Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR PROFESI


PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIFITAS DAN
ISTIRAHAT DI RUANG KEMUNING
UOBK RSUD DR MOHAMAD SALEH KOTA
PROBOLINGGO

OLEH:
LUSIA WAHYU WIDIYANTI, S.ST
NIM 14901.08.21086

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES HAFSHAWATY
PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
KEBUTUHAN DASAR PROFESI
PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIFITAS DAN ISTIRAHAT
DI RUANG KEMUNING UOBK RSUD DR MOHAMAD SALEH
KOTA PROBOLINGGO

PROBOLINGGO, - - 2021

LUSIA WAHYU WIDIYANTI, S.ST


NIM 14901.08.21086

PEMBIMBING RUANGAN PEMBIMBING AKADEMIK

________________________ __________________________
NIP :

KEPALA RUANGAN

__________________________
NIP
BAB I

PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

A. LATAR BELAKANG

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling utama, mempunyai


beberapa kebutuhan dasar yang harus terpenuhi jika ingin dalam keadaan sehat
dan seimbang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang
dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis
maupun psikologis, yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan
kesehatan. Keadaan seimbang fisiologis dan psikologis itulah yang akan kita
capai dalam membantu memenuhi kebutuhan klien yang kita asuh. Pada bab ini
dibahas tentang Kebutuhan Dasar Manusia menjelaskan tentang :
1) Konsep manusia, pengertian kebutuhan dasar manusia, macam kebutuhan
dasar manusia menurut beberapa ahli.
2) Menuliskan konsep asuhan keperawatan pada lingkup kebutuhan dasar
manusia mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
3) Mengidentifikasi konsep pengukuran tanda-tanda vital, sehingga pada
akhirnya nanti dapat melakukan pemeriksaan fisik secara keseluruhan (head to
too), dan seterusnya tentang kebutuhankebutuhan kita sebagai manusia seperti:
kebutuhan personal hygiene, kebutuhan eliminasi urine, kebutuhan eliminasi
bowel, kebutuhan istirahat/tidur, kebutuhan aktivitas, sampai dengan kebutuhan
rasa aman dan nyaman serta dapat melakukan tindakan prosedur keperawatan
yang diperlukan dalam asuhan dengan mempelajari panduan praktikum.
Sebagai seorang perawat, harus bisa memahami kebutuhan manusia yang
mendasari kita dalam memberi asuhan keperawatan kepada klien dengan baik,
sehingga dapat menerapkan asuhan keperawatan berdasarkan kebutuhan
tersebut. Dalam memberikan asuhan keperawatan kita sebagai seorang perawat
harus bisa melakukannya dengan mengikuti langkah-langkah proses
keperawatan, mulai dari pengkajian sampai dengan langkah evaluasi yang
penerapannya harus dilaksanakan secara berurutan yaitu: pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.
Manusia sebagai makhluk holistik merupakan makhluk yang utuh atau
paduan dari unsur biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Sebagai makhluk
biologis, manusia tersusun atas sistem organ tubuh yang digunakan untuk
mempertahankan hidupnya, mulai dari lahir, tumbuh kembang, hingga
meninggal. Sebagai makhluk psikologis, manusia mempunyai struktur
kepribadian, perilaku sebagai manifestasi kejiwaan, dan kemampuan berpikir
serta kecerdasan. Sebagai makhluk sosial, manusia perlu hidup bersama orang
lain, saling bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup, mudah
dipengaruhi kebudayaan, serta dituntut untuk berperilaku sesuai dengan harapan
dan norma yang ada. Sebagai makhluk spiritual, manusia memiliki keyakinan,
pandangan hidup, dan dorongan hidup yang sejalan dengan keyakinan yang
dianutnya.
Jadi maksudnya di sini adalah bila kita memandang manusia, kita harus
melihatnya secara utuh menyeluruh tidak boleh di penggal-penggal. Misalnya
apabila seseorang sedang dirawat karena sakit, sebagai makhluk holistik, dia
akan mengalami beberapa gangguan, selain gangguan fisik/biologis, secara
bersamaan dia juga mengalami gangguan psikologis, sosial dan spiritual, oleh
karena itu sebagai seorang perawat, dalam memberikan asuhan keperawatan
harus memperlakukan manusia/klien secara holistik/menyeluruh tidak terpisah-
pisah, misalnya kalau klien dirawat karena kanker payudara, yang diperhatikan
bukan hanya payudaranya (fisik/biologis) saja tetapi secara utuh bagaimana
psikologis, sosial dan spiritualnya, itulah yang dimaksud dengan konsep manusia
secara holistik. Setelah Anda memahami konsep manusia sebagai makhluk
holistik, mari kita lanjutkan dengan materi berikutnya, yaitu manusia sebagai
sistem.
Manusia sebagai sistem terdiri atas sistem adaptif, personal, interpersonal,
dan sosial. Sistem adaptif merupakan proses perubahan individu sebagai
respons terhadap perubahan lingkungan yang dapat mempengaruhi integritas
atau keutuhan. Sebagai sistem personal, manusia memiliki proses persepsi dan
bertumbuh kembang. Sebagai sistem interpersonal, manusia dapat berinteraksi,
berperan, dan berkomunikasi terhadap orang lain. Sedangkan sebagai sistem
sosial, manusia memiliki kekuatan dan wewenang dalam pengambilan keputusan
di lingkungannya, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun lingkungan.
Sebagai contoh apabila seseorang sedang dirawat karena di sakit. Sebagai
sistem, dia akan melakukan penyesuaian terhadap lingkungan Rumah Sakit,
terhadap orang-orang yang merawat, terhadap sesama klien, dan secara
bersamaan juga dia akan mengalami gangguan terhadap semua hal tersebut
apabila dia tidak bisa melakukan adaptasi. Namun apabila dia tidak mampu
beradaptasi dia akan mengalami gangguan.
B. TUJUAN

Setelah mempelajari materi ini diharapkan dapat :


1. Mengidentifikasi konsep kebutuhan dasar manusia dengan benar
2. Menguraikan model kebutuhan manusia menurut para ahli dengan lengkap.
3. Menguraikan konsep kebutuhan psikososial menurut Erick H. Erikson dengan
benar.
4. Mengidentifikasi kebutuhan spiritual dengan baik.
5. Menguraikan konsep kebutuhan seksual.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

KEBUTUHAN DASAR AKTIVITAS

A. Pengertian
Aktivitas adalah suatu keadaan bergerak dimana manusia memerlukan
untuk dapat memenuhi kebutuhan kehidupan. Tiap individu mempunyai pola
atau irama dalam menjalani aktivitas. Salah satu tanda seseorang dikatakan sehat
adalah adanya kemampuan orang tersebut melakukan aktivitas seperti bekerja,
makan dan minum, personal hygiene, rekreasi, dan lain-lain. Dengan beraktivitas
selain tubuh menjadi sehat, juga dapat mempengaruhi harga diri dan citra tubuh
seseorang. Jika seseorang sakit atau terjadi kelemahan fisik sehingga
kemampuan aktivitas menurun.
Seseorang tersebut biasanya terjadi masalah fisik, psikologis dan tumbuh
kembang, hal ini bisa berpengaruh pada masalah kesehatan seseorang. Selain
menimbulkan dampak fisik, gangguan personal hygiene dapat pula berdampak
pada gangguan pemenuhan kebutuhan psikososial dan nyaman . Latihan dapat
memelihara pergerakan dan fungsi sendi sehingga kondisinya dapat setara
dengan kekuatan fleksibilitas otot (Alimul, 2016).
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan untuk bergerak dalam memenuhi
kebutuhan hidup. Kemampuan aktivitas seseorang dipengaruhi oleh adekuatnya
sistem persarafan, otot dan tulang, sendi serta factor pendukung lainnya seperti
adekuatnya fungsi kardiovakular, pernapasan dan metabolisme (Wartonah,
2015).
Aktivitas artinya “ kegiatan atau keaktifan “ ( KBBI ). Jadi segala sesuatu
yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik
merupakan suatu aktivitas (Sulistyowati, 2017).
Kemampuan beraktivitas merupakan kebutuhan dasar yang mutlak
diharapkan oleh setiap manusia. Personal Hygiene merupakan perawatan diri
sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik secara fisik
maupun psikologis (Uliyah, 2014).
B. Etiologi Aktifitas
Faktor yang Mempengaruhi Mekanika Tubuh dan Ambulasi menurut
(Sulistyowati, 2017) :
1. Status kesehatan.
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan
sistem saraf berupa penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat
disebabkan oleh penyakit, berkurangnya kemampuan untuk melakukan
aktivitas sehari-hari dan lainnya.
2. Nutrisi.
Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan
tulang dan perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan
kelemahan otot dan memudahkan terjadinya penyakit. Sebagai contoh tubuh
kekurangan kalsium akan lebih mudah mengalami fraktur.
3. Emosi.
Kondisi psikologis sesorang dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh
dan ambulasi yang baik, sesorang yang mengalami perasaan tidak aman, tidak
bersemangat dan harga diri rendah, akan mudah mengalami perubahan
mekanika tubuh dan ambulasi.
4. Situasi dan kebiasaan.
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseorang misalnya, sering mengangkat
benda-benda berat, akan menyebabkan perubahan mekanika tubuh dan
ambulasi.
5. Gaya hidup.
Perubahan pola hidup seseorang akan menyebabkan stress dan kemungkinan
besar akan menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas, sehingga dapat
mengganggu koordinasi antara sistem muskuloskeletal dan neurologi, yang
akhirnya akan mengakibatkan perubahan mekanika tubuh.
6. Pengetahuan.
Pengetahuan baik terhadap pengguna mekanika tubuh akan mendorong
sesorang untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga mengurangi
tenaga yang dikeluarkan. Sebaliknya, pengetahuan yang kurang memadai
dalam pengguna mekanika tubuh akan menjadikan seseorang berisiko
mengalami gangguan koordinasi sistem neurologi dan muskuloskeletal.
C. Fisiologi Pergerakan
Fisiologi menurut (Sulistyowati, 2017) adalah :
1. Sistem Muskuloskeletal
Sistem musculoskeletal terdiri atas rangka ( tulang ), otot dan sendi
sistem ini sangat berperan dalam pergerakan dan aktivitas manusia.
a) Rangka ( tulang ) memiliki beberapa fungsi yaitu :
1) Menyokong jaringan tubuh, termasuk memberi bentuk pada tubuh
( postur tubuh ).
2) Melindungi bagian tubuh yang lunak, seperti otak, paru – paru, dan
medulla spinialis.
3) Sebagai tempat melekatnya otot dan tendon, termasuk juga ligamen.
4) Sebagai tempat mineral, garam, fosfat dan lemak.
5) Berperan dalam proses hematopoiesis (produksi sel darah).
b) Otot adalah organ yang memungkinkan tubuh dapa bergerak. Semua sel-
sel otot mempunyai kekhususan yaitu berkontraksi dan relaksasi. Terdapat
lebih dari 600 buah otot pada tubuh manusia. Sebagian besar otot-otot
tersebut melekat pada tulang-tulang kerangka - kerangka tubuh oleh
tendon, dan sebagian kecil ada yang melekat dibawah permukaan kulit.
Jenis-jenis otot ada tiga yaitu :
1) Otot rangka
Otot rangka merupakan otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka.
Serabut otot sangat panjang, panjangnya sampai 30 cm berbentuk
silindris dengan lebar berkisar antara 10 mikron sampai 100 mikron.
Setiap serabut memiliki banyak inti yang tersusun di bagian perifer.
Kontraksi otot rangka sangat cepat, kuat, sebentar,dan cepat lelah.
2) Otot polos.
Merupakan otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat
ditemukan pada dinding berongga seperti kandung kemih dan uterus.
Otot polos adalah serabut otot berbentuk spindel dengan nukleus sentral,
berukuran kecil berkisar antara 20 mikton (melapisi pembuluh darah)
sampai 0,5 mm pada uterus wanita hamil. Kontraksi pada otot polos kuat
dan bekerja secara lambat.
3) Otot jantung.
Merupakan otot lurik, disebut juga otot serat lintang involunter. Otot ini
hanya terdapat pada jantung. Otot jantung bekerja terus menerus setiap
saat tanpa henti, tapi otot jantung juga mempunyai masa istirahat, yaitu
setiap kali berdenyut. Inti otot jantung berada di tengah, serabut ototnya
bercabang dan bersatu dengan serabut disebelahnya, kontraksi otot
jantung otomatis dan ritmis.
Fungsi sistem muskulo/otot diantaranya:
1) Sebagai pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat
oto tersebut melekat dan bergerak dalam bagian organ internal tubuh.
2) Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang rangka
dan mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri atau saat
duduk terhadap gaya gravitasi.
c) Sistem skeletal (tulang).
Sistem muskuloskeletal berfungsi sebagai :
1) Mendukung dan memberi bentuk jaringan tubuh.
2) Melindungi bagian tubuh tertentu seperti hati, ginjal, otak, dan paru-
paru.
3) Tempat melekatnya otot dan tendon.
4) Sumber mineral seperti garam dan fosfat.
5) Tempat produksinya sel darah.
2. Sistem Persarafan
Secara spesifik, sistem parsarafan memiliki beberapa fungsi, yaitu:
a) Saraf aferen ( reseptor ), berfungsi menerima rangsangan dari luar
kemudian meneruskannya ke susunan saraf pusat.
b) Sel saraf atau neuron, berfungsi membawa impuls dari bagian tubuh satu
ke tubuh lainnya.
c) Sistem Saraf Pusat (SSP), berfungsi memproses impuls dan kemudian
memberikan respon melalui saraf eferen.
d) Saraf eferen, berfungsi menerima respon dari SSP kemudian
meneruskannya ke otot rangka.
3. Mekanika Tubuh .
Mekanika Tubuh adalah suatu usaha mengkoordinasikan sistem
muskuloskeletal dan sistem saraf dalam mempertahankan keseimbangan,
postur dan kesejajaran tubuh selama mengangkat, membungkuk, bergerak
dan melakukan aktivitas sehari-hari. (Sulistyowati, 2017) .
Gangguan mekanika tubuh dapat terjadi pada individu yang menjalani tirah
baring lama karena dapat terjadi penurunan kemampuan tonus otot. Tonus
otot sendiri adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kemampuan
kontraksi otot rangka. Mekanika tubuh meliputi tiga elemen dasar yaitu
sebagai berikut:
a) Body Elignment ( Postur Tubuh ).
Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan
bagian tubuh yang lain.
b) Balance / Keseimbangan.
Keseimbangan bergantung pada interaksi antara center gravity dan base
of support Coordinated body movement ( gerakan tubuh yang
terkoordinasi ), yaitu mekanika tubuh berinteraksi dalam fungsi
muskuloskeletal dan sistem saraf.
4. Sistem tubuh yang berperan dalam Kebutuhan Aktivitas
Menurut (Wartonah, 2015) sistem tubuh yang berperan :
a) Tulang
Tulang manusia tersusun atas tulang-tulang yang berjumlah 206 tulang.
Tulang satu dengan tulang lainnya dihubungkan melalui sendi kemudian
membentuk rangka.
b) Otot dan Tendon
Otot merupakan organ yang mempunyai sifat elstisitas dan kontraktilitas
yaitu kemampuan untuk meregsng dan memendek, serta kembali pada
posisi semula.
c) Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang.
Ligament pada lutut merupakan struktur penjaga stabilitas, sehingga jika
terputus akan mengakibatkan ketidakstabilan.
d) Sistem Saraf
Sistem saraf berperan dalam mengontrol fungsi motorik. Pusat
pengendalian pergerakan ada;aha serebelum, konteks serebri dan basal
banglia.
e) Sendi
Sendi menghubungkan antar tulang yang didukung oleh adanya ligament
dan tendon. Ligament menstabilkan tulang diantara tulang dan lebih elastis
dariada tendon.
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Toleransi Aktivitas
1. Faktor fisiologis
a) Frekuensi penyakit atau operasi dalam 12 bulan
b) Tipe penyakit atau operasi dalam 12 bulan terakhir
c) Status kardiopulmonar ( mis. Dispneu, nyeri dada )
d) Status musculoskeletal ( mis. Penurunan massa otot )
e) Pola tidur
f) Keberadaan nyeri, pengontrolan nyeri
g) Tanda-tanda vital: frekuensi pernapasan dan nadi kembali ke tingkat
istirahat dalam 5 menit setelah latihan, tekanan darah kembali seperti
semula dalam 5-10 menit setelah latihan
h) Tipe dan frekuensi aktivitas latihan
i) Kelainan hasil laboratorium seperti penurunan konsentrasi O2 arteri,
penurunan kadar hemoglobin, kadar elektrolit yang tidak normal
2. Faktor emosional
a) Suasasana hati (mood), depresi, cemas
b) Motivasi
c) Ketergantungan zat kimia (mis. Obat-obatan, alcohol, nikotin )
d) Gambaran diri
3. Faktor Perkembangan
a) Usia
b) Jenis kelamin
c) Kehamilan
d) Perubahan massa otot karena perubahan perkembangan
e) Perubahan system skeletal karena perubahan perkembangan.
E. Nilai Dan Aktifitas Latihan

1. Kategori tingkat kemampuan aktivitas

Tingkat Kategori
Aktivitas/Aktivitas
0 Mampu merawat sendiri secara penuh
1 Memerlukan penggunaan alat
2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang
lain
3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang
lain, dan peralatan

4 Sangat tergantung dan tidak dapat


melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan
2. Rentang gerak (range of motion-ROM)

Gerak Sendi Derajat Rentang


Normal
Bahu Adduksi: gerakan lengan ke 180
lateral dari posisi sampiong ke
atas kepala, telapak tangan
menghadap ke posisi yang paling
jauh.
Siku Fleksi: angkat lengan bawah ke 150
arah depan dan ke arah atas
menuju bahu.
Pergelangan tangan Fleksi: tekuk jari-jari tangan ke 80-90
arah bagian dalam lengan bawah.
Ekstensi: luruskan pergelangan 80-90
tangan dari posisi fleksi
Hiperekstensi: tekuk jari-jari 70-90
tangan ke arah belakang sejauh
mungkin
Abduksi: tekuk pergelangan 0-20
tangan ke sisi ibu jari ketika
telapak tangan menghadap ke
atas.
Adduksi: tekuk pergelangan 30-50
tangan ke arah kelingking telapak
tangan menghadap ke atas.
Tangan dan jari Fleksi: buat kepalan tangan 90
Ekstensi: luruskan jari 90
Hiperekstensi: tekuk jari-jari 30
tangan ke belakang sejauh
mungkin
Abduksi: kembangkan jari tangan 20
Adduksi: rapatkan jari-jari tangan 20
dari posisi abduksi
3. Derajat kekuatan otot
Skala Persentase Karakteristik
Kekuatan Normal
(%)
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot
dapat di palpasi atau dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan
gravitasi dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan
gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal
melawan gravitasi dan melawan
tahanan minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh
yang normal melawan gravitasi dan
tahanan penuh
F. Etiologi Gangguan Aktivitas
Menurut ( Hidayat, 2014) penyebab gangguan aktivitas adalah sebagai berikut:
1. Kelainan postur
2. Gangguan perkembangan otot
3. Kerusakan sisitem saraf pusat
4. Trauma langsung pada system musculoskeletal dan neuromuscular
5. Kekuatan otot
G. Manisfestasi Gangguan Aktifitas

Manifestasi klinik pada gangguan aktivitas dan latihan yaitu tidak mampu
bergerak secara mandiri atau perlu bantuan alat/orang lain, memiliki hambatan
dalam berdiri dan memiliki hambatan dalam berjalan. (Potter & Perry, 2006)

H. Patofisiologi

Proses terjadinya gangguan aktivitas tergantung dari penyebab gangguan


yang terjadi. Ada tiga hal yang dapat menyebabkan ganggaun tersebut,
diantaranya : (Hidayat, 2014)

1. Kerusakan otot.
Kerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis maupun fisiologi otot. Otot
berperan sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses pergerakan jika
terjadi kerusakan otot, maka tidak akan terjadi pergerakan jika otot
terganggu. Otot dapat rusak oleh beberapa hal seperti trauma langsung oleh
benda tajam yang merusak kontinuitas otot. Kerusakan tendon atau
ligament, radang dan lainnya.
2. Gangguan pada skelet.
Rangka yang menjadi penopang sekaligus poros pergerakan dapat terganggu
pada kondisi tertentu hingga mengganggu mobilisasi. Beberapa penyakit
dapat mengganggu bentuk, ukuran maupun fungsi dari sistem rangka
diantaranya adalah fraktur, radang sendi, kekakuan sendi dan lain
sebagainya.
3. Gangguan pada sistem persyarafan.
Syaraf berperan penting dalam menyampaikan impuls dari dan ke otak.
Impuls tersebut merupakan perintah dan koordinasi antara otak dan anggota
gerak. Jadi, jika syaraf terganggu maka akan terjadi gangguan penyampaian
impuls dari dan ke organ target. Dengan tidak sampainya impuls maka akan
mengakibatkan gangguan mobilisasi.
I. Pathway

Kerusakan otot Gangguan system


pernafasan Gangguan skeletal
(trauma, atrofi otot) fraktur, radang sendi &
Kekuatan otot Gangguan Penyampaian
impuls

Penurunan kekuatan otot Nyeri akibat adanya terjadi kekakuan pergerakan


peradangan yang terkontrol

Hambatan dalam bergerak kesulitan mencapai

Persepsi nyeri bertambah pergerakan sesuai dengan


saat bergerak yang ingin dicapai
Penurunan aktivitas

Defisit Gangguan
Gangguan pemenuhan ADL perawatan Diri mobilitas fisik

Intoleransi aktivitas

Kehilangan keseimbangan/kesulitan

mempertahankan keseimbangan tubuh

Resiko Jatuh
J. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Rontgen
a) Merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk membantu
menegakkan diagnosa medis.
b) Untuk mengevaluasi klien dnegan kelainan muskuloskeletal.
c) Melihat kepadatan tulang, tekstur, erosi, dan perubahan hubungan tulang.
d) Melihat cairan, iregularitas, penyempitan, dan perubahan struktur sendi.
2. Computed Tomoghraphy (CT scan)
a) Menunjukan rincian bidnag tertentu tulang yang terkena dan dapat
memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera ligament atau tendon.
b) Untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah yang
sulit dievaluasi (misalnya : asetabulum).
c) Pemeriksaan dilakukan dengan atau tanpa kontras dan berlangsung sekitar
1 jam.
3. Magnetik Resonance Imaging (MRI)
Teknik pencitraaan khusus, noninvasif, yang menggunkan medan
magnet, gelombang radio dan computer untuk memperlihatkan abnormalitas
(misalnya : tumor, penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang) jaringan
lunak seperti otot, tendon, dan tulang rawan. Karena menggunakan
elektromagnetik maka klien yang mengenkan implan logam, braces atau
pacemaker tidak dapat di MRI.
4. Angiografi
a) Merupakan pemeriksaan struktur vaskuler (sistem arteri).
b) Zat kontras diinjeksikan ke arteri tertentu, lalu difoto.
c) Bermanfaat untuk menguji perfusi arteri dan dapat digunakan untuk tingkat
amputasi yang akan dilakukan.
d) Setelah tindakan ini klien dibiarkan berbaring selama 12 - 24 jam untuk
mencegah pendarahan pada tempat penusukan.
e) Pantau tanda vital, tempat penusukan untuk melihat adanya pembengkakan,
pendarahan, dan hematoma.
f) Kaji apakah sirkulasi ekstermitas bagian distal adekuat.
5. Venogram
Merupakan pemeriksaan sistem vena ynag sering digunakan untuk
mendeteksi trombosit vena.
6. Mielografi
Penyuntikan bahan kontras ke dalam rongga subarakhnoid spinalis
lumbal, dilakukan untuk melihat adanya hemiasi diskus, stenosis spinal
(penyempitan kanalis spinalis) atau adanya tumor.
7. Artrografi
a) Penyuntikan bahan radiopaq atau udar ke rongga sendi untuk melihat
struktur jaringan lunak dan kontur sendi.
b) Sendi diposisikan dalam kisaran pergerakannya sambil silakukan serial
sinar-X.
c) Sangat berguna untuk mengidentifikasi adanya robekan akut atay kronik
kapsul sendi atau ligamen penyangga lutut, bahu, tumit, pinggul, dan
pergerakan tangan
d) Bila ada ronekan zat kontras akan merembas ke luar dari sendi dan terlihat
pada sinar-X.
e) Setelah pemeriksaan sendi diimobilisais selama 12 - 24 jam dan dibalut
tekan elastis.
8. Artrosentesis (asprasi sendi)
a) Dilakukan untuk memperoleh cairan sinovial untuk keperluan
pemeriksaan atau menghilangkan nyeri akibat efusi.
b) Asprasi dilakukan dengan menggunakan jarum yang dimasukkan ke
dalam sendi dengan teknik asepsis.
c) Balut pada tempat penusukan,.
d) Normalnya cairan sinovial : jernih, pucat berwarna seperti jerami dan
volumenya sedikit.
e) Periksa makroskopis : volume, warna, kejernihan, dan adanya bekuan
musim.
f) Periksa mikroskopis : jumlah, mengidentifikasi sel, melakukan pewarnaan
gram dan mengetahui elemen penyusunnya.
g) Berguna untuk mendiagnosis artritis reunatoid dan atrofi inflamasi serta
hemartrosis (perdarahan rongga sendi).
9. Artroskopi
a) Merupakan prosedur endoskopis yang memungkinkan pandangan
langsung ke dalam sendi.
b) Dilakukan di OK dengan anastesi lokal atau menurun.
c) Jarum besar ditusukkan, sendi direnggangkan dengan salin, artroskop
dimasukan sehingga struktur sendi, sinovium, dan permukaan sendi dapat
dilihat.
d) Balut luka secara steril dan balut takan untuk mencegah pembengkakan.
10. Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan darah dan urine
b) Pemeriksaan Hb
11. Biopsi
a) Untuk menentukan struktur dan komposisi tulang, otot, dan sinovial.
b) Pantau tempat penusukan tentang adanya edema, perdarahan, dan nyeri.
c) Bila perlu kompres es untuk mengontrol edema dan perdarahan.
d) Beri analgetik untuk mengurangi nyeri.
K. Penatalaksanaan
1. Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsung sepanjang
kehidupan dan episodic. Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang
kehidupan, mobilitas dan aktivitas tergantung pada sistem muskuloskeletal,
kardiovaskuler, pulmonal. Sebagai suatu proses episodic pencegahan primer
diarahkan pada pencegahan masalah-masalah yang dapat timbul akibat
mobilisasi atau ketidakaktifan.
a) Hambatan terhadap latihan
b) Pengembangan program latihan
c) Keamanan
2. Pencegahan sekunder
Spiral menurun yang terjadi akibat eksaserbasi akut dari mobilitas dapat
dikurangi atau dicegah dengan intervensi keperawatan. keberhasilan
intervensi berasal dari suatu pengertian tentang berbagai faktor yang
menyebabkan atau turut berperan terhadap imobilitas dan penuaan.
Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemeliharaan fungsi dan
pencegahan komplikasi.
Penatalaksanaan terapeutik
a) Latihan memperbaiki postur dengan cara menghambat, mengontrol tonus
otot (spastisitas) secarapostural.
b) Meningkatkan keseimbangan dan koordinasi agar mampu melakukan
aktivitas tanpa ketergantungan penuh kepada orang lain atau secara
mandiri.
c) Jelaskan pentingnya melakukan latihan secara rutin seperti yang diajarkan.
L. Komplikasi
Aktivitas dan latihan sangat penting untuk kesehatan. Imoblisasi yang
berkepanjangan dan bedrest akan menyebabkan serangkaian komplikasi pada
berbagai sistem tubuh, antara lain :
1. Kontraktur : Jaringan ikat kolagen pada otot dan persendian akan digantikan
oleh jaringan fibrosa yang tidak elastis sehingga menyebabkan kekakuan pada
persendian. Hal ini karena untuk sintesis kolagen diperlukan rangsangan
pergerakan.
2. Disuse atrofi : Atrofi ini merupakan berkurangnya masa otot karena
kurangnya lapisan aktin dan miosin pada miofibril.
3. Konstipasi : Imoblisasi menyebabkan peristaltik menurun sehingga
menyebabkan absorpsi cairan berlebihan pada intestinum.
4. Pressure ulcer : Klien beresiko mengalami luka tekan sebagai akibat adanya
penekanan pada tulang menonjol (bony prominen), keringat, lembab, defisit
self care, dan friksi dengan tempat tidur.
5. Kehilangan mineral tulang : Imobilisasi dan bedrest berhubungan dengan
demineralisasi tulang akibat aktivasi osteoklas dan peningkatan kadar
kalsium darah.
M. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
2. Identitas : Nama, jenis kelamin, umur, agama, alamat, tempat tinggal,
pengkajian, dan diagnosa medis.
3. Keluhan utama : Keluhan yang diprioritaskan dan dapat mengancam
nyawa klien.
4. Riwayat penyakit sekarang
Ringkasan kondisi kesehatan klien mulai waktu lampau hingga alasan
mengapa saat ini datang kepusat dan upaya yang dilakukan klien sebelum
masuk rumah sakit.
5. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan yang diderita klien berhubungan dengan penyakit saat ini
atau mungkin dapat dipengaruhi atau mempengaruhi penyakit yang diderita
klien saat ini.
6. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kesehatan keluarga dihubungan dengan kemungkinan hanya
penyakit keturunan, kecenderungan alergi dalam satu keluarga, dan penyakit
yang menular akibat kontak langsung maupun tidak langsung antara anggota
keluarga.
7. Pemeriksaan fisik :
a) Keadaan umum
b) Kesadaran
c) Kepala
d) Mata : Konjungtiva anemis , Sklera ikterus , Merah
e) Wajah : Tegang , Sianosis , Pucat , Grimace
f) Telinga : Gangguan pendengaran, Sekret , Radang
g) Hidung : Pernapasan cuping hidung, Radang , Nyeri
h) Mulut : Bibir kering, Gigi kotor, Lidah kotor , Gusi berdarah , Trismus,
Stomatitis
i) Tremor
j) Tengorokan : Nyeri telan , Tonsil kemerahan
k) Leher : Pembesaran vena jugularis , Kaku kuduk
l) Thorak : Gerak nafas : tertaksi otot dada
m) Vokal fremitus
n) Abdomen : Bentuk , Asites, Peristaltik usus , DJJ (Obstetri), Massa ,
Distensi kandung kemih , Fecalit , Nyeri tekan , Pembesaran hepar
o) Genetalia : Tanda-tanda radang , Ulkus
p) Anus : Ulkus , Pendarahan, Melena
q) Ekstermitas : Lumpuh, Atropi , Varises, Gangguan gerak, Odema
r) Neurologi : Kaku kuduk , Muntah, Kejang, Pusing, Panas
s) Integumen : Turgor, Kehangatan , Kebersihan, Kelainan kulit
t) Pola-pola fungsi kesehatan
 Pola nutrisi
 Pola minum
 Pola eliminasi
 Pola istirahat tidur
 Pola personal higyene
 Pola kebiasaan
N. Diagnosa Keperawatan
Gangguan mobilitas fisik (D.0054)
Intoleran aktivitas (D.0056)
Defirit perawatan diri (D.0109)
O. Perencanaan

Gangguan mobilitas fisik (D.0054)

a. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)


1) Luaran utama : Mobilitas fisik (L.05042)
2) Luaran tambahan
a) Berat badan (L.03018)
b) Fungsi sensori (L.06048)
c) Keseimbangan (L.05039)
d) Konservasi energi (L.13118)
e) Koordinasi pergerakan (L.05041)
f) Motivasi (L.09080)
g) Pergerakan sendi (L.05044)
h) Status neurologis (L.06053)
i) Status nutrisi (L.03030)
j) Toleransi aktivitas (L.05047)
b. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
1) Intervensi utama :
Dukungan mobilisasi (I.05173)
a) Observasi
1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya.
2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan.
3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi.
4. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi.
b) Terapeutik
1. Fasilitasi akyivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. pagar tempat
tidur).
2. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu.
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan.
c) Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3. Anjurkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. duduk di
tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke
kursi).
2) Intervensi pendukung
a) Edukasi aktivitas/istirahat (I.12362)
b) Edukasi latihan fisik (I.12389)
c) Manajemen nyeri (I.08238)
d) Terapi aktivitas (I.05186)
e) Intoleransi aktivitas (D.0056)

Intoleransi aktivitas (D.0056)

a. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)


1) Luaran utama
a. Intoleransi aktivitas (L.05042)
2) Luaran tambahan
a. Ambulasi (L.05038)
b. Curah jantung (L.02008)
c. Konservasi Energi (L.09070)
d. Tingkat keletihan (L.05046)
b. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
1) Intervensi utama :
Terapi aktivitas (I.05186)
a. Observasi
1. Observasi Identifikasi deficit tingkat aktivitas
2. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu
3. Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
4. Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
5. Identifikasi strategi meningktakan partisipasi dalam aktivitas
Identifikasi makna aktivitas rutin (mis.bekerja) dan waktu luang
6. Monitor respons emisional, fisik,sosial, dan spriritual terhadap aktivitas
b. Terapeutik
1. Fasilitasi mengembangkan motivasi dan penguatan diri
2. Libatkan keluarga dalam aktivitas jika perlu
3. Berikan penguatan positif atas partisispasi dalam aktifitas
c. Edukasi
1. Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu
2. Ajarkan melakukan aktivitas yang dipilih
3. Anjurkan melakukan aktivitas fisik,sosial spiritual, dan kognitif dalam
menjaga fungsi dan kesehatan
4. Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika sesuai
d. Intervensi pendukung
1. Dukungan ambulasi (I.06171)
2. Dukungan perawatan diri (I.01348)
3. Edukasi latihan fisik (I.02389)
4. Edukasi teknik ambulasi (I.02450)

Deficit perawatan diri (D.0109)

a. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)


1) Luaran utama:
a. Deficit perawatan diri (L.11103)
2) Luaran tambahan
a. Fungsi sensori (L.06048)
b. Koordinasi pergerakan (L.05041)
c. Mobilitas fisik (L.05042)
d. Motivasi (L.09080)
e. Status kognitif (L.09086)
f. Status neurologis (L.06053)
g. Tingkat delirium (L.09095)
h. Tingkat demensia (L.09096)
i. Tingkat keletihan (L.05046)
j. tingkat nyeri (L.08066)
b. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
1) Intervensi utama :
Dukungan perawatan diri (I.11348)
a) Observasi
1. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
2. Moitor tingkat kemandirian
3. Identifikasi kkebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias
dan makan
b) Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis suasana hangat,rileks
privasi)
2. Damping dalam melakukan perawatan mandiri
3. Fasilitasi kemandirian, bantu jika mampu melakukan perawatan diri
c) Edukasi
1. Anjurkan melakuakn perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan
2) Intervensi pendukung
a. Dukungan perawatan diri: mandi (I.11352)
b. Dukungan perawatan diri: berpakaian (I.11350)
c. Dukungan perawatan diri: BAB/BAK (I.11349)
d. Dukungan perawatan diri:Makan/minum (I.11351)
e. Pengaturan posisi (I.01019)
f. Pencegahan jatuh (I.14540)
DAFTAR PUSTAKA

Haswita dan Sulistyowati, R ( 2015 ). Kebutuhan Dasar Manusia untuk Mahasiswa


Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta : Tim.
Hidayat, A. A dan Uliyah, M ( 2014 ). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia,
Jakarta.: Salemba Medika.
Tarwoto dan Hartonah, ( 2015 ). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawtan, Jakarta : Salemba Medika.
PPNI, (2018 ). Standar Diagnostik Keperawtan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta :DPP PPNI.
PPNI, (2018 ). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta :DPP PPNI.
PPNI, (2018 ). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta :DPP PPNI.
Potter dan Perry ( 2010 ). Fundamental Of Nursing. Buku 3, Edisi 7. Jakarta :
EGC.
Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep &
Proses Keperawatan,buku 1. Jakarta: Salemba Medika
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik edisi 4 volume 2. Jakarta: EGC.
Gunawan, Imelda G., dkk (2016). Factor resiko keluhan musculoskeletal. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. 8(2): 125-134.

Mubarak, W.I. Indrawati, LilisSusanto, J. 2015. Buku Ajar


IlmuKeperawatanDasar. Jakarta :SalembaMedika.
Potter, Patricia. A. 1996. Pengkajian Kesehatan Ed. 3. Jakarta: EGC
Poer, M. 2012. Makalah Dokumentasi Keperawatan “Dokumentasi Evaluasi”.

Anda mungkin juga menyukai