Anda di halaman 1dari 74

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR KESEHATAN MASYARAKAT

PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN

OLEH:
KELOMPOK 2
KELAS REGULER D 2021
1. RINDA ANDARI (J1A121184)
2. RISNA AMALIA PUTRI (J1A121185)
3. RISPAN BUNGA PASULU’ (J1A121186)
4. RIZQHA YULYSA NASIR (J1A121187)
5. SAHNAZ AQILA SYAFNI HASSANAH (J1A121188)
6. SANIYAH DWIYANTI AMIN (J1A121189)
7. SANIYAH F. DUNDU (J1A121190)
8. SASMITA WULAN DARI (J1A121192)
9. SENI MANDALATA (J1A121193)
10. SERLINA KAMBAN (J1A121194)
11. SESTIKA MUNAWAR DINA (J1A121195)
12. SILVIA ANASTASYA KIA (J1A121196)
13. SINDY SYAHRANI SONIMIN (J1A121197)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HALU OLEO
2022
I. PENDAHULUAN

A. Dasar Teori
Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan yang
secara alami, bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi
ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan
pangan dan untuk memperbaiki karakter pangan agar memiliki kualitas yang
meningkat. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang
keamanan, mutu, dan gizi pangan pada Bab 1 Pasal 1 menyebutkan, yang
dimaksud dengan bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan
kedalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan atau
produk pangan (Nurmaladewi, 2022).
Zat adiktif makanan adalah bahan yang ditambahkan dan dicampurkan
sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu atau bahan yang
ditambahkan pada makanan ataupun minuman pada waktu proses atau
pembuatannya dan terdapat pada hasil akhirnya. Pemakaian BTP (Bahan
Tambahan Pangan) yang aman merupakan pertimbangan yag penting. Jumlah
BTP (Bahan Tambahan Pangan) yang diizinkan untuk digunakan dalam
pangan harus merupakan kebutuhan minimum untuk mendapatan pegaruh
yang dikehendaki. Pada prinsipnya konsumen harus diberi informasi adanya
Bahan Tambahan Pangan (BTP) dalam bahan baku makanan. Pernyataan yang
tertera atau etiket harus diberikan informasi adanya BTP (Bahan Tambahan
Pangan) kepada konsumen. Hal in merupakan metode yang paling efektif
untuk mencapai tujuan tersebut (Nurmaladewi, 2022).
Bahan Tambahan Makanan adalah bahan yang ditambahkan dengan
sengaja ke dalam makanan dalam jumlah sedikit, yaitu untuk memperbaiki
wama, bentuk, cita rasa, tekstur atau memperpanjang daya simpan Tujuan
menggunakan Bahan Tambahan Makanan (BTM) adalah dapat meningkatkan
atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan
lebih mudah dihidangkan serta memperbaiki bahan pangan. Diantara
beberapa bahan tambahan makanan yang sering digunakan adalah pemanis
dan pewarna
sintesis (Nurmaladewi, 2022).

1
2

Penambahan zat-zat tertentu ke dalam makanan sudah dikenal sejak


ratusan tahun yang lalu oleh manusia. Sebagai contoh, masyarakat Mesir kuno
menggunakan garam dan rempah-rempah untuk mengawetkan pangan. Tujuan
penambahan BTP secara umum adalah untuk meningkatkan nilai gizi
makanan. Masih banyaknya masyarakat terutama para pedagang atau
pengolah pangan menggunakan BTP berbahaya antara lain disebabkan
bahan tersebut harganya murah, lebih efektif dan efisien bila digunakan,
mudah digunakan dan didapatkan, rendahnya kesadaran masyarakat tentang
bahaya zat tersebut serta lemahnya pengawasan dan penegakan hukum dari
aparat terkait. Sebagai contoh adalah keberadaaan Formalin yang masih
sering digunakan sebagai pengawet pangan di masyarakat. Dibandingkan
dengan bahan pengawet pangan lain seperti Asam Benzoat, Natrium
Sorbat atau bahkan garam, Formalin memiliki harga yang relatif lebih
murah, memiliki efek pengawetan lebih cepat dan kuat meskipun digunakan
dalam jumlah/dosis yang lebih kecil. Formalin lebih mudah digunakan
karena berbentuk larutan sehingga hanya perlu diencerkan dan langsung bisa
dipakai. Selain itu, Formalin sangat mudah dibeli di toko-toko bahan kimia
disebabkan lemahnya pengawasan dari instansi terkait (Wahyudi, 2017).
Formalin merupakan cairan jernih yang tidak berwarna dengan bau
menusuk, uapnya merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan dan
rasa membakar. Bobot tiap militer adalah 1,08 gram. Dapat bercampur
dengan air dan alkohol, tetapi tidak bercampur dengan kloroform dan eter.
Formalin dikenal sebaga bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak
digunakan dalam industri. Nama lain dari Formalin adalah Formol,
Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid, Oxomethane, Polyoxymethylene
glycols, Methanal, Formoform, Superlysoform, Formaldehyde, dan
Formalith ((Nurmaladewi,
2022).
Formaldehid yang lebih dikenal dengan nama Formalin ini adalah salah
satu zat tambahan makanan yang dilarang. Meskipun sebagian banyak orang
sudah mengetahui terutama produsen bahwa zat ini berbahaya jika digunakan
sebagai pengawet, namun penggunaannya bukannya menurun namun malah
semakin meningkat dengan alasan harganya yang relatif murah dibanding
3

pengawet yang tidak dilarang dan dengan kelebihan lainnya Formalin dilarang
penggunaannya untuk bahan tambahan makanan sebagai pengawet
(Nurmaladewi, 2022).
Formalin merupakan salah satu pengawet non pangan yang sekarang
banyak digunakan untuk mengawetkan makanan Formalin adalah nama
dagang dari campuran formaldehid, metanol dan air dengan rumus kimia
CH₂O. Formalin yang beredar di pasaran mempunyai kadar formaldehid yang
bervariasi, antara 20%-40% Di Indonesia, beberapa undang-undang yang
melarang penggunaan Formalin sebagai pengawet makanan adalah Peraturan
Menteri Kesehatan No 722/1988, Peraturan Menteri Kesehatan
No.1168/Menkes/PER/X/1999, UU No 7/1996 tentang Pangan dan UU No
8/1999 tentang Perlindungan Konsumen (Nurmaladewi, 2022).
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari Praktikum uji analisis formalin pada makanan ubtuk
mengidentifikasi senyawa formalin pada makanan basah. Prinsip dari
praktikum uji analisis formalin pada makanan adalah berdasarkan adanya
perubahan warna.
II. ALAT DAN BAHAN

A. Alat

1. Tabung Reaksi
Tabung reaksi atau yang dikenal juga sebagai reaction tube/test tube
adalah alat bantu untuk mempermudah proses penelitian di dalam
laboratorium. Dapat diisi media padat hingga cair.

Gambar 1.1 Tabung Reaksi

2. Rak Tabung
Rak tabung berfungsi untuk tempat menyimpan tabung.

Gambar 1.2 Rak Tabung

4
5

3. Batang Pengaduk
Batang pengaduk merupakan sebuah peralatan laboratorium yang
digunakan untuk mencampur bahan kimia dan cairan untuk keperluan
laboratorium. Selain untuk mencampur larutan. Fungsi batang pengaduk
juga adalah untuk membantu dekantasi larutan, menginduksi kristalisasi
dan memecahkan emulsi pada suatu ekstraksi.

Gambar 1.3 Batang Pengaduk

4. Alur dan Lumpang


Alur dan Lumpang merupakan alat bantu yang digunakan dalam
praktikum untuk menghaluskan sampel ikan kering dan mie basah.

Gambar 1.4 Alur dan Lumpang


6

5. Spatula
Spatula merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan sampel
sampel atau mengambil sampel.

Gambar 1.5 Spatula

6. Timbangan Analitik
Timbangan analitik merupakan alat yang digunakan sebagai
pengukuran untuk mengukur suatu berat atau beban maupun massa pada
suatu zat.

Gambar 1.6 Timbangan Analitik


7

7. Gelas Beaker 100 ml


Gelas kimia (gelas Beaker) terbuat dari kaca dengan berbagai ukuran.
Fungsi gelas kimia (gelas Beaker) yaitu sebagai tempat mereaksikan bahan,
tempat menampung bahan kimia berupa larutan, padatan, pasta ataupun
tepung, tempat melarutkan bahan dan tempat memanaskan bahan.

Gambar 1.7 Gelas Beaker 100 ml


8. Spoid
Spoid adalah pompa piston sederhana untuk menyuntikkan atau
menghisap cairan atau gas. Alat suntik terdiri dari tabung dengan piston di
dalamnya yang keluar dari ujung belakang.

Gambar 1.8 Spoid


8

B. Bahan
1. Aquades 50 ml
Aquades merupakan air hasil penyulingan yang bebas dari zat-zat
pengotor sehingga bersifat murni dalam laboratorium.

Gambar 2.1 Aquades 50 ml

2. Reagent Formalin (Test Kit)


Reagent Formalin test kit adalah tes kit yang digunakan untuk menguji
adanya zat berbahaya formalin pada makanan maupun pada minuman
yang dikonsumsi.

Gambar 2.2 Reagent Formalin (Test Kit)

3. Sampel: Ikan Asin


Sampel ikan asin adalah bahan yang digunakan dalam praktikum
sebagai contoh uji dalam pemeriksaan formalin.

Gambar 2.3 Sampel: Ikan Asin


9

4. Sampel: Mie Basah


Sampel mie basah adalah bahan yang digunakan dalam praktikum
sebagai contoh uji dalam pemeriksaan formalin.

Gambar 2.4 Sampel: Mie Basah

5. Tissue
Tissue berfungsi sebagai alat untuk membersihkan bekas sampel
yang berceceran.

Gambar 2.5 Tissue

C. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dicabik-cabik Sampel ikan asin kemudian dihaluskan menggunakan alur
dan lumpang lalu ditimbang sebanyak 25 gr, begitu pula dengan sampel
mie basah ditimbang sebanyak 25 gr.
3. Kemudian semua media yang telah ditimbang masing-masing dimasukkan
ke dalam gelas beaker 100 ml, untuk ikan asin dihomogenkan
menggunakan aquades sebanyak 50 ml, begitu juga dengan mie basah
dihomogenkan menggunakan aquades sebanyak 50 ml. Kemudian sampel
diaduk menggunakan batang pengaduk sampai larut seluruhnya.
4. Diambil sampel menggunakan spoid sebanyak 1 ml, dan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi sesuai label.
1

5. Dimasukkan 1 tetes reagent Formalin-1, lalu diaduk. Kemudian


ditambahkan 3 tetes reagent Formalin-2 dan aduk kembali.
6. Sampel akan berubah menjadi warna ungu mudah seulas sampai ungun tua
yang menunjukkan sampel positif Formalin.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 3.1 Hasil Uji Formalin
No. Kode Hasil Uji Interpretasi
Sampel Formalin
1. Ikan asin Negatif Berdasarkan pemeriksaan uji Formalin
yang dilakukan pada sampel ikan asin,
diperoleh hasil negatif mengandung
Formalin. Hal ini terbukti pada saat
diteteskan reagent Formalin-
1 sebanyak 1 tetes dan
reagent Formalin-2 sebanyak 3 tetes
pada sampel, tidak mengalami
perubahan warna menjadi warna ungu,
melainkan warnanya tetap seperti
sampel yaitu warna kuning. Artinya,
sampel ikan asin tersebut tidak
mengandung Formalin.

11
1

2. Mie basah Negatif Berdasarkan pemeriksaan uji Formalin


yang dilakukan pada sampel mie basah,
diperoleh hasil negatif mengandung
Formalin. Hal ini terbukti pada saat
diteteskan reagent Formalin-1 sebanyak
1 tetes dan reagent Formalin-2 sebanyak
3 tetes pada sampel, tidak mengalami
perubahan warna menjadi warna ungu,
melainkan warnanya tetap seperti sampel
yaitu warna kuning. Artinya, sampel mie
basah tersebut tidak mengandung
Formalin.

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitas makanan yang dilakukan pada
hari Senin, 12 Desember 2022 di laboratorium Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Halu Oleo didapatkan hasil yaitu pada uji Formalin dilakukan pada
sampel ikan asin dan mie basah di peroleh warna kuning bukan warna ungu
muda seulas sampai ungu tua. Artinya sampel ikan asin dan mie basah
tersebut tidak mengandung Formalin.
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) harus sesuai dengan aturan
perundang-undangan yang telah ditetapkan. Banyak bahan kimia berbahaya
yang biasanya digunakan untuk bahan industri yang digunakan sebagai bahan
tambahan pada makanan misalnya, Formalin , Rhodamin-B, Methanyl Yellow,
dan Boraks (Nurmaladewi, 2022).
Makanan yang baik bagi manusia adalah yang memenuhi kandungan,
persyaratan kesehatan dan kebersihan. Di Indonesia, pada umumnya setiap
makanan dapat dengan leluasa beredar dan dijual tanpa harus terlebih melalui
1

kontrol kualitas dan kontrol kesehatan. Pada umumnya dalam pengelolaan


makanan selalu diusahakan untuk menghasilkan produk makanan yang disukai
dan berkualitas baik. Makanan yang tersaji harus tersedia dalam bentuk dan
aroma yang lebih menarik, rasa enak, warna dan konsistensinya baik serta
awet (Nurmaladewi, 2022).
Formalin merupakan salah satu pengawet non pangan yang sekarang
banyak digunakan untuk mengawetkan makanan. Formalin adalah nama
dagang dari campuran formaldehid, metanol dan air dengan rumus kimia
CH2O. Formalin yang formaldehid undang-undang yang bervariasi, beredar
antara di pasaran mempunyai kadar 20%-40%. Formalin merupakan cairan
jernih yang tidak berwarna dengan bau menusuk, uapnya merangsang selaput
lendir hidung dan tenggorokan dan rasa membakar. Bobot tiap mililiter adalah
1,08 gram. Dapat bercampur dengan air dan alkohol, tetapi tidak bercampur
dengan kloroform dan eter (Nurmaladewi, 2022).
Formalin sebenarnya bukan merupakan bahan tambahan makanan,
bahkan merupakan zat yang tidak boleh ditambahkan pada makanan. Memang
orang yang mengkonsumsi bahan pangan (makanan) seperti tahu, mie, bakso,
ayam, ikan dan bahkan permen, yang berformalin dalam beberapa kali saja
belum merasakan akibatnya. Tapi efek dari bahan pangan (makanan)
berFormalin baru bisa terasa beberapa tahun kemudian. Formalin dapat
bereaksi cepat dengan lapisan lendir saluran pencernaan dan saluran
pernafasan. tubuh cepat teroksidasi membentuk asam format terutama di hati
dan sel darah merah. Pemakaian pada makanan dapat mengakibatkan
keracunan pada tubuh manusia, yaitu rasa sakit perut yang akut disertai
muntah-muntah, timbulnya depresi susunan syaraf atau kegagalan peredaran
darah (Nurmaladewi, 2022).
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitas makanan yang dilakukan pada


hari Senin, 12 Desember 2022 di laboratorium Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Halu Oleo. Dimana sampel yang diuji yaitu ikan asin dan mie
basah yang didapatkan dari para penjual di pasar lapulu, diperoleh hasil
pada uji Formalin yang dilakukan pada sampel ikan asin dan mie basah
adalah warna kuning, bukan warna ungu muda seulas sampai ungu tua.
Artinya sampel ikan asin dan mie basah tersebut tidak mengandung
Formalin.
Formalin dapat bereaksi cepat dengan lapisan lendir saluran
pencernaan dan saluran pernafasan. tubuh cepat teroksidasi membentuk
asam format terutama di hati dan sel darah merah. Pemakaian pada
makanan dapat mengakibatkan keracunan pada tubuh manusia, yaitu rasa
sakit perut yang akut disertai muntah-muntah, timbulnya depresi susunan
syaraf atau kegagalan
peredaran darah (Nurmaladewi, 2022).
14
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, I., & Tebai, P. (2018). Analisis Formalin Ikan Teri (Stolephorus sp)
Asin Di Pasar Tradisional Kabupaten Gorntalo. Gorontalo Fisheries
Journal, 1(1), 43. https://doi.org/10.32662/.v1i1.105

Nurmaladewi. (2022). Modul Praktikum Analisis Kualitas Lingkungan.

Wahyudi, J. (2017). Mengenali Bahan Tambahan Pangan Berbahaya : Ulasan.


Jurnal Litbang: Media Informasi Penelitian, Pengembangan dan
IPTEK, 13(1), 3–12. https://doi.org/10.33658/jl.v13i1.88

15
LAMPIRAN
A. Sampel Ikan Asin

Persiapan sampel ikan asin

Sampel di cabik-cabik lalu dihaluskan

Sampel ditimbang menggunakan timbangan analitik

16
1

Penambahan aquades pada sampel ikan asin

Sampel dihomogenkan menggunakan batang pengaduk

Pengambilan sampel menggunakan spoit


1

Hasil pemeriksaan Formalin pada sampel ikan asin

B. Sampel Mie Basah

Persiapan sampel mie basah

Sampel ditimbang menggunakan timbangan analitik


1

Penambahan aquades pada sampel mie basah

Pengambilan sampel dengan spoit

Sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi


2

Penambahan 1 tetes reagent Formalin-1 pada sampel

Penambahan 3 tetes reagent Formalin-2 pada sampel

Hasil pemeriksaan Formalin pada sampel mie basah


I. PENDAHULUAN

A. Dasar Teori
Boraks adalah senyawa berbentuk kristal putih tidak berbau dan stabil
pada suhu ruangan. Boraks merupakan senyawa kimia dengan nama Natrium
tetraborat (NaB4O710H2O). Jika larut dalam air akan menjadi hidroksida dan
asam borat (H3BO3). Boraks atau asam Boraks biasanya digunakan untuk
bahan pembuat detergen dan atiseptic. Mengkonsumsi makanan yang
mengandung Boraks tidak berakibat buruk secara langsung tetapi Boraks akan
menumpuk sedikit demi sedikit karena diserap dalam tubuh konsumen secara
Kumulatif. Boraks dinyatakan dapat mengganggu kesehatan apabila digunakan
dalam makanan misalnya mie, bakso dan krupuk. Efek negatif yang
ditimbulkan dapat berjalan lama meskipun yang digunakan dalam jumlah
sedikit. Jika tertelan Boraks dapat mengakibatkan efek pada susunan syaraf
pusat, ginjal dan hati. Konsentrasi tertinggi dicapai selama eksresi. Ginjal
merupakan organ paling mengalami kerusakan dibandingkan dengan organ lain.
Dosis fatal untuk dewasa 15-20 gr dan untuk anak-anak 3-6 gr (Utami, 2017).
Boraks (Na2B4O7.10H2O) adalah kristal putih yang dapat larut dalam air
dingin membentuk natrium hidroksida dan asam borat. Boraks mudah larut
dalam air dan tidak berbau serta memiliki pH 9,5. Boraks maupun asam
borat sebenarnya digunakan dalam industri non pangan karena memiliki sifat
antiseptik dan biasa digunakan dalam industri farmasi sebagai ramuan obat
seperti salep, bedak, obat pencuci mata, obat oles mulut, solder, bahari
pembersih, pengawet kayu, antiseptik, dan pengontrol kecoa (Suhada dan
Rikky. 2012). Asam borat atau Boraks (boric acid) merupakan zat pengawet
berbahaya yang tidak diizinkan digunakan sebagai campuran bahan makanan,
Boraks dalam air berubah menjadi natrium hidroksida dan asam borat
(Nurmaladewi, 2022).
Boraks bersifat toksik bagi sel, berisiko terhadap kesehatan manusia
yang mengonsumsi makanan mengandung Boraks. Penambahan Boraks
bertujuan untuk menambah kerenyahan, meningkatkan kekenyalan,
memberikan tekstur padat, dan memberikan rasa gurih serta bersifat tahan
lama

21
22

terutama pada makanan yang mengandung pati atau terigu (Nur & Artati,
2019).
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum uji analisis boraks pada makanan untuk
mengedentifikasi boraks pada makanan. Prinsip dari praktikum uji analisis
boraks pada makanan adalah berdasarkan adanya perubahan warna.
II. ALAT DAN BAHAN

A. Alat
1. Gelas Beaker 100 ml
Gelas kimia (gelas Beaker) terbuat dari kaca dengan berbagai
ukuran. Fungsi gelas kimia (gelas Beaker) yaitu sebagai tempat
mereaksikan bahan, tempat menampung bahan kimia berupa larutan,
padatan, pasta ataupun tepung, tempat melarutkan bahan dan
tempat memanaskan bahan.

Gambar 1.1 Gelas Beaker 100 ml

2. Pipet Tetes
Pipet tetes berfungsi untuk meneteskan sampel pada paper
boraks-2.

Gambar 1.2 Pipet Tetes

23
2

3. Batang Pengaduk
Batang pengaduk merupakan sebuah peralatan laboratorium yang
digunakan untuk mencampur bahan kimia dan cairan untuk keperluan
laboratorium. Selain untuk mencampur larutan. Fungsi batang
pengaduk juga adalah untuk membantu dekantasi larutan,
menginduksi kristalisasi dan memecahkan emulsi pada suatu ekstraksi

Gambar 1.3 Batang Pengaduk

4. Tabung Reaksi
Tabung reaksi atau yang dikenal juga sebagai reaction tube/test
tube adalah alat bantu untuk mempermudah proses penelitian di dalam
laboratorium. Dapat diisi media padat hingga cair.

Gambar 1.4 Tabung Reaksi


2

5. Spoid
Spoid adalah pompa piston sederhana untuk menyuntikkan atau
menghisap cairan atau gas. Alat suntik terdiri dari tabung dengan piston
di dalamnya yang keluar dari ujung belakang.

Gambar 1.5 Spoid

6. Tissue
Tissue berfungsi sebagai alat untuk membersihkan bekas sampel
yang berceceran.

Gambar 1.6 Tissue

7. Cutter
Cutter merupakan alat yang digunakan untuk memotong sampel
agar mudah dihaluskan.

Gambar 1.7 Cutter


2

8. Spatula
Spatula merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan
sampel sampel atau mengambil sampel.

Gambar 1.8 Spatula

9. Timbangan Analitik
Timbangan analitik merupakan alat yang digunakan sebagai
pengukuran untuk mengukur suatu berat atau beban maupun massa
pada suatu zat.

Gambar 1.9 Timbangan Analitik

10. Paper Boraks


Paper Boraks merupakan kertas tes kualitatif produksi Jerman
yang digunakan untuk menghasilkan determinasi kesimpulan
kandungan senyawa boraks dalam larutan.

Gambar 1.10 Paper Boraks


2

11. Alur dan Lumpang


Alur dan Lumpang merupakan alat bantu yang digunakan dalam
praktikum untuk menghaluskan sampel bakso dan tahu.

Gambar 1.11 Alur dan Lumpang

12. Kawat kasa yang dilengkapi kaki tiga


Kawat kasa yang dilengkpi kaki tiga berfungsi untuk menopang
atau menahan labu dan gelas kimia selama pemanasan.

Gambar 1.12 Kawat Kasa Yang Dilengkapi Kaki Tiga

13. Lampu Bunsen


Lampu berfungsi untuk memanaskan air.

Gambar 1.13 Lampu Bunsen


2

14. Korek
Korek gas pada praktikum digunakan untuk menyalakan api pada
bunsen sebelum digunakan.

Gambar 1.14 Korek

B. Bahan
1. Aquadesh 50 ml
Aquadesh merupakan air hasil penyulingan yang bebas dari zat-
zat pengotor sehingga bersifat murni dalam laboratorium.

Gambar 2.1 Aquadesh 50 ml

2. Reagent Boraks (Test Kit)


Reagent Boraks (tes kit) adalah tes kit yang digunakan untuk
menguji adanya zat berbahaya Boraks pada makanan maupun pada
minuman yang dikonsumsi.

Gambar 2.2 Reagent Boraks (Test Kit)


2

3. Sampel: Bakso
Sampel bakso adalah bahan yang digunakan dalam praktikum
sebagai contoh uji dalam pemeriksaan boraks.

Gambar 2.3 Sampel: Bakso

4. Sampel: Tahu
Sampel tahu adalah bahan yang digunakan dalam praktikum
sebagai contoh uji dalam pemeriksaan boraks.

Gambar 2.4 Sampel: Tahu

5. Air Panas
Air panas digunakan untuk menghomogenkan sampel.

Gambar 2.5 Air Panas


3

6. Spiritus
Spiritus digunakan bahan bakar untuk memanaskan air.

Gambar 2.6 Spiritus

C. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dihaluskan tahu menggunakan alur dan lumpang kemudian ditimbang
sebanyak 25 gr, lalu dimasukkan ke dalam cawan porselin.
3. Dipotong bakso menjadi kecil-kecil menggunakan cutter, lalu
dihaluskan menggunakan alur dan lumpang selanjutnya ditimbang
sebanyak 25 gr dan dimasukkan ke dalam gelas beaker 100 ml.
4. Diambil masing-masing sampel kemudian dihomogenkan
menggunakan air panas, lalu diaduk menggunakan batang pengaduk
sampai larut seluruhnya.
5. Diambil sampel menggunakkan spoid sebanyak 1 ml, dan masukkan ke
dalam tabung reaksi sesuai label.
6. Ditambahkan 5 tetes reagent Boraks-1 aduk hingga merata. Kemudian
siapkan 1 lembar Paper Boraks-2 dan teteskan sampel menggunakan
pipet tetes sebanyak 2 tetes pada permukaannya, akan terbentuk bercak
merah atau terjadi perubahan warna dari kunging menjadi merah
sampai merah tua yang menunjukkan sampel positif Boraks.
7.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel Hasil Uji Boraks

No. Kode Hasil Uji Interpretasi


Sampel Boraks
1. Tahu Negatif Berdasarkan pemeriksaan uji
Boraks yang dilakukan pada sampel tahu,
diperoleh hasil negatif mengandung
Boraks. Hal ini terbukti pada saat
diteteskan sebanyak 2 tetes sampel pada
paper borax-2. Setelah diamati selama 4-
5 menit, tidak mengalami perubahan
warna menjadi merah sampai merah
tua melainkan warnanya tetap seperti
sampel. Artinya, sampel tahu tersebut
tidak mengandung Boraks.

31
3

2. Bakso Negatif Berdasarkan pemeriksaan uji Boraks yang


dilakukan pada sampel bakso, diperoleh
hasil negatif mengandung Boraks. Hal ini
terbukti pada saat diteteskan sebanyak 2
tetes sampel pada paper borax-2. Lalu
media diamati tidak mengalami
perubahan warna menjadi merah atau
merah tua. Artinya, sampel bakso
tersebut tidak mengandung Boraks.

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitas makanan yang dilakukan
pada hari Senin, 12 Desember 2022 di laboratorium Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Halu Oleo. Dimana sampel yang diuji yaitu bakso
dan tahu mentah didapatkan dari para penjual dipasar lapulu, didapatkan
hasil yaitu pada uji Boraks dilakukan pada sampel tahu dan bakso
diperoleh warna kuning, bukan warna merah tua. Artinya, sampel tahu
mentah dan bakso tersebut tidak mengandung Boraks.
Boraks (Na2B4O7.10 H2O) adalah kristal putih yang dapat larut
dalam air dingin membentuk natrium hidroksida dan asam borat. Boraks
mudah larut dalam air dan tidak berbau serta memiliki pH 9,5. Boraks
maupun asam borat sebenarnya digunakan dalam industri non pangan
karena memiliki sifat antiseptik dan biasa digunakan dalam industri farmasi
sebagai ramuan obat seperti salep, bedak, obat pencuci mata, obat oles
mulut, solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik, dan
pengontrol kecoa. Asam borat atau Boraks (boric acid) merupakan zat
pengawet berbahaya yang tidak diizinkan digunakan sebagai campuran
bahan makanan, Boraks dalam air berubah menjadi natrium hidroksida
dan asam borat (Nurmaladewi, 2022).
3

Pengaruhnya terhadap organ tubuh tergantung konsentrasi yang


dicapai dalam organ tubuh, Boraks merupakan racun bagi semua sel. Kadar
tertinggi tercapai pada waktu diekstraksi maka ginjal merupakan organ yang
paling terpengaruh dibandingkan dengan organ yang lain. Dosis tertinggi
yaitu 10-20 gr/kg berat badan orang dewasa dan 5 gr/kg berat badan
anak- anak (Nurmaladewi, 2022).
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitas makanan yang dilakukan


pada hari Senin, 12 Desember 2022 di laboratorium Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Halu Oleo. Dimana sampel yang diuji yaitu bakso
dan tahu mentah yang didapatkan dari para penjual di pasar lapulu,
diperoleh hasil pada uji Boraks yang dilakukan pada sampel tahu dan
bakso adalah warna kuning, bukan warna merah tua. Artinya, sampel tahu
mentah dan bakso tersebut tidak mengandung Boraks.
Pengaruhnya terhadap organ tubuh tergantung konsentrasi yang
dicapai dalam organ tubuh, Boraks merupakan racun bagi semua sel. Kadar
tertinggi tercapai pada waktu diekstraksi maka ginjal merupakan organ yang
paling terpengaruh dibandingkan dengan organ yang lain. Dosis tertinggi
yaitu 10-20 gr/kg berat badan orang dewasa dan 5 gr/kg berat badan
anak-
anak (Nurmaladewi, 2022).

34
DAFTAR PUSTAKA

Nur, A., & Artati. (2019). Identifikasi Kandungan Boraks Pada Bakso Di
Kabupaten Bulukumba. Jurnal Kesehatan Panrita Husada, 4(1), 1–10.
https://doi.org/10.37362/jkph.v4i1.175

Nurmaladewi. (2022). Modul Praktikum Analisis Kualitas Lingkungan.

Utami, A. S. P. (2017). Analisis Kandungan Zat Pengawet Boraks Pada


Jajanan Sekolah Di SDN Serua Indah 1 Kota Ciputat. Holistika Jurnal
Ilmiah Pgsd, 1(1), 57–62. Diambil dari
jurnal.umj.ac.id/index.php/holistika

35
LAMPIRAN

A. Sampel Tahu Mentah

Persiapan sampel tahu

Penghalusan sampel tahu menggunakan lumpang

Penimbangan sampel tahu menggunakan timbangan analitik

36
3

Pengukuran air panas pada gelas beaker

Pengambilan sampel tahu menggunakan pipet tetes

Sampel tahu diteteskan pada turmeric paper


3

B. Sampel Bakso

Persiapan sampel bakso

Bakso dipotong potong menggunakan cutter

Penghalusan sampel bakso menggunakan lumpang


3

Penimbangan sampel bakso menggunakan timbangan analitik

Pengukuran aquades menggunakan gelas beaker 50 ml

Penambahan aquades pada sampel bakso


4

Pengambilan sampel menggunakan pipet tetes

Sampel diteteskan pada paper borax

Hasil pemeriksaan sampel tahu (uji borax)


4

Hasil pemeriksaan sampel bakso (uji borax)


I. PENDAHULUAN
A. Dasar Teori
Rhodamin B merupakan zat warna tambahan yang dilarang
penggunaannya dalam produk-produk pangan, namun banyak digunakan
sebagai bahan pewarna pada makanan karena warnanya mencolok dan
harganya relatif murah. Salah satu makanan yang diduga mengandung
Rhodamin B adalah terasi (Alawiyah et al., 2022).
Berdasarkan peraturan balai besar pom (BPOM, 2013) RI No. 37
meyebutkan bahwa Rhodamin B merupakan pewarna yang dilarang
penggunaanya. Larangan penggunaan Rhodamin B pada makanan dikarenakan
sifat toksik, jika di konsumsi zat warna ini dapat menyebabkan iritasi pada
saluran pernapasan, iritasi kulit, iritasi pada mata, iritasi pada saluran
pernapasan, keracunan, dan merupakan zat karsiogenik (dapat menyebabkan
kanker) jika digunakan dalam jangka panjang, namun bila terpapar Rhodamin B
dalam konsentrasi tinggi maka dalam waktu singkat dapat gejala akut keracunan
Rhodamin B (Heni Andriani et al., 2022).
Pewarna adalah bahan/zat yang memberikan warna yang menarik warna
merupakan daya tarik terbesar untuk menikmati makanan setelah aroma.
Pewarna dalam pangan dapat meningkatkan penerimaan konsumen
terhadap suatu produk. Oleh karena itu, produsen berlomba menawarkan
produknya dengan tampilan yang menarik dan warna-warni (Heni Andriani et
al., 2022).
Bahan Tambahan Makanan (BTM) adalah dapat meningkatkan atau
mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan lebih
mudah dihidangkan serta memperbaiki preparasi bahan pangan. Diantara
beberapa bahan tambahan makanan yang sering digunakan adalah pemanis dan
pewarnasintetis (Nurmaladewi, 2022).
1. Zat Pewarna
Zat Pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat
memperbaiki warna makanan yang berubah atau menjadi pucat selama
proses pengolahan atau untuk memberi warna pada makanan agar
kelihatan lebih menarik. Berdasarkan sumbernya, zat pewarna dibagi
menjadi dua
golongan yaitu pewarna alami dan pewarna buatan. Pewarna alami adalah

42
43

pewarna yang zat warnanya diperoleh dari hewan dan tumbuh-tumbuhan


seperti: karamel, coklat, daun suji, daun pandan dan kunyit. Jenis-jenis
pewarna alami tersebut antara lain (Nurmaladewi, 2022):
a. Klorofil; yaitu zat warna alami hijau yang terdapat pada daun
b. Mioglobulin dan Hemoglobin; adalah zat warna merah pada
daging.
c. Karotenoid; adalah kelompok pigmen yang berwarna orange, merah
orange dan larut dalam lipid.
d. Anthosiamin dan Anthoxanthim; warna pigmen merah, biru violet
terdapat pada buah dan sayur-sayuran.
2. Pewarna Sintesis/Buatan (certified color)
Ada 2 macam yang tergolong Certified Color yaitu Dye dan Lake.
Keduanya adalah zat pewarna buatan. Zat pewarna yang termasuk golongan
dye telah melalui prosedur sertifikasi dan spesifikasi yang telah
ditetapkan oleh Food and Drug Administration (FDA). Sedangkan zat
pewarna lake yang hanya terdiri dari 1 warna dasar, tidak merupakan
warna campuran, juga harus mendapat sertifikat. Dalam certified color
terdapat spesifikasi yang mencantumkan keterangan penting mengenai
zat pewarna tertentu, misalnya berbentuk garam, kelarutan dan residu
yang terdapat didalamnya (Nurmaladewi, 2022)
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum uji Rhodamin-B pada makanan untuk
mengidentifikasi Rhodamin-B pada makanan basah. Prinsip dari praktikum uji
analisis Rhodamin-B pada makanan adalah berdasarkan adanya perubahan
warna.
II. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. Gelas Beaker 100 ml
Gelas kimia (gelas Beaker) terbuat dari kaca dengan berbagai ukuran.
Fungsi gelas kimia (gelas Beaker) yaitu sebagai tempat mereaksikan bahan,
tempat menampung bahan kimia berupa larutan, padatan, pasta ataupun
tepung, tempat melarutkan bahan dan tempat memanaskan bahan.

Gambar 1.1 Gelas Beaker 100 ml

2. Batang Pengaduk
Batang pengaduk merupakan sebuah peralatan laboratorium yang
digunakan untuk mencampur bahan kimia dan cairan untuk keperluan
laboratorium. Selain untuk mencampur larutan. Fungsi batang pengaduk
juga adalah untuk membantu dekantasi larutan, menginduksi kristalisasi
dan memecahkan emulsi pada suatu ekstraksi.

Gambar 1.2 Batang Pengaduk

44
4

3. Tabung Reaksi
Tabung reaksi atau yang dikenal juga sebagai reaction tube/test tube
adalah alat bantu untuk mempermudah proses penelitian di dalam
laboratorium. Dapat diisi media padat hingga cair.

Gambar 1.3 Tabung Reaksi


4. Spoid
Spoid adalah pompa piston sederhana untuk menyuntikkan atau
menghisap cairan atau gas. Alat suntik terdiri dari tabung dengan piston di
dalamnya yang keluar dari ujung belakang.

Gambar 1.4 Spoid

5. Cutter
Cutter merupakan alat yang digunakan untuk memotong sampel agar
mudah dihaluskan.

Gambar 1.5 Cutter


4

6. Spatula
Spatula Spatula merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan
sampel sampel atau mengambil sampel.

Gambar 1.6 Spatula

7. Timbangan Analitik
Timbangan analitik merupakan alat yang digunakan sebagai
pengukuran untuk mengukur suatu berat atau beban maupun massa pada
suatu zat.

Gambar 1.7 Timbangan Analitik

8. Alur dan Lumpang


Alur dan Lumpang merupakan alat bantu yang digunakan dalam
praktikum untuk menghaluskan sampel bakso dan tahu.

Gambar 1.8 Alur dan Lumpang


4

9. Cawan Porselin
Cawan Porselin adalah salah satu alat gelas laboratorium yang
berbentuk lingkaran silindris. Alat ini digunakan dalam praktikum sebagai
wadah sampel.

Gambar 1.9 Cawan Porselin

B. Bahan
1. Aquadesh 50 ml
Aquades merupakan air hasil penyulingan yang bebas dari zat-zat
pengotor sehingga bersifat murni dalam laboratorium.

Gambar 2.1 Aquadesh 50 ml

2. Reagent Rhodamin-B (Test Kit)


Tes kit Rhodamin-B ini adalah alat uji cepat untuk mengetahui ada
atau tidaknya kandungan Rhodamin-B pada bahan makanan dan minuman

Gambar 2.2 Reagent Rhodamin-B (Test Kit)


4

3. Sampel: Saos Tomat


Sampel saos tomat merupakan bahan utama yang digunakan dalam
praktikum sebagai contoh uji dalam pemeriksaan Rhodamin-B.

Gambar 2.3 Sampel: Saos Tomat

4. Sampel: Terasi
Sampel terasi merupakan bahan utama yang digunakan dalam
praktikum sebagai contoh uji dalam pemeriksaan Rhodamin-B.

Gambar 2.4 Sampel: Terasi

5. Tissue
Tissue berfungsi sebagai alat untuk membersihkan bekas sampel yang
berceceran.

Gambar 2.5 Tissue


4

C. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dihaluskan terasi menggunakan alur dan lumpang, kemudian ditimbang
sebanyak 25 gr, lalu dimasukkan ke dalam cawan porselin dan
dihomogenkan menggunakan aquades 50 ml, lalu diaduk menggunkan
batang pengaduk sampai larut seluruhnya.
3. Ditimbang sampel saos tomat sebanyak 25 gr, dimasukkan ke dalam cawan
porselin dan dihomogenkan menggunakan aquadesh 50 ml, lalu diaduk
menggunakan batang pengaduk sampai larut seluruhnya.
4. Selanjutnya masing-masing sampel diambil menggunakan spoit sebanyak 1
ml, dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi sesuai label.
5. Ditambahkan 1 tetes reagent Rhodamin-1, lalu diaduk. Kemudian
ditambahkan 3 tetes reagent Rhodamin-2, lalu diaduk kembali.
6. Sampel akan berubah menjadi warna ungu yang menunjukkan sampel
positif Rhodamin-B.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 3.3 Hasil Uji Rhodamin-B
No. Kode Hasil Uji Rhodamin- B Interpretasi
Sampel
1. Saos tomat Negatif Berdasarkan pemeriksaan
uji Rhodamin-B yang dilakukan
pada sampel saos tomat, diperoleh
hasil negatif mengandung
Rhodamin-B. Hal ini terbukti
pada saat diteteskan reagent
Rhodamin-1 sebanyak 1 tetes dan
reagent Rhodamin-2 sebanyak 3
tetes pada sampel, tidak
mengalami perubahan warna
menjadi warna ungu (violet),
melainkan warnanya tetap seperti
warna sampel yaitu warna merah.
Artinya, sampel saos tomat
tersebut tidak mengandung
Rhodamin-B.

50
5

2. Terasi Negatif Berdasarkan pemeriksaan uji


Rhodamin-B yang dilakukan pada
sampel terasi, diperoleh hasil
negatif mengandung Rhodamin-B.
Hal ini terbukti pada saat
diteteskan reagent Rhodamin-1
sebanyak 1 tetes dan reagent
Rhodamin-2 sebanyak 3 tetes pada
sampel, tidak mengalami
perubahan warna menjadi warna
ungu (violet), melainkan warnanya
tetap seperti warna sampel yaitu
warna merah. Artinya, sampel
saos tomat tersebut tidak
mengandung Rhodamin-B.

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pemeriksaan bahan tambahan pangan yang dilakukan
pada hari Senin, 12 Desember 2022 di laboratorium Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Halu Oleo didapatkan hasil yaitu pada Pada uji
Rhodamin-B yang dilakukan pada sampel saos tomat dan terasi diperoleh
warna merah kecoklatan bukan warna ungu (violet). Artinya, sampel saos
tomat dan terasi tersebut tidak mengandung Rhodamin-B.
Rhodamin-B merupakan zat warna sintetik atau buatan yang umumnya
digunakan sebagai pewarna tekstil yang dilarang penggunannya secara khusus
dalam bahan pangan salah satunya adalah saos bakso. Rhodamin-B
merupakan salah satu dari zat pewarna berbahaya yang dapat merusak organ
tubuh seperti
5

ginjal dan hati, selain itu juga menyebabkan air seni berwarna merah (Nani,
2020).
Bahan Tambahan Makanan adalah bahan yang ditambahkan dengan
sengaja ke dalam makanan dalam jumlah sedikit, yaitu untuk memperbaiki
warna, bentuk, cita rasa, tekstur atau memperpanjang daya simpan. Tujuan
menggunakan Bahan Tambahan Makanan (BTM) adalah dapat meningkatkan
atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan lebih
mudah dihidangkan serta memperbaiki preparasi bahan pangan. Diantara
beberapa bahan tambahan makanan yang sering digunakan adalah pemanis dan
pewarna sintetis. Beberapa zat pewarna sintetis yang berakibat pada gangguan
kesehatan seperti Rhodamin-B menyebabkan gangguan fungsi hati atau kanker
hati (Nurmaladewi, 2022).
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitas makanan yang dilakukan pada hari


Senin, 12 Desember 2022 di laboratorium Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Halu Oleo. Dimana sampel yang diuji yaitu saos tomat dan terasi yang
didapatkan dari para penjual di pasar lapulu, diperoleh hasil pada uji Rhodamin-B
yang dilakukan pada sampel saos tomat dan terasi adalah warna merah kecoklatan
bukan warna ungu (violet). Artinya, sampel saos tomat dan terasi tersebut tidak
mengandung Rhodamin-B.
Beberapa zat pewarna sintetis yang berakibat pada gangguan kesehatan
seperti Rhodamin-B menyebabkan gangguan fungsi hati atau kanker hati. Bahan
Tambahan Makanan adalah bahan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam
makanan dalam jumlah sedikit, yaitu untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa,
tekstur atau memperpanjang daya simpan. Tujuan menggunakan Bahan Tambahan
Makanan (BTM) adalah dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan
kualitas daya simpan, membuat bahan lebih mudah dihidangkan serta memperbaiki
preparasi bahan pangan. Diantara beberapa bahan tambahan makanan yang sering
digunakan adalah pemanis dan pewarna sintetis. Beberapa zat pewarna sintetis
yang berakibat pada gangguan kesehatan seperti Rhodamin-B menyebabkan
gangguan
fungsi hati atau kanker hati (Nurmaladewi, 2022).

53
DAFTAR PUSTAKA

Alawiyah, T., Savitri, A. S., & Febriyanti. (2022). ANALISIS RHODAMIN B


PADA TERASI DI BANJARMASIN TIMUR. Sains Medisina, 1(1),
17–20.
Heni Andriani, Rahmadani, & Audina, M. (2022). Analisis Kadar Rhodamin
B Pada Gula Kapas Dan Arbanat Dengan Spektrofotometri Uv-Vis Di
Kota Banjarmasin. Sains Medisina, 1(1), 33–41.
Nani, M. N. (2020). Pangkalan Bun Dengan Metode Kromatografi Program
Studi Diploma Iii Analis Kesehatan Borneo Cendekia Medika. Karya
Tulis Ilmiah. Diambil dari
http://repository.stikesbcm.ac.id/id/eprint/131/1/Untitled.pdf
Nurmaladewi. (2022). Modul Praktikum Analisis Kualitas Lingkungan. 45-46.

54
LAMPIRAN
A. Sampel Saos Tomat

Persiapan sampel tomat

Penimbangan sampel tomat menggunakan timbangan analitik

Sampel dihomogenkan menggunakan batang pengaduk

55
5

Penambahan 1 tetes reagent Rhodamin-1 pada sampel

Penambahan 3 tetes reagent Rhodamin-2 pada sampel

Hasil pemeriksaan Rhodamin-B pada sampel saos tomat


5

B. Sampel Terasi

Persiapan sampel terasi

Penimbangan sampel terasi menggunakan timbangan analitik

Penambahan 1 tetes reagent Rhodamin-1 pada sampel


5

Penambahan 3 tetes reagent Rhodamin-2 pada sampel

Hasil pemeriksaan Rhodamin-B pada sampel terasi


I. PENDAHULUAN

A. Dasar Teori
Methanil yellow merupakan bahan pewarna sintetik berbentuk serbuk,
berwarna kuning kecoklatan, bersifat larut dalam air dan alkohol, agak larut
dalam benzen dan eter, serta sedikit larut dalam aseton. Pewarna ini umumnya
digunakan sebagai pewarna pada tekstil, kertas, tinta, plastik, kulut dan cat,
serta sebagai indikator asam-basa di laboratorium (Nurmaladewi, 2022).
Metanil yellow adalah zat pewarna azo beracun yang diklasifikasikan
sebagai kategori CII oleh FAO/WHO Expert committee in Food Additives
sehingga penggunaannya dilarang terutama pada bahan pangan. Methanyl
Yellow memiliki ikatan dipol ionik permanen karena tersusun atas atom yang
menyebabkan distribusi elektron yang tidak merata disekitas molekul
(Zakerhamidi et al., 2012). Adulteran berupa metanil yellow dipilih untuk
dibahas pada review ini karena banyak ditemukan pada beberapa kasus
pencemaran metanil yellow yang sangat umum digunakan sebagai pemalsu
kunyit bubuk di berbagai negara (Valerina, 2022)
Pewarna kuning metanil sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit,
mengenai mata dan tertelan Dampak yang terjadi dapat berupa iritasi pada
saluran pernafasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, dan bahaya kanker
pada kandung kemih dan saluran kemih Apabila tertelan dapat menyebabkan
mual, muntah, sakit perut, diare, panas, rasa tidak enak dan tekanan darah
rendah. Bahaya lebih lanjutnya yakni menyebabkan kanker pada kandung
kemih dan saluran kemih (Nurmaladewi, 2022).
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum uji analisis methanil yellow pada makanan untuk
mengidentifikasi pewarna pada makanan. Prinsip dari praktikum uji analisis
methanil yellow pada makanan adalah berdasarkan adanya perubahan warna.

59
II. ALAT DAN BAHAN

A. Alat
1. Gelas Beaker 100 ml
Gelas kimia (gelas Beaker) terbuat dari kaca dengan berbagai ukuran.
Fungsi gelas kimia (gelas Beaker) yaitu sebagai tempat mereaksikan bahan,
tempat menampung bahan kimia berupa larutan, padatan, pasta ataupun
tepung, tempat melarutkan bahan dan tempat memanaskan bahan.

Gambar 1.1 Gelas Beaker 100 ml


2. Batang Pengaduk
Batang pengaduk merupakan sebuah peralatan laboratorium yang
digunakan untuk mencampur bahan kimia dan cairan untuk keperluan
laboratorium. Selain untuk mencampur larutan. Fungsi batang pengaduk
juga adalah untuk membantu dekantasi larutan, menginduksi kristalisasi dan
memecahkan emulsi pada suatu ekstraksi

Gambar 1.2 Batang Pengaduk

60
6

3. Tabung Reaksi
Tabung reaksi atau yang dikenal juga sebagai reaction tube/test tube
adalah alat bantu untuk mempermudah proses penelitian di dalam
laboratorium. Dapat diisi media padat hingga cair.

Gambar 1.3 Tabung Reaksi


4. Spoit
Spoit adalah pompa piston sederhana untuk menyuntikkan atau
menghisap cairan atau gas. Alat suntik terdiri dari tabung dengan piston di
dalamnya yang keluar dari ujung belakang.

Gambar 1.4 Spoit


5. Timbangan analitik
Timbangan analitik merupakan alat yang digunakan sebagai
pengukuran untuk mengukur suatu berat atau beban maupun massa pada
suatu zat.

Gambar 1.5 Timbangan Analitik


6

B. Bahan

1. Aquades 50 ml
Aquades merupakan air hasil penyulingan yang bebas dari zat-zat
pengotor sehingga bersifat murni dalam laboratorium.

Gambar 2.1 Aquades 50 ml

2. Reagent Methanyl Yellow (Test Kit)


Tes kit Methanyl yellow ini adalah alat uji cepat untuk mengetahui
ada atau tidaknya kandungan Methanyl yellow pada bahan makanan dan
minuman.

Gambar 2.2 Reagent Methanyl Yellow (Test Kit)

3. Sampel: manisan
Sampel manisan merupakan bahan utama yang digunakan dalam
praktikum sebagai contoh uji dalam pemeriksaan Methanyl yellow.

Gambar 2.3 Sampel: Manisan


6

4. Sampel: Nasi Kuning


Sampel nasi kuning merupakan bahan utama yang digunakan dalam
praktikum sebagai contoh uji dalam pemeriksaan Methanyl yellow.

Gambar 2.4 Sampel: Nasi Kuning

5. Tissue
Tissue berfungsi sebagai alat untuk membersihkan bekas sampel
yang berceceran.

Gambar 2.5 Tissue

C. Cara kerja
a) Disiapkan alat dan bahan;
b) Ditimbang sampel nasi kuning dan manisan masing-masing sebanyak 25
gr, kemudian masukkan ke dalam cawan porselin lalu dihomogenkan
menggunakan aquades 50 ml dan diaduk menggunakan batang pengaduk
sampai larut seluruhnya;
c) Diambil masing-masing sampel menggunakan spoit sebanyak 1 ml, dan
masukkan ke dalam tabung reaksi sesuai label;
d) Ditambahkan 3 tetes reagent Methanyl Y-1, lalu aduk;
6

e) Sampel akan berubah menjadi warna merah seulas sampai merah tua atau
merah mudah keunguan yang menunjukkan sampel positif Methanyl
Yellow.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 3.4 Hasil Uji Methanyl Yellow
No. Kode Hasil Uji Interpretasi
Sampel Methanyl
Yellow
1. Manisan Negatif Berdasarkan pemeriksaan uji
Methanyl Yellow yang dilakukan pada
sampel manisan, diperoleh hasil
negatif mengandung Methanyl
Yellow. Hal ini terbukti pada saat
diteteskan reagent Methanyl Y-1
sebanyak 3 tetes pada sampel, tidak
mengalami perubahan warna menjadi
warna merah sampai merah tua atau
merah muda keunguan, melainkan
warnanya tetap seperti warna sampel
yaitu warna kuning. Artinya, sampel
manisan tersebut tidak mengandung
Methanyl Yellow.

65
6

2. Nasi kuning Negatif Berdasarkan pemeriksaan uji


Methanyl Yellow yang dilakukan pada
sampel nasi kuning, diperoleh hasil
negatif mengandung Methanyl
Yellow. Hal ini terbukti pada saat
diteteskan reagent Methanyl Y-1
sebanyak 3 tetes pada sampel, tidak
mengalami perubahan warna menjadi
warna merah sampai merah tua atau
merah muda keunguan, melainkan
warnanya tetap seperti warna sampel
yaitu warna kuning. Artinya, sampel
nasi kuning tersebut tidak
mengandung Methanyl Yellow.

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitas makanan yang dilakukan pada
hari Senin, 12 Desember 2022 di laboratorium Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Halu Oleo. Dimana sampel yang diuji yaitu manisan dan nasi
kuning yang didapatkan dari para penjual di pasar lapulu, diperoleh hasil
pada uji Methanyl Yellow yang dilakukan pada sampel manisan dan nasi
kuning adalah warna putih keruh dan kuning, bukan warna merah keunguan.
Artinya, sampel Nasi Kuning dan Manisan tersebut tidak mengandung
methanil yellow.
Methanil yellow merupakan bahan pewarna sintetik berbentuk serbuk,
berwarna kuning kecoklatan, bersifat larut dalam air dan alkohol, agak larut
dalam benzen dan eter, serta sedikit larut dalam aseton. Pewarna ini
umumnya digunakan sebagai pewarna pada tekstil, kertas, tinta, plastik,
kulit, dan cat,
6

serta sebagai indikator asam-basa di laboratorium. Namun pada prakteknya,


di Indonesia pewarna ini sering disalahgunakan untuk mewarnai berbagai
jenis pangan antara lain kerupuk, mi, tahu, dan pangan jajanan yang
berwarna kuning, seperti gorengan.
Pewarna kuning metanil sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit,
mengenai mata dan tertelan. Dampak yang terjadi dapat berupa iritasi pada
saluran pernafasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, dan bahaya kanker
padakandung kemih dan salurankemih. Apabila tertelan dapat menyebabkan
mual, muntah, sakit perut, diare, panas, rasa tidak enak dan tekanan darah
rendah. Bahaya lebih lanjutnya yakni menyebabkan kanker pada kandung
kemih dan saluran kemih.
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitas makanan yang dilakukan pada


hari Senin, 12 Desember 2022 di laboratorium Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Halu Oleo. Dimana sampel yang diuji yaitu manisan dan nasi
kuning yang didapatkan dari para penjual di pasar lapulu, diperoleh hasil
pada uji Methanyl Yellow yang dilakukan pada sampel manisan dan nasi
kuning adalah warna putih keruh dan kuning, bukan warna merah keunguan.
Artinya, sampel Nasi Kuning dan Manisan tersebut tidak mengandung
methanil yellow.
Pewarna kuning metanil sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit,
mengenai mata dan tertelan. Dampak yang terjadi dapat berupa iritasi pada
saluran pernafasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, dan bahaya kanker
padakandung kemih dan salurankemih. Apabila tertelan dapat menyebabkan
mual, muntah, sakit perut, diare, panas, rasa tidak enak dan tekanan darah
rendah. Bahaya lebih lanjutnya yakni menyebabkan kanker pada kandung
kemih dan saluran kemih.

68
DAFTAR PUSTAKA

Nurmaladewi. (2022). Modul Praktikum Analisis Kualitas Lingkungan.49-50

Valerina. (2020). TINJAUAN EFEKTIVITAS BERBAGAI METODE DETEKSI


METANIL YELLOW PADA PEMALSUAN KUNYIT. REVIEW OF THE
EFFECTIVENESS OF VARIOUS METHODS OF DETECTING METANIL
YELLOW IN TURMERIC ADULTERATION. Kaos GL Dergisi, 8(75),
147–
154.

69
LAMPIRAN
A. Sampel Manisan

Persiapan sampel manisan

Pengambilan sampel diambil menggunakan spoit

Sampel dimasukan kedalam tabung reaksi

70
7

Hasil pemeriksaan Methanyl Yellow pada sampel manisan

B. Sampel Nasi Kuning

Persiapan sampel nasi kuning

Penimbangan sampel menggunakan timbangan analitik


7

Pengambilan sampel menggunakan spoit

Sampel dimasukan ke dalam tabung reaksi

Penambahan 3 tetes reagent Methanyl Y-1 pada sampel nasi kuning

Hasil pemeriksaan Methanyl Yellow pada sampel nasi kuning

Anda mungkin juga menyukai