Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

CARA PRODUKSI SEDIAAN TABLET SALUT ENTERIK YANG BAIK


Dosen : Prof. Dr. Teti Indrawati, MS.Apt

DisusunOleh :

YENI DWIRATNA CAHAYANI 17340151


RISSA RIANI 17340152

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tablet merupakan cara yang paling terkenal dalam pemberian suatu obat untuk
penggunaan secara oral,yang lebih nyaman digunakan dan mempermudah identifikasi serta
bahan pengisi atau zat padat, (misalnya Talk) untuk mencegah agar selama penyalutan tablet
tidak lengket.
Teknologi tablet salut saat ini menjadi umum digunakan dalam sistem penghantaran
obat. Jenis tablet yang dikembangkan yaitu tablet salut enterik. Salut Enterik adalah tablet
lepas tunda jika obat dapat rusak atau inaktif karena cairan lambung atau dapat mengiritasi
mukosa lambung, diperlukan penyalut enterik yang bertujuan untuk menunda pelepasan obat
sampai tablet melewati lambung. Obat-obat ini perlu dilapisi dengan salut enterik dengan
tujuan untuk melindungi inti tablet sehingga tidak hancur pada lingkungan asam lambung,
mencegah kerusakan bahan aktif yang tidak stabil pada pH rendah, melindungi lambung dari
efek iritasi dari obat tertentu dan untuk memfasilitasi penghantaran obat yang diabsorpsi di
usus. Salut enterik modern biasanya diformulasikan dengan polimer sintetik yang
mengandung gugus fungsional yang dapat terisolasi yang membentuk polimer larut air pada
nilai PH tertentu.
Kebanyakan produk enterik berada dalam bentuk tablet, telah ditunjukan bahwa tablet
salut enterik dipengaruhi secara signifikan oleh perjalanan dalam saluran cerna. Fokus tablet
mulai bergeser pada penggunaan tablet atau granul salut enterik yang dapat membentuk
produktifitas yang lebih besar (berkaitan dengan pelepasan dan absorbsi zat aktif).
Cara Pembuatan Obat yang baik (CPOB) adalah pedoman pembuatan obat bagi
industri farmasi di Indonesia yang bertujuan untuk menjamin mutu obat yang dihasilkan
senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan dan sesuai dengan tujuan
penggunaannya. Mutu suatu obat tidak dapat ditentukan berdasarkan pemeriksaan produk
akhir saja, melainkan harus dibentuk kedalam produk selama keseluruhan proses pembuatan.
CPOB mencakup seluruh aspek produksi mulai dari personalia, dokumentasi, bangunan,
peralatan, manajemen mutu, produksi, sanitasi dan higiene, pengawasan mutu, penanganan
keluhan, penarikan obat dan obat kembalian, validasi dan kualifikasi serta analisis kontrak

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara pembuatan sediaan tablet salut enterik yang baik?


2. Bagaimana persyaratan produksi sediaan tablet salut enterik yang baik?

1.3 Tujuan

1. Untuk memahami cara pembuatan sediaan tablet salut enterik yang baik
2. Untuk memahami persyaratan produksi sediaan tablet
BAB II
TINJUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Tablet Salut Enterik (enteric-coated tablet)


Tablet salut enterik atau lepas tunda menurut FI edisi III adalah tablet yang disalut
dengan zat penyalut yang relatif tidak larut dalam asam lambung, tetapi larut dan hancur
dalam lingkungan basa usus halus.

2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan tablet salut enterik ini adalah :
1. Mempertahankan kerja zat aktif yang tidak stabil apabila terlepas pada lingkungan asam
lambung.
2. Mengurangi atau meminimalkan rasa mual, muntah atau pendarahan yang terjadi karena
zat aktif mengiritasi selaput lendir lambung.
3. Mencegah kerusakan zat aktif oleh enzim lambung atau oleh keasaman cairan lambung.

2.3 Keuntungan Dan Kerugian Tablet Salut Enterik


Keuntungan sediaan tablet salut enterik :
1. Salut enterik memberikan aksi penundaan pelepasan
2. Salut enterik melindungi tablet dari lembab
3. Salut enterik melepaskan obat di usus
4. Memperpanjang durasi pelepasan obat untuk obat-obat yang efek farmakologinya
diharapkan cukup lama
5. Mencegah pelepasan obat pada lambung yang dapat mengiritasi lambung

Kerugian sediaan tablet salut enteric :


1. Tidak dapat di gerus
2. Pembuatannya termasuk rumit
3. Biaya produksi lebih tinggi sehingga harga obat lebih mahal.
4. Ukuran tablet kemungkinan lebih besar.

2.5 Komponen Tablet Salut Enterik


Komponen tablet atau formulasi tablet kempa terdiri atas zat aktif, bahan pengisi,
bahan pengikat, desintegran dan lubrikan, dapat juga mengandung bahan pewarna dan lak
(bahan pewarna yang diabsorpsikan pada alumunium hidroksida yang tidak larut) yang
diizinkan, bahan pengaroma dan bahan pemanis.
1. Zat aktif : harus memenuhi syarat yang ditentukan farmakope
2. Eksipien atau bahan tambahan
a. Bahan pengisi (diluent) berfungsi untuk memperbesar volume massa agar mudah
dicetak atau dibuat. Bahan pengisi ditambahkan jika zat aktifnya sedikit atau sulit
dikempa. Misalnya laktosa, pati, kalsium fosfat dibase, dan selulosa mikrokristal.
b. Bahan pengikat (binder) berfungsi memberikan daya adhesi pada massa serbuk
sewaktu granulasi serta menambah daya kohesi pada bahan pengisi, misalnya gom
akasia, gelatin, sukrosa, povidon, metilselulosa, CMC, pasta pati terhidrolisis, selulosa
mikrokristal.
c. Bahan penghancur/pengembang (disintegrant) berfungsi membantu hancurnya tablet
setelah ditelan. Misalnya pati, pati dan selulosa yang dimodifikasi secara kimia, asam
alginate, selulosa mikrokristal, dan povidon sambung-silang.
d. Bahan pelican (lubrikan/lubricant) berfungsi mengurangi gesekan selama proses
pengempaan tablet dan juga berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada
cetakan. Misalnya senyawa asam stearat dengan logam, asam stearat, minyak nabati
terhidrogenasi, dan talk. Umumnya lubrikan bersifat hidrofob, sehingga dapat
menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu, kadar lubrikan
yang berlebih harus dihindari. PEG dan garam laurel sulfat dapat digunakan, tetapi
kurang memberikan daya lubrikasi yang optimal dan diperlukan dalam kadar yang
lebih tinggi.
e. Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalir serbuk,
umumnya digunakan dalam kempa langsung tanpa proses granulasi. Misalnya silica
pirogenik koloidal.
f. Bahan penyalut (coating agent): (lihat pada jenis bahan penyalut)
3. Ajuvan. Ajuvan adalah bahan tambahan yang tidak mempengaruhi kerja dari suatu obat.
a. Bahan pewarna (colouring agent) dan lak berfungsi meningkatkan nilai estetika atau
untuk identitas produk. Misalnya zat pewarna dari tumbuhan.
b. Bahan pengaroma (flavour) berfungsi menutupi rasa dan bau zat khasiat yang tidak
enak (misalnya tablet isap penisilin), biasanya digunakan untuk tablet yang
penggunaannya lama di mulut. Misalnya macam-macam minyak atsiri.

2.5 Sifat-Sifat Bahan Tablet Salut Enterik


1. Tahan terhadap cairan lambung
2. Rentan terhadap cairan usus dan permeable terhadap cairan usus.
3. Dapat bercampur dengan sebagian besar komponen larutan penyalut dan bahan dasar
obat
4. Stabil dalam bentuk tunggalnya atau di dalam larutan penyalut, lapisan tipis ini tidak
mudah berubah dalam penyimpanan
5. Membentuk lapisan tipis
6. Tidak toksik dan biaya murah
7. Mudah dipakai tanpa harus menggunakan alat khusus
8. Dapat dengan mudah di cetak, atau lapisan tipis dapat digunakan pada tablet yang tidak
ditata.

2.6 Syarat Tablet Salut Enterik


1. Keseragaman ukuran (FI ed. III)
Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali tebalnya tablet.
2. Keseragaman Bobot (FI ed III) dan Keseragaman sediaan (FI ed. IV)
a. Ditimbang 20 tablet dan dihitung bobit rata-ratanya
b. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari
bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom “A” dan tidak boleh
ada satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga
dalam kolom “B”.
c. Jika perlu dapat diulang dengan 10 tablet dan tidak boleh ada satu tablet pun yang
bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam kolom
“A” maupun kolom “B”.
3. Waktu Hancur dan Disolusi / Desintegration (FI ed. III dan FI ed. IV)
Memasukkan 5 tablet (menurut FI ed. III) atau 6 tablet (menurut FI ed. IV) ke
dalam keranjang, turun-naikkan keranjang secara teratur 30 kali tiap menit. Tablet
dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kasa, kecuali
fragmen berasal dari zat penyalut. Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk
menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan
tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan bersalut selaput.
Lakukan pengujian waktu hancur menggunakan alat dan menurut cara tersebut di
atas, air diganti dengan lebih kurang 250 ml asam klorida (HCl) 0.06 N. Pengerjaan
dilakukan selama 3 jam, tablet tidak larut kecuali zat penyalut. Angkat keranjang, cuci
segera tablet dengan air. Ganti larutan asam dengan larutan dapar pH 6,8 atur suhu antara
36° dan 38°, celupkan keranjang ke dalam larutan tersebut.
Lanjutkan pengujian selama 60 menit. Pada akhir pengujian tidak terdapat bagian tablet
di atas kasa kecuali fragmen zat penyalut. Jika tidak memenuhi syarat ini, ulangi
pengujian menggunakan 5 tablet dengan cakram penutun. Dengan cara pengujian ini,
tablet harus memenuhi syarat diatas.
4. Kekerasan Tablet/Hardness Tester (FI ed. III)
Pengukuran kekerasan tablet digunakan untuk mengetahui kekerasannya, agar
tablet tidak terlalu rapuh atau terlalu keras. Kekerasan tablet ini erat hubungannya dengan
ketebalan tablet, bobot tablet dan waktu hancur tablet. Alat yang digunakan untuk
pengukuran kekerasan tablet adalah Hardness tester atau dengan tiga jari tangan.
5. Keregasan Tablet (Friability)
Friability adalah persen bobot yang hilang setelah tablet diguncang. Penentuan
keregasan atau kerapuhan tablet dilakukan terutama pada waktu tablet akan dilapis
(coating). Alat yang digunakan disebut Friability tester.

Caranya :
Bersihkan 20 tablet dari debu, kemudian ditimbang (W1 gram), masukkan tablet ke
dalam alat, putar alat tersebut selama 4 menit (kecepatan 20 rpm), keluarkan tablet,
bersihkan dari debu, dan ditimbang (W2 gram), kerapuhan tablet yang didapat adalah
W1 - W2 / W1 x 100%, batas kerapuhan yang diperbolehkan maksimal 0,8%

2.7 Pengemasan
Persyaratan untuk sediaan tablet :
1. Dapat melindungi tablet dari udara
2. Terlindung dari cahaya
3. Dapat melindungi dari kerusakan yang diakibatkan oleh benda asing dari luar kemasan
4. Didesain bahannya tidak akan keluar sebelum dibuka
5. Disertai dengan bentuk dan ukuran yang dapat diterima dengan mudah oleh pasien agar
mudah membuka dan menggunakannya.
6. Pasien dapat mengetahui dengan benar sediaannya dan pemberian label pada kemasan
harus jelas, seperti bentuk sediaan karakteristik khusus dari bentuk sediaan harus
disebutkan dalam label, contohnya sediaan lepas lambat.
7. Tertera dalam etiket kandungan dosis yang terdapat dalam tablet, tempat penyimpanan,
nama tablet/ nama zat berkhasiat, jumlah zat dan tanggal kadaluarsa tablet.

2.8 Aspek CPOB


Dalam pembuatan sediaan tablet salut enterik harus sesuai dengan CPOB karena setiap
pembuatan obat harus memenuhi standar keamanan yang telah di tetapkan. CPOB
menerapkan 12 aspek yang harus dipenuhi dalam produksi obat.

1. Manajemen Mutu
Manajemen yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan melalui system
kebijakan mutu, yang memerlukan partisipasi dan komitmen jajaran di semua
Departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor.
2. Personalia
Setiap personil yang telah memiliki kompeten di bidangnya masing-masing. tiap
personil hendaknya memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat. Untuk
personal kunci dalam produksi yaitu mencakup kepala bagian produksi, kepala bagian
pengawasan mutu (QC) dan kepala bagian manajemen mutu (QA).
3. Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain, konstruksi
dan tata letak yang memadai. Area bangunan dan fasilitas produksi sediaan cream harus
memenuhi standar CPOB yaitu : penerimaan bahan, karantina barang masuk,
penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas, penimbangan dan penyerahan bahan atau
produk, pengolahan, pencucian peralatan, penyimpanan peralatan, penyimpanan produk
ruahana, pengemasan, karantina produk jadi sebelum memperoleh pelulusan akhir,
pengiriman produk, laboratorium pengawasan mutu.
4. Peralatan
Peralatan untuk pembuatan sediaan tablet salut enterik hendaklah memiliki desain dan
kontruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dengan tepat. Produksi
tablet salut enterik dibuat dengan cara granulasi basah dan kering kemudian dilakukan
pencampuran bahan zat aktif dan bahan tambahan, kemudian dilakukan pencetakkan.
5. Sanitasi dan hygiene
Tingkat sanitasi dan hygiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap aspek
pembuatan obat. Dimulai dari sanitasi dan hygiene personil yang masuk ke area
pembuatan sediaan tablet salut enterik agar tidak terjadi kontaminasi silang pada saat
dilakukannya produksi. Sanitasi bangunan dan fasilitas hendaklah memiliki sarana toilet
yang cukup, tempat penyimpanan pakaian dan barang, tempat sampah. Sanitasi dan
hygiene peralatan hendaklah dibersihkan bagian luarnya maupun bagian dalam sesuai
dengan SOP, metode pembersihan dengan cara vakum atau cara basah.
6. Produksi
Produksi sediaan tablet salut enterik haruslah dilaksanakan sesuai prosedur CPOB,
dimulai dari personil yang berkompeten, penanganan bahan dan produk jadi,
pemeriksaan bahan, kerusakan wadah, karantina bahan dan produk jadi, penerimaan
produk antara dan produk ruahan, penyimpanan bahan dan produk jadi, label pada
wadah, penyimpangan terhadap instruksi atau prosedur, akses ke fasilitas produksi
hendaklah dibatasi.
7. Pengawasan mutu
Pada produksi obat pengawasan mutu merupakan bagian yang paling essensial dari
CPOB, pengawasan mutu mencakup pengembalian sampel, spesifikasi, pengujian serta
termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan, bahan yang tidak diluluskan
hingga telah memenuhi persyaratan.

8. Inspeksi diri, audit mutu dan audit & persetujuan pemasok


Dalam produksi obat yang menggunakan CPOB harus lah selalu melakukan inspeksi diri
guna mengevaluasi semua aspek produksi dan pengawasan mutu telah memenuhi
ketentuan CPOB. Aspek yang harus di evaluasi adalah personalia, bangunan dan
fasilitas, perawatan bangunan dan peralatan, penyimpanan semua bahan, peralatan,
pengolahan dan pengawasan selama produksi, pengawasan mutu, dokumentasi, sanitasi
dan hygiene, program validasi dan revalidasi, kalibrasi alat, prosedur penarikan obat
kembali, penanganan keluhan, pengawasan label, dan hasil inspeksi diri sebelum dan
setelah tindakan.
9. Penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kembali produk
Setiap produksi kemungkinan terjadi kerusakan obat maka dari itu harus dilakukan
penanganan keluhan dari masyarakat yang dilakukannya penarikan kembali produk.
10. Dokumentasi
Dokumentasi dalam proses produksi yang perlu dilakukan yaitu spesifikasi, spesifikasi
bahan awal, spesifikasi bahan pengemas, spesifikasi bahan antara dan ruahan, spesifikasi
produk jadi.
11. Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak
Setiap pembuatan dan analisis produksi sediaan tablet salut enterik hendaklah
menggunakan kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat
secara jelas, kontrak harus jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk di edarkan
yang menjadi tanggunga jawab penuh QA.
12. Kualifikasi dan validasi
Kualifikasi pada produksi pada sediaan cream terdiri dari kualifikasi desain, kluafikasi
instalasi, kualifikasi operasional, kualifikasi kinerja. Validasi proses produksi sediaan
cream meliputi validasi prospektif, validasi konkuren, validasi retrospektif.
2.9 Alur Kerja Sumber Daya Manusia

Alur kerja personil dalam proses produksi sediaan tablet salut enterik dimulai dari
manufacturing dengan melihat permintaan marketing dan stock oleh bagian QA, lalu setelah
melihat permintaan marketing dan stock oleh bagian QA, lalu setelah melihat permintaan
marketing dan stock dilakukan proses rencana produksi dan control persediaan, kemudian
QA melakukan melakukan proses rencana produksi untuk dilakukan pembelian oleh QC
dalam proses control. Pesanan yang dibeli datang kemudian masuk dalam penyimpanan
ruang bahan baku, bagian QC menerima dan dilakukan karantina oleh bagian produksi,
karantina dilakukan untuk pemeriksaan secara umum., keutuhan wardah dan segelnya,
adanya kerusakan bahan dan kesesuaian catatan pengiriman dengan label pemasok. Setelah
selesai dikarantina dan diseleksi maka bahan baku ditimbang untuk pencampuran, setelah
dilakukan karantina kembali, produk antara dilakukan pengisisan dalam tablet dengan
jumlah besar dan dilakukan karantina oleh QC dan bagian produksi, kemudian dilakukan
pengemasan yang selanjutnya di masukkan ke dalam penyimpanan produk jadi dan
dikarantina kembali sehingga produk siap diedarkan.
Kualifikasi SDM bagian produksi tablet salut enterik harus sesuai dengan personalia
sesuai CPOB yang meliputi :
1. QA (Quality Assurance)
Dibutuhkan kualifikasi minimal S2 Apoteker sebanyak 2 orang minimal pengalaman
kerja 2 tahun di bagian QC
2. QC (Quality Control)
Dibutuhkan kualifikasi minimal S1 Apoteker sebanyak 2 orang minimal pengalaman
kerja 2 tahun di bagian di bagian produksi
3. Produksi
Dibutuhkan kualifikasi minimal D3 Farmasi sebanyak 2 orang minimal pengalaman
kerja 1 tahun di bagian produksi
4. Packaging
Dibutuhkan kualifikasi Minimal SMA sederajat sebanyak 100 orang

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pembuatan sediaaan tablet salut enterik menurut CPOB

Dalam pembuatan sediaan tablet salut enterik harus sesuai dengan CPOB karena setiap
pembuatan obat harus memenuhi standar keamanan yang telah di tetapkan dan produk steril
hendaklah dibuat dengan persyaratan khusus dengan tujuan memperkecil resiko pencemaran
mikroba. CPOB menerapkan aspek-aspek yang harus dipenuhi dalam produksi obat tablet
salut enterik :

1. Ruang Bersih dan Sarana Udara Bersih


Pembuatan produk steril hendaklah dilakukan di area bersih, memasuki area ini
hendaklah melalui ruang penyangga untuk personalia dan/atau peralatan dan bahan. Area
bersih hendaklah dijaga tingkat kebersihannya sesuai standar kebersihan yang ditetapkan
dan dipasok dengan udara yang telah melewati filter dengan efisiensi yang sesuai.

Pada pembuatan produk sediaan tablet salut enterik menggunakan kelas :

 Kelas C dan D
Area bersih untuk melakukan tahap pembuatan produk non steril dengan
tingkat risiko lebih rendah seperti pembuatan tablet dan pengemasan primer.

Untuk kelas D dibagi menjadi 3 area meliputi :


a. Black area (Daerah Kelas 4)
Area ini disebut juga area kelas E. Ruangan ataupun area yang termasuk dalam
kelas ini adalah koridor yang menghubungkan ruang ganti dengan area produksi,
area staging bahan kemas dan ruang kemas sekunder. Setiap karyawan wajib
mengenakan sepatu dan pakaian black area (dengan penutup kepala). Jumlah partikel
( non patogen ) Ø ≥ 0,5 µm.
b. Grey area (Daerah Kelas 3)
Area ini disebut juga area kelas D. Ruangan ataupun area yang masuk dalam
kelas ini adalah ruang produksi produk non steril, ruang pengemasan primer, ruang
timbang, laboratorium mikrobiologi (ruang preparasi, ruang uji potensi dan
inkubasi), ruang sampling di gudang. Setiap karyawan yang masuk ke area ini wajib
mengenakan gowning (pakaian dan sepatu grey). Antara black area dan grey area
dibatasi ruang ganti pakaian grey dan airlock. Jumlah partikel ( non patogen ) Ø ≥
0,5 µm maks. 100.000/ft3.
c. White area (Daerah Kelas 2)
Area ini disebut juga area kelas C, B dan A (dibawah LAF). Ruangan yang
masuk dalam area ini adalah ruangan yang digunakan untuk penimbangan bahan
baku produksi steril, ruang mixing untuk produksi steril , background ruang filling ,
laboratorium mikrobiologi (ruang uji sterilitas). Setiap karyawan yang akan
memasuki area ini wajib mengenakan pakaian antistatik (pakaian dan sepatu yang
tidak melepas partikel). Antara grey area dan white area dipisahkan oleh ruang ganti
pakaian white dan airlock. Jumlah partikel ( non patogen ) Ø ≥ 0,5 µm maks. 100/ft3.
Airlock berfungsi sebagai ruang penyangga antara 2 ruang dengan kelas
kebersihan yang berbeda untuk mencegah terjadinya kontaminasi dari ruangan
dengan kelas kebersihan lebih rendah ke ruang dengan kelas kebersihan lebih tinggi.
Berdasarkan CPOB, ruang diklasifikasikan menjadi kelas A, B, C, D dan E, dimana
setiap kelas memiliki persyaratan jumlah partikel, jumlah mikroba, tekanan,
kelembaban udara dan air change rate.

Ruang bersih dan sarana udara bersih diklasifikan sesuai dengan EN ISO
14644-1. Klasifikasi perlu dibedakan dengan jelas dari pemantauan lingkungan pada
saat operasional. Jumlah maksimum jumlah partikulat udara yang diperbolehkan
untuk tiap Kelas kebersihan adalah sebagai berikut:

2. Personalia
Personalia yang bekerja di area bersih dan steril hendaklah dipilih secara seksama
untuk memastikan bahwa mereka dapat diandalkan untuk bekerja dengan penuh disiplin
dan tidak mengidap suatu penyakit atau dalam kondisi kesehatan yang dapat
menimbulkan bahaya pencemaran mikrobiologis terhadap produk.
Personalia yang memasuki area bersih atau area steril hendaklah mengganti dan
mengenakan pakaian khusus yang juga mencakup penutup kepala dan kaki. Pakaian ini
tidak boleh melepaskan serat atau bahan partikulat dan hendaklah mampu menahan
partikel yang dilepaskan oleh tubuh. Pakaian ini hendaklah nyaman dipakai dan agak
longgar untuk mengurangi gesekan. Pakaian ini hanya boleh dipakai di area bersih atau
area steril yang relevan (Priyambodo, 2007).
3. Bangunan dan Fasilitas
Semua bangunan dan fasilitas hendaklah, sedapat mungkin, didesain untuk
mencegah personalia yang melakukan pengawasan dan pengendalian masuk bila tidak
diperlukan. Area Kelas B hendaklah didesain sehingga semua kegiatan dapat diamati
dari luar.
Di area bersih, semua permukaan yang terpapar hendaklah halus, kedap air dan
tidak retak untuk mengurangi pelepasan atau akumulasi partikel atau mikroba dan untuk
memungkinkan penggunaan berulang bahan pembersih dan bahan disinfektan.
Pasokan udara yang disaring hendaklah dapat menjaga perbedaan tekanan positif
dan aliran udara ke area sekelilingnya yang berkelas kebersihan lebih rendah.
Suhu dan kelembaban ruangan hendaklah dijaga pada tingkat yang tidak
menyebabkan personalia berkeringat secara berlebihan dalam pakaian kerjanya.
4. Peralatan
Peralatan untuk pembuatan sediaan tablet salut enterik hendaklah memiliki desain dan
kontruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dengan tepat. Produksi
tablet salut enterik dibuat dengan cara granulasi basah dan kering kemudian dilakukan
pencampuran bahan zat aktif dan bahan tambahan, kemudian dilakukan pencetakkan.

3.2 Alur Produksi Sediaan Tablet Salut Enterik


Untuk membuat tablet diperlukan zat tambahan berupa zat pengisi, zat pengikat, zat
penghancur, dan zat pelicin. Zat pengisi dimaksudkan untuk memperbesar volume tablet
(Biasanya digunakan Saccharum Lactis, Amylum Manihot, Calcii Phoshas, Calcii Carbonas
dan zat lain yang cocok). Zat pengikat dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat
merekat (Biasanya digunakan adalah mucilage Gummi Arabica 10 - 20% (panas), Solutio
Methylcellulosum 5%). Zat penghancur, dimaksudkan agar tablet dapat hancur dalam perut
(Biasanya yang digunakan adalah Amylum Manihot kering, Gelatinum, Agar - agar.
Natrium Alginat). Zat pelicin, dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan. Biasanya
digunakan Talcum 5%, Magnesii Stearas, Acidum Stearanicum. Zat Penyalut mengandung
bahan yang akan dilekatkan ke permukaan tablet, dan juga mengandung pelarut yang
bertindak sebagai pembawa bahan-bahan tersebut. Pelarut ini harus dihilangkan selama
proses penyalutan.
Sebagai bahan salut enterik adalah campuran serbuk lilin karena asam stearat dan
serabut tumbuh-tumbuhan dari agar-agar atau kilit pohon elm. Bila tablet ditelan, serabut
tersebut akan menghisap air, mengembang dan terjadi proses penghancuran. Dengan
mengatur rasio serabut tumbuh-tumbuhan dan mengubah tebalnya salut, waktu hancur yang
diperlukan dan dikontrol. Penyalut enterik yang memuaskan ialah dengan Cellulose Acetatis
Phthalatum. Tablet salut enterik adalah tablet yang disalut dengan zat yang relatif tidak larut
dalam asam lambung, tetapi larut dalam usus halus.
Penyalut enteric dimaksutkan agar obatnya tidak mengitir perut, dikehendaki agar
obat berkhasiat dalam usus dseperti antelmintika, menghindari obat menjadi inaktif dalam
cairan lambung, yaitu karena pH rendah atau dirusak enzim digestif dalam perut.
Proses pembuatan tablet salut enteric dikerjakan secara bertahap yaitu :
a) Sealing (penyegelan tablet inti) adalah satu atau beberapa lapisan zat yang tahan terhadap
air dalam bentuk spray beralkohol, seperti lak farmasi (tradisional) atau polimer sintetik,
seperti CAP. Penyalutan gula merupakan formulasi berbasis cairan yang memungkinkan
air menembus langsung ke isi tablet, dengan demikian dapat mempengaruhi stabilitas
produk dan menyebabkan tablet hancur.
b) Subcoating (pelapisan dasar) membulatkan tepi tablet serta meningkatkan berat tablet,
biasanya penyalut gula dapat meningkatkan bobot tablet sebesar 50- 100%.
c) Smoothing / coating sirup (penghalusan)
a. Untuk menutupi dan mengisi ketidaksempurnaan permukaan tablet yang disebabkan
oleh subcoating.
b. Untuk memberi warna yang diinginkan
c. Lapisan sirup yang pertama berisi beberapa bubuk tersuspensi dan disebut " grossing
syrups ".
d. Pewarna yang diencerkan dapat memberikan dasar warna yang mudah merata pada
lapisan untuk langkah-langkah selanjutnya.
e. Larutan syrup mengandung pewarna yang dapat digunakan sampai terbentuk warna
dan ukuran akhir. 4.

d) Finishing
a. Tahap akhir coating (penyalutan) syrup.
b. Dapat menggunakan beberapa penyalutan sirup tanpa warna.
e) Polishing
a. Pada langkah akhir ini dapat diperoleh kilau yang diinginkan
b. Standar pembersihan wajan penyalut, dengan lapisan wajan dilapisi kanvas
c. Penggunaan serbuk lilin atau larutan lilin yang hangat cocok digunakan untuk
penggunaan pelarut yang mudah menguap.

3.3 Alur Bahan Baku Produksi


Alur bahan produksi dilakukan dengan bahan baku dari supplier dan diperiksa bagian QA
kemudian diuji sampling I dengan pemeriksaan mutu dang pengujian jika barang dari supplier
tidak lulus uji sampling I maka akan dikembalikan ke supplier, namun jika barang dari supplier
masuk kriteria maka bahan diterima dan dilakukan uji sampling II selanjutnya dilakukan
pemeriksaan dan pengujian, setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian QA memesan bahan
baku jika tidak sesuai maka QA tidak bekerja sama dengan supplier penyedia bahan baku.
Bahan baku yang telah dipesan akan diterima oleh bagia QA dan QC untuk dilakukan
pengujian sampling 1 tes fisik jika tidak sesuai maka barang akan di return kembali, jika barang
sesuai kriteria maka akan diterima dan masuk dalam QC untuk melakukan pengetesan karena
bagian inilah yang berwenang untuk meluluskan atau menolak bahan awal, kemudian bahan
dilakukan penimbangan untuk mengetahui catatan pemesanan QA ke supplier dan dilakukan
pembongkaran bahan baku setelah itu dilakukan uji sampling II analisis kimia untuk mengetahui
apa bahan yang dikirim sesuai dengan contoh yang dikirim awal jika tidak sesuai maka bahan
baku tidak diterima dan jika bahan baku masuk kriteria dalam uji sampling II analisis kimia
makan bahan baku masuk kriteria dan bahan baku akan masuk gudang.
Untuk menjamin mutu tablet maka dilakukan beberapa pengujian yaitu sebagai
berikut:

1. Uji keseragaman bobot

Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot. Keseragaman bobot ini


ditetapkan untuk menjamin keseragaman bobot tiap tablet yang dibuat. Tablet-tablet
yang bobotnya seragam diharapkan akan memiliki kandungan bahan obat yang sama,
sehingga akan mempunyai efek terapi yang sama. Keseragaman bobot dapat
ditetapkan sebagai berikut: ditimbang 20 tablet, lalu dihitung bobot rata-rata tiap
tablet. Kemudian timbang tablet satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet bobotnya
menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari yang ditetapkan pada kolom A dan
tidak boleh satu tablet pun bobotnya menyimpang dari rata-rata lebih besar dari yang
ditetapkan pada kolom B. Jika perlu gunakan 10 tablet yang lain dan tidak satu tablet
yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam
kolom A maupun kolom B. (Dirjen POM, 1984)

2. Uji kekerasan

Kekerasan tablet dan ketebalannya berhubungan dengan isi die dan gaya
kompresi yang diberikan. Bila tekanan ditambahkan, maka kekerasan tablet meningkat
sedangkan ketebalan tablet berkurang.Selain itu metode granulasi juga menentukan
kekerasan tablet. Umumnya kekuatan tablet berkisar 4 – 8 kg, bobot tersebut dianggap
sebagai batas minimum untuk menghasilkan tablet yang memuaskan. Alat yang di
gunakan untuk uji ini adalah hardness tester, alat ini diharapkan dapat mengukur berat
yang diperlukan untuk memecahkan tablet. (Lachman, 1994)

3. Uji keregasan
Cara lain untuk menentukan kekuatan tablet ialah dengan mengukur
keregasannya. Gesekan dan goncangan merupakan penyebab tablet menjadi hancur.
Untuk menguji keregasan tablet digunakan alat Roche friabilator. Sebelum tablet
dimasukkan ke alat friabilator, tablet ditimbang terlebih dahulu. Kemudian tablet
dimasukan kedalam alat, lalu alat dioperasikan selama empat menit atau 100 kali
putaran. Tablet ditimbang kembali dan dibandingkan dengan berat mula-mula.Selisih
berat dihitung sebagai keregasan tablet. Persyaratan keregasan harus lebih kecil dari
0,8 %. (Ansel, 1989).

4. Uji waktu hancur


Peralatan uji waku hancur terdiri dari rak keranjang yang mempunyai enam
lubang yang terletak vertikal diatas ayakan mesh nomor 10 selama percobahan, tablet
diletakkan pada tiap lubang keranjang. kemudiaan keranjang tersebut bergerak naik
turun pada larutan transparan dengan kecepatan 29 - 32 putaran per menit. Interval
waktu hancur adalah 5 - 30 menit. Tablet dikatakan hancur bila bentuk sisa tablet
(kecuali bagian penyalut) merupakan massa dengan inti yang tidak jelas. (Ansel, 1989)
5. Uji penetapan kadar zat berkhasiat
Uji penetapan kadar berkhasiat dilakukan untuk mengetahui apakah tablet
tersebut memenuhi syarat sesuai dengan etiket. Bila kadar obat tersebut tidak
memenuhi syarat maka obat tersebut tidak memiliki efek terapi yang baik dan tidak
layak dikonsumsi. Uji penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan cara-cara
yang sesuai pada masing-masing monografi antara lain di Farmakope Indonesia.

6. Uji disolusi
Obat yang telah memenuhi persyaratan kekerasan, waktu hancur, keregasan,
keseragaman bobot, dan penetapan kadar, belum dapat menjamin bahwa suatu obat
memenuhi efek terapi, karena itu uji disolusi harus dilakukan pada setiap produksi
tablet. Disolusi adalah proses pemindahan molekul obat dari bentuk padat kedalam
larutan pada suatu medium. Disolusi menunjukkan jumlah bahan obat yang terlarut
dalam waktu tertentu. Disolusi menggambarkan efek obat secara invitro, jika disolusi
memenuhhi syarat maka diharapkan obat akan memberikan khasiat secara invivo.

3.4 Alur Kerja Bahan Kemasan

1. Strip packaging (Kemasan Strip)

Strip packaging merupakan teknik pengemasan yang sudah berlangsung lebih dari
seperempat abad. Semua solid form dibidang farmasi termasuk pill, tablet, capsul,
lozenges, dikemas dengan system ini. Tetapi yang paling umum menggunakan cara ini
adalah tablet dan capsul. Metodenya adalah mengemas dengan dua lapisan atas/bawah,
dan kemudian di seal dan di cut. Pemilihan dari material harus tepat, agar tidak ada
migrasi dari produk keluar. Produk akan jatuh kedalam mold yang panas, kemudian
dibentuk kemasan dan mewadahi produk tersebut. Ukuran dan kedalaman dari mold
tersebut harus cukup untuk menampung produk dan membentuk kantong, dan jangan
sampai produk tertekan. Perlu dicek bahwa heat seal cukup efektif.

2. Blister pack (Kemasan Blister)


Bentuk kemasan ini mampu menyediaakan perlindungan yang sangat baik terhadap
keadaan sekitarnya, disertai dengan penampilan estetis yang menyenangkan dan efisien.
Juga memberikan kemudahan pemakaian, aman terhadap anak-anak dan tahan terhadap
usaha pemalsuan.

Kemasan blister dibentuk dengan melunakkan suatu lembaran resin termoplastik


dengan pemanasan, dan menarik (dalam vakum) lembaran plastic yang lembek itu
kedalam suatu cetakan. Sesudah mendingin lembaran dilepas dari cetakan dan berlanjut
ke berbagai pengisian dari mesin kemasan. Blister setengah keras yang terjadi
sebelumnya diisi dengan produk dan ditutup dengan bahan untuk bagian belakang yang
dapat disegel dengan pemanasan. Bahan untuk bagian belakangnya, atau tutupnya, dapat
dari jenis yang bisa didorong atau jenis yang dapat dikelupas. Untuk jenis blister yang
bisa didorong, bahan untuk bagian belakangnya biasanya aluminium foil yang diberi
lapisan yang dapat disegel panas. Lapisan pada foil harus sesuai dengan bahan blister
untuk memperoleh segel yang memuaskan, baik untuk perlindungan produk maupun
untuk perlindungan pemalsuan (Lachman, 1994).
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Pembuatan sediaan tablet salut enteric menurut CPOB ada 12 aspek yaitu :
Manajemen mutu, Personalia, Bangunan dan fasilitas, Peralatan, Sanitasi dan hygiene,
Produksi, Pengawasan mutu, Inspeksi diri, audit mutu dan audit & persetejuan pemasok,
Penangan keluhan hingga penarikan produk, Dokumentasi, Pembuatan dan analisis
berdasarkan kontrak, Kualifikasi dan validasi
2. Sumber daya manusia dengan kualifikasi : QA dibutuhkan minimal lulusan S2 Apoteker,
QC (Quality Control) Dibutuhkan minimal S1 Apoteker, Produksi minimal D3 Farmasi,
Packaging dibutuhkan Minimal SMA
3. Alur produksi sediaan tablet salut enteric meliputi penimbangan setelah itu pembuatan
tablet inti, untuk tablet salut enteik prosesnya menggunakan salut gula lalu di lakukan
lapisan segel kemudian penambahan larutan gula kemudian dilanjutkan pewarnaan dan
dilakukan penghalusan dan dipoles sehingga tablet lebih mengkilap dan dilakukan
pengemasan primer, pengemasan sekunder setelah itu penyimpanan digudang produk
jadi.
4. Evaluasi sediaan tablet salut enterik : uji keseragaman bobot, uji kekerasan, uji keregasan,
uji waktu hancur,uji penetapan kadar zat berkhasiat, uji disolusi
5. Alur bahan baku produksi, dimulai dari sampling bahan baku dari supplier, hinga
pengujian sampling 2, lalu bahan baku dipesan dengan pengujian samping tes fisik dan
sampling ananlisis kimia hingga bahan baku masuk ke gudang untuk dikarantina.
6. Alur kerja bahan kemasan, Strip packaging (Kemasan Strip) Metodenya adalah
mengemas dengan dua lapisan atas/bawah, dan kemudian di seal dan di cut. Pemilihan
dari material harus tepat, agar tidak ada migrasi dari produk keluar. Produk akan jatuh
kedalam mold yang panas, kemudian dibentuk kemasan dan mewadahi produk tersebut.
Ukuran dan kedalaman dari mold tersebut harus cukup untuk menampung produk dan
membentuk kantong, dan jangan sampai produk tertekan. Perlu dicek bahwa heat seal
cukup efektif, Blister pack (Kemasan Blister) Kemasan blister dibentuk dengan
melunakkan suatu lembaran resin termoplastik dengan pemanasan, dan menarik (dalam
vakum) lembaran plastic yang lembek itu kedalam suatu cetakan. Sesudah mendingin
lembaran dilepas dari cetakan dan berlanjut ke berbagai pengisian dari mesin kemasan.
Blister setengah keras yang terjadi sebelumnya diisi dengan produk dan ditutup dengan
bahan untuk bagian belakang yang dapat disegel dengan pemanasan. Bahan untuk bagian
belakangnya, atau tutupnya, dapat dari jenis yang bisa didorong atau jenis yang dapat
dikelupas. Untuk jenis blister yang bisa didorong, bahan untuk bagian belakangnya
biasanya aluminium foil yang diberi lapisan yang dapat disegel panas.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia
Nomor Hk.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 Tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan
Obat Yang Baik. Badan POM RI; Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Penerjemah:
Lachman, L. , Lieberman, H. A., & Joseph, L. K. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi
Ketiga. Penerjemah: Siti Suyatmi. Penerbit Universitas Indonesia Press. Jakarta
Priyambodo, B . 2007. Manajemen Farmasi Industri. Yogyakarta: Global Pustaka
Utama

Anda mungkin juga menyukai