TINJAUAN PUSTAKA
registrasi dan praktik perawat, perawat adalah seseorang yang telah lulus
pendidikan perawat, baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan
peran dan fungsi sebagaimana yang diharapkan oleh profesi dan masyarakat
2004). Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan dari masyarakat
tingkah laku yang dilakukan oleh perawat sesuai dengan profesinya (Kusnanto,
2004).
Peran perawat adalah cara yang dilakukan perawat dalam aktivitas berupa
1
profesional yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah sesuai kode etik
Peran perawat diartikan sebagai tingkah laku yang diharapkan oleh orang
lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar
pasien akan dibantu oleh perawat untuk diberikan pengetahuan terkait perawatan
oleh karenanya klien ataupun keluarga dapat bertanggung jawab terhadap sesuatu
harapan yang diinginkan oleh pasien atau keluarga dari tingkah laku perawat
2
2.1.2 Klasifikasi Peran Perawat
(Kemenkes.RI, 2017).
(Kemenkes.RI, 2017).
3. Edukator ( pendidik )
(Kemenkes.RI, 2017).
4. Advocate (Pembela)
(Kemenkes.RI, 2017).
5. Researcher (peneliti)
unik(Harnilawati, 2013)
7. Conselor(konselor )
Perawat sebagai konselor membantu pasien untuk mengatasi
8. Collaborator ( Kolaborator )
kesehatan bagi pasien telah menjadi satu dari peran yang paling penting
Pendidikan kesehatan bagi pasien telah menjadi satu dari peran yang
paling penting bagi perawat yang memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.
kesehatan (Potter & Perry, 2005). Perawat sebagai pendidik bertugas untuk
pendidikan atau penyuluhan kesehatan kepada klien dengan evaluasi yang dapat
dulu maupun saat ini yang telah berdampak dan terus berdampak pada tanggung
jawab mereka di dalam praktik dengan pengajaran sebagai aspek utama dari peran
dalam berbagai kondisi di lingkungan praktik (Bell 1986, dalam Bastable, 2002).
Peran perawat sebagai pendidik akan meningkatkan kepuasan kerja perawat saat
terbinanya hubungan terapeutik dengan pasien yang lebih besar dan menciptakan
yang dilakukan oleh seorang edukator untuk mempengaruhi orang lain agar
dapat berperilaku atau memiliki pengetahuan dan pemahaman yang sesuai
dengan yang diharapkan. Dalam Proses pendidikan ini terjadi transfer ilmu
diharpakan dapat mempengaruhi dan meyakinkan pihak lain baik itu pasien,
rekan sejawat, maupun tenaga kesehatan lain. Citra profesionalisme yang baik
hal ini individu, keluarga, dan juga masyarakat. Perawat harus mampu
lain perawat harus melakukannya dengan hati dengan kata lain perawat
berkomunikasi dengan orang lain dengan menyentuh hati orang lain. Setiap
pemikiran dan ide perawat dapat langsung diterima oleh pasien sehingga
luasnya wawasan ilmu pengetahuan, orang lain perlu melihat bukti atas apa
peran sebagai model. Perawat harus mampu menjadi model yang baik dalam
menjalankan profesinya.
informasi yang diberikan oleh perawat. Pasien yang mengalami buta huruf
4. Budaya Pasien
macam pasien. Apabila bahasa yang digunakan pasien sudah melekat dan
baru akan membatasi sesi dalam pemberian edukasi dan jumlah informasi
yang berbeda beda. Pola pembelajaran dari setiap pasien berbeda beda
tergantungdari beberapa pola yang disukai pasien yaitu pola belajar visual,
tubuh pasien, berkoordinasi dengan staf lainnya, dan lain lain(Abdi et al,
2014).
edukasi pada pasien. Adanya ketidak puasan kerja yang tinggi disebabkan
kesempatan yang tepat untuk belajar, kurangnya staf medis, stres kerja,
Perbedaan sudut pandang antar perawat dengan staf medis lainnya, seperti
perbedaan sudut pandang antar staf untuk memberikan edukasi pada pasien
disebabkan oleh kurangnya interaksi yang sesuai dan bidang pendidikan antar staf
yang berbeda, kurangnya koordinasi dan komunikasi antar staf dapat meng
hambat proses edukasi pasien. Untuk menawarkan yang tepat terkait edukasi
pasien, perlu interaksi dan diskusi antar staff untuk menentukantindakan apa yang
kesehatan kepada pasien antara lain (Krugger, 1991 dalam Potter & Perry, 2005) :
injeksi insulin.
b. Persiapan pasien pulang dari perawatan rumah sakit contoh: medikasi untuk
Hal- hal yang harus diperhatikan dalam pendidikan kesehatan antara lain
penentuan discharge planning adalah pada saat awal pengkajian pasien masuk dan
keperawatan yang dibutuhkan oleh pasien di mana pun pasien berada. Kegagalan
perencanan pulang diperlukan komunikasi yang baik terarah, sehingga apa yang
rumah.(Nursalam, 2014)
2.2.2 Tujuan
hubungan yang terintegrasi antara perawatan yang diterima saat di rumah sakit
serta perawatan yang didapatkan setelah pasien pulang, hal ini bertujuan agar
keluarga pasien.
4. Discharge planning merupakan hasil kolaborasi dari tim yang terdiri dari
pasien pulang.
Menurut Nursalam(2012) prinsip prinsip dalampelaksanaan discharge
planning yaitu :
1. Nilai harapan dan kebutuhan dari pasien harus dikaji dan dievaluasi karena
merupakan pelayanan multi disiplin yang setiap tim harus saling bekerja
sama
disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga atau sumber daya dan fasilitas
pelayanan kesehatan.
dibutuhkan.
2005):
e. Masa penyembuhan yang lama dari penyakit yang diderita atau setelah
f. Iisolasi social.
k. Penyakit terminal.
2.3 Konsep Peran Educator Perawat Dalam Discharge planning
pengajaran yang baik untuk persiapan pulang pasien yang disingkat dengan
1. Medication (obat)
2. Environment (lingkungan)
kontinuitas perawatannya;
3. Treatment (pengobatan)
pasien pulang, yang dilakukan oleh pasien atau anggota keluarga. Jika hal
5. Outpatient referral
Pasien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit yang dapat
6. Diet
tanggung jawab utama untuk memberi instruksi kepada pasien antara lain
4. Jenis komplikasi;
1992 dalam Potter & Perry, 2005). Potter & Perry (2005) mengemukakan bahwa
perawatan berkelanjutan.
Discharge Planning
P= f
X 100%
N
Keterangan :
P = Presentasi Nilai
(Azwar, 2007)
Tabel 2.1 Instrumen dan Cara Pengukuran Peran Educator Perawat dalam
Discharge Planning
suka menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan, diiplin yaitu ketaatan
yang sulit untuk disembuhkan tetapi harus di kontrol atau dikendalikan agar tidak
pasien mau datang ke petugas kesehatan yang telah ditentukan sesuai jadual yang
telah ditetapkan dan mau melaksanakan apa yang dianjurkan oleh petugas
program kesehatan merupakan perilaku yang dapat diobservasi dan dapat diukur
secara langsung.
1. Jenis Kelamin
2. Tingkat Pengetahuan
3. Status Pekerjaan
sehingga pasien lebih patuh untuk berobat daripada yang tidak memiliki
6. Dukungan Keluarga
baik tentunya akan selalu mengingatkan pasien untuk meminum obat tepat
tersebut sangat diperlukan sebagai ukuran tidak langsung mengenai standar dan
penyimpangan yang diukur melalui sejumlah tolak ukur atau ambang batas yang
mendapat anjuran kembali untuk kontrol (Snider dalam Aditama 1997, dalam
Khoiriyah, 2005). Kepatuhan berbanding lurus dengan tujuan yang akan dicapai
kesehatan merupakan perilaku yang dapat diobservasi dan dapat diukur secara
kesehatan, setidaknya satu bulan sekali. Dikatakan tidak patuh jika pasien tidak
banyak digunakan untuk menilai tingkat kepatuhan pasien. Hal ini dilakukan
yang digunakan merupakan kuesioner MMAS-8 versi Indonesia yang sudah baku,
maka tidak perlu melakukan uji validitas lagi, sedangkan kuesioner yang belum
baku perlu dilakukan uji validitas (Nasir dkk., 2015). Pengukuran tingkat
kepatuhan pasien dengan instrumen yang telah valid dan reliabel perlu dilakukan
kesehatan pertama agar tercapai efektifitas dan efisiensi pengobatan, serta untuk
MMAS-8. Item 2-7 jika dijawab “YA” maka diberi skor 0 dan jika “TIDAK”
diberi skor 1. Item 5 jika dijawab “YA” skor 1. Jika “TIDAK” skor 0. Item 1
menggunakan skala likert 5 point terdiri dari 5 pendapat responden yang diminta
yaitu tidak pernah (1), pernah sekali (2), kadang-kadang (3), biasanya (4), dan
selalu (0). MMAS-8 dikategorikan menjadi 2 tingkat kepatuhan yaitu: patuh dan
tidak patuh.
Patuh :≥6
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah anda rutin melakukan pemeriksaan ulang ke Rumah
Sakit untuk kontrol tekanan darah setelah obat habis?
*Jika tidak sebutkan alasan : (lingkari jawaban)
a.Tidak merasa adanya keluhan yang dirasakan lagi
b.Lupa mengingat waktu kontrol
c.Memiliki kesibukan lain misal: bekerja
d.Melakukan pengobatan alternatif / minum obat
tradisional
e.Takut bahaya efek samping obat
2. Apakah anda merasa terganggu karena harus menjalani
pengobatan dan konsumsi obat secara rutin?
3. Apakah anda terkadang lupa minum obat?
4. Saat anda melakukan perjalanan atau meninggalkan rumah ,
apakah anda membawa serta obat?
5. Ketika anda merasa kondisi tubuh mulai membaik, apakah
anda tetap meminum obat sampai habis?
6. Ketika anda merasa kondisi tubuh mulai memburuk, apakah
anda akan tetap melanjutkan minum obat?
7. Apakah anda sering mengalami kesulitan dalam mengingat
penggunaan obat?
8. Apakah anda mengurangi/menghentikan penggunaan obat
tanpa memberitahu dokter?
2.5 Hipertensi
140/90mmhg didasarkan pada dua fase yaitu fase sistolik 140 menunjukkan fasae
darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 menunjukkan fase
2.5.3 Penyebab
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat
hipertensi sekunder.
1. Umur
tekanan darah yang lambat dan dapat menjadi hipertensi seiring dengan
2. Ras / suku
Diluar negeri orang kulit hitam > kulit putih. Karena adanya perbedaan
status /derajat ekonomi, orang kulit hitam dianggap rendah dan pada jaman
3. Urbanisasi
4. Geografis
Jika dilihat dari segi geografis, daerah pantai lebih besar prosentasinya
terkena hipertensi. Hal ini disebabkan daerah pantai kadar garamnya lebih
lebih jauh dari pantai.Selain itu keadaan suhu juga menjadi suatu alasan
5. Jenis kelamin
Wanita > pria: di usia >50 tahun. Karena di usia tersebut seorang wanita
tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri
tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk
naiknya tekanan.
tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga
tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh.
meningkat.
mengalami pelebaran, dan banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah
Px HT
akan
Pengobatan sembuh &
tuntas terkontrol
Pasien Peran Edukator Perawat
hipertensi dalam Discharge Planning
Penderita
rawat jalan
Putus HT akan
pengobatan semakin
parah
bahkan bisa
mengalami
kematian
Kepatuhan Kontrol
Gambar 2.1 Kerangka Teori Hubungan Peran Educator Perawat Dalam Discharge Planning
Dengan Kepatuhan Pasien Untuk Kontrol Di RSUD Bangil
2.7 Kerangka Konsep
Iya
Peran Edukator Perawat dalam
Pasien HT Discharge Planning Tidak
rawat jalan
Kepatuhan Kontrol
Patuh Tidak
Patuh
Keterangan:
: Diteliti
:Tidak diteliti
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Hubungan Peran Educator Perawat Dalam Discharge
Planning Dengan Kepatuhan Pasien Untuk Kontrol Di RSUD Bangil
2.8 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah dugaan sementara dari masalah yang diteliti yangkebenarannya akan
dibuktikan melalui penelitian (Setiadi, 2007). Hipotesis alternatif adalah hipotesis yang diterima
yang dinyatakan dengan simbol Ha (Budiarto, 2002). Ha : ada hubungan peran educator perawat
dalam discharge planning dengan tingkat kepatuhan pasien hipertensi untuk kontrol di RSUD
Bangil.