Anda di halaman 1dari 3

KRONOLOGI

Daman Hardiman bin Hardidjaja adalah seorang pedagang nasi goreng, mie goreng, mie
rebus dan capcay yang selalu mangkal berjualan di depan bengkel “Barokah” jalan Cikutra
No.327 Cibeunying Kaler, Kota Bandung. Pria kelahiran Banyumas 23 Oktober 1968 ini sudah 7
(tujuh) tahun berjualan di tempat tersebut, dengan dibantu 2 (dua) orang adik iparnya yang
bernama Baruna Nursatya dan Barli Nuralam yang lahir di Solo, 14 Januari 1992, yang adalah
saudara kembar dari isterinya yang bernama Samirah binti Usman. Mereka tinggal satu rumah
di Kampung Sukarajin RT.007 RW.014, Kelurahan Bojong Koneng, Cibeunying Kaler Kota
Bandung.

Awalnya usaha yang dilakukan oleh Daman bersaudara tersebut aman dan nyaman,
begitu juga dengan pedagang-pedagang malam lainnya di sekitaran tempat itu. Akan tetapi satu
tahun terakhir keadaan tersebut berubah sejak munculnya beberapa preman di bawah
pimpinan seorang residivis yang bernama Borso bin Karso alias Jagal. Julukan “Jagal” diberikan
kepada Borso karena kesadisannya jika melakukan kejahatan hingga sering keluar masuk
penjara. Si Jagal ini tidak segan-segan melakukan tindakan kekerasan bahkan membunuh
sekalipun dia lakukan jika ada warga yang melawannya sehingga sudah dapat dipastikan
siapapun yang berhadapan dengan Si Jagal ini akan merasa ketakutan.

Jagal memiliki 2 orang anak buah yang bernama Sabat bin Midun dan Rubi bin Nasri.
Ketiga orang preman inilah yang sering melakukan pemalakan dan pemerasan. Mereka selalu
mengancam bila keinginan mereka tidak dipenuhi. Selain mengancam, mereka juga tidak segan
melakukan kekerasan dan merusak barang dagangan para pedagang. Sungguh sangat
meresahkan. Tapi tidak ada satupun yang berani melawan atau melaporkan tindakan mereka ke
aparat keamanan. Hal ini disebabkan oleh pembuktian ancaman mereka benar-benar dilakukan
saat pihak dari Kepolisian mengamankan ketiga preman tersebut atas laporan dari Daman.
Ketiga preman tersebut mendatangi saung jualan Daman. Hampir semua barang dagangan
Daman diobrak abrik oleh mereka saat banyak pembeli dan pelanggan sedang menikmati
makanan mereka hingga Daman mengalami kerugian yang cukup besar. Bukannya kapok,
mereka justeru lebih beringas dan lebih menyudutkan Daman bersaudara seolah melampiaskan
dendam.

“Aku benci mas... aku dendam sama mereka !!!”, Baruna berkata kepada kakak iparnya
sambil mengepalkan tangan. Dengan muka merah tanda amarah, Baruna berkata lagi “satu saat
aku harus bisa melawan”. Baruna berkata demikian karena dia pernah ditampar oleh Si Jagal
saat terlambat menyajikan mie goreng pesanan Si Jagal.

“Sudahlah dek, kita sudah gak berdaya. Aku gak mau ada yang terluka di antara kita”, Daman
menanggapi adik iparnya.

Itulah sepenggal obrolan Daman dengan Baruna adik iparnya.

Satu hari, tepatnya Kamis malam tanggal 14 Desember 2018, pukul 22.25 wib, ketiga
preman Si Jagal, Sabat dan Rubi kembali mendatangi warung Daman yang sedang melayani
pembeli bersama Baruna karena Barli sedang membantu Samirah di rumah. Dengan arogan
mereka minta dilayani secepatnya. Para pembeli yang kebetulan ada disana segera menyingkir,

1
bahkan ada yang sudah dan akan memesan makanan dibatalkan. Seperti biasa, akhirnya ketiga
preman ini menguasai tempat di warung Daman. Sambil menyantap makanan yang dipesan,
mereka selalu selingi dengan tertawa terbahak-bahak. Ntah apa yang diobrolkannya.

Selesai, makan, minum dan merokok, Sabat berteriak kepada Daman, “ Eh Daman ! Gue minta
duit, buruan !!!”.

“Duit apa lagi bang? Kan baru juga 2 malam yang lalu saya sudah kasih abang duit”, Jawab
Daman.

“HEI !!! Lu ngelawan yaa?!?!”, bentak Sabat sambil berdiri dari bangku tempat duduknya,
kemudian bangku itu ditendangnya. Sabat berjalan mendekati Daman. Dia meraih krah kemeja
yang dipakai Daman. Sambil melotot, Sabat hendak memukul Daman tapi ada yang menahan
tangannya. Siapakah dia yang berani menahan tangan Sabat? Ternyata Baruna.

Melihat seolah ada perlawanan dari dua bersaudara itu terhadap Sabat, Si Jagal dan Rubi turun
tangan. Si Jagal berusaha menyeret Baruna menjauh dari Sabat, sementara Rubi membantu
Sabat mengeroyok Daman yang terlihat melakukan perlawanan. Melihat Baruna diseret oleh
Jagal, Daman melakukan perlawanan dan berusaha melepaskan diri dari keroyokan Sabat dan
Rubi karena khawatir Baruna dianiaya oleh Si Jagal yang terkenal bengis dan kejam.
Kekhawatiran Daman terbukti saat dilihat olehnya Si Jagal mendorong Baruna sambil
mengeluarkan pisau cap garpu dua belas yang selalu menjadi alat untuk mengancam korban-
korbannya. Keributan pun terjadi. Daman berteriak-teriak minta tolong namun warga sekitar
tidak ada yang berani membantunya. Daman dipukuli habis-habisan oleh Sabat dan Rubi.
Sementara Baruna yang didorong oleh Si Jagal belum bisa melakukan perlawanan karena
terdesak oleh tenaga besar si Jagal. Saat hampir terjerembab, Baruna mencoba menahan berat
tubuhnya dengan menekankan punggungnya ke bagian roda tengah dimana dia biasa mengiris
atau memotong-motong sayuran atau menyiapkan makanan. Saat menahan itulah, bagian leher
dan bahu Baruna kena sabetan pisau cap garpu dua belas yang digenggam Si Jagal hingga darah
tercecer dan membasahi baju kaosnya. “Sudah bang...sudah !!!”, teriak Baruna, minta belas
kasihan dari Si Jagal. Si Jagal bukannya merasa kasihan, malah dia semakin membabi buta dan
berusaha menusukan pisaunya ke arah Baruna. Dalam kondisi tertekan, tersudutkan dan
ketakutan, Baruna spontan meraih pisau sayur yang biasa dia gunakan untuk memotong
sayuran yang kemudian dia arahkan ke depan dengan maksud untuk menakuti Si Jagal agar
tidak menyerang dirinya. Namun terlambat. Si Jagal karena terbawa tenaganya sendiri dia
terlanjur menubruk Baruna yang masih menahan punggungnya di tengah roda dengan pisau
sayur terhunus di tangannya sehingga tidak ayal lagi pisau sayur itupun tertancap menembus
ulu hati Si Jagal dan pisau Si Jagal menggores bagian perut dari Baruna dan kemudian terjatuh.
Untuk sesaat Si Jagal terkejut, melotot menahan sakit dan kaget sambil memegangi pisau yang
tertancap di ulu hatinya, Si Jagal mundur beberapa langkah dalam tatapan mata kaget Baruna
dan kemudian jatuh terlentang bersimbah darah.

Melihat Si Jagal jatuh bersimbah darah, Sabat dan Rubi menghentikan pengeroyokan terhadap
Daman. “HEI !!!! LU PEMBUNUH” teriak Sabat dan Rubi sambil berusaha menangkap Baruna.
“Lari dek...lariiii...!!!”, teriak Daman menyuruh Baruna lari dari tempat itu untuk menghindari
amukan Sabat dan Rubi. Baruna pun lari secepatnya meninggalkan warung dengan bersimbah
darah dari luka-luka yang dideritanya. Sabat dan Rubi tidak berhasil mengejar Baruna dan
mereka kembali ke warung Daman mencoba untuk menolong Si Jagal. Di warung tersebut Sabat

2
dan Rubi melihat selain Daman yang terduduk di samping tubuh Si Jagal sambil meringis
menahan sakit karena luka-luka pengeroyokan mereka, juga ada dua orang laki-laki yang
berada di dalam tenda dan kemudian bergegas keluar dari tenda warung saat melihat Sabat dan
Rubi datang. Setelah itu muncul seorang laki-laki muda dari salah satu toko di belakang tenda
tempat kejadian perkara dan berupaya menolong Daman. Namun tidak berapa lama datang
sejumlah anggota Kepolisian dari Polsek Cibeunying Kaler. Rupanya mereka mendapat laporan
dari masyarakat bahwa telah terjadi peristiwa berdarah di tempat itu. Anggota Polsek tersebut
kemudian mengamankan TKP sekaligus memanggil ambulance untuk membawa tubuh Si Jagal
yang kemudian diketahui bahwa Si Jagal tidak tertolong jiwanya pada saat di perjalanan menuju
rumah sakit.

***

Anda mungkin juga menyukai