DAN
ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS
PADA AN ”A” DENGAN APPENDIK PERFORASI
DI RUANG ICU UMBK RSUD DR MOHAMAD SALEH
KOTA PROBOLINGGO
OLEH:
LUSIA WAHYU WIDIYANTI, S.ST
NIM 14901.08.21086
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kritis adalah penilaian dan evaluasi secara cermat dan hati-hati terhadap suatu
kondisi krusial dalam rangka mencari penyelesaian/jalan keluar. Keperawatan kritis
merupakan salah satu spesialisasi di bidang keperawatan yang secara khusus
menangani respon manusia terhadap masalah yang mengancam hidup. Seorang perawat
kritis adalah perawat profesional yang bertanggung jawab untuk menjamin pasien yang
kritis dan akut beserta keluarganya mendapatkan pelayanan keperawatan yang optimal.
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan
sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil (Kusnanto, 2009). Jadi peran
perawat adalah suatu cara untuk menyatakan aktivitas perawat dalam praktik, yang
telah menyelesaikan pendidikan formalnya, diakui dan diberikan kewenangan oleh
pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan secara
profesional sesuai dengan kode etik profesinya. Peran yang dimiliki oleh seorang
perawat antara lain peran sebagai pelaksana, peran sebagai pendidik, peran sebagai
pengelola, dan peran sebagai peneliti (Asmadi, 2008).
End of life merupakan salah satu tindakan yang membantu meningkatkan
kenyamanan seseorang yang mendekati akhir hidup (Ichikyo, 2016). End of life care
adalah perawatan yang diberikan kepada orang-orang yang berada di bulan atau tahun
terakhir kehidupan mereka (NHS Choice, 2015). End of life akan membantu pasien
meninggal dengan bermartabat. Pasien yang berada dalam fase tersebut biasanya
menginginkan perawatan yang maksimal dan dapat meningkatkan kenyamanan pasien
tersebut. End of life merupakan bagian penting dari keperawatan paliatif yang
diperuntukkan bagi pasien yang mendekati akhir kehidupan.
Didalam bidang keperawatan ada beberapa peran perawat yang penting dalam
merawat pasien kritis yang berada dilingkungan keperawatan kritis dengan penyakit
yang tertentu yang dapat menimbulkan kegagalan fungsi organ. Asuhan keperawatan
kritis yang dilakukan secara ilmiah dan panduan dalam memprosesnya untuk
memberikan kualitas perawatan yang terbaik, supaya dapat mengatasi masalah pasien
sehingga proses keperawatan kritis yang berupa pengkajian, diagnosa, rencana
tindakan, implementasi dan evaluasi sebagai akhir dari proses keperawatan.
B. TUJUAN PENULISAN
C.
Tujuan penulisan laporan ini adalah :
1. Tujuan Umum : Agar mahasiswa dapat mengungkapkan pola pikir yang ilmiah
dalam melaksanakan asuhan keperawatan kritis.
2. Tujuan khusus : Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisa data,
menetapkan diagnosa keperawatan, merencanakan tindakan, mengimplementasikan
tindakan sesuai rencana dan mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien kritis.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN KRITIS
a) Sharing artinya perawat senantiasa berbagi pengalaman dan ilmu atau berdiskusi
dengan pasiennya.
b) Laughing, artinya senyum menjadi modal utama bagi seorang perawat untuk
meningkatkan rasa nyaman pasien.
c) Crying artinya perawat dapat menerima respon emosional baik dari pasien
maupun perawat lain sebagai suatu hal yang biasa disaat senang ataupunduka.
d) Touching artinya sentuhan yang bersifat fisik maupun psikologis merupakan
komunikasi simpatis yang memiliki makna.
e) Helping artinya perawat siap membantu dengan asuhan keperawatannya.
f) Believing in others artinya perawat meyakini bahwa orang lain memiliki hasrat
dan kemampuan untuk selalu meningkatkan derajat kesehatannya.
g) Learning artinya perawat selalu belajar dan mengembangkan diri
danketerampilannya.
h) Respecting artinya memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan terhadap orang
lain dengan menjaga kerahasiaan pasien kepada yang tidak berhak
mengetahuinya.
i) Listening artinya mau mendengar keluhanpasiennya.
j) Feeling artinya perawat dapat menerima, merasakan, dan memahami perasaan
duka , senang, frustasi dan rasa puaspasien.
2. Fungsi Perawat
Fungsi perawat dalam melakukan pengkajian pada individu sehat maupun
sakit dimana segala aktifitas yang di lakukan berguna untuk pemulihan kesehatan
berdasarkan pengetahuan yang di miliki, aktifitas ini di lakukan dengan berbagai
cara untuk mengembalikan kemandirian pasien secepat mungkin dalam bentuk
proses keperawatan yang terdiri dari tahap pengkajian, identifikasi masalah
(diagnosa keperawatan), perencanaan, implementasi dan evaluasi (Aisiah, 2004).
A. DEFINISI
Fisiologi Appendiks
Appendiks berfungsi untuk menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu
secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum.
Hambatan aliran lendir di muara appendiks tampaknya berperan pada patogenesis
Apendisitis. Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh Gut Associated
Lymphoid Tissue (GALT) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk
appendiks ialah Imunoglobulin A (Ig-A). Imunoglobulin ini sangat efektif sebagai
pelindung terhadap infeksi yaitu mengontrol proliferasi bakteri, netralisasi virus,
serta mencegah penetrasi enterotoksin dan antigen intestinal lainnya. Namun,
pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh karea jumlah
jaringan lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah jaringan di saluran cerna
dan seluruh tubuh.
C. ETIOLOGI
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor
prediposisi yaitu:
1. Factor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini
terjadi karena:
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
Streptococcus
3. Appendiksitis terjadi paling banyak pada umur 15-30 tahun (remaja
dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada
masa tersebut.
4. Tergantung pada bentuk apendiks :
a. Nyeri Perut
E. PATOFISOLOGI
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, atau neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin
lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan penekanan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat
tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan
ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal
tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan
menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum
setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini
disebut dengan apendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks
yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis
gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis
perforasi. (Mansjoer, 2007) .
F. PATWAY
Terlampir
Klasifikasi apendisitis terbagi menjadi dua yaitu apendisitis akut dan kronis
a) Apendisitis Akut
a) Penatalaksanaan medis.
a. Tekanan darah
b. Suhu
c. Pernafasan
d. Denyut nadi
Pre operasi
a. Abdomen :
Post operasi
2. Nyeri akut.
3. Resiko Hipovolemia
Diagnosa Post-Operasi
1. Nyeri akut
2. Intoleransi aktivitas
3. Resiko infeksi
4. Konstipasi
DS: Kolaborasi :
□ Pasien mengeluh demam 1. Beri therapi :
□ Antipiretik : ……………
DO: □ Infus : …………………
□ Suhu tubuh lebih dari 37,8 ºC oral 2. Cek lab:
atau Suhu tubuh 38,8 ºC rektal
□ Suhu tubuh.............ºC peraksila/skin
□ kulit kemerahan
□ kejang
□ Nadi..................x/menit.(Takikardi )
□ RR......................x/menit (Takipnea)
□ Kulit terasa hangat
2 D.0077 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
Definisi : Pengalaman sensorik/emosional keperawatan selama ………x 24 1. Kaji ulang nyeri sesuai katagori : onset,
yang berhubungan dengan kerusakan jam provocating/palliating, Quality, Region/
jaringan aktual atau fungsional, dengan radiation, Severity, Treatment,Understanding/
onset mendadak atau lambat dan Kriteria hasil: Impact of you, valus (OPQRSTUV)
berintensitas ringan hingga berat yang 1. Nyeri berkurang/ hilang. 2. Observasi lokasi nyeri, intensitas nyeri
berlangsung kurang dari 3 bulan. - Hari 1 skala nyeri … ( skala 1-10 ), lamanya, kualitasnya ( tajam
Kondisi klinis terkait : pembedahan, cedera - Hari 2 skala nyeri … / tumpul ) dan radiasi, respon verbal dan
traumatis, infeksi, kecemasan / stress. - Hari 3 skala nyeri … non verbal.
Nyeri Akut (….................) b.d. : - Hari…..skala………. 3. Kaji riwayat nyeri sebelumnya sesuai
□ Agen pencedera fisiologis penyebabnya agen pencedera: fisiologis,
(infeksi, iskemia, neoplasma) 2. Pasien tenang dan dapat kimiawi atau fisik.
□ Agen pencedera kimiawi istirahat. 4. Beritahu pasien untuk melaporkan nyeri
(terbakar, bahan kimia iritan) 3. Ekspresi wajah tidak tegang. dengan segera.
□ Agen pencedera Fisik 4. Tanda-tanda vital dalam batas 5. Pertahankan lingkungan yang tenang dan
(abses, amputasi, terbakar, terpotong, normal. suasana yang nyaman.
mengangkat berat, prosedur operasi, TD:...............mmHg 6. Bantu / ajarkan teknik relaksasi , seperti:
trauma, latihan fisik berlebihan) HR:..............x/mnt nafas dalam, perilaku distraksi, visualisasi,
DS RR................x/menit bimbingan imajinasi.
□. Pasien mengeluh nyeri………….. 7. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan
dengan skor aktivitas: /Istirahat: 5. Pasien dapat mendemonstrasikan sesudah pemberian obat narkotik.
DO : tehnik relaksasi. 8. Obsrvasi nyeri pasien setelah 30 menit
□ Tampak pasien gelisah, muka pemberian obat nyeri (pain killer)
pucat, meringis kesakitan, Kolaborasi:
memegang area yang sakit 1. Beri O2 sesuai indikasi.
□ Sulit tidur 2. Beritahu petugas pain managemen bila skor
□ Keringat dingin > 3 (nyeri sedang)
□ EKG : ST elevasi/ ST depresi dilead … 3. Pemberian terapi analgesik sesuai indikasi
□ Perubahan tanda vital: □ Analgetik (paracetamol, Morphin, …
TD................mmHg 4. Persiapkan intervensi angioplasti PTCA.
HR..................x/mnt 5. Persiapkan intervensi bedah
RR..................x/mnt 6. Bantu / ajarkan teknik relaksasi , seperti:
nafas dalam
3 D.0142 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
keperawatan, selama …x 24 jam 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah
Definisi: Berisiko mengalami peningkatan tidak terjadi infeksi melakukan
terserang organisme patogenik. nantinya tindakan keperawatan ke pasien,
Kondisi klinis Terkait: AIDS, luka bakar, Keriteria hasil : meskipun menggunakan sarung tangan.
penyakit paru obstruksi kronis, diabetes 1. Tanda-tanda vital dalam batas 2. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi
melitus, tindakan invasif, kondisi normal: sistemik
penggunaan terapi steroid, penyalahgunaan Sistolik 90-130 mmHg dan lokal
obat, ruptur membran yang prematur, Diastolik 60-90 mmHg 3. Monitor kerentanan terhadap infeksi
kanker, gagal ginjal, imunosupresi, S :36-37 ºC 4. Tinjau riwayat adanya perjalanan
lymphedema, leukositopenia, gangguan N: 80-100 x/mnt international
fungsi hati. RR : 12-20 x/mnt dan global
2. Lekosit < 10.000 /ul. 5. Skrining semua pengunjung terkait
Resiko infeksi dibuktikan dengan penyakit
□ Penyakit kronis (mis. Diabetes melitus) menular
□ Efek prosedur invasif 6. Bantu pasien ubah posisi tiap 2-3 jam.
□ Malnutrisi 7. Ajarkan latihan nafas dalam dan batuk
□ Peningkatan paparan organisme efektif.
patogen lingkungan 8. Batasi tindakan invasif jika
□ Ketidakadekuatan pertahanan tubuh memungkinkan.
primer: 9. Periksa keadaan luka atau tempat
1. Gangguan peristaltik pemasangan
2. Kerusakan integritas kulit alat invasif tiap hari bila ada di tubuh
3. Penurunan kerja siliaris pasien.
4. Ketuban pecah lama 10. Monitor vital sign, terutama suhu
5. Ketuban pecah dini tiap........jam.
6. Merokok 11. Observasi adanya menggigil dan
7. Statis cairan tubuh diaporesis.
□ Ketidakadekuatan pertahanan tubuh 12. Monitor tanda-tanda kemunduran kondisi
sekunder: selama terapi.
1. Penurunan hemoglobin
2. Imununosupresi Kolaborasi :
3. Leukopenia 1. Monitor lab : DPL, kultur darah, urine,
4. Supresi respon inflamasi sputum dan sensitifitas.
5. Vaksinasi tidak adekuat 2. Beri therapi :
□ antibiotik :............................
DS: 3. Vaksin:………………………………..
□ Pasien mengatakan badannya terasa
demam
DO:
□ Hipertermia, S.............° C
□ Leukositosis............
PATHWAY PATHWAY APPENDISITIS
Konstipasi
Obstruksi pada lumen
Bendungan Mukus
Respon Nyeri
Hipertermia
Inflamasi Appendiks Meradang abdomen Nyeri
(Appendisitis) kuadran kanan
Peritonium
Peritonitis
Mual, Muntah
Appendiktomi
Kurang pengetahuan
Defisiensi Risiko Kekurangan Volume
tentang proses
Cairan
Pengetahuan pengobatan
Jaringan
Risiko Infeksi Luka Insisi Efek Anastesi
(Portal) Terbuka
Peristaltik usus
menurun
Konstipasi
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Aliana, D., Bejo, U., & Suryani, R. (2020). PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN.
Diane, C. B., & JoAnn, C. H. (2015). KEPERAWATAN MEDIKAL-BEDAH. Katalog Dalam Terbitan.
Heru, S., & Diah, A. K. (2019). Sleep Hygien, Strategi Mengurangi Nyeri pada Pasien Kritis. Chakra
Brahmanda Lentera.
3
5