DAN
ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS
PADA TN ”B” DENGAN HEART FAILURE ( HF )
DI RUANG ICCU RSUD DR MOHAMAD SALEH
KOTA PROBOLINGGO
OLEH:
LUSIA WAHYU WIDIYANTI, S.ST
NIM 14901.08.21086
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kritis adalah penilaian dan evaluasi secara cermat dan hati-hati terhadap suatu kondisi
krusial dalam rangka mencari penyelesaian/jalan keluar. Keperawatan kritis merupakan
salah satu spesialisasi di bidang keperawatan yang secara khusus menangani respon
manusia terhadap masalah yang mengancam hidup. Seorang perawat kritis adalah perawat
profesional yang bertanggung jawab untuk menjamin pasien yang kritis dan akut beserta
keluarganya mendapatkan pelayanan keperawatan yang optimal.
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial
baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil (Kusnanto, 2009). Jadi peran perawat
adalah suatu cara untuk menyatakan aktivitas perawat dalam praktik, yang telah
menyelesaikan pendidikan formalnya, diakui dan diberikan kewenangan oleh pemerintah
untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan secara profesional sesuai
dengan kode etik profesinya. Peran yang dimiliki oleh seorang perawat antara lain peran
sebagai pelaksana, peran sebagai pendidik, peran sebagai pengelola, dan peran sebagai
peneliti (Asmadi, 2008).
End of life merupakan salah satu tindakan yang membantu meningkatkan
kenyamanan seseorang yang mendekati akhir hidup (Ichikyo, 2016). End of life care
adalah perawatan yang diberikan kepada orang-orang yang berada di bulan atau tahun
terakhir kehidupan mereka (NHS Choice, 2015). End of life akan membantu pasien
meninggal dengan bermartabat. Pasien yang berada dalam fase tersebut biasanya
menginginkan perawatan yang maksimal dan dapat meningkatkan kenyamanan pasien
tersebut. End of life merupakan bagian penting dari keperawatan paliatif yang
diperuntukkan bagi pasien yang mendekati akhir kehidupan.
Didalam bidang keperawatan ada beberapa peran perawat yang penting dalam
merawat pasien kritis yang berada dilingkungan keperawatan kritis dengan penyakit yang
tertentu yang dapat menimbulkan kegagalan fungsi organ. Asuhan keperawatan kritis yang
dilakukan secara ilmiah dan panduan dalam memprosesnya untuk memberikan kualitas
perawatan yang terbaik, supaya dapat mengatasi masalah pasien sehingga proses
keperawatan kritis yang berupa pengkajian, diagnosa, rencana tindakan, implementasi dan
evaluasi sebagai akhir dari proses keperawatan.
B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan laporan ini adalah :
1. Tujuan Umum : Agar mahasiswa dapat mengungkapkan pola pikir yang ilmiah dalam
melaksanakan asuhan keperawatan kritis.
2. Tujuan khusus : Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisa data,
menetapkan diagnosa keperawatan, merencanakan tindakan, mengimplementasikan
tindakan sesuai rencana dan mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien kritis.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN KRITIS
a) Sharing artinya perawat senantiasa berbagi pengalaman dan ilmu atau berdiskusi
dengan pasiennya.
b) Laughing, artinya senyum menjadi modal utama bagi seorang perawat untuk
meningkatkan rasa nyaman pasien.
c) Crying artinya perawat dapat menerima respon emosional baik dari pasien
maupun perawat lain sebagai suatu hal yang biasa disaat senang ataupunduka.
d) Touching artinya sentuhan yang bersifat fisik maupun psikologis merupakan
komunikasi simpatis yang memiliki makna.
e) Helping artinya perawat siap membantu dengan asuhan keperawatannya.
f) Believing in others artinya perawat meyakini bahwa orang lain memiliki hasrat
dan kemampuan untuk selalu meningkatkan derajat kesehatannya.
g) Learning artinya perawat selalu belajar dan mengembangkan diri
danketerampilannya.
h) Respecting artinya memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan terhadap orang
lain dengan menjaga kerahasiaan pasien kepada yang tidak berhak
mengetahuinya.
i) Listening artinya mau mendengar keluhanpasiennya.
j) Feeling artinya perawat dapat menerima, merasakan, dan memahami perasaan
duka , senang, frustasi dan rasa puaspasien.
2. Fungsi Perawat
Fungsi perawat dalam melakukan pengkajian pada individu sehat maupun sakit
dimana segala aktifitas yang di lakukan berguna untuk pemulihan kesehatan
berdasarkan pengetahuan yang di miliki, aktifitas ini di lakukan dengan berbagai cara
untuk mengembalikan kemandirian pasien secepat mungkin dalam bentuk proses
keperawatan yang terdiri dari tahap pengkajian, identifikasi masalah (diagnosa
keperawatan), perencanaan, implementasi dan evaluasi (Aisiah, 2004).
Fungsi perawat dapat dijelaskan sebagai berikut ini:
a) Fungsi independen, merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang
lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilaksanakan sendiri dengan
keputusan sendiri dalam melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia.
b) Fungsi dependen, merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatan atas
pesan atau instruksi dari perawat lain.
c) Fungsi interdependen, fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat
saling ketergantungan diantara tim satu dengan lainnya.
C. END LIFE ND OF LIFE PERAWATAN KRISIS.
End of life merupakan salah satu tindakan yang membantu meningkatkan
kenyamanan seseorang yang mendekati akhir hidup (Ichikyo, 2016). End of life care
adalah perawatan yang diberikan kepada orang-orang yang berada di bulan atau tahun
terakhir kehidupan mereka (NHS Choice, 2015). End of life akan membantu pasien
meninggal dengan bermartabat. Pasien yang berada dalam fase tersebut biasanya
menginginkan perawatan yang maksimal dan dapat meningkatkan kenyamanan pasien
tersebut. End of life merupakan bagian penting dari keperawatan paliatif yang
diperuntukkan bagi pasien yang mendekati akhir kehidupan.
End of life care bertujuan untuk membantu orang hidup dengan sebaik-baiknya dan
meninggal dengan bermartabat (Curie, 2014). End of life care adalah salah satu kegiatan
membantu memberikan dukungan psikososial dan spiritual (Putranto, 2015).
1. Prinsip-Prinsip End Of Life
Menurut NSW Health (2005) Prinsip End Of Life antara lain :
a. Menghargai kehidupan dan perawatan dalam kematian
Tujuan utama dari perawatan adalah menpertahankan kehidupan, namun ketika hidup
tidak dapat dipertahankan, tugas perawatan adalah untuk memberikan kenyamanan
dan martabat kepada pasien yang sekarat, dan untuk mendukung orang lain dalam
melakukannya.
b. Hak untuk mengetahui dan memilih
Semua orang yang menerima perawatan kesehatan memiliki hak untuk diberitahu
tentang kondisi mereka dan pilihan pengobatan mereka.Mereka memiliki hak untuk
menerima atau menolak pengobatan dalam memperpanjang hidup.Pemberi perawatan
memiliki kewajiban etika dan hukum untuk mengakui dan menghormati pilihan-
pilihan sesuai dengan pedoman.
d. Menahan dan menghentikan pengobatan dalam mempertahankan hidup
Perawatan end of life yang tepat harus bertujuan untuk memberikan pengobatan yang
terbaik untuk individu. Ini berarti bahwa tujuan utama perawatan untuk
mengakomodasi kenyamanan dan martabat, maka menahan atau menarik intervensi
untuk mempertahankan hidup mungkin diperbolehkan dalam kepentingan terbaik dari
pasien yang sekarat.
e. Sebuah pendekatan kolaboratif dalam perawatan
Keluarga dan tenaga kesehatan memiliki kewajiban untuk bekerja sama untuk
membuat keputusan bagi pasien yang kurang bisa dalam pengambilan keputusan,
dengan mempertimbangkan keinginan pasien.
f. Transparansi dan akuntabilitas
Dalam rangka menjaga kepercayaan dari penerima perawatan, dan untuk memastikan
bahwa keputusan yang tepat dibuat, maka proses pengambilan keputusan dan hasilnya
harus dijelaskan kepada para pasien dan akurat didokumentasikan.
g. Perawatan non diskriminatif
Keputusan pengobatan pada akhir hidup harus non-diskriminatif dan harus
bergantung hanya pada faktor-faktor yang relevan dengan kondisi medis, nilai-nilai
dan keinginan pasien.
h. Hak dan kewajiban tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan tidak berkewajiban untuk memberikan perawatan yang tidak
rasional, khususnya, pengobatan yang tidak bermanfaat bagi pasien.Pasien memiliki
hak untuk menerima perawatan yang sesuai, dan tenaga kesehatan memiliki tanggung
jawab untuk memberikan pengobatan yang sesuai dengan norma-norma profesional
dan standar hokum Perbaikan terus-menerus.
A. ANATOMI JANTUNG
Jantung merupakan organ utama dalam system kardiovaskuler. Jantung dibentuk
oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel
kanan dan kiri. Ukuran jantung kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9 cm serta tebal kira-kira
6 cm. Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari
kepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu
jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571 liter darah. Posisi jantung
terletak diantara kedua paru dan berada ditengah tengah dada, bertumpu pada diafragma
thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas processus xiphoideus.
Pada tepi kanan cranial berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa III dextra, 1
cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal berada pada tepi cranialis pars
cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Tepi kiri cranial jantung berada
pada tepi caudal pars cartilaginis costa II sinistra di tepi lateral sternum, tepi kiri caudal
berada pada ruang intercostalis 5, kira-kira 9 cm di kiri linea medioclavicularis.
Selaput yang membungkus jantung disebut pericardium dimana teridiri antara lapisan
fibrosa dan serosa, dalam cavum pericardii berisi 50 cc yang berfungsi sebagai pelumas
agar tidak ada gesekan antara pericardium dan epicardium. Epicardium adalah lapisan
paling luar dari jantung, lapisan berikutnya adalah lapisan miokardium dimana lapisan ini
adalah lapisan yang paling tebal. Lapisan terakhir adalah lapisan endocardium. Ada 4
ruangan dalam jantung dimana dua dari ruang itu disebut atrium dan sisanya adalah
ventrikel. Pada orang awan atrium dikenal dengan serambi dan ventrikel dikenal dengan
bilik.
Diantara atrium kanan dan ventrikel kana nada katup yang memisahkan keduanya
yaitu ktup tricuspid, sedangkan pada atrium kiri dan ventrikel kiri juga mempunyai katup
yang disebut dengan katup mitral. Kedua katup ini berfungsi sebagai pembatas yang dapat
terbuka dan tertutup pada saat darah masuk dari atrium ke ventrikel.
1. Right Coronary
2. Left Anterior Descending
3. Left Circumflex
4. Superior Vena Cava
5. Inferior Vena Cava
6. Aorta
7. Pulmonary Artery
8. Pulmonary Vein
9. Right Atrium
10. Right Ventricle
11. Left Atrium
12. Left Ventricle
13. Papillary Muscles
14. Chordae Tendineae
15. Tricuspid Valve
16. Mitral Valve
17. Pulmonary Valve
Fungsi utama jantung adalah memompa darh ke seluruh tubuh dimana pada saat
memompa jantung otot-otot jantung (miokardium) yang bergerak. Selain itu otot jantung
juga mempunyai kemampuan untuk menimmbulkan rangsangan listrik.Kedua atrium
merupakan ruang dengan dinding otot yang tipis karena rendahnya tekanan yang
ditimbulkan oleh atrium. Sebaliknya ventrikel mempunyai dinding otot yang tebal
terutama ventrikel kiri yang mempunyai lapisan tiga kali lebih tebal dari ventrikel kanan.
Aktifitas kontraksi jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh selalu didahului
oleh aktifitas listrik. Aktifitas listrik inidimulai pada nodus sinoatrial (nodus SA) yang
terletak pada celah antara vena cava suiperior dan atrium kanan. Pada nodus SA
mengawali gelombang depolarisasi secara spontan sehingga menyebabkan timbulnya
potensial aksi yang disebarkan melalui sel-sel otot atrium, nodus atrioventrikuler (nodus
AV), berkas His, serabut Purkinje dan akhirnya ke seluruh otot ventrikel.
Oleh karena itu jantung tidak pernah istirahat untuk berkontraksi demi memenuhi
kebutuhan tubuh, maka jantung membutuhkan lebih banyak darah dibandingkan dengan
organ lain. Aliran darah untuk jantung diperoleh dari arteri koroner kanan dan kiri. Kedua
arteri koroner ini keluar dari aorta kira-kira ½ inchi diatas katup aorta dan berjalan
dipermukaan pericardium. Lalu bercabang menjadi arteriol dan kapiler ke dalam dinding
ventrikel. Sesudah terjadi pertukaran O2 dan CO2 di kapiler , aliran vena dari ventrikel
dibawa melalui vena koroner dan langsung masuk ke atrium kanan dimana aliran darah
vena dari seluruh tubuh akan bermuara. Sirkulasi darah ditubuh ada 2 yaitu sirkulasi paru
dan sirkulasi sistemis. Sirkulasi paru mulai dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis, arteri
besar dan kecil, kapiler lalu masuk ke paru, setelah dari paru keluar melalui vena kecil,
vena pulmonalis dan akhirnya kembali ke atrium kiri. Sirkulasi ini mempunyai tekanan
yang rendah kira-kira 15-20 mmHg pada arteri pulmonalis.
Sirkulasi sistemis dimulai dari ventrikel kiri ke aorta lalu arteri besar, arteri kecil,
arteriole lalu ke seluruh tubuh lalu ke venule, vena kecil, vena besar, vena cava inferior,
vena cava superior akhirnya kembali ke atrium kanan.
Sirkulasi sistemik mempunyai fungsi khusus sebagai sumber tekanan yang tinggindan
membawa oksigen ke jaringan yang membutuhkan. Pada kapiler terjadin pertukaran O2
dan CO2 dimana pada sirkulasi sistemis O2 keluar dan CO2 masuk dalam kapiler
sedangkan pada sirkulasi paru O2 masuk dan CO2 keluar dari kapiler. Volume darah pada
setiap komponen sirkulasi berbeda-beda. 84% dari volume darah dalam tubuh terdapat
pada sirkulasi sistemik, dimana 64% pada vena, 13% pada arteri dan 7 % pada arteriol dan
kapiler
Gagal jantung (heart failure) adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan
fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan dan/atau kemampuannya hanya ada kalau disertai
peninggian volume diastolic secara abnormal (Mansjoer, Arif, 2001:434).
Gagal jantung secara progresif menyebabkan penurunan curah jantung (cardiac out
put), kegagalan sirkulasi menyebabkan gangguan metabolisme badan dan faal tubuh
seluruh sistem organ dengan segala akibatnya. Kegagalan inilah yang dimanifestasikan
sebagai keluhan dan tanda-tanda dari gagal jantung (sindrom gagal jantung).
Terjadi karena adanya gangguan pemompaan darah oleh ventrikel kiri sehingga curah
jantung kiri menurun dengan akibat tekanan terakhir diastolek dalam ventrikel kiri dan
volume akhir diastolik dalam ventrikel kiri meningkat.
C. ETIOLOGI
Medis
Pengobatan / pengendalian kelainan dasar jantung atau vaskuler, misalnya operasi, &
pengobatan.
Obat – obatan yang diberikan :
Preparat digitalis ~ meningkatkan kembali daya kontraksi jantung
Mengatasi retensi cairan ~ diuretik
Memperbaiki oksigenasi jaringan ~ O2, kadar tinggi dengan konsentrasi 24-28 %
kecepatan 2-3 l/mt
Menurunkan beban hemodinamis jantung ~ obat vasodilator (nitrogliserin).
Pengobatan oedem akut ~ O2 & diuretik / vasodilator.
G. KOMPLIKASI
Pada bayi dan anak-anak yang menderita gagal jantung yang lama biasanya
mengalami gangguan pertumbuhan. Berat badan lebih terhambat dari pada tinggi badan.
Pada gagal jantung kiri dengan gangguan pemompaan pada ventrikel kiri dapat
mengakibatkan bendungan paru dan selanjutnya dapat mengakibatkan ventrikel kanan
berkompensasi dengan mengalami hipertropi dan menimbulkan dipsnea dan gangguan
pada system pernapasan lainnya. Pada gagal jantung kanan dapat terjadi hepatomegali,
asites, bendungan pada vena perifer, dan gangguan gastrointestinal
H. PROGNOSIS
Pada sebagian kecil pasien gagal jantung yang berat terjadi pada hari atau minggu
pertama pasca lahir, misalnya Sindrom Hiperplasia jantung kiri, atresia aorta, koarletasio
aorta atau anomaly total drainase vena polmunalis dengan obstroksi. Terhadap mereka,
tetapi mendiagnosa saja sulit, memberikan hasil tindakan invasive diperlukan segera
setelah pasien stabil, kegagalan untuk melakukan operasi pada golongan pasien ini
hamper selalu akan berakhir dengan kematian.
Pada gagal jantung akibat peningkatan vena jugularis yang kurang berat, pendekatan
awal adalah gangguan terapi medis adekuat, bila ini terlihat menolong maka dapat
diteruskan sambil menunggu saat yang baik.
TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas / istirahat.
Gejala : Kelelahan terus-menerus, nyeri dada, insomnia, dispnoe saat istirahat atau
pada pengerahan tenaga.
Tanda : Gelisah, perubahan status mental, (misalnya letargi) tanda vital berubah pada
saat beraktivitas.
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat Hipertensi ,Gagal jantung kronis, penyakit katup jantung, bedah
endokarditis, anemia, syok, septik.
Tanda :
· TD rendah. Tinggi karena kelebihan cairan.
Tekanan nadi sempit, penurunan volume nadi sekuncup.
Frekuensi jantumh takhikardi (gagal jantung kiri).
Irama jantung disritmia.
Bj S3 dan S4 dapat terjadi. S1 dan S2 lemah.
Murmur sistolik dan diastolik, tanda adanya stenosis katup atau insupisiensi.
Nadi perifer berkurang, nadi sentral kuat.
Warna kebiruan, pucat, abu-abu, sianosis.
Kuku pucat (stenosis dengan pengisian kapiler lambat).
Hepar, pembesaran / dapat diraba, refleks hepato jugularis.
Bunyi nafas, krekels, ronchi.
Edema umum atau pitting, khususnya pada ekstremitas.
3. Integritas Ego.
Gejala :
· Ancietas, kuatir, takut.
Stres yang berhubungan dengan penyakit.
Tanda :
· Marah, ketakutan, mudah tersinggung.
4. Eliminasi.
Tanda :
· Penurunan frekuensi BAK, urien berwarna gelap.
Berkemih pada malam hari ( nokturia ).
Diare / konstipasi.
5. Makanan / cairan.
Gejala :
· Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, pembengkakan ekstremitas bawah, diet
rendah garam, makanan, kaleng, lemak, gula, kafein, rokok.
Tanda :
· Penambahan BB cepat & distensi abdomen (ascites), edema, ( umum,
dependen,tekanan, pitting).
6. Hygiene.
Gejala :
· Keletihan, kelemahan, kelelahan selama aktivitas.
Tanda :
· Penampilan, perawatan personal menurun.
7. Neorosensori.
Gejala :
· Kelemahan, pening, episode pingsan.
Letargi, kusut fikir, disorientasi, perubahan perilaku, mudah tersingung.
8. Nyeri / kenyamanan.
Gejala :
· Nyeri dada, angina akut / kronis.
Nyeri abdomen kanan atas, sakit pada otot.
9. Pernafasan.
: · Dispnea saat tidur, tidur sambil duduk atau dengan beberapa kontrol.
Batuk dengan / tanpa kontrol.
Riwayat penyakit paru kronis.
Tanda :
· Pernafasan tachipnoe, nafas dangkal, pernafasan laboret.
Penggunaan otot bantu pernafasan.
Batuk ; kering, nyaring, non produktif. / batuk terus menerus tanpa
pembentukan sputum.
Bunyi nafas tidak terdengar, krikels, basiler, dan mengi.
10. Keamanan.
Gejala :
· Perubahan fungsi mental, kehilangan kekuatan / tonus otot, kulit lecet.
11. Interaksi sosial.
Gejala :
· Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Aktual/risiko tinggi menurunnya curah jantung b.d penurunan kontraktilitas ventrikel kiri,
perubahan frekuensi, irama, konduksiektrikal
Mandiri :
2. Aktual/risiko tinggi nyeri b.d ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen dengan
kebutuhan miokardium sekunder dari penurunan suplai darah ke3 miokardium,
peningkatan produksi asam laktat
3. Aktual/risiko tinggi kerusakan pertukaran gas b.d perembesan cairan, kongesti paru
sekunder perubahan membrane alveoli dan retensi cairan intertisiil
4. Aktual/risiko tinggi pola napas tidak efektif b.d pengembangan paru tidak optimal,
kelebihan cairan di paru sekunder dari edema paru akut
5. Aktual/risiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan b.d kelebihan cairan sistemik,
perembesan cairan intertisial di sistemik sekunder dari penurunan curah jantung, gagal
jantung kanan
DAFTAR PUSTAKA.
Barbara E, 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah , vol 2, alih bahasa Samba,
Suryati, Jakarta : EGC
Doengoes, E, Marylinn dkk, Rencana Asuhan Keperawatan Vol. 3, alih bahasa Sukarsya, I
Made, Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif, 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Jakarta : Media
Aesculapius FKUI.
Muttaqin, Arif, 2006. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sisten
Kardiovaskular, Banjarmasin : Unpublished
Tucker, Susan Martin dkk, 1998. Standar Perawatan Pasien, vol. 1, Alih bahasa Yasmin
Asih dkk, Jakarta : EGC
Hudak, C.M, Gallo B.M. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC.1997,
Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3.
Jakarta : EGC;1999
Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Alih bahasa
Peter Anugrah. Editor Caroline Wijaya. Ed. 4. Jakarta : EGC ; 1994
Santoso Karo karo. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 1996
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth,. Alih
bahasa Agung Waluyo Edisi. 8. Jakarta : EGC; 2001.
Hanafi B. Trisnohadi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Ed. 3. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI ; 2001
Heni Rokhaeni, Elly Purnamasari, (2001). Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, jakarta :
Pusat Kesehatan jantung dan Pembuluh Darah Nasional “ Harapan Kita “.
Corwin, Elizabeth J, (200). Buku Saku Patofisiologi, alih bahasa Brahm U Pendit jakarta :
EGC
Markum A.H, (1991), Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, jakarta : Bagian Ilmu
Janet M. Torpy, MD. The journal of the american medical assosiation. JAMA [serial online]
2006, Januari [cited 2010 Desember 28 ]; 295(1):[2 screen]. Availabel
from: URL:http://jama.ama-assn.org/cgi/citmgr?gca=jama;295/1/124
Cardiac arrest. [Online]. 2008 July 14 [cited 2010 Desember 27 ];[ 13screens]. Availabel
from: URL:http://en.wikipedia.org/wiki/Sudden_cardiac_death
Cardiac arrest, first aid. [Online]. 2007 August [cited 2010 Desember 27 ];[3 screens].
Available from: URL:
http://www.merck.com/mmhe/sec24/ch299/ch299a.html
Sudden cardiac death. [Online]. 2006 July 16 [cited 2010 Desember 28];[21 screens].
Available from: URL:
http://www.emedicine.com/med/topic276.htm#section~Differentials
Definition of cardiac arrest. [Online]. 2001 November [cited 2010 Desember 27 ];[2 screens].
Available from: URL: [http://www.medicinenet.com/script/main/hp.asp/
Sudden cardiac arrest(SCA). [Online]. 2008 March [cited 2010 Desember 27 ;[4 screens].
Available from: URL: http://www.medic8.com/blood-disorders/index.htm
A. JUDUL
” PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN ANSIETAS PADA PASIEN GAGAL
JANTUNG KONGESTIF “ ditulis oleh Tania Khaerunnisa1 , Yossie Susanti Eka Putri2 1
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia 2Departeman Keperawatan Jiwa,
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia
B. FAKTA
Masyarakat perkotaan memiliki karakter khusus yang menjadikannya berbeda
dengan kelompok masyarakat di pedesaan. Beberapa karakter pembeda dari kedua
kelompok ini diantaranya jumlah kepadatan penduduk, lingkungan hidup, mata
pencaharian, corak kehidupan sosial. Pada masyarakat perkotaan, karakter ini dipengaruhi
dengan pesatnya perkembangan informasi, perubahan pola pikir dan juga budaya. Salah
satu hal penting yang terkena dampak dari perubahan pola hidup adalah kesehatan.
Masyarakat dengan pola hidup yang tidak sehat secara signifikan diketahui memiliki
kondisi fisik dan mental yang lebih buruk (Pisinger, 2009). Menurut WHO (2013)
estimasi kematian karena penyakit tidak menular mencapai sekitar 60% di Indonesia.
Salah satunya adalah penyakit kardiovaskular adalah gagal jantung kongestif (congestive
heart failure/CHF).
Gagal jantung termasuk pada delapan penyakit tidak menular terbanyak yang terjadi
di Indonesia (Riskesdas, 2013). Urbanisasi menjadikan individu – individu mengubah
kebiasaan memasak secara tradisional menjadi makanan cepat saji dan tinggi proses yang
memiliki kadar gula, garam, lemak jenuh dan tak jenuh yang tinggi (World Heart
Foundation, 2012). Selain itu, aktivitas fisik atau olahraga yang sudah jarang dilakukan
karena kepadatan aktivitas dapat menjadi faktor pemicu munculnya masalah kesehatan.
Gagal jantung kongestif merupakan masalah mayor kesehatan masyarakat dengan
prevalensi sebanyak sekitar 23 juta kejadian di dunia (Bui, 2011). Prevalensi gagal
jantung di Indonesia secara jelas belum diketahui. Namun berdasarkan Riskesdas (2013)
sebanyak 0.13 persen berdasarkan diagnosis dokter dan 0.3 persen berdasarkan diagnosis
dan gejala. Di provinsi Jawa barat, sebesar 0.3% prevalensi gagal jantung di dapat dari
diagnosis dokter dan munculnya gejala. prevalensi pada masyakarat perkotaan diketahui
lebih tinggi dibandingkan dengan kejadian pada masyarakat pedesaan yaitu sebanyak 0.2
persen berbanding 0.1 persen (riskesdas, 2013).Menurut hasil survey ruang gayatri,
kejadian perawatan pasien dengan gagal jantung kongestif sendiri di ruang gayatri dari
bulan januari – mei 2015 terdapat sebanyak 32 orang. Gejala – gejala yang muncul
seringkali berpengaruh pada kondisi psikologis pasien sebagai contoh kecemasan,
berduka dan ketidakberdayaan. klien dengan gagal jantung kongestif seringkali
ditemukan memiliki masalah ansietas serta depresi karena kondisi fisiknya tersebut
(Australia Heart Foundation, 2011). Selain karena kondisi fisik yang berubah,
hospitalisasi juga dapat menjadi faktor penyebab dari munculnya ansietas pada pasien
gagal jantung kongestif. ilmu keperawatan bersifat holistik memandang penyelesaian
masalah secara biologis, psikologis, sosio dan spiritual. hal ini memiliki arti bahwa pasien
dengan masalah fisik seperti gagal jantung kongestif tidak hanya harus diberikan
intervensi keperawatan secara fisik. di ruang gayatri, RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi pada
praktik profesi keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan tahun 2015, masalah
psikososial paling banyak yang ditemukan adalah ansietas.
C. TEORI
Gagal jantung (heart failure) adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan
fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan dan/atau kemampuannya hanya ada kalau disertai
peninggian volume diastolic secara abnormal (Mansjoer, Arif, 2001:434).
Gagal jantung secara progresif menyebabkan penurunan curah jantung (cardiac out
put), kegagalan sirkulasi menyebabkan gangguan metabolisme badan dan faal tubuh
seluruh sistem organ dengan segala akibatnya. Kegagalan inilah yang dimanifestasikan
sebagai keluhan dan tanda-tanda dari gagal jantung (sindrom gagal jantung).
Kebiasaan makan yang tidak sehat menjadi faktor resiko terjadinya penyakit
degeneratif pada kasus ini adalah CAD dan DM II. Kolesterol merupakan konstituen dari
plak aterkosklerosis (Smeltzer, 2010). Perilaku lain yang dapat menjadi faktor resiko dari
munculnya penyakit kardiovaskular pada Tn.W adalah minimalnya aktivitas fisik seperti
olahraga. Aktivitas fisik sedang sampai tinggi berhubungan dengan penurunan resiko dari
gagal jantung (Rahman, 2013). Pada seorang yang memiliki gagal jantung kongestif
teridentifikasi bahwa kesehariannya memiliki kondisi isolasi sosial, hidup dengan
ketakutan dan kehilangan kontrol (Jeun, 2010). Hal ini terjadi pada gagal jantung yang
menyatakan bahwa sering mengalami ketakutan baik takut karena prognosis penyakit
ataupun ketakutan yang tidak jelas karena khawatiran munculnya gejala penyakit yang
bisa kapan saja terjadi. Richardson (2013) menyebutkan bahwa pasien dengan gagal
jantung kongestif memiliki pengalaman depresi dan ansietas yang mempengaruhi kualitas
hidupnya. pada pasien gagal jantung kongestif prevalensi ansietas tinggi.
Interaksi awal bersama pasien ditujukan untuk membina hubungan saling percaya..
Di dalam komunikasi terapeutik, komunikasi yang efektif dapat menurunkan stres,
meningkatkan kepatuhan pasien dan menghasilkan pengalaman yang positif (Tamparo,
2007). Dengan penerapan komunikasi terapeutik, maka hubungan saling percaya akan
terjalin antara mahasiswa dengan klien. Penerapan teknik komunikasi terapeutik dapat
memberikan tiga manfaat yaitu memberikan kesempatan klien untuk mengekspresikan
diri, mengerti masalah klien dan mendampingi indentifikasi dan resolusi dari masalah
(Townsend, 2009). Mahasiswa juga melakukan beberapa hal yang selalu dilakukan saat
berinteraksi dengan pasien untuk menurunkan ansietasnya. Hal yang dilakukan adalah
pendekatan yang tenang dan meyakinkan, menyarankan keluarga untuk tetap bersama
pasien dan menjelaskan seluruh prosedur yang akan dilakukan (NANDA, 2015).
Ansietas merupakan perasaan kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar dan
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart, 2005). Beberapa tanda
fisik yang muncul adalah palpitasi jantung, nyeri dada, sesak napas. Stuart (2005)
menyebutkan bahwa stresor pencetus dari ansietas adalah ancaman terhadap integritas
fisik seperti disabilitas fisiologis yang terjadi atau penurunan kemampuan untuk
melakukan aktivitas sehari – hari. Hal ini tentunya berkaitan dengan munculnya gejala
atau tanda klinis dari pasien gagal jantung kongestif yang sering mengalami hambatan
dalam beraktivitas dan merasakan gejala fisik yang memicu munculnya ansietas.
D. OPINI
Pada seorang yang memiliki gagal jantung kongestif teridentifikasi bahwa kesehariannya
memiliki kondisi isolasi sosial, hidup dengan ketakutan dan kehilangan kontrol (Jeun,
2010). Hal ini terjadi pada Tn.B yang menyatakan bahwa sering mengalami ketakutan
baik takut karena prognosis penyakit ataupun ketakutan yang tidak jelas karena
khawatiran munculnya gejala penyakit yang bisa kapan saja terjadi. Jurnal menyebutkan
bahwa pasien dengan gagal jantung kongestif memiliki pengalaman depresi dan ansietas
yang mempengaruhi kualitas hidupnya.
Interaksi awal bersama pasien ditujukan untuk membina hubungan saling percaya.
Mahasiswa menerapkan teknik komunikasi terapeutik pada klien. Di dalam komunikasi
terapeutik, komunikasi yang efektif dapat menurunkan stres, meningkatkan kepatuhan
pasien dan menghasilkan pengalaman yang positif (Tamparo, 2007). Dengan penerapan
komunikasi terapeutik, maka hubungan saling percaya akan terjalin antara mahasiswa
dengan klien. Penerapan teknik komunikasi terapeutik dapat memberikan tiga manfaat
yaitu memberikan kesempatan klien untuk mengekspresikan diri, mengerti masalah klien
dan mendampingi indentifikasi dan resolusi dari masalah (Townsend, 2009). Mahasiswa
juga melakukan beberapa hal yang selalu dilakukan saat berinteraksi dengan pasien untuk
menurunkan ansietasnya. Hal yang dilakukan adalah pendekatan yang tenang dan
meyakinkan, menyarankan keluarga untuk tetap bersama pasien dan menjelaskan seluruh
prosedur yang akan dilakukan.