Anda di halaman 1dari 4

Teks 2

Nama : Aisyah Dewi Lusiana


Kelas : XII IIB 2
NISN : 001 279 5198
Tragedi Blendet
Pada akhir tahun 1942 di bulan Desember.
Waktu itu zaman Jepang.Masih di daerah Gongseng Megaluh Jombang.Jepang
memeras semua masyarakat desa dengan mengambil paksa hasil panen dari
masyarakat desaku.Karena Jepang ingin memberikan hasil rakyat untuk kebutuhan
perang Jepang dan ingin menyiksa rakyat desaku waktu itu.Jepang yang tak
memiliki sifat kemanusiaan itu terus saja membuat rakyat di desaku terluka.
Pada suatu hari Bu Jam selaku Kepala Desa menyuruh suamiku Pak Sodik dan
semua warga untuk berkumpul di Balai Desa.Disana juga ada Tentara Jepang yang
membawa senjata.
Lalu tiba-tiba salah satu dari tentara itu mulai berbicara sambil menyodorkan
senjata ke arah warga.
“Kalian semua harus menyerahkan hasil panen kalian kepada Nippon untuk
kebutuhan tentara Jepang”Suara tentara jepang yang bengis.
“Lalu kami nanti akan makan apa?” Suara masyarakat yang melemah.
”Saya tidak mau tahu…itu adalah urusan kalian sendiri.”Tentara Jepang itu
berkata dengan tidak peduli dan dengan begitu jahatnya.
Hal itu serentak membuat hatiku bergetar ingin melawan mereka yang
membuat rakyatku sedih.Jepang selalu membuat rakyat kami menderita dengan
semua yang diakukannya.
Tidak lama kemudian….Bu Jam tidak terima dan mencoba untuk membela
warganya yang tidak bisa berbuat apapun itu.
“Kalau begitu kami tidak akan pernah menyerahkan hasil panen kami ini
kepadamu dan juga pasukanmu.”Bu Jam berteriak keras untuk melawan tentara itu.
Langsung sontak hal itu membuat tentara Jepang marah.Dan mulai mengancam
seenak hatinya.Dengan menyodorkan senjata mereka lagi.Hal ini membuat rakyat
takut dengan hal itu.
“Kalau begitu kalian akan tahu akibatnya nanti!!!!!!”Dengan mengancam.
”Kami tetap tidak akan takut dengan ancamanmu ini!!!!!”Bu Jam tetap kekeh
dengan pendapatnya.
Lalu tentara Jepang itu pergi.Setelah kepergian tentara itu,malam pun
tiba.Disaat warga tertidur , ternyata hal itu dimanfaatkan oleh Jepang untuk
mengambil hasil panen milik warga.
Dan keesokan harinya….warga pun akhirnya kebingungan dengan semua yang
mereka lihat.
“Dimana semua hasil panen kita?”Ucap Pak Katiran yang bingung.
“Mungkin ini ulah dari pihak Jepang yang dari dulu menginginkan panen
kita.”(Ucap Pak Poniran yang menduga duga)
Dan itu di benarkan oleh Bu Jam yang dari dulu menentang keputusan
Jepang.Kami waktu itu terus mencari informasi tentang hiangnya hasil panen kami
yang hilang pada malam hari dan tidak ada satupun orang yang mengetahui hal itu.
Ternyata mereka benar-benar akan mengambilnya dari rakyat.Ini membuat
rakyat marah tapi mereka tidak bias melakukan apapun saat itu.Kami hanya bisa
pasrah akan hal ini dan menerima perakuan Jepang.Tapi bukan berarti kami tidak
berusaha apapun untuk melawan Jepang.
Sudah 2 bulan warga kami tidak makan.Karena tidak ada pemberitahuan lebih
lanjut dari pemerintah.Lalu akhirnya beredar perintah dari pusat tentang makanan
yang akan kami makan.
Dan pada awal Bulan Maret 1943
Bu Jam sebagai Kepala Desa mengumpulkan warga termasuk suamiku Pak
sodik.
“Wargaku sekalian,hari ini aku dan Pak Poniran sudah membicarakan tentang
makanan yang harus kita makan untuk bisa bertahan hidup.” Ucap Bu Jam sebagai
Kepala Desa kami.
“Makanan jenis apa itu bu?” Ucap suamiku Pak Sodik.
“Kita akan memakan makanan yang bernama sego gaplek (nasi yg terbuat dari
singkong) untuk kebutuhan makanan kita.” Ucap Pak Poniran selaku RT di desaku.
Saat sampai di rumah suamiku bilang kepadaku tentang makanan yang harus
kami makan.Karna kami sudah bingung untuk menghidupi anak kami yang belum
makan selama 2 bulan.
Pukul 09.00 pagi suamiku pergi ke hutan untuk mencari makanan yang bisa di
makan.Karena kami sudah mulai kesulitan untuk mencari singkong gara-gara
saking banyaknya orang yang kelaparan.Suamiku akhirnya berpamitan padaku.
“Buk, aku pergi dulu ke hutan untuk mencari Blendet dulu ya?”Ucap suamiku
yang berpamitan kepadaku agar aku tak mencarinya.
“Baik pak, hati-hati di hutan.Dan jangan pulang terlalu sore ya pak?” Pesanku
padanya ).
”Iya buk,bapak janji.Dan akan berhati-hati.”(Ucap suamiku yang mencoba untuk
meyakinkan diriku.
Setelah menjawabku, suamiku langsung pergi ke hutan.
“Pak Sodik!!!Mau kemana kau pak???” Ucap Bu Jam.
“Aku mau ke hutan.Untuk mencari makanan.”Sambil tersenyum langsung
melangkahkan kakinya menuju hutan.
Dan setelah lama pergi akhirnya suamiku pulang di siang hari sambil
membawa hasil yang didapatkannya tersebut.Aku yang merasa ragu,akhirnya aku
memberanikan diri untuk bertanya.
“Pak,apa ini yang kau bawa?”Tanyaku pada suamiku.
“Akupun tidak tahu buk!Dan aku juga tidak tahu bagaimana cara
memasaknya.”Ucap suamiku kebingungan.
Akhirnya tanpa berfikr untuk memasaknya kami langsung makan.
“Buk,ini rasnya enak sekali lho.”Suamiku tersenyum.
Lalu setelah suamiku menelan makanannya itu, ternyata tersangkut di
lehernya karena suamiku makan terlalu banyak.Seketika itu aku dan anakku yang
mengetahui akan hal ini mencoba untuk menolong.Tapi ternyata,semua itu
terlambat.Karena suamiku telah meninggal.
“Bapak…..Bapak……!!!!!!!!!!!!”Teriakku sambil menangis dan memeluk
tubuh suamiku.
Warga yang mendengar suaraku langsung menuju ke rumahku sembari
bertanya.
“Ada apa Bu Sul? Kenapa kau berteriak?”Tanya Bu Jam
“Suamiku meninggal Bu!Padahal kami baru saja makan.”Aku yang saat itu
sedang menangis.
“Apa yang suamimu makan?Dan apa ini?”Pak Poniran yang penasaran
akhirnya memegang makanan kami.
Saat itu Bu Jam yang mengetahuinya langsung memberitahu kami.
“Ini adalah Blendet (Sejenis ampas yang tidak diketahui bentuknya namun
sangat mematikan bila dimakan).Ini hanya bisa didapatkan hanya dari hutan
saja.”Sambil menjelaskan.
“Jadi karena inilah waktu itu suamimu pergi ke hutan?”Tanya Pak Katiran.
Aku yang menangisi suamiku tidak bisa menjawab apa-apa.Karena aku sangat
kehilangan suamiku.Dikarenakan ketidakberdayaan warga di daerahku saat
itu,suamiku menjadi korbannya.
Dan kini aku membesarkan anakku tanpa adanya suami yang berada di
sampingku.Hal itu tidak akan aku lupakan hingga saat ini.

Anda mungkin juga menyukai