UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2019
1
DAFTAR ISI
1. Kegiatan skills lab adalah setiap kegiatan yang melatih keterampilan medis mahasiswa baik
keterampilan diagnostik maupun terapeutik sesuai Standar Kompetensi Dokter Indonesia.
2. Kegiatan skills lab dilakukan minimal dua kali pertemuan (2X50 MENIT) dan dapat
dilakukan repetisi dengan tujuan agar mahasiswa terampil dalam melakukan setiap
keterampilan sesuai level kompetensi dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia.
3. Kegiatan skills lab dilakukan di ruangan skills lab oleh beberapa kelompok mahasiswa yang
terdiri dari 12-14 orang dibimbing oleh 1-2 instruktur dosen
4. Mahasiswa diharapkan mempelajari penuntun skills lab sebelum mengikuti kegiatan skills
lab sesuai dengan jenis keterampilan yang akan dilatih.
5. Mahasiswa wajib mengenakan pakaian skills lab warna putih dilengkapi tanda pengenaldan
membawa buku penuntun serta kartu kontrol setiap mengikuti kegiatan skills lab.
6. Alat dan bahan yang menunjang kegiatan skills lab disediakan oleh tim skills lab.
Mahasiswa dapat diminta untuk menyediakan alat dan bahan terutama yang bersifat
disposable jika diperlukan.
7. Mahasiswa dapat membawa sendiri alat dan bahan milik pribadi sesuai keterampilan yang
akan dilatih dan bertanggung jawab terhadap alat dan bahan tersebut.
8. Mahasiswa diwajibkan hadir tepat waktu setiap mengikuti kegiatan skills lab.
9. Tidak diperkenankan mengikuti kegiatan skills lab bagi mahasiswa yang terlambat 10 menit
atau lebih
10. Mahasiswa diwajibkan mengikuti pretest sebelum mengikuti kegiatan skills lab.
11. Kegiatan skills lab berupa pengantar dan peragaan oleh instruktur dilanjutkan dengan
peragaan oleh mahasiswa dan tanya jawab
12. Repetisi kegiatan skills lab dapat dilakukan minimal satu kali sesuai jadawal yang telah
ditentukan.
13. Setiap mahasiswa diharapkan memperagakan setiap keterampilan minimal satu kali
14. Kartu kontrol merupakan pengawasan terhadap keterampilan mahasiswa dan sebagai
persayaratan mengikuti ujian skills lab
15. Kartu kontrol ditandatangani oleh instruktur setiap kali kegiatan dan setelah mahasiswa
memperagakan keterampilan dengan baik yang dapat dilakukan saat kegiatan skills lab
atau di luar jadwal kegiatan skills lab sesuai kesepakatan kelompok atau masing-masing
mahasiswa dengan instrukturnya
16. Mahasiswa diwajibkan mengikuti seluruh kegiatan skills lab, kecuali mahasiswa yang
sakit berat, perlu mendapat perawatan di rumah sakit, orang tua mengalami sakit berat,
mengalami kedukaan, atau mengikuti kegiatan di lain dengan menyertakan surat izin.
17. Mahasiswa yang berhalangan hadir dengan alasan yang tertera pada poin di atas
diwajibkan menginformasikan kepada dosen skills lab paling lambat 1x24 jam setelah
berlangsungnya kegiatan skills lab.
18. Mahasiswa dapat mengikuti ujian bila memenuhi syarat kehadiran 100% kecuali dengan
alasan pada poin 16 dan telah melengkapi kartu kontrol.
19. Mahasiswa yang tidak mengikuti ujian skills lab dengan alasan pada poin 16 dapat
mengikuti ujian susulan
20. Mahasiswa yang tidak lulus ujian skills lab, dapat mengikuti remedial skills lab.
I. PENDAHULUAN
Pemeriksaan keadaan umum atau general survey merupakan keterampilan yang harus
dimiliki oleh setiap klinisi. Keterampilan ini merupakan keterampilan yang terus diaplikasikan
oleh setiap klinisi saat berinteraksi dengan pasien. Dengan menguasai keterampilan ini dengan
baik akan sangat membantu klinisi dalam menentukan suatu penyakit dari seorang pasien
bahkan menentukan tatalaksana yang tepat hingga prognoosisnya.
II. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan latihan ketrampilan ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan
penilaian keadaan umum (general survey) termasuk keadaan sahet/ sakit terhadap pasien.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan persiapan sebelum pemeriksaan.
b. Melakukan pengamatan langsung terhadap pasien secara umum dan keseluruhan.
c. Melakukan pemeriksaan Indeks Massa Tubuh (IMT).
d. Menyimpulkan status sehat/sakit pasien secara umum.
III. MATERIAL
1. Penuntun pemeriksaan keadaan umum dan antropometri
2. Buku , kertas, pulpen dan/atau pensil
3. Alat dan bahan :
a. Bed periksa pasien.
b. Meja dan kursi periksa.
c. Alkohol 70% atau set cuci tangan + lap.
d. Stetoskop.
e. Kapas alkohol.
f. Microtoise.
g. Timbangan Berat Badan.
IV. TEORI
Pemeriksaan keadaan umum (General Survey) merupakan tindakan
observasi/pengamatan terhadap keseluruhan status kesehatan pasien secara umum.
Pemeriksaan tersebut berupa kesan sakit atau sehat, tingkat kesadaran, espresi wajah, cara
berbicara, aroma tubuh, nafas, personal higien dan reaksi terhadap lingkungan.
Pengamatan dapat dilakukan langsung sejak permulaan berhadapan dengan pasien.
Kemamouan ini dapta terus dilatih oleh seorang klinisi secara mandiri. Kemampuan ini penting
untuk seorang klinisi untuk meningkatkan ketajaman dan sensitivitas dalam menilai sikap,
perilaku bahkan pengetahuan pasien sehingga dapat menemukan perbedaan dari setiap
keadaan pasien yang juga beragam.
Pemeriksaan terhadap keadaan pasien secara umum diikuti dengan pemeriksaan
antropometri. Secara definitif antropometri dinyatakan sebagai suatu studi yang menyangkut
pengukurandimensi tubuh manusia dan aplikasi rancangan yang menyangkut geometri fisik,
massa,kekuatan dan karakteristik tubuh manusia yang berupa bentuk dan ukuran. Pada
praktiknya, pemeriksaan/ pengukuran antropometri mencakup pengukuran tinggi badan, berat
badan, dan menilai postur tubuh seorang pasien. Sehingga dapt diperoleh informasi singkat
mengenai status pertumbuhan, dan gizi pasien.
Keadaan umum dan status antropometri seseorang diperngaruhi banyak hal. Faktor
yang turut berperan, antara lain latar belakang ekonomi, keturunan, pengetahuan, pendidikan,
nutrisi, jenis kelamin, usia, lingkungan dan budaya.
Penting untuk melakukan penilaian keadaan umum pasien secara spontan sejak
pertama kali berinteraksi dengan pasien. Hal-hal yang diamati dapat membantu dalam membuat
hipotesis tentang keadaan kesehatan pasien dan mungkin prognosisnya.
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan keterampilan ini, adalah:
• Keadaan umum : Kesan sehat/sakit.
Membuat kesimpulan umum berdasar pengamatan selama berinteraksi dengan
pasien. Keadaan umum dapat terbagi atas kesan sehat, kesan sakit ringan (misalnya
pasien masih dapat berjalan, tersenyum, memperhatikan penampilan), kesan sakit
sedang (pasien tampak agak lemah, terganggu dengan keadaan sakitnya, sedikit
meringgis) dan kesan sakit berat (pasien tampak lemah, tidak dapat melakukan
aktivitas sehari-hari sendiri (membersihkan diri, menggunakan pakaian, makan dan
minum) .
• Tingkat kesadaran
Kesadaran adalah produk neurofisiologik dimana seorang individu mampu
berorientasi secara wajar terhadap diri sendiri dan lingkungan. Definisi yang lain yaitu
keadaan yang mencerminkan pengintegrasian rangsang aferen dan eferen.
Penilaian tingkat kesadaran dapat dilakukan secara kualitatif maupun
kuantitatif. Penilaian tingkat kesadaran secara kuantitatif dapat dilakukan berdasarkan
suatu standar yang telah ditetapkan, sperti menggunakan skala Glasgow atau yang
dikenal dengan GCS (Glasgow Coma Scale). Kemampuan penilaian tingkat kesadaran
dengan menggunakan skala ini akan dipelajari lebih jauh pada tingkat kompetensi yang
lebih tinggi/ pembelanjaran selanjutnya.
Koma Koma adalah suatu keadaan tidak sadar total terhadap diri sendiri
dan lingkungan meskipun distimulasi dengan kuat. Gerakan
spontan negatif, reflek‐reflek negatif, fungsi nafas terganggu atau
negatif. Tidak ada respon sama sekali terhadap rangsang nyeri
yang
bagaimanapun kuatnya.
1. Pemeriksaan Antropometri dengan Penilaian Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)
Antropometri dapat digunakan untuk berbagai tujuan, tergantung pada indikator antropometri yang
dipilih. Indeks massa tubuh (IMT) merupakan indikator kondisi atau status gizi. Pengukuran IMT
merupakan cara yang paling murah dan mudah dalam mendeteksi kekurangan atau kelebihan berat
badan seseorang, atau masyarakat di suatu wilayah. Tetapi IMT bukanlah suatu alat diagnostik.
Berdasarkan ketentuan WHO, IMT digunakan untuk menilai kondisi atau status gizi atau kalasifikasi
berat badan untuk dewasa di atas usia 20 tahun. IMT juga dapat digunakan untuk anak dan remaja.
Namun pada anak, IMT yang dihitung akan dibandingkan dnegan Z-score atau percentile.
2. Penilaian lainnya
Penilaian lain yang dapat dilakukan oleh pemeriksa saat pertama kali berinteraksi dengan pasien
dapat juga meliputi mengamati ada tidaknya tanda stes, menilai tinggi badan dan bentuk tubuh, berat
badan, warna kulit, pakaian dan personal higien, ekspresi wajah, aroma tubuh dan napas, postur, cara
berjalan, aktivitas motorik dann responnya terhadap lingkungan sekitar.
V. DAFTAR TILIK
I. PENDAHULUAN
Cuci tangan (hand hygiene) dan sarung tangan berfungsi untuk melindungi baik tenaga kesehatan
maupun pasien. Prosedur cuci tangan (hand hygiene) seringkali terlupakan oleh tenaga kesehatan saat
hendak melakukan tindakan atau setelah kontak apapun, baik sosial maupun profesional dengan pasien
manapun. Tindakan-tindakan bedah selalu diawasi dengan cuci tangan sebelum menggunakan sarung tangan
untuk menjaga keselamatan pasien maupun tenaga kesehatan dengan meminimalisir penyebaran berbagai
mikroorganisme penyebab infeksi.
II. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan latihan ketrampilan ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami teknikk
asepsis, dan mengetahui indikasi serta langkah pemakaian sarung tangan medis.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui manfaat teknik asepsis
2. Melakukan semua langkah cuci tangan (hand hygiene) dengan benar saat di luar ruang operasi
3. Melakukan semua langkah cuci tangan (hand hygiene) dengan benar baik saat akan melakukan
tindakan bedah di dalam ruang operasi.
4. Mengetahui 5 moments hand hygiene
5. Mahasiswa dapat memahami dan melakukan prosedur pengguanaan sarung tangan medis non steril
6. Mahasiswa dapat memahami dan melakukan prosedur pemakaian sarung tangan medis steril.
III. MATERIAL
1. Penuntun prosedur cuci tangan asepsis dan penggunaan sarung tangan
2. Buku , kertas, pulpen dan/atau pensil
3. Alat dan bahan:
a. Wastafel dan air mengalir
b. Sabun cair
c. Serbet bersih
d. Serbet bersih sekali pakai
e. Larutan antiseptic atau larutan hand rub
f. Sarung tangan steril ukuran no. 6, 6.5, 7 7.5, dan 8 (sesuai dengan ukuran tangan)
g. Sarung tangan non steril ukuran S, M, atau L (sesuai dengan ukuran tangan)
IV. TEORI
Asepsis adalah prinsip bedah untuk mempertahankan keadaan bebas kuman. Antiseptik adalah cara
dan tindakan yang diperlukan untuk mencapai keadaan bebas kuman, patogen dan bertujuan mencegah
terjadinya infeksi dengan membunuh kuman patogen. Sumber infeksi diperoleh dari udara, alat atau bahan
bedah, kulit, viseral dan darah. Pemakaian sarung tangan dan konsep suci hama perlengkapan bedah
menghasilkan konsep asepsis.
b. Teknik cuci tangan (hand hygiene) di dalam ruang operasi (sebelum pembedahan)
Proses cuci tangan (hand hygiene) sebelum pemebedahan bertujuan untuk menghilangkan
sementara dan mengurangi flora normal yang bersifat menetap (resident). Prosedur ini juga akan
menghambat pertumbuhan bakteri di bawah sarung tangan. Sebagian besar pedoman melarang
penggunaan perhiasan atau jam tangan oleh tim bedah, kuku yang panjang karena berisiko sumber
bakteri (dikaitkan dengan perubahan flora normal dan menghambat proses kebersihan tangan).
Cuci tangan sebelum pembedahan di dalam ruang operasi dapat dilakukan dengan sabun
dan air mengalir ataupun dengan hand rub. Produk yang paling umum digunakan untuk antisepsis
tangan bedah adalah sabun chlorhexidine atau povidone-iodine.
Terdapat perbedaan pendapat pada beberapa literature dalam penggunaan sikat. Penelitian
terbaru menunjukkan bahwa penggunaan sikat tidak menambah efek antimikroba dibanding tanpa
sikat. Sikat dapat memberi manfaat pada tangan yang terlihat kotor sebelum memasuki ruang operasi.
Handuk kain steril sering digunakan di dalam ruang operasi untuk mengeringkan tangan setelah cuci
tangan.
Gambar 4. Langkah mencuci tangan pra-bedah.
Gambar 5. (Lanjutan) Langkah mencuci tangan pra-bedah.
2. Sarung Tangan Medis
Sarung tangan medis terbagi menjadi sarung tangan non-steril dan sarung tangan steril.
Penggunaannya biasanya disesuaikan dengan indikasi tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga medis
tersebut, begitu pula dengan indikasi melepas sarung tangan.
• Indikasi memakai sarung tangan
✓ Sebelum kondisi steril.
✓ Antisipasi kontak dengan darah atau cairan tubuh lain, baik dalam kondisi steril
maupun tidak, mencakup kontak pada membran mukosa dan kulit terbuka.
✓ Kontak dengan pasien (dan área sekelilingnya) selama tindakan pencegahan kontak
• Indikasi melepas sarung tangan
✓ Segera setelah sarung tangan rusak (dicurigai adanya sobekan sekecil apapun)
✓ Setelah selesai kontak dengan darah, cairan tubuh, kulit terbuka dan membran mukosa.
✓ Setelah selesai kontak dengan pasien dan/atau sekelilingnya, atau bagian tubuh
yang terkontaminasi pada pasien.
✓ Jika ada indikasi untuk sanitasi tangan.
Adapun kondisi yang tidak diindikasikan untuk menggunakan sarung tangan medis (kecuali adanya
tindakan pencegahan kontak), yaitu:
• Paparan dengan pasien langsung, seperti mengukur tanda-tanda vital; melakukan penyuntikan
subkutan dan intramuskular; memandikan dan memakaikan pakaian pasien; memindahkan pasien;
perawatan mata dan telinga (tanpa sekret); semua tindakan memperbaiki jalur vaskular tanpa adanya
kebocoran darah.
• Paparan dengan pasien tidak lansung, seperti menggunakan telepon; menulis di status pasien
memberikan obat oral; menyentuh nampan makan pasien; mengganti linen pasien; memasang
peralatan ventilasi non-invasif dan kanula oksigen; memindahkan perabotan pasien.
Perlu untuk diketahui bagian-bagian yang steril dan tidak steril sehingga tidak tercampur antara
keduanya. Bagian yang tidak steril hanya bersentuhan dengan yang tidak steril. Begitu pula sebaliknya.
Sama halnya dengan memakai sarung tangan steril. Bagian dalam sarung tangan adalah bagian yang
akan bersentuhan dengan kulit tangan sedangkan bagian luar adalah bagian yang tetap steril sehingga perlu
dijaga sterilisasinya dengan tidak menyentuh bagian luar sarung tangan. Lipatan pada bagian pergelangan
sarung tangan berfungsi memaparkan sisi yang dapat disentuh oleh tangan sehingga sarung pertama dapat
diangkat dan dipasang. Saat telah memakai kedua sarung tangan, tangan harus dijaga sterilitasnya dengan
memposisikan tangan di depan dada agar tidak menyentuh bagian tubuh dan benda-benda sekitar.
1 5
V. DAFTAR TILIK
No Prosedur 0 1 2
Melepaskan semua perhiasan (cincin, arloji, gelang dan perhiasan lainnya) dari jari
1
tangan dan pergelangantangan.
2 Menggulung lengan baju sampai sebatas siku atau lebih.
3 Ambil alkohol pada kedua tangan dengan telapak tangan membentuk kantong.
8 Menggosok ibu jari dengan arah rotasi menggunakan tangan yang berlawanan
9 Menggosok ke-empat jari dengan arah rotasi pada telapak tangan yang berlawanan
No Prosedur 0 1 2
Melepaskan semua perhiasan (cincin, arloji, gelang dan perhiasan lainnya) dari jari
1 tangan, pergelangantangan, siapkan sabun dan tissue atau handuk sekali pakai,
pastikan air dapat mengalir.
Membasahi tangan dan lengan sampai pergelangan tangan dan menuang sabun
3
secukupnya.
4 Meratakan sabun ke seluruh telapak tangan.
Menggosok punggung tangan kanan dengan telapak tangan kiri, jari menggosok
5
sela-sela jari, dilakukan sama untuk punggung tangan kiri
6 Menggosong telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri, jari menggosok sela-
sela jari
Menggosok bagian belakang jari-jari dengan telapak tangan yang berlawanan, posisi
7
saling mengunci.
8 Menggosok ibu jari dengan arah rotasi menggunakan tangan yang berlawanan
9 Menggosok ke-empat jari dengan arah rotasi pada telapak tangan yang berlawanan
No Prosedur 0 1 2
Melepaskan semua perhiasan (cincin, arloji, gelang dan perhiasan lainnya) dari jari
1 tangan, pergelangantangan, siapkan sabun dan tissue atau handuk sekali pakai,
pastikan air dapat mengalir.
Membersihkan bagian tangan kiri secara sistematis seperti pada tangan kanan dari
10 kuku, jari, sela jari, punggung tangan, telapak, pergelangan, lengan bawah hinggah
siku
11 Menutup keran dengan siku
Mengeringkan tangan dengan serbet bersih. Sisi yang satu untuk tangan kanan, sisi
12 yang lainnya untuk tangan kiri pada bagian yang masih kering. Dari ujung jari hingga
ke arah siku tangan kanan, lanjutkan ke tangan kiri. Buang serbet.
JUMLAH
JUMLAH TOTAL
OVERALL TL B L
No Prosedur 0 1 2
Perhatikan! Bila ada indikasi hand hygiene sebelum kontak, maka lakukanlah cuci
1 tangan sebelum menggunkan sarung tangan dengan sabun dan air mengalir atau
larutan antiseptic berbsis alkohol.
3 Sentuh sedikit saja area sarung tangan pada daerah pergelangan (pada ujung atas
manset)
4
Pasanglah sarung tangan pertama
Ambil sarung tangan kedua dengan tangan yang belum memakai sarung tangan,
5 sentuh sedikit saja area sarung tangan pada daerah pergelangan (pada ujung atas
manset)
Untuk menghindari tersentuhnya kulit lengan bawah oleh tangan yang telah
terpasang sarung tangan, lipatlah permukaan luar sarung tangan yang akan dipakai,
6 menggunakan lipatan jari tangan yang telah menggunakan sarung tangan, lalu
kenakan sarung tangan pada tangan kedua.
Setelah sarung tangan terpasang, hindari bersentuhan dengan selain apa yang
7 diindikasikan atau kondisi yang membutuhkan penggunaan sarung tangan
Cubitlah sarung tangan pada daerah pergelangan tanpa menyentuh lengan atas, lalu
8 bukalah sarung tangan hingga membalik bagian luar dan dalam sarung tangan
9 Pegang sarung tangan yang telah dilepas dengan tangan yang masih memakai
sarung tangan. Selipkan tangan yang sudah tidak memakai sarung tangan diantara
lengan bawah dan sarung tangan, lalu lepaskan sarung tangan kedua sampai posisi
melipat menutupi sarung tangan pertama.
No Prosedur 0 1 2
Perhatikan! Lakukanlah cuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau larutan
1
antiseptik berbsis alkohol.
Pastikan integritas kemasan. Buka kemasan luar non-steril tanpa menyentuh
2
kemasan steril di dalamnya.
Letakkan kemasan dalam yang steril pada permukaan rata yang bersih dan kering,
tanpa menyentuh permukaan kemasan steril. Bukalah kemasan dengan menyentuh
3
ujung kemasan lalu lipat hingga menghadap ke bawah, dan biarkan kemasan
terbuka.
Dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk salah satu tangan, pegang sarung
4
tangan pada bagian ujung yang terlipat.
Masukkan tangan lain ke dalam sarung tangan dengan satu gerakan tunggal, biarkan
5
lipatan sarung tangan pada daerah pergelangan tangan.
Ambil sarung tangan kedua dengan cara menyelipkan jari-jari tangan yang telah
6
menggunakan sarung tangan ke dalam lipatan manset sarung tangan kedua.
Dengan satu gerakan tunggal, masukkan tangan yang belum memakai sarung tangan
ke sarung tangan kedua dengan menghindari kontak / sentuhan antara tangan yang
7 telah memakai sarung tangan dengan area selain sarung tangan yang akan dipakai
(adanya kontak menyebabkankurangnya asepsis dan membutuhkan penggantian sarung
tangan).
Jika dibutuhkan, setelah kedua sarung tangan terpasang, perbaiki letak sarung tangan
8
pada jari- jari hingga sarung tangan terpasang dengan nyaman.
Bukalah lipatan pada manset dengan menyelipkan jari-jari tangan lain di bawah
lipatan, hindari kontak atau sentuhan dengan permukaan selain permukaan luar
9
sarung tangan (adaya kontak menyebabkan kurangnya asepsis dan membutuhkan
penggantian sarung tangan).
Tangan yang telah memakai sarung tangan hanya boleh menyentuh area dan alat-
11
alat yang telah disterilkan serta area tubuh pasien yang telah didisenfeksi.
I. PENDAHULUAN
Pemeriksaan tanda vital mencakup beberapa jenis pemeriksaan yaitu pemeriksaan suhu tubuh,
denyut nadi, pernapasan dan pemeriksaan tekanan darah.
II. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan latihan ketrampilan ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami dan melakukan
prosedur pemeriksaan tanda-tanda vital dengan benar.
2. Tujuan Khusus
1. Memeriksa tekanan darah
2. Memeriksa kualitas dan kuantitas denyut nadi radialis dan brachialis
3. Memeriksa kualitas dan kuantitas pernapasan
4. Memeriksa suhu tubuh pada oral, axila dan rectum
5. Menilai perfusi perifer atau akral
6. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, suhu.
III. MATERIAL
1. Penuntun belajar pemeriksaan tanda vital
2. Kertas, pensil, pulpen, dan kartu control
3. Alat dan bahan:
a. Stetoskop
b. Sphygmomanometer
c. Termometer aksila
d. Stopwatch/ jam analog
IV. TEORI
1. TEKANAN DARAH
Dalam melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, lakukanlah pemeriksaan tekanan darah atau pulsasi
nadi terlebih dahulu. Jika tedapat tekanan darah yang tinggi, lakukanlah pemeriksaan ulang tekanan darah
setelah melakukan pemeriksaan yang lain.
Metode pemeriksaan tekanan dengan cara klasik adalah dengan menentukan tinggi kolom cairan
yang memproduksi tekanan yang setara dengan tekanan yang diukur. Alat yang mengukur tekanan dengan
metode ini disebut manometer. Alat untuk mengukur tekanan disebut sphygmomanometer, yang mengukur
tekanan darah. Dua tipe tekanan gauge dipergunakan dalam sphygmomanometer. Pada manometer merkuri,
tekanan diindikasikan dengan tinggi kolom merkuri dalam tabung kaca. Pada manometer aneroid, tekanan
mengubah bentuk tabung fleksibel tertutup, yang mengakibatkan jarum bergerak ke angka.
Tekanan darah diukur menggunakan sebuah manometer berisi merkuri air raksa. Alat itu dikaitkan
pada kantong tertutup yang dibalutkan mengelilingi lengan atas (bladder &cuff). Tekanan udara dalam
kantong pertama dinaikkan cukup di atas tekanan darah sistolik dengan pemompaan udara ke dalamnya. Ini
memutuskan aliran arteri brakhial dalam lengan atas, memutuskan aliran darah ke dalam arteri lengan bawah.
Kemudian, udara dilepaskan secara perlahan-lahan dari kantong selagi stetoskop digunakan untuk
mendengarkan kembalinya denyut dalam lengan bawah. Prinsip ini juga berlaku untuk pemeriksaan tekanan
darah dengan manometer aneroid.
Perlu diketahui jenis tekanan darah untuk diinterpretasikan dalam pemeriksaan tekanan darah, yaitu:
1. Tekanan darah sistolik
Tekanan darah sistolik yaitu tekanan maksimum dinding arteri pada saat kontraksi ventrikel kiri.
2. Tekanan darah diastolik
Tekanan darah diastolik yaitu tekanan minimum dinding arteri pada saat relaksasi ventrikel kiri.
3. Tekanan arteri atau tekanan nadi.
Tekanan nadi yaitu selisih antara tekanan sistolik dan diastolik.
Pengukuran tekanan darah merupakan gambaran resistensi pembuluh darah, cardiac output, status
sirkulasi dan keseimbangan cairan. Tekanan darah dipengaruhi beberapa faktor, antara lain :aktifitas fisik,
status emosional, nyeri, demam atau pengaruh kopi dan tembakau.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pemeriksaan tekanan darah adalah:
1. Sphymomanometer (blood pressure cuff)
Sphygmomanometer adalah alat yang digunakan untuk pengukuran tekanan darah, yang terdiri dari
cuff, bladder dan alat ukur air raksa. Dalam melakukan pemeriksaan ini harus diperhatikan :
- Lebar dari bladder kira-kira 40 % lingkar lengan atas (12 - 14 cm pada dewasa).
- Panjang bladder kira-kira 80 % lingkar lengan atas.
- Sphygmomanometer baik merkuri maupun aneroid harus dikalibrasi secara rutin.
2. Pasien
Perlu diperhatikan hal-hal terkait pasien dan cara memperisiapkan pasien tersebut sebelum memulai
melakukan prosedur pemeriksaan tekanan darah, antara lain:
- Idealnya, minta pasien Anda untuk tidak merokok atau meminum minuman berkafein 30 menit sebelum
pemeriksaan.
- Minta pasien anda untuk beristirahat 5 menit sebelum pemeriksaan.
- Lakukan pemeriksaan pada ruang pemeriksaan yang sunyi dan nyaman.
- Pastikan lengan yang akan dilakukan pemeriksaan terbebas dari pakaian, tidak ada fistula, scar atau
tanda lymphedema.
- Palpasi arteri brachial untuk memastikan terdapat pulsasinyacukup
- Posisikan lengan pasien sedemikian rupa sehingga arteri brachial (pada sudut antecubital) sejajar dengan
tinggi jantung atau pada interspace/intercosta ke- 4.
- Pemeriksaan tekanan darah bisa dilakukan dengan posisi pasien berbaring, duduk, maupun berdiri
tergantung dari tujuan pemeriksaan. Hasil pemeriksaan tersebut dipengaruhi oleh posisi pasien.
- Posisikan lengan sedemikian sehingga arteri brachialis kurang lebih pada level setinggi jantung.
- Jika pasien duduk, letakkan lengan pada meja sedikit diatas pinggangdan kedua kaki menapak di
lantai.
- Apabila menggunakan tensimeter air raksa, usahakan agar posisi manometer selalu vertikal, dan
pada waktu membaca hasilnya, mata harus berada segaris horisontal dengan level air raksa.
- Pengulangan pengukuran dilakukan beberapa menit setelah pengukuran pertama.
2. Auskultatoir
- Pastikan membran stetoskop terdengar suara saat diketuk dengan jari.
- Letakkan membran stetoskop pada fossa cubiti tepat di atas arteri brachialis.
- Naikkan tekanan dalam bladder dengan memompa bulb sampai tekanan sistolik palpatoir ditambah
30 mmHg.
- Turunkan tekanan perlahan, ± 2-3 mmHg/detik.
- Dengarkan menggunakan stetoskop dan catat dimana bunyi Korotkoff I terdengar pertama kali. Ini
merupakan hasil tekanan darah sistolik.
- Terus turunkan tekanan bladder sampai bunyi Korotkoff V (bunyi terakhir terdengar). Ini merupakan
hasil tekanan darah diastolik.
- Untuk validitas pemeriksaan tekanan darah minimal diulang 3 kali. Hasilnya diambil rata- rata dari
hasil pemeriksaan tersebut.
Tabel 2. Penilaian tekanan darah berdasarkan The Joint National Committe VII (JNC-VII)
Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik
Klasifikasi Tekanan Darah
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 atau <80
Pre-Hipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi Stage 1 140-159 atau 90-99
Hipertensi Stage 2 >160 atau >100
2.DENYUT NADI
3.PERNAPASAN
Bernafas adalah pergerakan yang involunter dan volunter yang diatur oleh pusat nafas di batang
otak dan dilakukan dengan bantuan otot-otot pernapasan. Pada waktu inspirasi, diafragma dan otot-otot
interkostalis berkontraksi, memperluas rongga toraks dan memekarkan paru-paru. Dinding dada akan
bergerak ke atas, ke depan dan ke lateral, sedangkan diafragma bergerak ke bawah. Setelah inspirasi
berhenti, paru-paru akan mengkerut, diafragma akan naik secara pasif dan dinding dada akan kembali ke
posisi semula.
Cara pemeriksaan frekuensi pernapasan:
1. Pemeriksaan inspeksi
Perhatikan gerakan nafas pasien secara menyeluruh tanpa pasien mengetahui saat kita menghitung
frekuensi nafasnya.
Pada inspirasi, perhatikan : gerakan iga ke lateral, pelebaran sudut epigastrium, adanya retraksi dinding
dada (supraklavikuler, suprasternal, interkostal, epigastrium), penggunaan otot-otot pernafasan
aksesoria serta penambahan ukuran anteroposterior rongga dada.
Pada ekspirasi, perhatikan : masuknya kembali iga, menyempitnya sudut epigastrium dan pengurangan
diameter anteroposterior rongga dada.
Pasien yang sadar dan merasa diperhatikan irama dan pola nafas dapat berubah, sehingga
menimbulkan kerancuan dalam interpretasi. Dengan demikian, disarankan menghitung frekuensi nafas
dilakukan setelah selesai menghitung nadi ketika jari-jari pemeriksa masih memegang pergelangan
tangan penderita.
2. Pemeriksaan palpasi
Pemeriksa meletakkan telapak tangan untuk merasakan naik turunnya gerakan dinding dada.
3. Pemeriksaan auskultasi :
Menggunakan membran stetoskop diletakkan pada dinding dada di luar lokasi bunyi jantung.
Pemeriksaan ini digunakan sebagai konfirmasi dari inspeksi yang telah dilakukan.
4.SUHU TUBUH
Manusia bersifat homeotermis artinya suhu tubuh dipertahankan konstan 37 0C ± 0,50C walau suhu
sekitar berubah-ubah, dengan tujuan agar fungsi organ tubuh tetap bekerja secara optimal. Pusat
pengaturan tubuh berada di hipothalamus. Suhu tubuh dipertahankan konstan oleh hipothalamus dengan
mengatur keseimbangan produksi dan pengeluaran panas.
Pemeriksaan suhu dapat dilakukan di mulut (oral), ketiak (aksila), atau dubur (rectal) dan ditunggu
selama 3–5 menit bila menggunakan termometer raksa.
Prosedur Pengukuran Suhu secara Oral :
1. Termometer raksa tidak lagi direkomendasikan
penggunaannya untuk oral. Termometer digital
perlu dinyalakan sebelum digunakan.
2. Letakkan ujung termometer di bawah salah satu
sisi lidah. Minta pasien untuk menutup mulut dan
bernafas melalui hidung.
3. Tunggu 3-5 menit. Baca suhu pada termometer.
4. Apabila penderita baru minum dingin atau panas,
pemeriksaan harus ditunda selama 10-15 menit
agar suhu minuman tidak mempengaruhi hasil
pengukuran.
Rata-rata suhu normal dengan pengukuran oral adalah 37 0C. Suhu rektal lebih tinggi daripada suhu oral
±0,4 -0,5 0C. Suhu aksila lebih rendah dari suhu oral sekitar 0,5 0C - 1 0C.
VII. DAFTAR TILIK