Anda di halaman 1dari 4

Kejanggalan Amdal PT Semen Indonesia di Rembang

Pembangunan pabrik PT Semen Indonesia di Pegunungan Kendeng


Utara, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, menuai pro dan kontra. Sebagian
penduduk setempat yang didukung sejumlah ahli menilai analisis mengenai
dampak lingkungan PT Semen Indonesia janggal. “Ada banyak cacat dalam
amdal PT Semen Indonesia,” kata peneliti lingkungan dari Institut Pertanian
Bogor, Soerya Adiwibowo. Hasil kajian tim Kementerian Lingkungan Hidup yang
salinannya diperoleh Tempo menyatakan amdal PT Semen Indonesia tak
memaparkan kondisi lapangan sebenarnya. Misalnya, ada daerah resapan air—
disebut ponor, mata air, dan gua yang tidak dicantumkan di amdal PT Semen
Indonesia.

Berikutnya, dokumen tak lengkap dan pencatatan narasumber. Seorang


sumber yang mengetahui proses penyusunan amdal PT Semen Indonesia
mengatakan, dokumen amdal yang diserahkan ke komisi penilai amdal di tingkat
provinsi sebenarnya tak lengkap. Menurut sumber ini, tak ada surat kesesuaian
tata ruang daerah. “Banyak kajian dalam dokumen tidak lengkap, terutama yang
terkait dengan karst,” ujar sumber ini. Karst adalah daerah resapan air yang
menjaga ketersediaan air. Ada narasumber dalam tim penyusun amdal yang
namanya dicatut. Dwi Sasongko, peneliti Universitas Diponegoro Semarang,
mengatakan namanya dicantumkan sebagai narasumber ahli ilmu lingkungan
dalam amdal tanpa pemberitahuan.

Sejumlah pihak juga menilai pembangunan pabrik semen tak sesuai


dengan Peraturan Daerah Rembang No 14 tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Rembang 2011-2031. Sebabnya, kawasan yang
bakal ditambang termasuk kawasan lindung geologi sehingga tak boleh dirusak.
konsultan amdal PT Semen Indonesia, mengaku tak ingat soal kelengkapan
dokumen dan tim penyusun amdal. Direktur Utama PT Semen Indonesia Suparni
membantah pembangunan pabrik dan penambangan tak sesuai aturan. “Kami
pastikan, kami melakukan (penambangan) di situ sesuai dengan RTRW. Alat
kontrolnya ada di Badan Lingkungan Hidup Jawa Tengah,” ujarnya. Suparni juga
mengklaim amdal perusahaannya sudah sesuai fakta di lapangan. “Hal-hal
penting sudah dimasukkan. Ini adalah studi akademik dan saintifik.”
Pembangunan pabrik tersebut menuai kontroversi panjang. Sebagian
penduduk Pegunungan Kendeng Utara menolak rencana pembangunan tersebut.
Masyarakat lokal pun melakukan penolakan. Penolakan tersebut dengan alasan
bahwa pembangunan pabrik semen yang akan menambang batu gamping di
pegunungan kars akan mengancam ketahanan pangan dan ketersediaan air yang
telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Dokumen AMDAL tidak pernah
disampaikan terhadap warga. Tidak pernah ada penjelasan mengenai dampak-
dampak negatif akibat penambangan dan pendirian pabrik semen. Warga tidak
pernah tahu informasi yang jelas mengenai rencana pendirian pabrik semen. Tidak
pernah ada sosialisasi yang melibatkan warga desa secara umum, yang ada
hanya perangkat desa dan tidak pernah disampaikan kepada warga. Dokumen
AMDAL tidak pernah disampaikan terhadap warga. Tidak pernah ada penjelasan
mengenai dampak-dampak negatif akibat penambangan dan pendirian pabrik
semen.

Dampak negatif akibat penambangan dan pendirian pabrik semen.

Dampak terhadap kuantitas dan kualitas air

Sumberdaya air dapat terkena dampak dari pembangunan itu sendiri. Perubahan
kondisi lingkungan yang diakibatkan oleh pembangunan dapat berdampak pada
sumberdaya air baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Peristiwa banjir yang
sering terjadi tidak terlepas dari dampak perubahan penggunaan lahan.
Pencemaran pada air sungai dan air tanah yang sering terjadi juga merupakan
dampak dari pembangunan juga. Dengan memperhatikan daur hidrologi serta
proses hidrologi yang mengalami perubahan dapat dikaji dampak-dampak negatif
yang mungkin timbul yang disebabkan oleh proses pembangunan.

Dampak terhadap udara,

Efek Rumah Kaca (Green House Effect) disebabkan oleh : Perubahan kondisi
Udara (iklim) karena CO2 dan Gas Rumah Kaca yang lain, Pencemaran Atmosfir
dan Kerusakan Lapisan Ozon
Dampak pada kebisingan

Dampak pada kebisingan atau dampak pada tingkat kebisingan yang terjadi
didaerah proyek pembangunan atau daerah disekitar proyek mempunyai
pengaruh yang penting terhadap kesehatan masyarakat, kenyamanan hidup
masyarakat pada binatang ternak, satwa liar atau pun gangguan pada ekosistem
alam. Dampak pada kebisingan biasanya terjadi pada waktu proyek tersebut
sedang dibangun maupun sewaktu sudah berjalan. Di dunia Industri, sumber
kebisingan dapat di klasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu

 Mesin, kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesi


 Vibrasi, kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan
akibat gesekan, benturan atau ketidakseimbangan gerakan bagian mesin.
Terjadi pada roda gigi, batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain-lain
 Pergerakan udara, gas dan cairan, kebisingan ini di timbulkan akibat
pergerakan udara, gas, dan cairan dalam kegiatan proses kerja industri
misalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet pipa, gas buang, jet, flare
boom, dan lain-lain.

Dampak terhadap cuaca dan iklim

Penyebab utama perubahan cuaca dan iklim adalah pembakaran bahan bakar
fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam, yang melepas CO2 dan gas-
gas lainnya seperti CO, N2O, NOx, SO2, kegiatan manusia lainnya juga
menghasilkan CFC dari AC dan gas Aerosol, serta aktivitas pengolahan gambut
juga menghasilkan CH4, yang semuanya dikenal sebagai gas rumah kaca ke
atmosfir. Ketika atmosfir semakin kaya akan gas-gas rumah kaca ini, ia semakin
menjadi insulator yang menahan lebih banyak energi panas yang dipantulkan
bumi. Pembangunan gedung-gedung yang berdinding kaca juga akan
memantulkan radiasi panas dari matahari, sehingga daerah sekitar gedung ini
akan mengalami peningkatan panas. Hal ini akan mengakibatkan siklus iklim
terganggu.
Dampak terhadap tanah

Kerusakan tanah terjadi sebagai akibat eksplorasi lahan yang tidak


terkontrol dan kurang memperhatikan unsur lingkungan guna mendukung jalannya
pembangunan. Pembangunan dalam realitanya sering kali lebih mengutamakan
nilai ekonomis dan mengabaikan aspek lingkungan. Secara lebih lanjut
pembangunan berjalan ekspansif, diantaranya menyangkut segi pemanfaatan
ruang / lahan. Dalam pemanfaatannya sering kali aspek tata guna lahan yang
sesuai dan seimbang terabaikan sehingga pada akhirnya akan menimbulkan
terganggunya kestabilan ekosistem alam dan permasalahan lingkungan,
diantaranya kerusakan dan pencemaran tanah.

Anda mungkin juga menyukai