eksternal. Bila cincin membesar suruh klien mengejan atau batuk, dengan
cara ini hernia inguinalis akan teraba.

O. Pemeriksaan Rektum dan Anus


Gambar . Pemeriksaan anus
Pria :
Posisikan pasien berbaring miring, atau berdiri membungkuk berdasarkan meja
pemeriksaan dan panggul fleksi.

Inspeksi :
1) Area sakrokoksigius. Kemungkinan terdapat kista pilonidal atau sinus.
2) Area perianal. Kemungkinan terdapat hemoroid, kutil, herpes, syangker, kanker.
Palpasi :
Palpasi kanul anus dan rektum dengan jari (menggunakan sarung tangan dan beri
pelumas). Kemudian raba pada:
1) Dinding rektum. kemungkinan terdapat kanker rektum atau polip.
2) Kelenjar prostat. kemungkinan terdapat hiperplasia benigna, kanker, prostatitis
akut.
Kemudian cobalah mempalpasi bagian atas prostat untuk menilai ketidakteraturan
atau nyeri tekan , kemungkinan terdapat sekat rektal dari metastasis peritoneal;
nyeri tekan pada inflamasi.

Wanita :
Baringkan pasien pada posisi litotomi atau berbaring miring.
Kemudian lakukan:
Inspeksi anus. kemungkinan terdapat hemoroid.
Palpasi kanul anus dan rektum. kemungkinan terdapat kanker rektum, serviks uterus
normal atau tampon (teraba melalui dinding rectum ).
Gambar Polip Rektum

P. Pemeriksaan Muskuloskeletal (Ekstremitas)


Inspeksi :
a. Postur, perasaan tidak nyaman, deformitas sendi, gaya berjalan.
b. Selama inspeksi perhatikan persendian dan area diatasnya (kulit,
otot, tendon) pada satu sisi, bandingkan dengan sisi yang lain,
observasi kesimetrisan, observasi deformitas (Varus: kaki bentuk
O, Valgus: kaki berbentuk X), perubahan warna (Erytema
kemerahan biasanya ada inflamasi, Ecchymosis mungkin
mengindikasikan kerusakan otot dibawah otot, ligament, atau
struktur tulang), observasi oedema, teksture, turgor.

Valgus

Varus

Gambar. Bentuk ekstremitas bawah


Palpasi :
- Obsevasi Suhu dengan menggunakan punggung tangan
- Kelainan bentuk (Deformities)
- Crepitus (KREPP-it-us) karena pergerakan fragmen tulang pada fraktur
- Tenderness dan rasa tidak nyaman (nyeri)

1. Pergerakan Sendi (ROM)


a. ROM Aktif
- Jika terdapat injuri atau nyeri mulailah dari sisi yang normal terlebih
dahulu
- Bandingkan kesimetrisan ROM diantara sendi
- Observasi nyeri, penurunan ROM, gerakan abnormal
-
b. ROM Pasif
Pemeriksa harus memegang dengan lembut tapi dengan kuat ekstremitas dan
persendian

2. Uji Kekuatan Otot


- Jika nyeri atau ada injury, mulailah pada sisi normal.
- Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan dengan menggunakan pengujian
otot secara manual atau Manual Muscle Testing (MMT).

- Prosedur pelaksanaan MMT adalah sebagai berikut :


1. Pasien diposisikan sedemikian rupa sehingga otot mudah berkontraksi
sesuai dengan kekuatannya. Posisi yang dipilih harus memungkinkan
kontraksi otot dan gerakan mudah diobservasi.
2. Bagian tubuh yang dites harus terbebas dari pakaian yang menghambat.
3. Berikan penjelasan dan contoh gerakan yang harus dilakukan.
4. Pasien mengontraksikan ototnya dan stabilisasi diberikan pada segmen
proksimal.
5. Selama terjadi kontraksi, gerakan yang terjadi diobservasi, baik palpasi
pada tendon.
6. Memberikan tahanan pada otot yang dapat bergerak dengan luas, gerak
sendi penuh dengan melawan grafitasi.
7. Melakukan pencatatan hasil MMT.Gunakan taxonomy dibawah ini
ketika mencatat dan melaporkan hasil uji kekuatan otot:
a) 5 : mampu bergerak dengan luas, gerak sendi penuh, melawan
gravitasi, dan melawan tahanan maksimal. Normal
b) 4 : mampu bergerak dengan luas, gerak sendi penuh, melawan
gravitasi, dan melawan tahanan sedang. Good
c) 3 : mampu bergerak dengan luas, gerak sendi penuh, melawan
gravitasi, tanpa tahanan. Fair
d) 2 : mampu bergerak dengan luas, gerak sendi penuh, tanpa melawan
gravitasi. Poor
e) 1 : tidak ada gerakan sendi, tetapi kontraksi otot dapat dipalpasi.
Trace
f) 0 : kontraksi otot tidak terdeteksi dengan palpasi. Zero
Q. Pemeriksaan Neurologis
1. Menguji tingkat kesadaran
a. secara kualitatif
1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya,
dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila
dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu
memberi jawaban verbal.
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada
respon terhadap nyeri.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah,
mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
b. Secara Kuantitatif dengan GCS ( Glasgow Coma Scale )
1. Menilai respon membuka mata (E)

(4) : spontan

(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).

(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan


kuku jari)

(1) : tidak ada respon

2. Menilai respon Verbal/respon Bicara (V)

(5) : orientasi baik


(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang )
disorientasi tempat dan waktu.

(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun
tidak dalam satu kalimat. Misalnya aduh, bapak)

(2) : suara tanpa arti (mengerang)

(1) : tidak ada respon

3. Menilai respon motorik (M)

(6) : mengikuti perintah

(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi


rangsang nyeri)

(4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi


stimulus saat diberi rangsang nyeri)

(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada &
kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).

(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh,
dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).

(1) : tidak ada respon

Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan


dalam simbol EVM Selajutnya nilai-nilai dijumlahkan.
Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu E4V5M6 dan terendah
adalah 3 yaitu E1V1M1
Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan :
- Compos Mentis (GCS: 15-14)
- Apatis (GCS: 13-12)
- Somnolen(11-10)
- Delirium (GCS: 9-7)
- Sporo coma (GCS: 6-4)
- Coma (GCS: 3)

2. Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak


Adakah Peningkatan suhu tubuh, nyeri kepala, kaku kuduk, mual muntah,
kejang
a. Pemeriksaan Kaku kuduk
b. Pemeriksaan Kernig
- Posisikan pasien untuk tidur terlentang
- Fleksikan sendi panggul tegak lurus (90)dengan tubuh, tungkai atas
dan bawah pada posisi tegak lurus pula.
- Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut sampai
membentuk sudut lebih dari 135 terhadap paha.
- Bila teradapat tahanan dan rasa nyeri sebelum atau kurang dari sudut
135, karena nyeri atau spasme otot hamstring / nyeri sepanjang
N.Ischiadicus, sehingga panggul ikut fleksi dan juga bila terjadi fleksi
involuter pada lutut kontralateral maka dikatakan Kernig sign positif.

gambar 3 pemeriksaan Tanda Kernig

c. Pemeriksaan Brudzinski
1. Brudzinski I (Brudzinskis neck sign)
Pasien berbaring dalam sikap terlentang, tangan kanan ditempatkan
dibawah kepala pasien yang sedang berbaring , tangan pemeriksa yang
satu lagi ditempatkan didada pasien untuk mencegah diangkatnya
badan kemudian kepala pasien difleksikan sehingga dagu menyentuh
dada. Brudzinski I positif bila gerakan fleksi kepala disusul dengan
gerakan fleksi di sendi lutut dan panggul kedua tungkai secara
reflektorik.
gambar 4: pemeriksaan tanda brudzinski I

2. Brudzinski II
Pasien berbaring terlentang. Tungkai yang akan dirangsang difleksikan
pada sendi lutut, kemudian tungkai atas diekstensikan pada sendi panggul.

3. Brudzinski III (Brudzinskis Check Sign)


Pasien tidur terlentang tekan pipi kiri kanan dengan kedua ibu jari
pemeriksa tepat di bawah os ozygomaticum.

4. Brudzinski IV (Brudzinskis Symphisis Sign)


Pasien tidur terlentang tekan simpisis pubis dengan kebua ibu jari tangan
pemeriksaan.

3. Memeriksa nervus cranialis


Nervus I , Olfaktorius (pembau )
Anjurkan klien mengidentifikasi berbagai macam jenis bau-bauan dengan
memejamkan mata, gunakan bahan yang tidak merangsang seperti kopi,
tembakau, parfum atau rempah-rempah

Nervus II, Opticus (penglihatan)


Melakukan pemeriksaan visus, dapat dilakukan dengan:
a. Pemeriksaan penglihatan sentral (visual acuity)
Dengan Kartu snellen, Pada pemeriksaan kartu memerlukan jarak enam
meter antara pasien dengan tabel, jika tidak terdapat ruangan yang cukup
luas, pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan cermin. Ketajaman
penglihatan normal bila baris yang bertanda 6 dapat dibaca dengan tepat
oleh setiap mata (visus 6/6)

b. Pemeriksaan Penglihatan Perifer


Pemeriksaan penglihatan perifer dapat menghasilkan informasi tentang
saraf optikus dan lintasan penglihatan mulai dari mata hingga korteks
oksipitalis. Dapat dilakukan dengan:
Tes Konfrontasi, Jarak antara pemeriksa pasien : 60 100 cm, Objek
yang digerakkan harus berada tepat di tengah-tengah jarak tersebut. Objek
yang digunakan (2 jari pemeriksa / ballpoint) di gerakan mulai dari lapang
pandang kanan dan kiri (lateral dan medial), atas dan bawah dimana mata
lain dalam keadaan tertutup dan mata yang diperiksa harus menatap lurus
ke depan dan tidak boleh melirik ke arah objek tersebut. Syarat
pemeriksaan lapang pandang pemeriksa harus normal.

a. Refleks Pupil
1. Respon cahaya langsung
Pakailah senter kecil, arahkan sinar dari samping (sehingga pasien
tidak memfokus pada cahaya dan tidak berakomodasi) ke arah salah
satu pupil untuk melihat reaksinya terhadap cahaya. Inspeksi kedua
pupil dan ulangi prosedur ini pada sisi lainnya. Pada keadaan normal
pupil yang disinari akan mengecil.

2. Respon cahaya konsensual


Jika pada pupil yang satu disinari maka secara serentak pupil lainnya
mengecil dengan ukuran yang sama.

b. Pemeriksaan fundus occuli (fundus kopi)


Digunakan alat oftalmoskop. Putar lensa ke arah O dioptri maka fokus
dapat diarahkan kepada fundus, kekeruhan lensa (katarak) dapat
mengganggu pemeriksaan fundus. Bila retina sudah terfokus carilah
terlebih dahulu diskus optikus. Caranya adalah dengan mengikuti
perjalanan vena retinalis yang besar ke arah diskus. Semua vena-vena
ini keluar dari diskus optikus.

c. Tes warna
Untuk mengetahui adanya polineuropati pada n. optikus.

Nervus III, Oculomotorius


1. Ptosis
Pada keadaan normal bila seseorang melihat ke depan maka batas kelopak
mata atas akan memotong iris pada titik yang sama secara bilateral. Ptosis
dicurigai bila salah satu kelopak mata memotong iris lebih rendah dari
pada mata yang lain, atau bila pasien mendongakkan kepala ke belakang /
ke atas (untuk kompensasi) secara kronik atau mengangkat alis mata
secara kronik pula.
2. Gerakan bola mata
Pasien diminta untuk melihat dan mengikuti gerakan jari atau ballpoint ke
arah medial, atas dan bawah, sekaligus ditanyakan adanya penglihatan
ganda (diplopia) dan dilihat ada tidaknya nistagmus. Sebelum pemeriksaan
gerakan bola mata (pada keadaan diam) sudah dilihat adanya strabismus
(juling) dan deviasi conjugate ke satu sisi.

3. Pemeriksaan pupil meliputi :


a. Bentuk dan ukuran pupil
b. Perbandingan pupil kanan dan kiri
c. Refleks pupil, Meliputi pemeriksaan:
- Refleks cahaya langsung (bersama N. II)
- Refleks cahaya tidak langsung (bersama N. II)
- Refleks pupil akomodatif atau konvergensi

Nervus IV, Throclearis


Pergerakan bola mata ke bawah dalam, gerak mata ke lateral bawah,
strabismus konvergen, diplopia

Nervus V, Thrigeminus :
- Cabang optalmicus : Memeriksa refleks berkedip klien dengan
menyentuhkan kapas halus saat klien melihat ke atas
- Cabang maxilaris : Memeriksa kepekaan sensasi wajah, lidah dan gigi
- Cabang Mandibularis : Memeriksa pergerakan rahang dan gigi
gambar 4 pemeriksaan nerves trigeminus

Nervus VI, Abdusen


Pergerakan bola mata ke lateral

Nervus VII, Facialis


Pemeriksaan fungsi motorik : mengerutkan dahi (dibagian yang lumpuh
lipatannya tidak dalam), mimik, mengangkat alis, menutup mata (menutup
mata dengan rapat dan coba buka dengan tangan pemeriksa), moncongkan
bibir atau menyengir, memperlihatkan gigi, bersiul (suruh pasien bersiul,
dalam keadaan pipi mengembung tekan kiri dan kanan apakah sama kuat. Bila
ada kelumpuhan maka angin akan keluar kebagian sisi yang lumpuh)

Nervus VIII, Auditorius/vestibulokokhlearis


Memeriksa ketajaman pendengaran klien, dengan menggunakan gesekan jari,
detik arloji, dan audiogram. Audiogram digunakan untuk membedakan tuli
saraf dengan tuli konduksi dipakai tes Rinne dan tes Weber.
Nervus IX, Glosopharingeal
Memeriksa gerakan reflek lidah, klien diminta m engucap AH, menguji
kemampuan rasa lidah depan, dan gerakan lidah ke atas, bawah, dan samping.
Pemeriksaan N. IX dan N X. karena secara klinis sulit dipisahkan maka
biasanya dibicarakan bersama-sama, anamnesis meliputi kesedak / keselek
(kelumpuhan palatom), kesulitan menelan dan disartria. Pasien disuruh
membuka mulut dan inspeksi palatum dengan senter perhatikan apakah
terdapat pergeseran uvula, kemudian pasien disuruh menyebut ah jika uvula
terletak ke satu sisi maka ini menunjukkan adanya kelumpuhan nervus X
unilateral perhatikan bahwa uvula tertarik kearah sisi yang sehat. Sekarang
lakukan tes refleks muntah dengan lembut (nervus IX adalah komponen
sensorik dan nervus X adalah komponen motorik). Sentuh bagian belakang
faring pada setiap sisi dengan spacula, jangan lupa menanyakan kepada pasien
apakah ia merasakan sentuhan spatula tersebut (N. IX) setiap kali dilakukan.
Dalam keadaaan normal, terjadi kontraksi palatum molle secara refleks. Jika
konraksinya tidak ada dan sensasinya utuh maka ini menunjukkan
kelumpuhan nervus X, kemudian pasien disuruh berbicara agar dapat menilai
adanya suara serak (lesi nervus laringeus rekuren unilateral), kemudian
disuruh batuk , tes juga rasa kecap secara rutin pada posterior lidah (N. IX)

Nervus X, Vagus
Memeriksa sensasi faring, laring, dan gerakan pita suara

Nervus XI, Accessorius


Pemeriksaan saraf asesorius dengan cara meminta pasien mengangkat
bahunya dan kemudian rabalah massa otot trapezius dan usahakan untuk
menekan bahunya ke bawah, kemudian pasien disuruh memutar kepalanya
dengan melawan tahanan (tangan pemeriksa) dan juga raba massa otot
sternokleido mastoideus.

Nervus XII, Hypoglosal


Pemeriksaan saraf Hipoglosus dengan cara :Inspeksi lidah dalam keadaan
diam didasar mulut, tentukan adanya atrofi dan fasikulasi (kontraksi otot yang
halus iregular dan tidak ritmik). Pasien diminta menjulurkan lidahnya yang
berdeviasi ke arah sisi yang lemah jika terdapat lesi upper atau lower
motorneuron unilateral.
Lesi UMN dari N XII biasanya bilateral dan menyebabkan lidah imobil dan
kecil. Kombinasi lesi UMN bilateral dari N. IX. X, XII disebut kelumpuhan
pseudobulbar.

b. Memeriksa fungsi motorik


c. pengamatan
Gaya berjalan dan tingkah laku
Simetri tubuh dan extermitas
Kelumpuhan badan dab anggota gerak
d. Gerakan volunter
Yang di periksa adalah pasien atas pemeriksa, misalnya
Mengangkat kedua tangan dan bahu
Fleksi dan extensi artikulus kubiti
Mengepal dan membuka jari tangan
Mengankat kedua tungkai pada sendi panggul
Fleksi dan ekstansi artikulus genu
Plantar fleksi dan dorsal fleksi plantar kaki
Gerakan jari-jari kaki
e. Palpasi
Pengukuran besar otot
Nyeri tekan
Kontraktur
Konsistensi (kekenyalan)
Konsistensi otot yang meningkat : meningitis, kelumpuhan
Konsitensi otot yanag menurun terdapat pada: kelumpuhan akibat lesi,
kelumpuhan akibat denerfasi otot

f. Memeriksa fungsi sensorik


Kepekaan saraf perifer. klien diminta memejamkan mata

- Menguji sensasi nyeri: dengan menggunakan Spatel lidah


yang dipatahkan atau ujung kayu aplikator kapasdigoreskan
pada beberapa area kulit, Minta klien untuk bersuara pada
saat di rasakan sensasi tumpul atau tajam.

- Menguji sensai panas dan dingin: dengan menggunakan


Dua tabung tes, satu berisi air panas dan satu air dingin,
Sentuh kulit dengan tabung tersebut minta klien untuk
mengidentifikasi sensasi panas atau dingin.
- Sentuhan ringan : dengan menggunakan Bola kapas atau
lidi kapas, Beri sentuhan ringan ujung kapas pada titik-titik
berbeda sepanjang permukaan kulit minta klien untuk
bersuara jika merasakan sensasi

- Vibrasi/getaran : dengan garputala, Tempelkan batang


garpu tala yang sedang bergetar di bagian distal sendi
interfalang darijari dan sendiinterfalang dari ibu jari kaki,
siku, dan pergelangantangan. Minta klien untuk bersuara
pada saat dan tempat di rasakan vibrasi.

g. Memeriksa reflek kedalaman tendon


- Reflek fisiologis
a. Reflek bisep:
Posisi:dilakukan dengan pasien duduk, dengan membiarkan
lengan untuk beristirahat di pangkuan pasien, atau membentuk
sudut sedikit lebih dari 90 derajat di siku.
Identifikasi tendon:minta pasien memflexikan di siku
sementara pemeriksa mengamati dan meraba fossa antecubital.
Tendon akan terlihat dan terasa seperti tali tebal.
Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada
tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk pada
sendi siku.
Respon : fleksi lengan pada sendi siku

gambar 5 reflek bisep

b. Reflek trisep :
- Posisi :dilakukan dengan pasien duduk. dengan Perlahan tarik
lengan keluar dari tubuh pasien, sehingga membentuk sudut kanan
di bahu. atau Lengan bawah harus menjuntai ke bawah langsung di
siku
- Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada
sendi siku dan sedikit pronasi
- Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku

gambar 6 reflek trisep

c. Reflek brachiradialis
- Posisi: dapat dilakukan dengan duduk. Lengan bawah harus
beristirahat longgar di pangkuan pasien.
- Cara : ketukan pada tendon otot brakioradialis (Tendon melintasi
(sisi ibu jari pada lengan bawah) jari-jari sekitar 10 cm proksimal
pergelangan tangan.
posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi.
- Respons: - flexi pada lengan bawah
- supinasi pada siku dan tangan

gambar 7 reflek brachiradiali


d. Reflek patella
- posisi klien: dapat dilakukan dengan duduk atau berbaring
terlentang
- Cara : ketukan pada tendon patella
- Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep femoris

gambar 8reflek patela

e. Reflek achiles
- Posisi : pasien duduk, kaki menggantung di tepi meja ujian. Atau
dengan berbaring terlentang dengan posisi kaki melintasi diatas
kaki di atas yang lain atau mengatur kaki dalam posisi tipe katak.
- Identifikasi tendon:mintalah pasien untuk plantar flexi.
- Cara : ketukan hammer pada tendon achilles
- Respon : plantar fleksi kaki krena kontraksi m.gastroenemius

gambar 9 reflek achiles

2. Reflek Pathologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-kasus
tertentu.
a. Reflek babinski:
- Pesien diposisikan berbaring supinasi dengan kedua kaki
diluruskan.
- Tangan kiri pemeriksa memegang pergelangan kaki pasien agar
kaki tetap pada tempatnya.
- Lakukan penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior
ke anterior
- Respon : posisitf apabila terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari
kaki dan pengembangan jari kaki lainnya

gambar 10 reflek babinski

b. Reflek chaddok
- Penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar
maleolus lateralis dari posterior ke anterior
- Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari, disertai
mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.

gambar 11 reflek chaddock

c. Reflek schaeffer
- Menekan tendon achilles.
- Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai
mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.
gambar 12 reflek schaefer

d. Reflek oppenheim
- Pengurutan dengan cepat krista anterior tibia dari proksiml ke
distal
- Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai
mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.

gambar 13 reflek oppenheim

b. Reflek Gordon
- menekan pada musculus gastrocnemius (otot betis)
- Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari kaki, disertai
mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.

gambar 14 reflek gordon

f. Reflek bing
Memberikan rangsangan pada kaki dengan posisi dorso fleksi
pasif dengan menusuk pada titik-titik multiple pada dorso lateral
permukaan kaki antara malleolus terjadi feksi plantar.

g. Reflek gonda
- Menekan (memfleksikan) jari kaki ke-4, lalu melepaskannya
dengan cepat.
- Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai
mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.

gambar 15 reflek gonda

Kaji juga keluhan lain yang terkait dengan Px. Neurologis :


EVALUASI

PETUNJUK MENGERJAKAN SOAL


1. Tulis Identitas anda secara lengkap pada Lembar Jawaban Ujian yang
tersedia.
2. Berikan tanda silang (X) pada abjad yang anda pilih di Lembar Jawaban
Ujian (LJU) yang tersedia
3. Untuk Soal pilihan tunggal (option jawaban A,B,C,D & E) maka pilih salah
satu jawaban yang anda anggap benar.
4. Untuk Soal pilihan tunggal (option jawaban A,B,C DAN D) maka pilih salah
satu jawaban yang anda anggap benar.
5. Jika anda ingin mengubah pilihan anda, maka coretlah jawaban anda
sebelumnya dengan tanda sama dengan (=) kemudian silanglah abjad
yang anda pilih. Coretan abjad tidak boleh lebih dari 1 buah.
6. PILIHLAH :
A. Jika jawaban 1, 2 dan 3 benar
B. Jika jawaban 1 dan 3 benar
C. Jika jawaban 2 dan 4 benar
D. Jika jawaban 4 saja yang benar
E. Jika semua jawaban benar

Soal Tipe 1:

01. Sebutkan alat-alat pemeriksaan fisik yang harus disiapkan dalam pemeriksaan
telinga adalah:
1. Othoscope 3. Lampu senter/penlight
2. Garpu tala 4. Stetoscope

02. Pemeriksaan pupil secara inspeksi bertujuan memperoleh data tentang:


1. Kesimetrisan 3. Bentuk
2. Diameter pupil 4. Refleks pupil terhadap cahaya

03. Pemeriksaan leher secara palpasi digunakan untuk menilai organ berikut:
1. Kelenjar limfe 3. Trachea
2 Arteri carotis 4. Thyroid
04. Teknik pemeriksaan tactile fremitus pada dinding dada adalah:
1. Pemeriksa meletakkan sisi telapak tangan bagian ulna pada kedua sisi dinding
dada klien
2 Klien diminta mengucapkan kata 77 berulangkali
3 Palpasi seluruh permukaan dinding dada baik depan maupun belakang
4 Menilai kesimetrisan getaran

05 Inspeksi dinding thorax meliputi penilaian terhadap:


1 Bentuk thorax 3. Retraksi inspirasi
2 Kesimetrisan gerakan dinding dada 4. Suara napas

06. . Dalam inspeksi abdomen, hal-hal yang diamati pemeriksa adalah:


1 Bentuk 3. Gelombang peristaltik
2 Pelebaran vena 4. Bising usus

07. Abdomen terbagi dalam .....................Kwadran


A. 4 B. 6 C. 9 D. 10 E.
12

08. Teknik pemeriksaan yang menggunakan indra pendengaran dan stetoscope untuk
mendengarkan suara-suara yang dikeluarkan organ tubuh tertentu disebut teknik
pemeriksaan:
A. Inspeksi C. Perkusi E. Teknik Khusus
B. Palpasi D. Auskultasi

09. Pemeriksaan rambut dan kulit kepala meliputi pengamatan terhadap:


1. Penyebaran rambut 3. Warna
2. Texture rambut 4. Bau dan hygiene kulit kepala

10 Teknik pemeriksaan yang tepat untuk menilai sclera mata klien adalah:
1 Minta klien untuk melihat ke atas
2. Minta klien untuk melihat ke bawah
3. Tangan pemeriksa menarik palpebra bawah ke arah bawah
4. Tangan pemeriksa menarik palpebra atas ke arah atas

11. Suara perkusi normal pada dinding dada adalah:


1. Dullness 3. Pekak
2 Resonan 4. Sonor

12. Urutan pemeriksaan abdomen yang benar adalah:


A. Inspeksi perkusi palpasi auskultasi
B. Perkusi auskultasi inspeksi palpasi
C. Auskultasi inspeksi palpasi perkusi
D. Inspeksi palpasi auskultasi - perkusi
E. Inspeksi auskultasi perkusi palpasi

13. Abdomen terbagi dalam .....................regio.


A. 4 B. 6 C. 9 D. 10 E. 12

14. Posisi yang tepat untuk pemeriksaan genitalia wanita adalah:


1 Fowler 3. Trendelenburg
2 Lithotomy 4. Dorsal recumbent

15. Aspek-aspek yang perlu dikaji dalam pemeriksaan integumen adalah:


1 Hygiene kulit 3. Turgor
2 Texture 4. Warna

16. Dari hasil pemeriksaan GCS pada komponen eye opening didapatkan nilai 2
artinya klien membuka mata:
A Secara spontan D. Dengan sentuhan
B Dengan perintah E. Tidak membuka mata/tidak berespon
C Dengan rangsang nyeri

17. Dari hasil pemeriksaan GCS pada komponen verbal respon didapatkan nilai 3
artinya
A Orientasi baik (terhadap orang waktu dan tempat)
B Hanya mengeluh/bersuara
C Tidak bicara
D Jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan
E Kata-kata tidak dapat dimengerti

18. Tn X mengalami penurunan kesadaran disertai kekacauan mental dan motorik


dang mengalami halusinasi. Jenis kesadaran tn X adalah:
A Apatis C. Somnolent E. Coma
B Delirium D. Stupor

19. Pemeriksaan luas lapang pandang dan visus oculi dilakukan untuk menilai fungsi
dari saraf cranialis berikut ini:
A Olfactorius (N I) C. Trochlearis (N IV) E. Facialis (N VII)
B Opticus (N II) D. Abdusen (N VI)

20. Reflex fisiologis yang bisa dikaji di lengan adalah:


1 Reflex brachioradialis 3. Reflex Biceps
2 Reflex Triceps 4. Reflex Achilles

Soal Tipe 2 :
1. Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa
melalui pengamatan adalah :
Tehnik pemeriksaan fisik dengan cara palpasi
Tehnik pemeriksaan fisik dengan cara perkusi
Tehnik pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi
Tehnik pemeriksaan fisik dengan cara Auskultasi
Tehnik pemeriksaan fisik dengan cara peraba

2. Palpasi adalah suatu tehnik yang menggunakan indra peraba, tangan dan jari-jari
adalah instrument yang sensitive digunakan untuk mengumpulkan data tentang :
1. Kelembaban dan turgor
2. Adanya ikterus
3. Vibrasi dan bentuk
4. Adanya sianosis

3. Bila anda melakukan pemeriksaan fisik dengan cara perkusi kemudian didapatkan
hasil suara perkusi Sonor artinya :
A. Suara dihasilkan dari suara perkusi jaringan yang lebih
padat didaerah paru-paru pada pneumonia
B. Suara perkusi jaringan yang normal
C. Suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi
daerah jantung atau hepar
D. Suara perkusi pada jaringan yang berongga kosong
E. Suara perkusi pada jaringan yang berongga padat

4. Zuster ati melakukan pemeriksaan fisik dengan cara mendengarkan yang


dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan alat yang disebut stestoskop. Hasil
yang didapatkan terdengar bunyi Ngiiik pada fase inspirasi dan ekspirasi,
maka hasil suara nafas tersebut disebut ..
A. Whezing B Rales C. Ronchi D. Bising E. Friction rub

5. Zuster Ati dalam melakukan pengkajian fisik dengan pendekatan yang dimulai dari
kepala sampai ekstremitas bawah dengan cara berurutan disebut :
Review of system D. Dongoes
Pola fungsi kesehatan Gordon E. Komprehensif
Head to toe

6. Sebelum anda melakukan pemeriksaan fisik pada klien, anda harus melakukan
pengkajian dulu . Salah satunya adalah tentang riwayat penyakit sekarang secara
lengkap (PQRST) pada huruf P (provoling atau poliatif ) yang perlu anda tanyakan
adalah :
1. Apa penyebab gejala ?
2. Apa yang dapat mengurangi dan memperberat penyakitnya ?
3. Apa yang dilakukan pada saat gejala mulai dirasakan
4. Keluhan psikologis yang dirasakan.

7. Yang anda tanyakan pada pola pemeliharaan kesehatan tentang pola eliminasi
diantaranya adalah :
1. Mengkaji jumlah warna dan bau
2. Mengkaji kesulitan menguyah dan menelan
3. mengkaji konstipasi, incontenensia dan frekwensi BAB/BAK
4. Mengkaji adanya anoreksia

8. Anda juga harus melakukan pengkajian secara psikologis dari pasien yang akan
anda lakukan pemeriksaan fisik meliputi :
1. Status emosi 3. Gaya komunikasi
2. Pola interaksi 4. Dampak dirawat di rumah sakit

9. Pemeriksaan berat badan dan tinggi badan perlu dilakukan untuk mengetahui
adanya obesitas dan kekurangan BB sebelum dirawat di rumah sakit
Sebab
Nilai BB awal untuk mengevaluasi apakah nanti ada penurunan BB selama
dilakukan perawatan pasien

10. Pada pemeriksaan rambut yang perlu anda kaji adalah penyebaran bau, rontok
dan warna. Bila pada pengkajian anda didapatkan warna putih sebelum waktunya
maka kemungkinan pasien tersebut menderita :
Chausing syndrome D. Anemia perniciosa
Polycistik Ovarii E. malnutrisi
Alopesia

11. Zuster Yuli melakukan pemeriksaan fisik visus mata pasien dengan jarak 5 atau 6
meter dengan snellen card pada OD dan OS didapatkan nilai 5/5 artinya :
Visus mata pasien dalam kondisi normal
Hanya mampu melihat dengan hitungan jari
Mampu melihat dengan lambaian tangan
Mampu melihat gelap dan terang
Tidak mampu melihat
12. Zuster Yuli juga melakukan pemeriksaan luas lapang pandang mata pasien untuk
mengetahui seberapa jauh luas LP bisa dilakukan oleh pasien
Sebab
Bila didapatkan (LP) pasien hanya bias melihat separoh dari medan penglihatan
maka kemungkinan pasien menderita Haemi anoxia
13. Pada uji kepekaan telinga pasien dengan uji garpu tala untuk mengetahui
keseimbangan konduksi suara yang didengarkan klien, bila pasien mendengarkan
seimbang antara kanan dan kiri disebut :
Uji Weber C. Uji Scwabach E. Uji Strengh
Uji rinne D. Uji Ritme

14. Pemeriksaan fisik daerah leher bisa dilakukan secara inspeksi dan palpasi untuk
mengetahui pembesaran kelenjar lympe
Sebab
Untuk melihat pembesaran kelenjar tiroid dengan meraba pada suprasternal pada
saat klien menelan secara normal tidak teraba kecuali pada orang kurus

15. Hasil pemeriksaan fisik daerah dada dengan cara perkusi pada intercosta klien
didapatkan hasil suara dinding torax yang normal saat diperkusi adalah :
Hipersonor C. Tympani E. Hypertimpani suara nafas
Sonor D. Dullnes

16. Bila anda melakukan pemriksaan suara nafas dengan menggunakan stetoskop
untuk auskultasi suara dapat anda dengarkan di daerah :
1. Vesikuler 2. Broncial 3. Bronkovesikuler 4. Trakea

17. Pada soal no 16 bila anda didapatkan suara Ngiik-ngik saat ekspirasi akibat
adanya penyempitan bronkus dengan nada tinggi seperti peluit disebut :
Pleural trician rub D. Rales
Ronchi E. Dullnes
Wheezing

18. Pada saat auskultasi daerah jantung juga bisa ditemukan adanya suara tanbahan
pada fase sistolik, diastolic akibat adanya getaran jantung atau pembuluh darah
akibat arus turbulensi disebut dengan suara murmur :
Sebab
Derajat suara murmur pada derajat 6 agak terdengar sedikit sampai stetoskop
diangkat dari pemeriksaan auskultasi dada

19. Tehnik pemeriksaan fisik abdomen harus dengan urutan inspeksi, auskultasi ,
palpasi dan perkusi sebab palpasi dan perkusi dapat meningkatkan peristaltic
usus
Sebab
Daerah abdomen dibagi menjadi 4 kuadran dan 9 regio
20. Untuk menentukan peradangan appendik bisa dilakukan dengan palpasi abdomen
tepatnya pada daerah :
Titik tricuspidalis D. Titik garais Schuffner
Titik Mc Burney E. Titik regio satu
Titik Bicuspidalis

Lampiran:

FORMAT PEMERIKSAAN FISIK


( PSYSICAL ASSASSMENT )

BIODATA PASIEN
1. Nama
: ...........................................................................................
2. Umur
: ...........................................................................................
3. Jenis Kelamin
: ...........................................................................................
4. No. Register
: ...........................................................................................
5. Alamat
: ..........................................................................................
6. Status
: ..........................................................................................
5. Kekuarga terdekat
: ..........................................................................................
6. Diaqnosa Medis
: ..........................................................................................

1. ANAMNESE
A. Keluhan Utama ( Alasan MRS ) :
Saat Masuk Rumah Sakit : ........................................................
Saat Pengkajian : .........................................................

B. Riwayat Penyakit Sekarang :


Kronologis dari penyakit yang diderita saan ini mulai awal hingga di bawa ke RS
secara lengkap meliputi( PQRST ) :

a. P = Provoking atau Paliatif :


b. Q = Quality : .........................................
c. R = Regio : ....................................
d. S = Severity : .
e. T = Time : ..
C. Riwayat Penyakit Yang Lalu :

D. Riwayat Kesehatan Keluarga :

................................................................................................................

2. POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN


a. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi :
N Pemenuhan Di Rumah Di Rumah Sakit
o Makan/Minum
1 Jumlah / Waktu Pagi : Pagi : .
Siang : . Siang : ..
Malam : .. Malam : .
2 Jenis Nasi : .. Nasi : ..........................
Lauk : .. Lauk : .........................
Sayur : . Sayur : .......................
Minum : Minum/ Infus : .........
3 Pantangan
4 Kesulitan
Makan /
Minum
5 Usaha-usaha
mengatasi
masalah

b. Pola Eliminasi
No Pemenuhan Di Rumah Di Rumah Sakit
Eliminasi BAB /BAK
1 Jumlah / Waktu Pagi : . Pagi : ..
Siang : Siang :
Malam : Malam : .
2 Warna

3 Bau
4 Konsistensi
5 Masalah Eliminasi
6 Cara Mengatasi
Masalah

c. Pola istirahat tidur


N Pemenuhan Istirahat Di Rumah Di Rumah Sakit
o Tidur
1 Jumlah / Waktu Pagi : .. Pagi : ..
Siang : Siang : ..
Malam : Malam : .
2 Gangguan Tidur

3 Upaya Mengatasi
Gangguan tidur
4 Hal Yang Memper-
mudah Tidur
5 Hal Yang Memper-
mudah bangun
d. Pola kebersihan diri / Personal Hygiene :
N Pemenuhan Personal Di Rumah Di Rumah Sakit
o Hygiene
1 Frekuensi Mencuci
Rambut
2 Frekuensi Mandi
3 Frekuensi Gosok Gigi
4 Keadaan Kuku

e. Aktivitas Lain
No Aktivitas Yang Di Rumah Di Rumah Sakit
Dilakukan

f. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI


a. Latar belakang social, budaya dan spiritual klien
Kegiatan kemasyarakatan :.
Konflik social yang dialami klien :...............................................
Ketaatan klien dalam menjalankan agamanya :..........................
Teman dekat yang senantiasa siap membantu :...........................

b. Ekonomi
Siapa yang membiayai perawatan klien selama dirawat :

Apakah ada masalah keuangan dan bagaimana mengatasinya :


3. PEMERIKSAAN FISIK

B. PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL


a. Tensi : e. BB : ................................
b. Nadi : f. TB : ................................
c. RR : G. Setelah dihitung berdasar rumus Borbowith
d. Suhu : Pasien termasuk : ( Kurus / Ideal / Gemuk )

C. KEADAAN UMUM

D. PEMERIKSAAN INTEGUMENT, RAMBUT DAN KUKU
- Integument
Inspeksi : Adakah lesi ( + / - ), Jaringan parut ( + / - )
Warna Kulit :
Bila ada luka bakar lokasi : ............., dengan luas : ................ %
Palpasi : Tekstur (halus/ kasar ), Turgor / Kelenturan ( baik / jelek ),
Struktur ( keriput /tegang ), Lemak subcutan ( tebal /
tipis ),Nyeri tekan ( + / - ) pada daerah.........................................
Identifikasi luka / lesi pada kulit
1. Tipe Primer
Makula ( + / - ), Papula ( + / - ) Nodule ( + / - ) Vesikula ( + / - )
2. Tipe Sekunder
Pustula ( + / - ), Ulkus ( + / - ), Crusta ( + / - ), Exsoriasi
( + / - ), Sear (+/-), Lichenifikasi ( + / - )
Kelainan- kelainan pada kulit :
Naevus Pigmentosus ( + / - ), Hiperpigmentasi ( + / - ),
Vitiligo/Hipopigmentasi ( + / - ), Tatto ( + / - ),
Haemangioma ( + / - ), Angioma/toh ( + / - ), Spider
Naevi ( + / - ), Strie ( + / - )

2. Pemeriksaan Rambut
a. Ispeksi dan Palpasi :
Penyebaran (merata / tidak), Bau . rontok ( + / - ),
warna .............Alopesia ( + / - ), Hirsutisme ( + / - ),
alopesia ( + / - )

3. Pemeriksaan Kuku
d. Inspeksi dan palpasi, warna . , bentuk..
kebersihan
4. Keluhan yang dirasakan oleh klien yang berhubungan dengan
Px. Kulit : .............................................................................................

E. PEMERIKSAAN KEPALA, WAJAH DAN LEHER


-Pemeriksaan Kepala
Inspeksi : bentuk kepala ( dolicephalus/ lonjong,
Brakhiocephalus/ bulat ), kesimetrisan ( + / - ). Hidrochepalu( + / - ), Luka (
+ / - ), darah ( +/-), Trepanasi ( + / - ).
Palpasi : Nyeri tekan ( + / - ), fontanella / pada bayi (cekung / tidak)
- Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
a. Kelengkapan dan kesimetrisan mata ( + / - )
b. Ekssoftalmus ( + / - ), Endofthalmus ( + / - )
c. Kelopak mata / palpebra : oedem ( + / - ), ptosis ( + / - ),
peradangan ( + / - ) luka ( + / - ), benjolan ( + / - )
d. Bulu mata : rontok atau tidak
e. Konjunctiva dan sclera : perubahan warna .
f. Warna iris ......................., reaksi pupil terhadap cahaya
g. (miosis / midriasis) isokor ( + / - )
Kornea : warna ..............
Nigtasmus ( + / - ), Strabismus ( + / - )
h. Pemeriksaan Visus
Dengan Snelen Card : OD ............. OS .........................
Tanpa Snelen Card : Ketajaman Penglihatan ( Baik / Kurang )

i. Pemeriksaan lapang pandang


Normal / Haemi anoxia / Haemoxia
j. Pemeriksaan t ekanan bola mata
Dengan tonometri , dengan palpasi taraba .
3 Pemeriksaan Telinga
Inspeksi dan palpasi
Amati bagian telinga luar: bentuk
Ukuran . Warna lesi ( + / - ), nyeri
tekan ( + / - ), peradangan ( + / - ), penumpukan serumen ( + / - ).
Dengan otoskop periksa membran tympany amati, warna ................,
transparansi ............................, perdarahan ( + / - ), perforasi ( + / - ).
Uji kemampuan kepekaan telinga :
a.Tes bisik ........................................
b. Dengan arloji ..................................
c. Uji weber : seimbang / lateralisasi kanan /
lateralisasi kiri
Uji rinne : hantaran tulang lebih keras / lemah /
sama dibanding dengan hantaran udara
d. Uji swabach : memanjang / memendek / sama

4. Pemeriksaan Hidung
Inspeksi dan palpasi
Amati bentuk tulang hidung dan posis septum nasi
( adakah pembengkokan Atau tidak )
Amati meatus : perdarahan ( + / - ), Kotoran ( + / - ),
Pembengkakan ( + / - ), pembesaran / polip ( + / - )

5. Pemeriksaan Mulut dan Faring


a. Inspeksi dan Palpasi
Amati bibir : Kelainan konginetal ( labioseisis, palatoseisis, atau
labiopalatoseisis ), warna bibir ., lesi ( + / - ), Bibir
pecah (+ / - ), Amati gigi ,gusi, dan lidah : Caries ( + / - ), Kotoran ( + / - ),
Gigi palsu ( + / - ), Gingivitis ( + / - ), Warna lidah : .Perdarahan
(+ / - ) dan abses ( + / - ).
Amati orofaring atau rongga mulut : Bau mulut :
uvula ( simetris / tidak ),
Benda asing : ( ada / tidak )
Adakah pembesaran tonsil, T 0 / T 1 / T 2 / T 3 / T 4
Perhatikan suara klien : ( Berubah atau tidak )

6. Pemeriksaan Wajah
Inspeksi : Perhatikan ekspresi wajah klien : tegang / rileks, Warna dan
kondisi wajah klien : .., Struktur wajah klien :
.Kelumpuhan otot-otot fasialis ( + / - )

7. Pemeriksaan Leher
Dengan inspeksi dan palpasi amati dan rasakan :
a. Bentuk leher (simetris atau asimetris), peradangan ( + / - ), jaringan parut (
+ / - ), perubahan warna ( + / - ), massa ( + / - )
b. Kelenjar tiroid, pembesaran ( + / - )
c. Vena jugularis, pembesaran ( + / - )
Palpasi : pembesaran kelenjar limfe ( + / - ), kelenjar tiroid ( + / - ), posisi
trakea (simetris/tidak simetris)
Keluhan yang dirasakan klien terkait dengan Px. Kepala, wajah,
leher ............................................................................................

F. PEMERIKSAAN PAYUDARA DAN KETIAK


a. Inspeksi
Ukuran payudara ., bentuk (simetris / asimetris), pembengkakan (+ /- ).
Kulit payudara : warna ............, lesi ( + / - ), Areola : perubahan warna (+ / - )
Putting : cairan yang keluar ( + / - ), ulkus ( + / - ), pembengkakan ( + / - )

b. Palpasi
Nyri tekan ( + / - ), kekenyalan (keras/kenyal/lunak), benjolan massa ( + / - )
c. Keluhan lain yang terkait dengan Px. Payudara dan ketiak :
.

G. PEMERIKSAAN TORAK DAN PARU


c. Inspeksi
Bentuk torak (Normal chest / Pigeon chest / Funnel chest / Barrel chest),
susunan ruas tulang belakang (Kyposis / Scoliosis / Lordosis), bentuk dada
(simetris / asimetris), keadaan kulit ..........................
Retrasksi otot bantu pernafasan : Retraksi intercosta ( + / - ), retraksi
suprasternal ( + / - ), Sternomastoid ( + / - ), pernafasan cuping hidung ( + / - ).
Pola nafas :
(Eupnea / Takipneu / Bradipnea / Apnea / Chene Stokes / Biots / Kusmaul)
Amati : cianosis ( + / - ), batuk (produktif / kering / darah ).

d. Palpasi
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri teraba (sama /
tidak sama). Lebih bergetar sisi ............................
e. Perkusi
Area paru : ( sonor / Hipersonor / dullnes )
f. Auskultasi
1. Suara nafas
Area Vesikuler : ( bersih / halus / kasar ) , Area Bronchial : ( bersih / halus /
kasar ) Area Bronkovesikuler ( bersih / halus / kasar )
2. Suara Ucapan
Terdengar : Bronkophoni ( + / - ), Egophoni ( + / - ), Pectoriloqy ( + / - )
3. Suara tambahan
Terdengar : Rales ( + / - ), Ronchi ( + / - ), Wheezing ( + / - ),
Pleural fricion rub ( + / - )

4. Keluhan lain yang dirasakan terkait Px. Torak dan Paru :


...............................................................................................
H. PEMERIKSAAN JANTUNG
a. Inspeksi
Ictus cordis ( + / - ), pelebaran ........cm
b. Palpasi
Pulsasi pada dinding torak teraba : ( Lemah / Kuat / Tidak teraba )

c. Perkusi
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas : .. ( N = ICS II )
Batas bawah : ....................... ( N = ICS V)
Batas Kiri : ... ( N = ICS V Mid Clavikula Sinistra)
Batas Kanan : .. ( N = ICS IV Mid Sternalis Dextra)
d. Auskultasi
BJ I terdengar (tunggal / ganda, ( keras / lemah ), ( reguler / irreguler )
BJ II terdengar (tunggal / ganda ), (keras / lemah), ( reguler / irreguler )
Bunyi jantung tambahan : BJ III ( + / - ), Gallop Rhythm (+ / -), Murmur (+ /
-)
e. Keluhan lain terkait dengan jantung :
....................................................................................................
I. PEMERIKSAAN ABDOMEN
a. Inspeksi
Bentuk abdomen : ( cembung / cekung / datar )
Massa/Benjolan ( + / - ), Kesimetrisan ( + / - ),
Bayangan pembuluh darah vena (+ /-)
b. Auskultasi
Frekuensi peristaltic usus ...... x/menit ( N = 5 35 x/menit, Borborygmi ( + / - )
c. Palpasi
Palpasi Hepar :
Ddiskripsikan :
Nyeri tekan ( + / - ), pembesaran ( + / - ), perabaan (keras / lunak), permukaan
(halus / berbenjol-benjol), tepi hepar (tumpul / tajam) . ( N = hepar tidak
teraba).
Palpasi Lien :
Gambarkan garis bayangan Schuffner dan pembesarannya.......
Dengan Bimanual lakukan palpasi dan diskrisikan nyeri tekan terletak pada
garis Scuffner ke berapa ? .............( menunjukan pembesaran lien )

Palpasi Appendik :
Buatlah garis bayangan untuk menentukan titik Mc. Burney . nyeri tekan ( + / - ),
nyeri lepas ( + / - ), nyeri menjalar kontralateral ( + / - ).
Palpasi dan Perkusi Untuk Mengetahui ada Acites atau tidak :
Shiffing Dullnes ( + / - ) Undulasi ( + / - )Normalnya hasil perkusi pada
abdomen adalah tympani.

Palpasi Ginjal :
Bimanual diskripsikan : nyeri tekan( + / - ), pembesaran ( + / - ).
(N = ginjal tidak teraba).
Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan Px. Abdomen :
..........................................................................................................

J. PEMERIKSAAN GENETALIA

Genetalia Pria
Inspeksi :
Rambut pubis (bersih / tidak bersih ), lesi ( + / - ), benjolan ( + / - )
Lubang uretra : penyumbatan ( + / - ), Hipospadia ( + / - ), Epispadia ( + / - )
Palpasi
Penis : nyeri tekan ( + / - ), benjolan ( + / - ), cairan ...............................
Scrotum dan testis : beniolan ( + / - ), nyeri tekan ( + / - ),
Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum :
Hidrochele ( + / - ), Scrotal Hernia ( + / - ), Spermatochele ( + / - ) Epididimal
Mass/Nodularyti ( + / - ) Epididimitis ( + / - ), Torsi pada saluran sperma ( + / - ),
Tumor testiscular ( + / - )
Inspeksi dan palpasi Hernia :
Inguinal hernia ( + / - ), femoral hernia ( + / - ), pembengkakan ( + / - )

Pada Wanita
Inspeksi
Kebersihan rambut pubis (bersih / kotor), lesi ( + / - ),eritema ( + / - ), keputihan ( + / -
), peradangan ( + / - ).Lubang uretra : stenosis /sumbatan ( + / - )

K. PEMERIKSAAN ANUS
a. Inspeksi
Atresia ani ( + / - ), tumor ( + / - ), haemorroid ( + / - ), perdarahan ( + / - )
Perineum : jahitan ( + / - ), benjolan ( + / - )
b. Palpasi
Nyeri tekan pada daerah anus ( + / - ) pemeriksaan Rectal Toucher
Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan Px. Anus :
...........................................................................................................

L. PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL ( EKSTREMITAS )


a. Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris / asimetris), deformitas (+ / -), fraktur
(+ /-) lokasi fraktur .., jenis fraktur
kebersihan luka.., terpasang Gib ( + / - ), Traksi ( + / - )

b. Palpasi
Oedem :

Lingkar lengan : .

Lakukan uji kekuatan otat :

M. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
a. Menguji tingkat kesadaran dengan GCS ( Glasgow Coma Scale )
Menilai respon membuka mata ..
Menilai respon Verbal .
Menilai respon motorik ..
Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan :
(Compos Mentis / Apatis / Somnolen / Delirium / Sporo coma / Coma)

b. Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak


Penigkatan suhu tubuh ( + / -), nyeri kepala ( + / -), kaku kuduk ( + / -), mual
muntah ( + / -) kejang ( + / -) penurunan tingkat kesadaran ( + / -)
c. Memeriksa nervus cranialis
Nervus I , Olfaktorius (pembau ) ..
Nervus II, Opticus ( penglihatan )...............
Nervus III, Ocumulatorius .....................
Nervus IV, Throclearis
Nervus V, Thrigeminus : - Cabang optalmicus : ...................
- Cabang maxilaris : .............................
- Cabang Mandibularis : ..........................
Nervus VI, Abdusen ..
Nervus VII, Facialis .............................
Nervus VIII, Auditorius ..........................
Nervus IX, Glosopharingeal .................................
Nervus X, Vagus ..
Nervus XI, Accessorius .................................
Nervus XII, Hypoglosal ..................................

d. Memeriksa fungsi motorik


Ukuran otot (simetris / asimetris), atropi ( + / -) gerakan-gerakan yang
tidak disadari oleh klien ( + / -)
e. Memeriksa fungsi sensorik
Kepekaan saraf perifer : benda tumpul .., benda tajam
. Menguji sensai panas / dingin .kapas halus
.. minyak wangi ..
f. Memeriksa reflek kedalaman tendon
Reflek fisiologis
1. Reflek bisep ( + / -)
2. Reflek trisep ( + / -)
3. Reflek brachiradialis ( + / -)
4. Reflek patella ( + / -)
5. Reflek achiles ( + / -)

Reflek Pathologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-kasus
tertentu.
a. Reflek babinski ( + / -)
b. Reflek chaddok ( + / -)
c. Reflek schaeffer ( + / -)
d. Reflek oppenheim ( + / -)
g. Reflek Gordon ( + / -)
f. Reflek bing ( + / -)
g. Reflek gonda ( + / -)
Keluhan lain yang terkait dengan Px. Neurologis :
.................................................................................................

V. RIWAYAT PSIKOLOGIS
a. Status Nyeri :

1.Menurut Skala Intensitas Numerik


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

b. Menurut Agency for Health Care Policy and Research


N Intensitas Nyeri Diskripsi
o
1 Pasien mengatakan tidak
Tidak Nyeri
merasa nyeri
2 Pasien mengatakan sedikit nyeri atau ringan.
Nyeri ringan
Pasien nampak gelisah
3 Pasien mengatakan nyeri masih bisa ditahan atau
Nyeri sedang
sedang
Pasien nampak gelisah
Pasien mampu sedikit berparsitipasi dalam
perawatan
4 Pasien mangatakan nyeri tidak dapat ditahan atau
Nyeri berat
berat.
Pasien sangat gelisah
Fungsi mobilitas dan perilaku pasien berubah
5 Pasien mengatan nyeri tidak tertahankan atau
Nyeri sangat
sangat berat
berat
Perubahan ADL yang mencolok
( Ketergantungan ), putus asa.

c. Status Emosi
Bagaimana ekspresi hati dan perasaan klien : ..,
Tingkah laku yang menonjol :
. Suasana yang
membahagiakan klien : Stressing
yang membuat perasaan klien tidak nyaman :
..................................................................
d. Gaya Komunikasi
Apakah klien tampak hati-hati dalam berbicara ( ya / tdk ), apakah pola
komunikasinya ( spontan / lambat ), apakah klien menolak untuk diajak
komunikasi ( ya / tdk ), Apakah komunikasi klien jelas ( ya / tdk ), apakah klien
menggunakan bahasa isyarat ya / tdk ).
e. Pola Interaksi
Kepada siapa klien berspon : Siapa
orang yang dekat dan dipercaya klien :
Bagaimanakah klien dalam berinteraksi ( aktif / pasif ), Apakah tipe
kepribadian klien ( terbuka / tertutup ).
f. Pola Pertahanan
Bagaimana mekanisme kopping klien dalam mengatasimasalahnya :

g. Dampak di Rawat di Rumah Sakit
Apakah ada perubahan secara fisik dan psikologis selama klien di rawat di
RS : .......................................................

L. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL DAN SPIRITUAL


1. Kondisi emosi / perasaan klien
- Apa suasana hati yang menonjol pada klien ( sedih / gembira )
- Apakah emosinya sesuai dengan ekspresi wajahnya ( ya / tdk )
2. Kebutuhan Spiritual Klien :
- Kebutuhan untuk beribadah ( terpenuhi / tidak terpenuhi )
- Masalah- masalah dalam pemenuhan kebutuhan spiritual :
..............................................................................................
- Upaya untuk mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan
spiritual : ............................................................................................

3. Tingkat Kecemasan Klien :


Komponen Yang Cemas Cemas Cemas Panik
No dikaji Ringan Sedang Berat
1 Orintasi terhadap
Baik Menurun Salah Tdk
Orang,
ada reaksi
tempat,waktu

2 Lapang persepsi
Baik Menurun Menyempit Kacau

3 Kemampuan
Mampu Mampu Tidak Tdk
menyelesaikan
dengan bantuan mampu ada tanggapan
masalah
4 Proses Berfikir
Mampu Kurang Tidak Alur fikiran
berkonsen mampu mampu kacau
trasi dan mengingat dan mengingat
mengingat berkonsentrasi dan
dengan berkonsentr
baik asi
5 Motivasi
Baik Menurun Kurang Putus asa

4. Konsep diri klien:


b. Identitas diri :............................................................................
c. Ideal diri : ............................................................................
d. Gambaran diri : ........................................................................
Harga diri :......................................................................
e. Peran : ..............................................................................

J. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
A. DARAH LENGKAP :
Leukosit : .............................. ( N : 3.500 10.000 / L )
Eritrosit : .............................. ( N : 1.2 juta 1.5 juta L )
Trombosit : .............................. ( N : 150.000 350.000 / L )
Haemoglobin : ............................... ( N : 11.0 16.3 gr/dl )
Haematokrit : ............................... ( N : 35.0 50 gr / dl )

B. KIMIA DARAH :
Ureum : ............................. ( N : 10 50 mg / dl )
Creatinin : ............................. ( N : 07 1.5 mg / dl )
SGOT : ............................. ( N : 2 17 )
SGPT : ............................. ( N : 3 19 )
BUN : ............................. ( N : 20 40 / 10 20 mg / dl )
Bilirubin : ............................. ( N : 1,0 mg / dl )
Total Protein : ............................. ( N : 6.7 8.7 mg /dl )

C. ANALISA ELEKTROLIT :
Natrium : ............................. ( N : 136 145 mmol / l )
Kalium : ............................. ( N ; 3,5 5,0 mmol / l )
Clorida : ............................. ( N : 98 106 mmol / l )
Calsium : ............................. ( N : 7.6 11.0 mg / dl )
Phospor : ............................. ( N : 2.5 7.07 mg / dl )

K. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
A. Jika ada jelaskan gambaran hasil foto Rongent, USG, EEG, EKG, CT-Scan, MRI,
Endoscopy dll.

I. TERAPI YANG TELAH DIBERIKAN :


................................................................................................................................

Anda mungkin juga menyukai