Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MATA KULIAH METKEP

MENGERJAKAN TUGAS SOAL MATA KULIAH METKEP


Ditunjukkan untuk memenuhi syarat salah satu tugas mata kuliah Metkep

DISUSUN OLEH :
Nama : Angellyna Anastasya
NIM : 22034
Tingkat : 1A

AKADEMI KEPERAWATAN KERIS HUSADA


Jl.Yos Sudarso,Komplek Marinir Cilandak,Jakarta Selatan
1) Cara Membuat ASKEP

1. Assesment (pengkajian)

Pengkajian merupakan langkah awal proses keperawatan. Pengkajian pada pasien meliputi identitas
pasien dan keluarga, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, genogram,
riwayat pengobatan, pola fungsi kesehatan, sosial dan spiritual, dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik
bisa dilakukan melalui dua cara yaitu head to toe atau B1-B6. Head to toe merupakan pemeriksaan fisik
yang dimulai dari bagian kepala hingga bagian ekstremitas bawah, yakni kaki secara berurutan, antara
lain:

 B1-B6 merupakan pemeriksaan fisik yang mengacu pada tiap bagian organ.
 B1 (breathing) merupakan pengkajian bagian organ pernapasan.
 B2 (blood) merupakan pengkajian organ yang berkaitan dengan sirkulasi darah, yakni jantung
dan pembuluh darah.
 B3 (brain) merupakan pengkajian fisik mengenai kesadaran dan fungsi persepsi sensori.
 B4 (bladder) merupakan pengkajian sistem urologi.
 B5 (bowel) merupakan pengkajian sistem digestive atau pencernaan.
 B6 (bone) merupakan pengkajian sistem muskuloskletal dan integumen.

Seluruh rangkaian pemeriksaan fisik tersebut bisa dilakukan dengan I-P-P-A (inspeksi, palpasi, perkusi,
dan auskultasi), kecuali bagian B5 yang dilakukan secara I-A-P-P. Karena jika dilakukan perkusi dan
palpasi sebelum diauskultasi pada bagian abdomen, dikhawatirkan akan mengubah frekuensi bising usus
yang dievaluasi.

Inspeksi adalah melihat, palpasi adalah meraba, perkusi adalah mengetuk menggunakan jari, dan
auskultasi adalah mendengar menggunakan stetoskop. Pengkajian diakukan secara berurutan dan
didokumentasikan pada lembar pengkajian.

2. Analisis data

Analisis data merupakan langkah selanjutnya setelah dilakukan proses pengkajian. Dari data pengkajian
yang diperoleh bisa jadi ditemukan beberapa gangguan atau keluhan. Gangguan atau keluhan tersebut
yang kemudian dianalisis hingga menemukan masalah keperawatan. Analisis data terdiri dari data,
etiologi, dan masalah keperawatan. Data terbagi menjadi dua yaitu data subjektif (DS) dan data objektif
(DO). DS merupakan data yang diperoleh dari keluhan pasien atau keluarga. Sedangkan DO merupakan
data hasil pemeriksaan fisik yang didapat oleh perawat. Dari DS dan DO dapat ditarik masalah
keperawatan dan dicari etiologi atau penyebabnya. Dari data, etiologi, dan masalah keperawatan yang
muncul dapat ditarik kesimpulan berupa diagnosis keperawatan. Susunan diagnosis keperawatan adalah
P-E-S yaitu problem-etiologi-symptom, atau P-E problem-etiologi saja. Contoh diagnosis keperawatan:
ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sekret. Setelah dirumuskan
beberapa diagnosis keperawatan, selanjutnya susunlah prioritas diagnosis keperawatan. Diagnosis
keperawatan yang diletakkan di prioritas pertama adalah diagnosis keperawatan yang sifatnya
mengancam jiwa, misalnya gangguan pertukaran gas, ketidakefektifan bersihan jalan napas.

Diagnosis juga dibagi menjadi tiga jenis, yaitu diagnosis keperawatan aktual, risiko, dan potensial.
Diagnosis keperawatan aktual adalah diagnosis yang muncul saat ini dan harus segera mendapat
penanganan. Diagnosis keperawatan risiko adalah hal yang dimungkinkan akan terjadi. Sedangkan
diagnosis potensial adalah diagnosis keperawatan yang disusun karena kondisi klien yang telah bagus
status kesehatannya. Diagnosis potensial biasanya digunakan pada keperawatan keluarga dan komunitas.

3. Planning (Intervensi)
Setelah dilakukan analisis data, maka langkah selanjutnya di dalam proses keperawatan adalah intervensi
atau perencanaan. Diagnosis keperawatan yang didapat pada analisis data selanjutnya dibuatkan
perencanaan untuk masing-masing masalah keperawatan. Acuan penyusunan intervensi pada masing-
masing diagnosis keperawatan dapat dilihat dari buku panduan Diagnosis Keperawatan. Di dalam
penyusunan intervensi terdapat tujuan dan kriteria hasil yang dugunakan sebagai acuan pelaksanaan
intevensi yang akan dilakukan. Tujuan dan kriteria hasil ini juga bisa dilihat di buku Diagnosis
Keperawatan. Di dalam buku tersebut, terdapat serangkaian intervensi keperawatan yang banyak pada
tiap diagnosis. Kamu bisa memilih poin-poin perencanaaan yang sesuai dengan kondisi klien yang sedang
kamu rawat.

4. Implementing (penatalaksanaan)

Implementasi adalah tahapan selanjutnya setelah penyusunan intervensi. Implementasi merupakan


tahapan pelaksanaan dari intervensi yang telah disusun. Dalam implementasi ada kemungkinan tidak
semua intervensi yang direncanakan bisa dilakukan. Jadi di dalam pendokumentasian, implementasi
hanya intervensi yang telah berhasil dilakukan saja yang didokumentasikan. Pada implementasi juga
disebutkan secara jelas terapi yang diberikan kepada pasien beserta dosisnya. Misalkan pada pasien
hipertermia. Pada intervensi direncanakan akan diberikan kompres dan kolborasi pemberian anti piretik.
Maka di implementasi dituliskan: “diberikan kompres pada area dada, lipatan ketiak, dan lipatan paha
serta pemberian obat parasetamol dengan dosis tertentu.”

5. Evaluasi

Setelah dilakukan implementasi, langkah selanjutnya adalah melakukan evaluasi. Evaluasi terdiri dari
SOAP yaitu Subjective Data, Objective Data, Analisis, dan Planning, yakni:

 S berisi informasi tentang keluhan pasien saat dilakukan evaluasi.


 O berisi data hasil pemeriksaan fisik ketika dilakukan evaluasi.
 A berisi kesimpulan apakah masalah teratasi atau masalah teratasi sebagian atau masalah belum
teratasi.
 P merupakan planning atau perencanaan setelah melihat hasil analisis data. Planning dapat
berupa intervensi dilanjutkan, intervensi dihentikan, atau intervensi dimodifikasi.

Evaluasi dilakukan setiap shift jaga perawat, jadi dalam satu hari akan ada tiga kali evaluasi. Hasil
evaluasi pasien akan disampaikan saat timbang terima yang dilakukan di tiap pergantian shift jaga.

 Proses keperawatan merupakan proses yang hierarkis dan harus dilakukan secara berurutan. Pengkajian
yang lengkap dan komprehensif akan dapat digunakan dalam analisis data secara detail, sehingga
ditemukan diagnosis keperawatan yang tepat. Dari diagnosis keperawatan yang tepat maka dapat disusun
intervensi yang sesuai dan diimplementasikan kepada pasien. Setelah implementasi, perawat wajib
melakukan evaluasi.

2.) Cara membuat tujuan dan kriteria hasil

1. Tujuan dinyatakan dengan istilah hasil yang ingin dicapai, bukan tindakan keperawatannya.

2. Tujuan keperawatan harus menggambarkan perilaku pasien yang dapat diamati dan diukur.

3. Tujuan harus realistis, mencerminkan kemampuan dan keterlibatan pasien.

4. Setiap tujuan berdasarkan dari satu diagnosis keperawatan.


Menurut Dermawan (2012), Pedoman penulisan tujuan dan kriteria hasil berdasarkan SMART yaitu :

- Specific

Tujuan harus spesifik tidak boleh memiliki arti ganda, tujuan dan hasil difokuskan kepada klien yang
mencerminkan perilaku serta respon klien yang dapat diperkirakan sebagai hasil dari intervensi
keperawatan.

- Measureable

Tujuan dapat di ukur khususnya pada prilaku klien yang dapat dirasakan, dilihat dan diraba.

- Achievable

Tujuan yang harus dicapai dituliskan dalam istilah yang dapat di ukur sehingga memungkinkan perawat
dapat mengukur serta menilai secara objektif perubahan status klien.

- Realistic

Tujuan yang harus dapat dipertanggungjawabkan secra ilmiah diharapkan singkat dan jelas dengan
ceeoat dapat memberikan perawat serta klien bisa merasakan pencapaian

- Time

Batasan waktu yang dapat membantu perawat dank lien dalam menetukan kemajuan dengan cepat dan
jelas.

Kriteria hasil perencanaan keperawatan mempunyai ciri-ciri menurut Dermawan (2012) yaitu setiap
kriteria hasil berhubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan, hasil yang ditetapkan dalam kriteria hasil,
memungkinkan untuk dicapai, setiap kriteria hasil adalah pernyataan satu hal yang spesifik, kriteria harus
sekonkrit mungkin untuk memudahkan pengukuran, kriteria cukup besar atau dapat diukur, kriteria
menggunakan kata-kata positif bukan menggunakan kata negatif. Pedoman penulisan kriteria hasil
menurut Setiadi (2012) adalah berfokus pada pasien, singkat dan jelas, dapat diobservasi dan dapat
diukur, ada batas waktu, ditentukan oleh perawat dan pasien

3.) Cara membuat implementasi dan evaluasi

Tahapan-Tahapan Implementasi:
 Persiapan proses implementasi akan memastikan asuhan keperawatan yang efisien, aman, dan efektif.
1.      Pengkajian ulang terhadap klien
Langkah ini membantu perawat untuk menentukan apakah tindakan keperawatan masih sesuai dengan
kondisi klien.
2.      Meninjau dan merevisi rencana asuhan keperawatan yang ada
Seteah mengkaji  ulang, lakukan peninjauan rencana keperawatan, bandingkan data tersebut agar
diagnosis keperawatan menjadi valid, dan tentukan apakah intervensi keperawatan tersebut masih
menjadi yang terbaik untuk situasi klinis saat itu. Jika terjadi perubahan status klien, diagnosis
keperawatn dan intervensinya, lakukan modifikasi rencana asuhan keperawatan. Rencana yang
“ketinggalan zaman” akan menurunkan kualitas asuhan keperawatan. Proses peninjauan dn modifikasi
memungkinkan perawat menyediakan intervensi keperwatn yang terbaik bagi kebutuhan klien.
Modifikasi rencana perawat tertulis mencakup empat langkah sebagai berikut :
 Lakukan revisi data pada kolom pengkajian untuk menggambarkan status klien terkini. Berikan
tanggal pada data baru sehingga anggota tim yang lain mengetahui waktu perubahan tersebut.
 Lakukan revisi pada diagnosis keperawatan. Hapus diagnosis keperawatan yang telah
kehilangan relevansinya, tambah dan berikan tanggal pada diagnosis yang baru.
 Lakukan revisi pada intervensi sesuai dengan diagnosis dan tujuan keperawatan yang baru.
Revisi ini harus menggambarkan status terkini klien.
 Tentukan metode evaluasi untuk menetukan apakah perawat telah berhasil.
3.      Mengorganisasi sumber daya dan pemberian asuhan
Sumber daya suatu fasilitas mencakup peralatan dan personel yang memiliki keterampilan. Organisasi
peralatan dan personel akan membuat perawatan klien menjadi lebih tepat waktu, efisien, dan penuh
keterampilan.  Persiapan pemberian asuhan juga meliputi persiapan linggkungan dan klien untuk
intervensi keperawatan.
4.      Mengantisipasi dan mencegah komplikasi
Untuk mengantisipasi dan mencegah komplikasi, perawat mengenali resiko pada klien, menyesuaikan
intervensi dengan situasi, mengevaluasi keuntungan terapi dibandingkan resikonya dan memulai tindakan
pencegahan resiko.
5.      Mengimplementasikan intervensi keperawatan
Implementasi intervensi keperawatan yang berhasil membutuhkan keterampilan kognitif, interpersonal,
dan psikomotor.

Keterampilan kognitif:
Keterampilan kognitif meliputi aplikasi keterampilan kognitif meliputi aplikasi pemikiran kritis pada
proses keperawatan. Untuk melaksanakan intervensi dibutuhkan pertimbangan yang baik dan keputusan
klinis  yang jelas, ini berarti intervensi keperawatan tidak bersifat otomatis . perawat harus berpikir dan
mengantisipasi secara kontinu sehingga perawat dapat menyesuaikan perawatan klien dengan tepat .
perawat akan belajar mengintegrasikan berbagai konsep dan menghubungkannya sambil mengingat
kembali fakta, situasi dan klien yang pernah perawat temui sebelumnya( Di Vito-Thomas, 2005 ).

Keterampilan interpersonal:
Keterampilan ini dibutuhkan untuk terwujudnya tindakan keperawatan yang efektif . Perawat membangun
hubungan kepercayaan, menunjukan perhatian , dan berkomunikasi dengan jelas.

Keterampilan psikomotorik:
Keterampilan psikomotor membutuhkan integrasi antara aktivitas kognitif dan motorik.
Sebagai contoh, saat melakukan pentuntuksn, perawat harus memahami anatomi dan farmakologi
(kognitif), serta menggunakan koordinasi dan presisi untuk melakukan penyuntikan dengan tepat
(motorik). Keterampilan ini sangat penting untuk membangun kepercayaan klien.
Sumber: Potter & Perry. (2009). Fundamental of Nursing 7 th Edition.
 
Tahapan-Tahapan Evaluasi:
1.      Mengidentifikasi kriteria dan standar evaluasi
2.      Mengumpulkan data untuk menentukan apakah kriteria dan standar telah terpenuhi
3.      Menginterpretasi dan meringkas data
4.      Mendokumentasikan temuan dan setiap pertimbangan klinis
5.      Menghentikan, meneruskan, atau merevisi rencana perawatan.
Sumber: Potter & Perry. (2009). Fundamental of Nursing 7 th Edition.

 
Macam-macam Implementasi: 
Intervensi Keperawatan Independen:
Tindakan yang dilakukan perawat (nurse initiated intervention).
Tindakan ini tidak membutuhkan arahan dari profesional kesehatan lainnya (Wood, 2003).
Intervensi Keperawatan Dependen:
Tindakan yang membutuhkan arahan dari dokter atau profesional kesehatan lainnya. Tindakan ini
didasarkan pada respon dokter atau tenaga kesehatan untuk menangani suatu diagnosis medis.

Intervensi Keperawatan Kolaboratif:


Tindakan yang membutuhkan gabungan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian berbagai profesional
layanan kesehatan.
Sumber: Potter & Perry. (2009). Fundamental of Nursing 7 th Edition.

4.) Macam Evaluasi:


·         Evaluasi formatif
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan.
Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan rencana keperawatan
guna menilai keefektifan tindakan keperawaatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi
formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data
berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan data denagn
teori), dan perencanaan.

·         Evaluasi sumatif


Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses kepwrawatan seelsai
dilakukan. Evalusi sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah
diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara pada akhir
layanan, menanyakan respon klien dan keluarga terkait layanan keperawatan, mengadakan pertemuan
pada akhir layanan.
Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan pencapaian tujuan keperawatan.
1. Tujuan tercapai jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
2. Tujuan tercapai sebagian atau klien masih dalam proses pencapaian tujuan jika klien
menunjukkan perubahan pada sebagian kriteria yang telah ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai jika klien hanya menunjukkan sedikit perubahan dan tidak ada kemajauan
sama sekali serta dapat timbul masalah baru.
            Sumber: Asmadi (2008), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai