Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM FORM ULASI TEKNOLOGI SEDIAAN PADAT

EVALUASI SEDIAAN TABLET

KoordinatorPraktikum
Wintari Taurina, M.Sc., Apt.
NIP.198304212008012007

Asisten Praktikum:
Nur Firdiena Titian Ratu
NIM. I1021171030

DISUSUN OLEH :
Albianus Febri Tarung
NIM. I1022191011

KELOMPOK / KELAS : 6/APK


ANGGOTA : Tyara Jhesica (I1022191006)
Rizty Rahmadilla (I1022191018)
Dea Nur Apriliyanti (I1022191027)
Nadila (I1022191032)
Muhammad Diko Armabar (I1022191037)

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


PROGRAM STUDI FARMASI
BADAN PENGELOLA FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN PADAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Albianus Febri Tarung

NIM : I1022191001

Tanggal Praktikum : Senin, 17 Mei 2021

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa laporan praktikum teknologi dan formulasi sediaan padat
ini benar-benar merupakan hasil tulisan saya sendiri dan dibuat berdasarkan data yang sebenar-
benarnya. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa ini bukan tulisan saya
atau hasil plagiat, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Pontianak, 22 Maret 2021

Asisten Praktikum Praktikan,

Nur Firdiena Titian Ratu Albianus Febri Tarung

NIM. I1021171030 NIM. I1022191011


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang relatif lebih stabil secara fisika kimia dan
bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang sering dibuat dengan penambahan bahan tambahan
farmasetika yang dirancang.Pada pembuatan tablet diperlukan bahan tambahan berupa bahan
pengisi, bahan pengikat atau perekat, bahan penghancur, bahan pelicin dan bahan pewarna.
Bahan tambahan juga diperlukan untuk menyeragamkan bobot tablet, meningkatkan kualitas
mutu tablet(1).

Sebelum melalakukan proses produksi tablet perlu dilakukan penentuan


komposisi.Komposisi umum dari tablet adalah zat berkhasiat, bahan pengisi, bahan pengikat atau
perekat, bahan pengembang dan bahan pelicin. Kadang-kadang dapat ditambahkan bahan
pewangi (flavoring agent), bahan pewarna (coloring agent) dan bahan-bahan lainnya(2).

Tablet yang baik adalah tablet yang dapat memenuhi kriteria uji sediaan tablet, tujuannya
agar diperoleh tablet yang dapat memberikan efektivitas serta dapat bertahan dalam proses
produksi dan penyimpanan.Evaluasi tablet memiliki tujuan untuk melihat kualitas tablet sebelum
dipasarkan.Hal ini untuk memastikan bahwa tablet yang di produksi benar-benar sesuai standar.

I.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mengetahui tujuan dan prinsip dasar evaluasi sediaan tablet
2. Mengetahui jenis-jenis evaluasi pada sediaan tablet
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori
II.1.1 Tablet
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh semua makhluk
untuk bagian dalam atau bagian luar, guna pencegahan, meringankan, juga menyembuhkan
penyakit. Menurut undang-undang yang membahas tentang obat atau bahan campuran yang
digunakan untuk menentukan diagnosis, pencegahan, penanganan, penyembuhan, atau kelainan
badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperindah tubuh atau
membentuk tubuh manusia. Sediaan obat dibuat dan disimpan dengan memperhatikan sifat
bahan obat yang digunakan, sesuai optimal dan sifat tidak merusaknya, terjamin. Konsentrasi
dan jumlah bahan penolong tang digunakan dalam pembuatannya harus disatukan dengan bahan
aktifnya.(3)

Tablet merupakan sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Tablet adalah salah satu sediaan yang banyak mengalami perkembangan baik formulasi
maupun cara penggunaannya. Beberapa keuntungan sediaan tablet diantaranya adalah sediaan
lebih kompak, biaya pembuatannya lebih sederhana, dosisnya tepat, mudah pengemasannya,
sehingga penggunaannya lebih praktis jika dibandingkan dengan sediaan yang lain. Tablet
dicetak dari serbuk kering, Kristal, atau granulat, umumnya dengan penambahan bahan
pembantu, pada mesin yang sesuai, dengan menggunakan tekanan yang tinggi. Tablet dapat
memiliki bentuk silinder, kubus, batang, atau cakram, serta bentuk seperti telur atau peluru. Garis
tengah tablet pada umumnya 5-17 mm, sedangkan bobot tablet 0,1-1 gram.(4)

a. Komponen Tablet(4)
Komponen atau formulasi tablet terdiri atas zat aktif, bahan penngisi, bahan pengikat,
desintegran, dan lubrikan, dapat juga mengandung bahan pewarna dan lak(bahan warna yang
diabsorbsikan pada aluminium hidroksida yang tidak larut) yang diizinkan, bahan pengaroma,
dan bahan pemanis.

1. Zat aktif: harus memenuhi syarat yang ditentukan oleh farmakope


2. Eksipien atau bahan tambahan.
a. Bahan pengisi(diluent) berfungsi untuk memperbesar volume massa agar mudah
dicetak atau dibuat. Bahan pengisi ditambahkan jika zat aktifnya sedikit atau sulit
dikempa. Misalnya laktosa, pati, kalsium fosfat dibase, dan selulosa mikrokristal.
b. Bahan pengikat(binder) berfungsi memberikan daya adhesi pada masa serbuk
sewaktu granulasi serta menambah daya kohesi pada bahan pengisi, misalnya
gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon, metilselilosa, CMC, pasta pati terhidrolisis,
selulosa mikrokristal.
c. Bahan pengahncur/pengembang(disinteggrant) berfungsi membantu hancurnya
tablet setelah ditelan. Misalnya pati, pati dan selulosa dimodifikasi secara kimia,
asam alginate, selulosa mikrokristal, dan povidon sambung-silang.
d. Bahan pelican(lubrikan/lubricant) berfungsi mengurangi gesekan selama proses
pengempaan tablet dan juga berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada
cetakan. Misalnya senyawa asam stearate dangan logam, asam stearate, minyak
nabati terhidrogenasi, dan talk. Umumnya lubrikan bersifat hidrofob, sehingga
dapat menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu,
kadar lubrika yang berlebih harus dihindari. PEG dan garam lauril sulfat dapat
digunakan, tetapi kurang memberikan daya lubrikasi yang optimal dan diperlukan
dalam kadar yang lebih tinggi.
e. Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalir serbuk,
umumnya digunakan dalam kempa langsung tanpa peoses granulasi. Misalnya
siliki pirogenik koloidal.
f. Bahan penyalut(coating agent) bertujuan untuk melindungi zat aktif yang bersifat
higroskopis atau tidak tahan terhadap pengaruh udara kelembapan atau cahaya,
menutupi rasa dan bau yang tidak enak, membuat penampilah lebih baik dan
menarik, mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna, misalnya tablet
enteric yang pecah di usus.
3. Ajuvan
a. Bahan pewarna(colouring agent) dan lak berfungsi meningkatkan nilai estetika
atau untuk identitas produk. Misalnya zat pewarna dari tumbuhan.
b. Bahan pengaroma(flavour) berfungsi menutupi rasa dan bau zat khasiat yang
tidak enak(misalnya tablet isap penisilin), biasanya digunakan untuk tablet yang
penggunaannya lama di mulut. Misalnya macam-macam minnyak atsiri.

II.2 Evaluasi sediaan Tablet

Tablet yang baik adalah tablet yang dapat memenuhi kriteria uji sediaan tablet,
tujuannya agar diperoleh tablet yang dapat memberikan efektivitas serta dapat bertahan
dalam proses produksi dan penyimpanan. uasi tablet, yaitu uji sediaan tablet hasil dari
proses pencetakan. Evaluasi inidilakukan agar tablet yang dicetak memenuhi persyaratan
tablet sesuai bukustandar, misal Farmakope Indonesia (5).

II.2.1 Tujuan Evaluasi Tablet

Evaluasi tablet perlu dilakukan untuk mengetahui sifat fisika, kimis, dan biologi
sediaan tersebut dan dapat memberikan efektivitas serta dapat bertahan dalam proses
produksi dan penyimpanan.

II.2.3 Macam-macam Evaluasi

a) Keseragaman Bobot
Uji keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui keragaman sediaaan dan
memastikan bahwa setiap tablet mengandung sejumlah obat atau bahan aktif dengan
takaran yang tepat dan merata. Uji keseragaman bobot dilakukan dengan mengambil
sebanyak 20 tablet, timbang satu persatu tablet, catat bobot tablet, dan hitung rata-rata
bobot tabel. Dihitung persen penyimpangan bobot tablet. Di mana tidak boleh lebih dari 2
tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari
harga yang apkan kolom dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot
rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom B (8).
b) Uji Penampilan Fisik
Penampilan umum suatu tablet, identitas visualnya serta seluruh keelokannya
sangat penting untuk penerimaan konsumen dan pengontrolan keseragaman antara bahan
serta antara tablet yang satu dengan yang lain serta memantau pembuatan yang bebas dari
kesalahan. Mengontrol penampilan umum tablet, mencakup pemeriksaan keseluruhan
identitas secara visual yang diberikan oleh tablet tersebut. Kontrol terhadap penampilan
umum melibatkan penetapan beberapa parameter, seperti ukuran, bentuk, warna, ada
tidaknya bau, rasa, bentuk permukaan, dan cacat fisik, serta untuk membaca tanda-tanda
pengenal(7)
c) Uji Waktu Hancur
Uji waktu hancur dilakukan dengan dipanaskan akuades dalam erlenmeyer hingga
suhu 37 ± 2°C kemudian diambil 18 tablet dan dimasukkan masing-masing dalam
tabung. Dimasukkan cakram ke dalam masing-masing tabung. Lalu dimasukkan tabung
ke dalam erlenmeyer Dan dinyalakan alat uji waktu hancur dan dicatat hasilnya. (Banne,
2012). Persyaratan waktu hancur tablet tidak lebih dari 15 menit. Faktor-faktor yang
mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan tablet selain sifat fisik granul yaitu kekerasan,
porositas tablet, dan daya serap granul juga mempengaruhi waktu hancur tablet.
Penambahan tekanan pada waktu penabletan dapat menyebabkan penurunan porositas
dan menaikkan kekerasan tablet. Dengan bertambahnya kekerasan tablet akan
menghambat penetrasi cairan ke dalam pori-pori tablet sehingga memperpanjang waktu
hancur tablet. Mekanisme hancurnya tablet yang mangandung pati adalah melalui
mekanisme pengembangan (swelling). Tablet akan semakin cepat larut dan hancur
seiring dengan bertambahnya jumlah bahan penghancur yang ditambahkan. Semakin
lambat mekanisme tablet dalam mengabsorbsi air, maka semakin lama pula bahan
penghancur bekerja, sehingga semakin lama pula waktu hancurnya (9).
d) Uji Keseragaman Ukuran
Ukuran dan bentuk tablet dapat dituliskan, dipantau, dan dikontrol. Ketebalan
tablet adalah satu-satunya variabel dimensi yang berhubungan dengan proses, Pada beban
kempa yang konstan, ketebalan tablet bervariasi dengan berubahnya pengisian die,
dengan distribusi ukuran partikel serta kepadatan keadaan pengisian die yang konstan,
ketegan berat tablet, sementara pada Obervariasi dengan berubahnya beban kompresi.
Ketebalan tablet akan konstan bila granulasi cukup konsisten partikelnya serta ukuran
distribusinya, panjang punch konsisten, dan penekan tablet bersih dan bekerja dalam
keadaan baik Ketebalan tablet dapat diukur memakai jangka sorong yang melengkung
Ketebalan harus terkontrol agar dapat diterima oleh konsumen dan memudahkan dalam
pengemasan Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kall dan tidak
kurang dari 1 tebal tablet . Untuk melakukan uji keseragaman terhadap ukuran tablet
dapat dilakukan menggunakan alat yang bernama Jangka Sorong(7)
e) Uji kerapuhan
Uji kerapuhan merupakan uji ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang
dialami oleh tablet sewaktu pengemasan, pengiriman, dan penyimpanan. Uji kerapuhan
ini disebut juga dengan uji kerenyahan. Kerenyahan atau friabilitas adalah cara lain untuk
mengukur kekuatan tablet. Tablet yang mudah menjadi bubuk, menyerpih, dan pecah-
pecah pada penanganannya, akan kehilangan keelokannya serta konsumen enggan
menerimanya dan dapat menimbulkan variasi pada berat dan keseragaman isi tablet Alat
penguji friabilitas dikenal sebagai friabilator(7).
f) Uji Disolusi(8)
 Metode basket
Alat terdiri atas wadah tertutup yang terbuat dari kaca atau bahan
transparan lain yang inert, dilengkapi dengan suatu motor atau alat penggerak.
Wadah tercelup sebagian dalam penangas sehingga dapat mempertahankan suhu
tablet atau kapsul granul atau agreget partikel halus obat dalam larutan obat dalam
darah, cairan, dan dalam jaringan lain dalam wadah 370+ 0,5°C selama penguji
berlangsung. Bagian dari alat termasuk lingkungan tempat alat diletakkan tidak
dapat memberikan gerakan. Batang logam berada pada posisi tertentu sehingga
sumbuhnya tidak lebih drai 2 mm, berputar dengan halus dan tanpa goyangan
yang berarti. Suatu alat pengatur mempertahankan kecepatan alat.
 Metode dayung
Sama seperti metode dayung, tetapi pada alat ini digunakan dayung yang
terdiri atas dayung dan batang seperti pengaduk. Batang dari dayung tersebut
sumbunya tidak lebih dari 2 mm dan berputar dengan halus tanpa goyangan yang
berarti. Jarak antars daun dan bagian dalam dasar wadah dipertahankan selama
pengujian berlangsung. Daun dan batang logam yang merupakan satu kesatuan
dapat disalut dengan suatu panyalut inert yang sesuai. Sediaan dibiarkan
tenggelam kedasar wadah sebelum dayung mulai berputar.
g) Uji Kekerasan
Kekerasan tablet menunjukkan ketahanan tablet terhadap berbagai goncangan
mekanik pada saat pembuatan, pengepakan, dan pengangkutan. Alat yang digunakan
ialah hardness tester.Cara kerjanya yaitu sebuah tablet diletakkan tegak lurus diantara
anvil dan punch, tablet dijepit dengan cara memutar sekrup pengatur sampai tanda lampu
stop menyala. Lalu knop ditekan sampai tablet pecah. Angka yang ditunjukkan jarum
penunjuk skala dibaca. Percobaan ini dilakukan sampai 5 kali.Faktor-faktor yang
mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan sifat bahan yang dikempa.
Kekerasan ini yang dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Semakin besar
tekanan yang diberikan saat pengempaan akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada
umumnya tablet dikatakan baik, apabila mempunyai kekerasan antara 4-8 kg (6).
BAB III
METODOLOGI
III.1 Alat dan Bahan (10)

III.1.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah:
a. Anak timbangan
b. Lumpang
c. Pengorek
d. Sendok tanduk
e. Single punch (tablet pressing machine)
f. Stamper
g. Timbangan analitik
h. Timbangan ayun
III.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
a. Aerosil
b. Amilum Manihot (pati singkong)
c. Aquadest
d. Kaptopril
e. Mikrokristalin selulosa(MCC) PH 102
f. Magnesium stearat
g. Microcrystalline Celluloce
h. Primojel

III.2 Cara Kerja(10)

a. Pembuatan Tablet

Disiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan

Ditimbang bahan-bahan yang digunakan sesuai dengan perhitungan


yang sudah diformulasikan

Dicampurkan kaptopril, pati singkong, aerosil dan primojel ke dalam


lumpang dan digerus hingga homogen

Ditambahkan magnesium stearat dan masukkan sedikit demi sedikit


microcrystalline celluloce pH 102 sambil digerus.

Dilakukan uji preformulasi granul di masukkan kedalam corong


(hopper) di ruang cetakan dan di kempa oleh kedua punch dicetak
menjadi tablet dengan diameter 7mm
b. Evaluasi tablet
 Uji Penampilan Fisik Tablet

Diamati Sediaan tablet yang akan dievaluasi secara penampilan


fisiknya

Diamati penampilan fisikdari tablet yang dievaluasi, diperhatikan


jika terjadi binding, sticking,whiskering, splitting, capping, mottling
atau crumbling

Dicatat hasil pengamatan yang dilakukan

 Uji Keseragaman Bobot

Diambil 20 tablet dan ditimbang

Dihitung bobot rata-rata hasil penimbangan tablet.

. Ditimbang satu-persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang


menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang
ditetapkan kolom A dan tidak boleh 1 tablet pun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga dalam kolom B
pada tablet keseragaman bobot.
 Uji Kekerasan
Diambil 20 tablet ukur kekerasan menggunakan alat hardness tester
satu persatu

Kekerasan tablet ditunjukkan pada skala alat disaat tablet tepat


hancur dalam satuan kg (Kekerasan minimum yang sesuai untuk
tablet adalah 4 kg

Diletakkan tablet pada ujung alat dengan posisi vertikal kemudian


atur skala kekerasan pada titik nol, diputar alat sehingga
mengakibatkan tablet hancur
 Uji Kerapuhan(7)

Ditimbang 20 tablet yang sudah dibersihkan dari partikel debu yang


menempel pada neraca analitik

Dimasukkan tablet ke dalam friabilator tester dengan kecepatan 25


rpm sebanyak 100 kali putaran selama 4 menit

Dikeluarkan tablet bersihkan dari debu yang terlepas dan timbang


kembali

Dihitung persentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah


perlakuan(Kehilangan berat lebih kecil dari 0,5% sampai 1% masih
dapat dibenarkan).

 Uji Disolusi(8)
Dimasukkan tablet ke dalam labu ukur yang berisi larutan dapar
fosfat 0,2 M pH 7,2 sebagai medium

Dijaga suhu medium konstan 37 ± 0,5 ºC dan volume medium


disolusi adalah 900 mL

Diputar dengan kecepatan 150 rpm, jarak pengaduk dayung dari


dasar labu adalah 2,5 ± 0,2 cm dan pengaduk dayung

Diambil sampel obat yang terlepas ke dalam medium pada menit ke-
30 sebanyak 5,0 ml, diambil sampel obat di daerah tengah antara
permukaan media dengan permukaan atas dayung dengan jarak tidak
kurang dari 1 cm dari dinding samping labu ukur. Sampel diperiksa
serapannya dengan spektrofotometer UV-VIS pada panjang
gelombang serapan maksimum

 Uji Waktu Hancur



Dimasukan 5 tablet kedalam keranjang

Diturun naikan keranjang secara teratur 30 kali setiap menit


Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang
tertinggal diatas kasa, kecuali fragmen berasal dari zat penyalut

Dilakukan uji ulang jika uji sebelumnya tidak memenuhi


persyaratan
BAB IV

PEMBAHASAN

Percobaan kali ini melakukan evaluasi sediaan tablet, Evaluasi tablet memiliki tujuan untuk
melihat kualitas tablet sebelum dipasarkan. Pertama- taman dilakukan Uji Keragaman Bobot, Uji
keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui keragaman sediaaan dan memastikan bahwa
setiap tablet mengandung sejumlah obat atau bahan aktif dengan takaran yang tepat dan
merata.Hasil uji bobot menunjukan Tablet yang dihasilkan sudah memenuhi persyaratan. Hasil
evaluasi dari uji keragaman bobot tersebut ditunjukkan dengan perolehan nilai CV dari kelima
formula kurang dari 5% dan tidak ada tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari 7,5%. Selain
itu berdasarkan nilai SD dari kelima formula menunjukkan hasil pengukuran bobot tablet hampir
dikatakan seragam, karena eksipien dari kelima formula terutama amilum modifikasinya
memiliki bentuk granul yang sama sehingga ketika di lakukan proses kempa, serbuk yang masuk
dari hopper menuju lubang die bobotnya sama.

Berikutnya dilakukan uji keragaman ukuran pengujian keragaman ukuran dilakukan dengan
pengukuran diameter dan ketebalan tablet.Pengujian ini bertuan untuk memastikan tablet yang
dihasilkan memiliki unruan yang sama dan simetris dan tidak memiliki kecatatan. Secara umum
ukuran tablet seluruh formula, baik itu diameter maupun ketebalan telah seragam.

Berikutnya dilakukan uji Kekerasan Seluruh formula, kecuali formula V.Uji kekerasan atau
Uji keregasan tablet (Friabilitas)merupakan uji ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan
yang dialami selama pengemasan, pengiriman dan penyimpanan. Keregasan dapat dievaluasi
dengan menggunakan alat uji kerapuhan (friability tester), berdasarkan hasil pengamatan sediaan
memiliki rentang kekerasan tablet 4-6 kg. Kekerasan tablet diatur sedemikian rupa agar tahan
terhadap tekanan dan goncangan mekanik, namun juga dapat segera hancur begitu kontak
dengan air. Hasil uji kekerasan menunjukan bahwa kelima formula memiliki perbedaan hasil
kekerasan pada tiap Formula dengan menggunakan tekanan kempa yang sama. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa variasi konsentrasi amilum hasil pregelatinasi dengan MCC PH 102
mempengaruhi kekerasan tablet. Hasil pengujian menunjukkan bahwa MCC PH 102 lebih
dominan dalam meningkatkan kompaktibilitas tablet, yang diwakili oleh nilai kekerasan. MCC
sendiri, baik itu PH 102, 101, maupun seluruh variannya yang merupakan modifikasi selulosa,
memang dikenal memiliki kompaktibilitas yang sangat tinggi dibandingkan pengisi lainnya.
Sementara itu, formula V dengan hanya amilum ko-proses sebagai pengisi, hanya menghasilkan
kekerasan yang rendah.

Berikutnya dilakukan uji kerapuhan, kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk
mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan
dan pengiriman. Uji Kerapuhan Kelima formula tersebut sudah memenuhi kriteria pada uji
kerapuhan yaitu di bawah 1%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa amilum modifikasi yang
ditambahkan HPMC dapat meningkatkan kompaktibilitas tablet. Walaupun MCC PH 102
berpengaruh signifikan pada peningkatan nilai kekerasannya, tetapi nilai kerapuhan yang
dihasilkan sebanding dengan amilum termodifikasi. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
adanya HPMC yang merupakan polimer dengan daya ikatan yang kuat. Proses penambahan
HPMC pada amilum melibatkan air yang dapat mengaktifkan daya ikat dan meningkatkan
kekuatan polimernya.

Berikutnya dilakukan Uji Waktu Hancur, Evaluasi waktu hancur merupakan salah
satu uji fisik sediaan tablet. Evaluasi ini bertujuan untuk menjamin bahwa tablet
akan hancur pada cairan tubuh, sehingga akan tersedia dalam bentuk molekulernya. Obat yang
tersedia dalam bentuk molekuler yang akan diabsorbsi oleh tubuh. Hasil pengujian waktu hancur
tablet seluruhnya dibawah 15 menit, kecuali formula V. Pengujian ini bertujuan untuk
memprediksi kemampuan terdisintegrasi tablet kaptopril dalam cairan lambung maupun usus.
Formula V memiliki waktu hancur yang lama dikarenakan HPMC yang ada dalam amilum ko-
proses akan membentuk lapisan hidrogel jika berinteraksi dengan pelarut atau cairan. Hal ini
menyeabkan lamanya waktu hancur dan memperlambat waktu pelepasan obat . Formula V hanya
terdapat amilum modifikasi dan tidak ada MCC PH 102. Sementara itu, pada formula yang lain
terdapat MCC PH 102 yang membantu disintegrasi tablet karena selain fungsinya sebagai
pengisi, bahan tersebut juga bertindak sebagai disintegran. Hal itu dibuktikan dengan waktu
hancur pada formula I yang sangat cepat karena tidak ada penggunaan amilum termodifikasi.
Mekanisme MCC PH 102 yang juga berperan sebagai penghancur dengan cara mengembang dan
menyerap air sehingga memberikan kontribusi pada peningkatan waktu disintegrasi tablet.

Berikutnya dilakukan uji disolusi, disolusi adalah salah satu proses biofarmasetik yang harus
dialami oleh suatu zat aktif obat dalam tubuh pada saat obat digunakan dalam terapi. Pengujian
disolusi digunakan untuk mengetahui secara invitro pelepasan zat aktif obat dari bentuk sediaan
menjadi bentuk terlarut. Uji disolusi dilakukan untuk mengetahui kadar kaptopril yang terlarut
pada waktu tertentu. Kriteria untuk persen disolusi agar tablet memenuhi syarat yaitu kadar obat
terlarut dalam waktu 20 menit harus larut tidak kurang dari 80% . Data dan grafik hasil disolusi
tablet dapat dilihat pada Gambar 1. Hasil uji disolusi formula I-IV telah memenuhi persyaratan,
yakni terdisolusi tidak kurang dari 80% dalam waktu 20 menit. Formula V tidak memenuhi
persyaratan karena dibawah 80%. Hasil ini dimungkinkan karena formula V yang bahan
pengisinya hanya amilum termodifikasi, memiliki lapisan hidrogel yang menyebabkan susahnya
medium disolusi menembus tablet sehingga menghambat proses pelarutan bahan aktifnya .
BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari percobaan kali ini adalah :

a) Hasil uji bobot menunjukan Tablet yang dihasilkan sudah memenuhi persyaratan .
b) Secara umum ukuran tablet seluruh formula, baik itu diameter maupun ketebalan telah
seragam.
c) Variasi konsentrasi amilum hasil pregelatinasi dengan MCC PH 102 mempengaruhi
kekerasan tablet. Hasil pengujian menunjukkan bahwa MCC PH 102 lebih dominan
dalam meningkatkan kompaktibilitas tablet, yang diwakili oleh nilai kekerasan.
d) Kelima formula tersebut sudah memenuhi kriteria pada uji kerapuhan yaitu di bawah 1%.
e) Hasil pengujian waktu hancur tablet seluruhnya dibawah 15 menit, kecuali formula V.
f) Hasil uji disolusi formula I-IV telah memenuhi persyaratan, yakni terdisolusi tidak
kurang dari 80% dalam waktu 20 menit. Formula V tidak memenuhi persyaratan karena
dibawah 80%.

V.2 Saran

Adapun saran dari percobaan kali ini adalah :

a) Perhatikan komponen formulasi agar kondisi tablet yang dihasikan baik.


b) Perhatikan proses evaluasi agar berjalan sesuai prosedur dan apa yang disyaratkan.
Daftar Pustaka

1. Ansel, H.C., Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim,
Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat, Jakarta, UI Press(1989).
2. Departemen Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
5.Jakarta(2014).
3. Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press
4. Syamsuni, A.H. 2006. Ilmu Resep. Jakarta : EGC
5. Murtini G & Elisa Y.. Teknologi Sediaan Solid. Jakarta: Kemenkes RI.2018
6. Parrot, El.Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics,Third Ed., 82. 6,
Mineapolis: Burgess Pub.1970.
7. Lachman, C.L. Lieberman, H.A, dan Kanig, J.L. Teori dan Praktek Farmasi Industri.
Edisi II. Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Jakarta: Universitas Indonesia Press.1994.
8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2020.
9. Rahayu S, Azhari N, Ruslinawati 1. Penggunaan Amylum Manihot Sebagai Bahan
Penghancur Dalam Formulasi Tablet Ibuprofen Secara Kombinasi Intragranular-
Ekstragranular. Journal of Current Pharmaceutical Sciences. 2017; 1(1): 6-11
10. Kelana AS, dkk. Formulasi dan Evaluasi Tablet Kaptopril Menggunakan Amilum Umbi
Talas dan HPMC yang Dimodifikasi Sebagai Pengisi dan Pengikat Metode Kempa
Langsung. Jurnal Ilmu-ilmu MIPA. ISSN: 1411-1047
ISSN : 2598-2095 Vol. 1 No. 1 (September, 2017)

PENGGUNAAN AMYLUM MANIHOT SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DALAM


FORMULASI TABLET IBUPROFEN SECARA KOMBINASI INTRAGRANULAR-
EKSTRAGRANULAR
(Amylum Manihot As A Desintegrator In Ibuprofen Tablet Formulation By
Intragranular-Extragranular Combination)
(Submitted: 06 Agustus 2017, Accepted: 25 September 2017)

Sri Rahayu, Nezar Azhari, Ina Ruslinawati

Program Studi D3 Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Banjarmasin


Email: rahayu.dds15@gmail.com

ABSTRAK
Amilum adalah polisakarida dalam tanaman yang disimpan sebagai cadangan makanan dalam biji buah.
Salah satu kandungannya adalah amilosa, yang tidak larut dalam air dingin namun bisa menyerap air
dalam jumlah besar dan menyebar, bisa digunakan sebagai bahan penghancur tablet. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan amilum manihot sebagai bahan penghancur yang
ditambahkan secara kombinasi internal-eksternal terhadap sifat fisik dari tablet ibuprofen, dan tablet yang
dihasilkan dari berbagai konsentrasi amilum apakah memenuhi persyaratan farmakope. Penelitian ini
menggunakan metode granulasi basah, dengan tiga variasi kadar amilum manihot yaitu F1 (75%:25%), F2
(50%:50%), dan F3 (25%:75%). Dilakukan pengujian terhadap masing-masing formula yaitu uji fisik granul
dan uji fisik tablet (keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur). Hasil penelitian
menunjukkan amilum manihot sebagai bahan penghancur dengan berbagai konsentrasi dapat
mempengaruhi sifat fisik tablet ibuprofen. Amilum manihot dengan kadar F2 (50%:50%) dan F3 (25%:75%)
menghasilkan tablet yang memenuhi persyaratan Farmakope, sedangkan amilum manihot dengan kadar
F1 (75%:25%) menghasilkan tablet yang tidak memenuhi persyaratan Farmakope.

Kata Kunci: Amilum Manihot, Bahan Penghancur, Tablet Ibuprofen

ABSTRACT
Amylum is a polysaccharide in a plant that is stored as a food reserve in fruit seeds. One of the
ingredients is amylose, which is insoluble in cold water but can absorb large amounts of water and spread,
can be used as a tablet desintegrator. This study aims to determine the effect of the use of starch manihot
as a desintegrator when added in combination with internal-external to the physical properties of ibuprofen
tablets, and tablets produced from various concentrations of starch whether it meets pharmacopoeial
equirements. This research uses wet granulation method, with three variations of starch content of
manihot are F1 (75%: 25%), F2 (50%: 50%), and F3 (25%: 75%). Tested on each formula is physical test
of granule and physical test of tablet (uniformity of weight, hardness, fragility, and time of disintegration).
The results showed that starch manihot as a desintegrator with various concentrations can affect the
physical properties of ibuprofen tablets. Amylum manihot with F2 content (50%: 50%) and F3 (25%: 75%)
produced tablets that met the requirements of Pharmacopoeia, while starch manihot with F1 content (75%:
25%) produced tablets that did not meet the requirements of Pharmacopoeia.

Keywords: Amylum Manihot, desintegrator, Tablet Ibuprofen

journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 6
ISSN : Vol. 1 No. 1 (September, 2017)

Uji Sifat Fisik Tablet Hasil uji waktu alir dapat dilihat pada tabel 3
Tablet ibuprofen yang telah dicetak dilakukan dan Gambar 1.
beberapa uji meliputi: uji keseragaman bobot, uji
kekerasan, uji kerapuhan, dan uji waktu hancur Tabel 3. Hasil Uji Kecepatan Alir Granul
tablet
Uji keseragaman bobot F Kecepatan alir (gram/detik)
1 25/1,40 = 17,86 g/detik
Ambil sebanyak 20 tablet dari masing-masing 2 25/1,52 = 16,45 g/detik
formula, timbang satu persatu tablet, catat bobot 3 25/1,26 = 19,84 g/detik
tablet, dan hitung rata-rata bobot tabel.

Tabel 2. Persyaratan Keseragaman Bobot Tablet

Selisih (%)
Berat Rata-rata
A B
25 mg atau kurang 15 30
26-150 mg 10 20
151-300 mg 7,5 15
Lebih dari 300 mg 5 10

Uji kekerasan
Siapkan sebanyak 20 tablet dari masing-
masing formula, siapkan hardness tester, ambil
satu buah tablet, letakkan tegak lurus pada Gambar 1. Kecepatan Alir Granul Ibuprofen
hardness tester, kemudian ditekan, lihat pada
tekanan berapa tablet tersebut pecah. Keterangan :
Uji kerapuhan I:konsentrasi amilum manihot intragranular-ekstragranular 75%:25%
II:konsentrasi amilum manihot intragranular-ekstragranular 50%:50%
Siapkan 20 tablet dari masing-masing III:konsentrasi amilum manihot intragranular-ekstragranular
formula, bersihkan tablet dari debu dengan 25%:75%
menggunakan kuas, timbang 20 tablet tersebut,
catat bobot keseluruhan, masukkan 20 tablet ke Berdasarkan Tabel 3 hasil uji kecepatan alir
dalam friability tester dengan kecepatan 25 rpm ketiga formulasi tersebut memenuhi persyaratan
selama 4 menit (100 kali putaran), kemudian waktu alir, yaitu >10 gram/detik.
keluarkan tablet, bersihkan tablet dengan kuas,
timbang bobot tablet sesudah dimasukkan ke Uji Kandungan Lembab
dalam alat, hitung selisih tablet sebelum dan Kandungan lembab suatu granul perlu
sesudah perlakuan dievaluasi untuk memastikan bahwa granul yang
Uji waktu hancur tablet dihasilkan memiliki kandungan lembab yang
Siapkan 6 tablet masukkan ke dalam alat uji memenuhi persyaratan. Granul yang terlalu
waktu hancur tablet Desintegration Tester lembab akan menghasilkan sifat alir yang buruk,
kemudian keranjang naik-turunkan secara teratur serta pengisian granul ke dalam ruang cetak akan
sebanyak 30 kali tiap menit. Tablet dinyatakan berlangsung tidak kontinu dan homogen. Granul
hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal yang terlalu lembab juga akan membebaskan uap
di atas kasa, kecuali fragmen yang berasal dari air ketika dikompresi, akibatnya granul akan
zat penyalut. Hitung waktu yang diperlukan tablet melekat pada dinding ruang cetak serta
untuk hancur dalam menit. mengurangi kekerasan tablet. Sebaliknya granul
yang terlalu kering akan menghasilkan tablet
HASIL PENELITIAN yang rapuh dan kekerasan yang minimal
Uji Sifat Fisik Granul (Supomo dkk, 2015). Hasil uji MC diperoleh pada
Uji sifat fisik granul untuk mengetahui apakah menit ke 90 memenuhi persyaratan yaitu 2-4%.
granul tersebut dapat menghasilkan tablet
dengan kualitas yang sesuai dengan persyaratan. Analisa Hasil Uji Sifat Fisik Tablet
Evaluasi yang dilakukan yaitu uji kecepatan alir Uji sifat fisik tablet bertujuan untuk
dan uji kandungan lembab. mengetahui kualitas tablet yang dihasilkan, sesuai
atau tidak dengan standar yang telah ditetapkan.
Uji sifat fisik tablet meliputi: uji keseragaman
Uji Waktu Alir bobot, uji kekerasan, uji kerapuhan, dan uji waktu

journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 8
Eksakta: Jurnal Ilmu-ilmu MIPA p. ISSN: 1411-1047
e. ISSN: 2503-2364

Formulasi dan Evaluasi Tablet Kaptopril Menggunakan Amilum Umbi


Talas dan HPMC yang Dimodifikasi Sebagai Pengisi dan Pengikat
Metode Kempa Langsung

Ahmad Sastra Kelana, Aris Perdana Kusuma*, Oktavia Indrati


Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Islam Indonesia
*email: arisperdana@uii.ac.id

ABSTRACT

Indonesia is a tropical country which has many potential plants as excipients, like
starches and tubers. Amylum of taro tuber (Colocasia esculenta) has the potential to be
developed into excipient but its use is limited. The purpose of this study was to optimize
the formulation and to evaluate the characteristics of captopril tablets by using amylum of
taro tuber and HPMC modified as filler and binder on direct compression method.
Amylum of taro tuber was obtained by extraction process, then combined with HPMC by
partial pregelatination and co-process method. Variation of the starch was divided into five
formulation. The main test included friability test, hardness test, dissolution test, and assay.
The data analysis was done by theoretical approach between the evaluation result and the
literature to observe the result of the modification formulation. It indicated that the
combination of equal amount of taro amylum and microcrystalline cellulose (MCC) PH
102 (50% : 50%) has the best result among others. Friability percentage was 0.17 ± 0.07%,
disintegration time was 12.09 ± 0.52 minutes, assay was 97.88 ± 1.71% and dissolution
test results was 90.65 ± 4.81%.
Keywords: Tablet, Captopril, Co-Process, Partial Pregelatination

ABSTRAK

Indonesia adalah negara tropis yang memiliki banyak tumbuhan yang potensial
dikembangkan sebagai bahan tambahan obat seperti pati dan umbi. Amilum dari umbi talas
(Colocasia esculenta) berpotensi dikembangkan menjadi bahan tambahan obat tetapi
peggunaannya masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk membuat dan mengevaluasi
sediaan tablet kaptopril menggunakan amilum umbi talas dan HPMC yang dimodifikasi
sebagai pengisi dan pengikat pada metode kempa langsung. Amilum talas diperoleh
melalui proses ekstraksi, kemudian dikombinasi dengan HPMC den gan metode
pregelatinasi parsial dan ko-proses. Variasi penggunaan amilum dibedakan menjadi lima
formulasi. Pengujian yang dilakukan meliputi evaluasi sifat alir granul sebelum kempa,
dan serangkaian evaluasi tablet, yakni uji keragaman bobot, uji keragaman ukuran, uji
kerapuhan, uji kekerasan, uji waku hancur, uji disolusi, dan penetapan kadar. Hasil
evaluasi menunjukkan bahwa formulasi yang mengandung amilum talas pregelatinasi :
mikrokristalin selulosa (MCC) PH 102 (50:50) memiliki hasil evaluasi sifat fisik tablet
yang paling baik dilihat dari uji kerapuhan yaitu 0,17±0,07 %, waktu hancur 12,09±0,52
menit, penetapan kadar 97,88±1,71 % dan hasil uji disolusi 90,65±4,81 %.
Kata kunci : Tablet, Kaptopril, Ko-Proses, Pregelatinasi Parsial

Formulasi dan Evaluasi Tablet Kaptopril Menggunakan Amilum Umbi Talas dan HPMC yang
Dimodifikasi sebagai Pengisi dan Pengikat Metode Kempa Langsung

(Ahmad Sastra Kelana, Aris Perdana Kusuma, Oktavia Indrati) 8


Eksakta: Jurnal Ilmu-ilmu MIPA p. ISSN: 1411-1047
e. ISSN: 2503-2364

Pendahuluan mana efektivitas amilum modifikasi ko-


Penggunaan amilum sebagai bahan proses yang telah dihasilkan.
pengisi dan pengikat memiliki peranan Bahan aktif yang digunakan adalah
penting dalam pembuatan sediaan tablet kaptopril, obat hipertensi dengan dosis
(Lawal dkk., 2015; Versino dan García, kecil yang diproses dengan teknik kempa
2014). Namun demikian, pemanfaatan langsung (Kaya dkk., 2016; Saurí dkk.,
amilum masih memberikan hasil 2014). Berdasarkan hal itu perlu
kerapuhan dan kekerasan yang buruk dilakukan penelitian lebih lanjut terkait
pada tablet, sedangkan persyaratan suatu formulasi dan evaluasi tablet kaptopril
sediaan tablet harus memiliki tingkat menggunakan amilum yang dimodifikasi
kerapuhan dan kekerasan yang baik dengan HPMC sebagai pengisi dan
(Nguyen dkk., 2013; Radojevic dan pengikat pada metode kempa langsung.
Zavaliangos, 2017). Untuk memperbaiki
hal itu maka dapat dilakukan modifikasi Tujuan Penelitian
fisika dengan pregelatinasi dan ko-proses Tujuan penelitian ini adalah untuk
terhadap amilum (Awaluddin dkk., 2017; memformulasi dan menguji efektivitas
Ortega-Toro dkk., 2014). amilum termodifikasi sebagai bahan
Pregelatinasi yang dilanjutkan dengan pengisi tablet kaptopril dengan metode
ko-proses terhadap amilum, dapat kempa langsung.
melibatkan polimer seperti HPMC
maupun Na-CMC. Proses ini tidak Metode Penelitian
mengakibatkan perubahan kimia dan Bahan
terjadi perubahan sifat fisik dari partikel Bahan-bahan yang digunakan adalah
(Kusuma dkk., 2014, 2017). Polimer umbi talas (Colocasia esculenta (L.)
yang ditambahkan secara ko-proses Schott) didapatkan dari pedagang di
digunakan untuk meningkatkan daya ikat pasar Pakem, Sleman, Yogyakarta yang
amilum (Lawal dkk., 2015; Nnamani dan diperoleh pada tanggal 20 Februari 2017,
Okonkwo, 2017). Penelitian sebelumnya kaptopril (Phapros), mikrokristalin
belum dilakukan formulasi dan evaluasi selulosa (MCC) PH 102 (Asahi Kasei),
pada tablet (Awaluddin dkk., 2017). HPMC K15, primojel, airosil (PT.
Maka dari itu penelitian ini dilakukan Brataco) dan magnesium stearat (Peter
formulasi tablet untuk menguji sejauh Greven).

Formulasi dan Evaluasi Tablet Kaptopril Menggunakan Amilum Umbi Talas dan HPMC yang
Dimodifikasi sebagai Pengisi dan Pengikat Metode Kempa Langsung

(Ahmad Sastra Kelana, Aris Perdana Kusuma, Oktavia Indrati) 9


Eksakta: Jurnal Ilmu-ilmu MIPA p. ISSN: 1411-1047
e. ISSN: 2503-2364

Ekstraksi dan Ko-Proses dipanaskan sebanyak 100 mL. Larutan


Amilum umbi talas dikupas dari kulit HPMC dan larutan amilum kemudian
luar, kemudian dipotong hingga kecil dan ditambahkan ke dalam satu wadah dan
ditambahkan garam dapur (NaCl) dihomogenkan menggunakan mixer.
sebanyak 100 gram / kilogram, kemudian Hasil campuran kedua larutan tersebut
umbi talas diparut. Hasil parutan dipindahkan ke dalam wadah dan
ditambahkan air satu setengah bagian dikeringkan di oven dengan suhu tidak
atau lebih banyak dari hasil parutan, lebih dari 45°C hingga membentuk massa
kemudian disaring dengan kain berpori basah. Massa basah diayak dengan
kecil hingga mengeluarkan air berwarna ayakan mesh 20, 30, 40 50, dan 60,
putih atau eksudat dari talas. Air hasil kemudian dikeringkan kembali hingga
perasan kemudian didiamkan selama kadar air menjadi 5% (Awaluddin dkk.,
1x24 jam hingga mengendap, air 2017).
dibagian atas lapisan endapan dibuang
hingga tersisa hanya endapan. Endapan Pembuatan Tablet
kemudian di oven dengan suhu tidak Pembuatan tablet kaptopril
lebih dari 45°C hingga kering dan menggunakan metode kempa langsung
menjadi amilum. Amilum talas kemudian dengan mesin kempa single punch
digerus hingga berbentuk serbuk (Korsch). Kempa langsung memiliki
(Awaluddin dkk., 2017; Zhang dkk., keuntungan sebagai cara produksi tablet
2017). yang paling mudah dan efisien (Bejugam
Sebelum ditambahkan, HPMC dkk., 2015; Järvinen dkk., 2013; Meeus,
terlebih dahulu dikembangkan dengan air 2011). Penelitian ini menggunakan
(Aho dkk., 2017). Penelitian ini amilum talas hasil pregelatinasi sebagai
menggunakan HPMC 3% atau 3 gram bahan pengisi (Tabel 1).
ditambahkan dengan 100 mL aquades.
Setelah ditambahkan aquades yang telah Evaluasi Serbuk
didinginkan, HPMC dihomogenkan Evaluasi serbuk yang dilakukan
menggunakan mixer dan didiamkan adalah uji waktu alir dan sudut diam. Uji
hingga mengembang sempurna. ini dilakukan untuk mengukur kecepatan
Disiapkan amilum sebanyak 40 gram dan alir serbuk melalui corong (Ketterhagen,
dilarutkan dengan air yang telah 2015; Saifullah dkk., 2016).

Formulasi dan Evaluasi Tablet Kaptopril Menggunakan Amilum Umbi Talas dan HPMC yang
Dimodifikasi sebagai Pengisi dan Pengikat Metode Kempa Langsung

(Ahmad Sastra Kelana, Aris Perdana Kusuma, Oktavia Indrati) 10


Eksakta: Jurnal Ilmu-ilmu MIPA p. ISSN: 1411-1047
e. ISSN: 2503-2364

Tabel 1. Formulasi Tablet Kaptopril dengan Pengisi Amilum Termodifikasi


Bahan Formula I Formula II Formula III Formula IV Formula V
(mg) (mg) (mg) (mg) (mg)
Kaptopril 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5
MCC PH-102 122 73,2 61 48,8 0
Amilum modifikasi 0 48,8 61 73,2 122
Primojel 12 12 12 12 12
Aerosil 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
Magnesium stearat 2 2 2 2 2
Total 150 150 150 150 150

Sejumlah serbuk digunakan dalam uji ini. menit dan dibandingkan dengan bobot
Sebanyak 60 gram serbuk sampel sebelumnya (Anonim, 2016).
dimasukkan ke dalam corong uji waktu alir. Uji keragaman bobot dilakukan
Tutup corong dibuka sehingga serbuk dengan menggunakan 20 tablet yang
keluar corong dan jatuh ke bidang datar diambil acak, lalu ditimbang satu persatu.
dan dihitung waktu alirnya menggunakan Rerata penimbangan ditentukan
stopwatch. Dicatat waktu yang kemudian dihitung persentase
diperlukan untuk mengalirkan serbuk penyimpangan tiap bobot tabletnya.
melalui corong dan dihitung diameter dan Selanjutnya dilakukan uji keragaman
tinggi tumpukan granul. ukuran terhadap 20 tablet. Pengukuran
diameter dan ketebalan tablet
Evaluasi Tablet menggunakan jangka sorong.
Uji kekerasan dilakukan terhadap Uji waktu hancur dilakukan dengan
tablet yang telah dikempa. Sebanyak 20 memasukkan lima buah tablet ke dalam
tablet dimasukkan ke alat uji kekerasan alat uji (Erweka). Setiap lubang diisi satu
(Vanguard YD-2) satu-persatu. tablet. Alat dijalankan sampai semua
Pengukuran berhenti ketika tablet pecah fraksi pecahan tablet melewati ayakan
dan kekerasannya dibaca pada alat yang terletak pada bagian bawah alat dan
(Anonim, 2014). dicatat waktu yang diperlukan sebagai
Uji kerapuhan dilakukan terhadap 20 waktu hancur tablet (Anonim, 2016).
tablet dan dibebasdebukan. Setelah itu Uji disolusi dilakukan dengan alat uji
ditimbang seksama lalu dimasukkan ke Erweka DT 706 aparatus 2 dengan tipe
alat uji kerapuhan (Erweka TA-100/TA- dayung. Tablet dimasukkan ke dalam alat
200). Pengujian dilakukan selama empat disolusi yang berisi HCL 0,1 N sebanyak
menit pada kecepatan 25 putaran per 900 mL pada suhu 37oC dengan

Formulasi dan Evaluasi Tablet Kaptopril Menggunakan Amilum Umbi Talas dan HPMC yang
Dimodifikasi sebagai Pengisi dan Pengikat Metode Kempa Langsung

(Ahmad Sastra Kelana, Aris Perdana Kusuma, Oktavia Indrati) 11


Eksakta: Jurnal Ilmu-ilmu MIPA p. ISSN: 1411-1047
e. ISSN: 2503-2364

Tabel 2. Evaluasi Serbuk dengan Pengisi Amilum Termodifikasi


Formula Waktu Alir (detik) Sudut Diam ( o ) Kecepatan alir (g/detik)
I 2,1 ± 0,1 24,69 ± 0,54 28,1 ± 0,8
II 3,1 ± 0,1 24,59 ± 0,24 19,2 ± 0,3
III 4,1 ± 0,1 22,54 ± 0,61 14,5 ± 0,2
IV 4,4 ± 0,1 25,20 ± 0,25 13,5 ± 0,2
V 5,4 ± 0,1 21,23 ± 0,40 11,0 ± 0,1

Tabel. 3 Evaluasi Sifat Fisik Tablet Kaptopril dengan Pengisi Amilum Termodifikasi
Bobot rata- Keragaman Ukuran (mm) Kekerasan Kerapuhan Waktu Hancur
Formula
rata (mg) Diameter Tebal (kg) (%) (menit)
I 152,3±1,34 8,09±0,008 2,73±0,05 5,27±0,23 0,32±0,21 0,12±0,01
II 154,4±1,35 8,09±0,027 2,49±0,01 4,92±0,25 0,29±0,27 1,34±0,12
III 151,6±2,74 8,07±0,010 2,38±0,08 5,57±0,36 0,17±0,07 2,51±0,52
IV 148,4±1,14 8,05±0,009 2,37±0,10 4,87±0,20 0,16±0,03 13,10±0,44
V 148,9±1,29 8,10±0,013 2,39±0,03 2,81±0,16 0,17±0,06 >15,00

Evaluasi Tablet Uji Keragaman Ukuran


Uji Keragaman Bobot Pengujian keragaman ukuran
Hasil uji bobot ditampilkan pada dilakukan dengan pengukuran diameter
Tabel 3. Tablet yang dihasilkan sudah dan ketebalan tablet. Secara umum
memenuhi persyaratan. Hasil evaluasi ukuran tablet seluruh formula, baik itu
dari uji keragaman bobot tersebut diameter maupun ketebalan telah
ditunjukkan dengan perolehan nilai CV seragam.
dari kelima formula kurang dari 5% dan
tidak ada tablet yang bobotnya Uji Kekerasan
menyimpang lebih dari 7,5%. Selain itu Seluruh formula, kecuali formula V,
berdasarkan nilai SD dari kelima formula memiliki rentang kekerasan tablet 4-6 kg.
menunjukkan hasil pengukuran bobot Kekerasan tablet diatur sedemikian rupa
tablet hampir dikatakan seragam, karena agar tahan terhadap tekanan dan
eksipien dari kelima formula terutama goncangan mekanik, namun juga dapat
amilum modifikasinya memiliki bentuk segera hancur begitu kontak dengan air.
granul yang sama sehingga ketika di Hasil uji kekerasan menunjukan
lakukan proses kempa, serbuk yang bahwa kelima formula memiliki
masuk dari hopper menuju lubang die perbedaan hasil kekerasan pada tiap
bobotnya sama.

Formulasi dan Evaluasi Tablet Kaptopril Menggunakan Amilum Umbi Talas dan HPMC yang
Dimodifikasi sebagai Pengisi dan Pengikat Metode Kempa Langsung

(Ahmad Sastra Kelana, Aris Perdana Kusuma, Oktavia Indrati) 13


Eksakta: Jurnal Ilmu-ilmu MIPA p. ISSN: 1411-1047
e. ISSN: 2503-2364

formula dengan menggunakan tekanan HPMC yang merupakan polimer dengan


kempa yang sama. Hasil tersebut daya ikatan yang kuat. Proses
menunjukkan bahwa variasi konsentrasi penambahan HPMC pada amilum
amilum hasil pregelatinasi dengan MCC melibatkan air yang dapat mengaktifkan
PH 102 mempengaruhi kekerasan tablet. daya ikat dan meningkatkan kekuatan
Hasil pengujian menunjukkan bahwa polimernya (Hazarika dan Sit, 2016).
MCC PH 102 lebih dominan dalam
meningkatkan kompaktibilitas tablet, Uji Waktu Hancur
yang diwakili oleh nilai kekerasan. MCC Hasil pengujian waktu hancur tablet
sendiri, baik itu PH 102, 101, maupun seluruhnya dibawah 15 menit, kecuali
seluruh variannya yang merupakan formula V. Pengujian ini bertujuan untuk
modifikasi selulosa, memang dikenal memprediksi kemampuan terdisintegrasi
memiliki kompaktibilitas yang sangat tablet kaptopril dalam cairan lambung
tinggi dibandingkan pengisi lainnya maupun usus.
(Edge dkk., 2000; Krok dkk., 2017). Formula V memiliki waktu hancur
Sementara itu, formula V dengan hanya yang lama dikarenakan HPMC yang ada
amilum ko-proses sebagai pengisi, hanya dalam amilum ko-proses akan
menghasilkan kekerasan yang rendah. membentuk lapisan hidrogel jika
berinteraksi dengan pelarut atau cairan.
Uji Kerapuhan Hal ini menyebabkan lamanya waktu
Kelima formula tersebut sudah hancur dan memperlambat waktu
memenuhi kriteria pada uji kerapuhan pelepasan obat (Larsson dkk., 2017).
yaitu di bawah 1%. Hasil tersebut Formula V hanya terdapat amilum
menunjukkan bahwa amilum modifikasi modifikasi dan tidak ada MCC PH 102.
yang ditambahkan HPMC dapat Sementara itu, pada formula yang lain
meningkatkan kompaktibilitas tablet. terdapat MCC PH 102 yang membantu
Walaupun MCC PH 102 berpengaruh disintegrasi tablet karena selain fungsinya
signifikan pada peningkatan nilai sebagai pengisi, bahan tersebut juga
kekerasannya, tetapi nilai kerapuhan bertindak sebagai disintegran. Hal itu
yang dihasilkan sebanding dengan dibuktikan dengan waktu hancur pada
amilum termodifikasi. Hal ini formula I yang sangat cepat karena tidak
kemungkinan disebabkan oleh adanya ada penggunaan amilum termodifikasi.

Formulasi dan Evaluasi Tablet Kaptopril Menggunakan Amilum Umbi Talas dan HPMC yang
Dimodifikasi sebagai Pengisi dan Pengikat Metode Kempa Langsung

(Ahmad Sastra Kelana, Aris Perdana Kusuma, Oktavia Indrati) 14


Eksakta: Jurnal Ilmu-ilmu MIPA p. ISSN: 1411-1047
e. ISSN: 2503-2364

Mekanisme MCC PH 102 yang juga Tabel 4. Hasil Uji Kadar Kaptopril dengan
Pengisi Amilum Termodifikasi
berperan sebagai penghancur dengan cara
Formula Kadar kaptopril (%)
mengembang dan menyerap air sehingga I 96,67 ± 0,57
memberikan kontribusi pada peningkatan II 95,45 ± 0,99
III 97,88 ± 1,71
waktu disintegrasi tablet (Edge dkk., IV 95,53 ± 0,73
V 98,94 ± 0,80
2000).

Penetapan Kadar Kaptopril Uji Disolusi


Penetapan kadar bahan aktif dalam Uji disolusi dilakukan untuk

tablet dimaksudkan untuk mengetahui mengetahui kadar kaptopril yang terlarut

jumlah kaptopril yang terdapat dalam pada waktu tertentu. Kriteria untuk

setiap tablet dan memastikan ketepatan persen disolusi agar tablet memenuhi

kadarnya sesuai dengan persyaratan. syarat yaitu kadar obat terlarut dalam
waktu 20 menit harus larut tidak kurang
Tablet kaptopril dipersyaratkan
dari 80% (Anonim, 2016). Data dan
mengandung tidak kurang dari 90% dan
grafik hasil disolusi tablet dapat dilihat
tidak lebih dari 110% jumlah kaptopril
pada Gambar 1.
(Anonim, 2016). Seluruh formula
Hasil uji disolusi formula I-IV telah
diperoleh hasil penetapan kadar sesuai
memenuhi persyaratan, yakni terdisolusi
dengan persyaratan (Tabel 4). Tidak
tidak kurang dari 80% dalam waktu 20
terdapat pengaruh bahan pengisi terhadap
menit.
perolehan kadar.

100

80
FI
Disolusi (%)

60 F II
F III
40 F IV
FV
20

0
0 5 10 15 20 25 30
Waktu (menit)

Gambar 1. Grafik Hasil Uji Disolusi Tablet Kaptopril dengan Pengisi Amilum Termodifikasi

Formulasi dan Evaluasi Tablet Kaptopril Menggunakan Amilum Umbi Talas dan HPMC yang
Dimodifikasi sebagai Pengisi dan Pengikat Metode Kempa Langsung

(Ahmad Sastra Kelana, Aris Perdana Kusuma, Oktavia Indrati) 15


Eksakta: Jurnal Ilmu-ilmu MIPA p. ISSN: 1411-1047
e. ISSN: 2503-2364

Formula V tidak memenuhi persyaratan Anonim, 2016, The United States


Pharmacopeia 39-The National
karena dibawah 80%. Hasil ini
Formulary 34.
dimungkinkan karena formula V yang
Awaluddin, R., Prasetya, A. W.,
bahan pengisinya hanya amilum Nugraha, Y., Suweleh, M. F.,
termodifikasi, memiliki lapisan hidrogel Kusuma, A. P. dan Indrati, O., 2017,
Physical modification and
yang menyebabkan susahnya medium characterization of starch using
disolusi menembus tablet sehingga pregelatinization and co-process of
various tubers from Yogyakarta as
menghambat proses pelarutan bahan an excipient, AIP Conference
aktifnya (Caccavo dkk., 2017). Proceedings, 1823.
Bejugam, N. K., Mutyam, S. K. dan
Shankar, G. N., 2015, Tablet
Kesimpulan formulation of an active
Berdasarkan penelitian ini, dapat pharmaceutical ingredient with a
sticking and filming problem: direct
disimpulkan bahwa formula III yang compression and dry granulation
mengandung amilum modifikasi : MCC evaluations, Drug Development and
Industrial Pharmacy, 41, 333–341.
PH 102 (50:50) memiliki sifat fisik tablet
yang paling baik. Penelitian ini juga Caccavo, D., Lamberti, G., Barba, A. A.,
Abrahmsén-Alami, S., Viridén, A.
menunjukkan bahwa amilum dan Larsson, A., 2017, Effects of
termodifikasi dapat digunakan sebagai HPMC substituent pattern on water
up-take, polymer and drug release:
alternatif pengisi tablet kempa langsung, An experimental and modelling
walaupun masih harus dikombinasikan study, International Journal of
Pharmaceutics, 528, 705–713.
dengan pengisi lainnya.
Edge, S., Steele, D. F., Chen, A., Tobyn,
M. J. dan Staniforth, J. N., 2000,
Daftar Pustaka The mechanical properties of
compacts of microcrystalline
Aho, J., Halme, A., Boetker, J., Water, J. cellulose and silicified
J., Bohr, A., Sandler, N., Rantanen, microcrystalline cellulose,
J. dan Baldursdottir, S., 2017, The International Journal of
effect of HPMC and MC as pore Pharmaceutics, 200, 67–72.
formers on the rheology of the
implant microenvironment and the Hazarika, B. J. dan Sit, N., 2016, Effect
drug release in vitro, Carbohydrate of dual modification with
Polymers, 177, 433–442. hydroxypropylation and cross-
linking on physicochemical
Anonim, 2014, Farmakope Indonesia properties of taro starch,
edisi V, Departemen Kesehatan Carbohydrate Polymers, 140, 269–
Republik Indonesia, Jakarta. 278.

Formulasi dan Evaluasi Tablet Kaptopril Menggunakan Amilum Umbi Talas dan HPMC yang
Dimodifikasi sebagai Pengisi dan Pengikat Metode Kempa Langsung

(Ahmad Sastra Kelana, Aris Perdana Kusuma, Oktavia Indrati) 16

Anda mungkin juga menyukai