Anda di halaman 1dari 22

Makalah

Hukum Ekonomi dan Bisnis


Franchise



Oleh :
Nama : Shinta Ayu Putri
Npm : 1952011070


Nama Dosen :
Yennie Agustin MR, S.H.,M.H.


Fakultas Hukum
Universitas Lampung

2020

1
Kata Pengantar

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Hukum Ekonomi dan Bisnis
dengan topik pembahasan yaitu tentang “Franchise”. Makalah ini saya buat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Hukum Ekonomi dan Bisnis serta sebagai penambah
pengetahuan bagi kita semua.

Saya juga ingin mengucapkan terima kasih dengan adanya dukungan dan bimbingan dari
Dosen Pengajar mata kuliah Hukum Ekonomi dan Bisnis, yaitu kepada Ibu Yennie Agustin
MR, S.H.,M.H. Makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Dalam penulisan
makalah ini pasti banyak kesalahan atau kekurangan baik secara tidak sengaja ataupun
ketidaktahuan, Saya mohon maaf atas ketidaknyamanan dalam membaca makalah ini

Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan memberikan
banyak manfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 24 Desember 2020


Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................................1

Kata Pengantar........................................................................................................................2

Daftar Isi .................................................................................................................................3

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang ........................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 4

C. Tujuan ........................................................................................................................ 4

BAB II Pembahasan

A. Pengertian Franchise.................................................................................................. 5
B. Dasar Hukum Franchise..............................................................................................6
C. Perjanjian Franchise....................................................................................................8
D. Contoh Kontrak Franchise...........................................................................................12

BAB III Penutup

D. Kesimpulan ................................................................................................................ 21

E. Saran .......................................................................................................................... 21

F. Daftar Pustaka ........................................................................................................... 22

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Segala sesuatu yang ada di dunia ini erat hubungannya satu sama lain. Antara manusia
dengan manusia, manusia dengan kelompok, manusia dengan masyarakat, dan bahkan
antara manusia masyarakat sesama manusia yang dunia sekalipun. Dalam makalah ini akan
membahas tentang kontrak innominat, yang di khususkan kepada Franchise.
Dalam hai ini pemakalah membawa kita kepada sebuah pemahaman yang lebih
menantang, dari pada kontarak-kontrak yang telah diatur dalam BW. Adapun bentuk
kontrak yang akan dibahas dalam makalah ini adalah kontrak innominat, tapi tidak semuanya,
hanya salah satu dari beberapa kontrak yang ada, yaitu kontrak tentang Franchise.
Adapun dalam makalah ini akan membawa kita kepada sebuah contoh kasus yang
akan member pehaman tentang kontrak Franchise, secara singkat tetapi mudah dipahami,
karena menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pembaca.


B. Rumusan Masalah
Pada kontrak innominat ini akan membahas masalah tentang Franchise , tetapi yang
akan dibahas adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan franchise;
2. Apa yang menjadi dasar hukum kontrak franchise
3. Bagaimana bentuk perjanjiannya; dan
4. Apa contoh dari kontrak innominat yang dikhususkan pada franchise.


C. Tujuan Pembahasan
1. Apa yang dimaksud dengan franchise;
2. Apa yang menjadi dasar hukum kontrak franchise
3. Bagaimana bentuk perjanjiannya; dan
4. Apa contoh dari kontrak innominat yang dikhususkan pada franchise.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Franchise
Franchise berasl dari bahasa Prancis , yaitu franchir yang mempunyai artinya memberi
kebebasan pada pihak . pengertian franchise dari segi yuridis, dapat dilihat dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan, berbagai pendapat dan pandangan ahli. Kata franchise
dalam bahasa Prancis yang berarti bebas atau lebih lengkap lagi bebas dari perhambaan (free
from servitude). Dalam bidang bisnis, franchise berarti kebebasan yang diperoleh seorang
wirausaha untuk menjalankan sendiri usaha tertentu di wilayah tertentu. 1 Peraturan
perundang-undangan, pendapat dan pandangan ahli disajikan berikut ini.
Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 1997 tentang Waralaba franchise atau
waralaba diartikan sebagi berikut.”
“Perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau dan
menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas yang dimiliki pihak
lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan dan penjualan barang dan atau jasa.
Dalam perkembangannya hingga kini, belum ada definisi yang diterima secara
universal mengenai istilah franchise yang ada. Namun, definisi yang ada berikut ini dikutip
dari Washington Franchise Investment Protection Act Pasal 19. Menurut ketentuan pasal
tersebut:
“Franchise adalah suatu kontrak lisan atau tertulis, baik secara tegas ataupun secara
diam-diam, dalam mana seorang memberikan kepada orang lain suatu lisensi penggunaan
nama dagang, merek dagang dan jada, tipe logo atau berkenaan dengan ciri khas dalam mana
kepentingan suatu komunitas dalam bisnis penawaran, penjualan, pendistri busian barang
dan jasa secara grosir atau secara retail, leasing, atau sebaliknya, dan dalam mana franchise
diminta untuk membayar langsung atau tidak langsung suatu biaya penggunaan franchise.”2


1 Prof. Abdulkadir Muhammad, S.H. Hukum Perusahaan Indonesia (Bandung:PT Citra Aditya Bakti.2010). Hlm 558
2 Prof. Abdulkadir Muhammad, S.H. Hukum Perusahaan Indonesia (Bandung:PT Citra Aditya Bakti.2010). Hlm 556

5
Abdulkadir Muhammad (2006) Pada mulanya franchise dipandang bukan sebagai bisnis,
melainkan suatu konsep, metode, atau sistem pemasaran yang dapat digunakan oleh suatu
perusahaan (franchisor) untuk mengembangkan pemasarannya tanpa melakukan investasi
langsung pada tempat penjualan (outlet), melainkan dengan melibatkan kerjasama pihak lain
(franchisee) sebagai pemilik outlet.3


B. Dasar Hukum Franchise
1. Perjanjian sebagai dasar hukum KUH Perdata pasal 1338 (1), 1233 s/d 1456 KUH Perdata; para
pihak bebas melakukan apapun sepanjang tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku,
kebiasan, kesopanan atau hal-hal lain yang berhubungan dengan ketertiban umum, juga tentang
syarat-syarat sahnya perjanjian dsb.
2. Hukum keagenan sebagai dasar hukum; KUH Dagang (Makelar & Komisioner), ketentuan-
ketentuan yang bersifat administrative seperti berbagai ketentuan dari Departemen
Perindustrian, Perdagangan dsb. Seringkali ditentukan dengan tegas dalam kontrak franchise
bahwa di antara pihak franchisor dengan franchisee tidak ada suatu hubungan keagenan.
3. Undang-undang Merek, Paten dan Hak Cipta sebagai dasar hukum; berhubung ikut terlibatnya
merek dagang dan logo milik pihak franchisor dalam suatu bisnis franchise, apalagi dimungkinkan
adanya suatu penemuan baru oleh pihak franchisor, penemuan dimana dapat dipatenkan. UU
No.19 (1992) Merek, UU No 6 (1982) Paten, UU No.7 (1987) Hak Cipta.
4. UU Penanaman Modal Asing sebagai dasar hukum; Apabila pihak franchisor akan membuka
outlet di suatu Negara yang bukan negaranya pihak franchisor tersebut maka sebaiknya
dikonsultasi dahulu kepada ahli hukum penanaman modal asing tentang berbagai kemungkinana
dan alternative yang mungkin diambil dan yang paling menguntungkannya. Franchise justru
dipilih untuk mengelak dari larangan-larangan tertentu bagi suatu perusahaan asing ketika
hendak beroperasi lewat direct investment.
5. Peraturan lain lain sebagai dasar hukum;
a. Ketentuan hukum administrative, seperti mengenai perizinan usaha, pendirian
perseroan terbatas, dll peraturan administrasi yang umumnya dikeluarkan oleh

3 Dr. Susanto, S.H.,M.M.,M.H. dkk. Pengantar Hukum Bisnis (Banten:Unpam Press.2019). Hlm 123

6
Departmen Perdagangan. Kepmen Perdagangan No 376/Kp/XI/1983 tentang kegiatan
perdagangan.
b. Ketentuan Ketenagakerjaan
c. Hukum Perusahaan (UU PT No 1 (1995))
d. Hukum pajak- adakah pajak ganda, pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak
withholding atas royalty dan pajak penghasilan atas tenaga kerja asing.
e. Hukum persaingan,
f. Hukum industri bidang tertentu misalnya aturan tentang standar mutu, kebersihan
dan aturan lain lain yang bertujuan melindungi konsumen, atau bahkan UU pangan
sendiri.
g. Hukum tentang kepemilikan- hak guna bangunan, hak milik, etc.
h. Hukum tentang pertukaran mata uang- RI menganut rezim devisa bebas, maka tidak
ada larangan maupun batasan terhadap keluar masuknya valuta asing dari/ke
Indonesia.
i. Hukum tentang rencana tata ruang; apakah wilayah tersebut memungkinkan
dibukannya sebuah franchise, kualitas bahan untuk gedung tersebut memenuhi
syarat.
j. Hukum tentang pengawasan ekspor/ impor misalnya dalam hal pengambilan
keputusan apakah barang barang tertentu mesti dibawa dari Negara pihak franchisor
atau cukup diambil saja dari Negara pihak franchise.
k. Hukum tentang bea cukai- apakah lebih menguntungkan barang-barang tertentu
dipasok dari luar negeri atau cukup menghandalkan produk local semata.

Menurut ketentuan Pasal 1 butir 1 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997 :
“Franchise adalah perikatan di mana satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau
menggunakan hak kekataan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki
pihak lain dengan imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain tersebut,
dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan/atau jasa”.4


4 Prof. Abdulkadir Muhammad, S.H. Hukum Perusahaan Indonesia (Bandung:PT Citra Aditya Bakti.2010). Hlm 561

7

C. Perjanjian Franchise
a. Komunikasi Penawaran Franchise
Franchisor biasanya mencari franchisee dengan mengiklankan bisnis franchise
tertentu sebagai penawaran. Kemudian, franchisor mengirim franchisee kit kepada
mereka yang menjawab iklan tersebut. Secara khusus, franchisee kit menjelaskan
dengan istilah-istilah yang potensial berhasil dalam bisnis franchise tertentu. Pelaku
bisnis dengan sedikit pengalaman yang sudah ada dan modal terbatas yang sangat
tertarik untuk mengadakan hubungan bisnis franchise, mempelajari dokumen
promosi dari franchisor, studi pasar, dan statistik yang tampaknya sangat persuasif.
Bahkan, pada mulanya franchisee sungguh percaya atas bimbingan dari franchisor.
Namun, menghadapi kontrol franchisor terhadap franchisee yang tidak mudah
ditembus, akan menghadapi kesulitan dan menimbulkan masalah hukum.

Dua area yang biasanya dicakup dalam perjanjian franchise yang paling banyak
menimbulkan masalah hukum yang potensial, yaitu pengawasan mutu dan
pemutusan perjanjian franchise. Sebenarnya mudah memahami keinginan
franchisor dalam mengatasi pengawasan mutu, yaitu hanya dengan memelihara
standar mutu dan penampilan yang seragam dapat mempertahankan atau
melindungi reputasi franchisor dan mengingatkan kepercayaan publik terhadap
produknya. Atas dasar ini, franchisor secara khusus mewajibkan franchisee membeli
produk dan persediaan dari franchisor menurut harga yang telah ditetapkan atau
dari supplier yang dapat memenuhi spesifikasi yang pasti dan standar seperti
ditetapkan oleh franchisor. Memaksa franchisee membeli hanya dari franchisor-nya
sendiri mungkin akan melanggar Undang-Undang Antimonopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat.5



5 Prof. Abdulkadir Muhammad, S.H. Hukum Perusahaan Indonesia (Bandung:PT Citra Aditya Bakti.2010). Hlm 566

8
Pemutusan perjanjian franchise juga akan menghadapi perangkap hukum (pitfall)
jika tidak hati-hati (unwary) dan bijak memecahkan masalah. Perjanjian franchise
biasanya menetapkan jangka waktu franchise, misalnya sepuluh tahun atau lima
tahun dan biasanya memuat ketentuan mengenai perpanjangan setelah jangka
waktu terakhir. Sebagai bagian dari isi perjanjian (covenants) dibuat juga syarat-
syarat perjanjian, franchisee biasanya setuju terhadap janji untuk tidak besaing
selama jangka waktu tertentu setelah berakhirnya franchise. Syarat-syarat tentang
kegagalan, seperti franchisee bangkrut atau menunggak pembayaran royalti bulanan
atau semibulanan ketika jatuh tempo, dapat menjadi alasan pemutusan perjanjian
franchise. Karena itu, perlu disempurnakan lagi cara penyelesaian dalam perjanjian
franchise. Menghadapi situasi untuk memberi waktu kepada franchisee, misalnya
lima belas hari kerja untuk mengatasi keadaan kegagalan tersebut. Kebanyakan
perjanjian memuat ketentuan mengenai pemutusan perjanjian franchise.

b. Bentuk Perjanjian Franchise
Francishe diselenggarakan berdasarkan perjanjian tertulis antara franchisor dan
franchisee. Perjanjian franchise dibuat dalam bahasa Indonesia dan terhadapnya
berlaku hukum Indonesia (Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997).
Perjanjian dalam bentuk tertulis memberikan kepastian hukum kepada kedua belah
pihak dalam memenuhi kewajiban dan memperoleh hak yang telah disepakati.
Walaupun ditentukan dibuat dalam bahasa Indonesia, perjanjian franchise dapat
juga dibuat terjemahannya dalam bahasa asing terutama bahasa Inggris agar dapat
dipahami dengan baik oleh kedua pihak. Apabila perjanjian franchise di buat di
Indonesia berlaku hukum Indonesia, walaupun salah satu pihak adalah warga negara
asing.

Sebelum membuat perjanjian, franchisor wajib menyampaikan keterangan secara
tertulis dan benar kepada franchisee. Ketentuan ini dimaksudkan agar franchisor
dan franchisee memiliki dasar awal yang kuat dalam melakukan kegiatan bisnis

9
franchise secara sehat dan terbuka. Keterangan tertulis dimaksud tercantum dalam
Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997 dan juga dalam Pasal 5
Keputusan Menteri Perindag Nomor 259 Tahun 1997 yang sekurang-kurangnya
mengenai:
1) Identitas franchisor berikut keterangan mengenai kegiatan usahanya
termasuk neraca dan daftar laba rugi selama dua tahun terakhir.
2) Hak kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang menjadi
objek franchise.
3) Persyaratan yang harus dipenuhi franchisee antara lain mengenai cara
pembayaran, ganti kerugian, wilayah pemasaran, dan pengawasan mutu.
4) Bantuan atau fasilitas yang ditawarkan franchisor kepada franchisee antara
lain bantuan pelatihan, keuangan, pemasaran, pembukuan, dan pedoman
kerja.
5) Hak dan kewajiban franchisor dan franchisee
6) Cara-cara dan syarat pengakhiran, pemutusan, dan perpanjangan perjanjian
franchise
7) Hal-hal lain perlu diketahui franchisee dalam rangka pelaksanaan perjanjian
franchise.

c. Klausula Perjanjian Franchise
Menurut ketentuan Pasal 7 Keputusan Menteri Perindag Nomor 259 Tahun 1997,
perjanjian franchise antara franchisor dan franchisee sekurang-kurangnya menurut
klausala mengenai hal-hal berikut ini :
1) Nama, alamat, tempat kedudukan perusahaan masing-masing pihak.
2) Nama dan jabatan masing-masing pihak yang berwenang menandatangani
perjanjian.
3) Nama dan jenis hak kekayaan intelektual, penemuan atau ciri khas usaha
misalnya sistem manajemen, cara penjualan atau penataan atau cara
pendistribusian yang merupakan karakteristik yang menjadi objek franchise.

10
4) Hak dan kewajiban masing-masing pihak serta bantuan dan fasilitas yang
diberikan kepada franchisee.
5) Penunjukan wilayah pemasaran bisnis franchise dalam perjanjian franchise
dapat mencakup seluruh atau sebagian wilayah Indonesia.
6) Jangka waktu perjanjian dan tata cara perpanjangan perjanjian serta syarat-
syarat perpanjangan perjanjian.
7) Cara penyelesaian perselisihan.
8) Ketentuan ketentuan pokok yang disepakati yang dapat mengakibatkan
pemutusan atau berakhirnya perjanjian.
9) Ganti kerugian dalam hal terjadi pemutusan perjanjian.
10) Tata cara pembayaran imbalan.
11) Penggunaan barang atau bahan hasil produksi dalam negeri yang dihasilkan
dan dipasok oleh pengusaha kecil.
12) Pembinaan, bimbinga, dan pelatihan kepada franchisee.

Setiap franchisor dari dalam negeri wajib memilik Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) yang
diterbitkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan atau Surat Izin Usaha dari
Departemen Teknis lainnya (Pasal 9 ayat (2) Keputusan Menteri Perindag Nomor 259 Tahun
1997). Bagaimana cara mengetahui legalitas franchisor dari luar negeri? Ketentuan Pasal 9
ayat (1) keputusan tersebut menyatakan bahwa :
Franchisor dari luar negeri harus punya bukti legalitas dari instansi berwenang di negara
asalnya dan diketahui oleh pejabat perwakilan Republik Indonesia setempat.

Menteri perindustrian dan Perdagangan atau pejabat lain yang ditunjuknya dapat
memberikan saran penyempurnaan atas perjanjian franchise antara franchisor dan
franchisee atau antara franchisee utama dan franchisee lanjutan untuk melindungi
kepentingan :
1) Franchisee atau franchisee lanjutan.

11
2) Keikutsertaan pengusaha kecil dan menengah sebagai franchisee atau franchisee
lanjutan.
3) Keikutsertaan pengusaha kecil/menengah sebagai pemasok barang dan jasa. (Pasal
10 Keputusan Menteri Perindag Nomor 259 Tahun 1997).

D. Contoh Kontrak Franchise
Contoh Perjanjian Franchise Restoran
Yang bertandatangan di bawah ini:
1. Drs. M. Adung Darmadung, Direktur Restoran Serba Wenak beralamat di Jl. Raja Panjang No. 221
Kebun Jeruk, Jakarta Barat, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Restoran Serba Wenak
dalam perjanjian ini selanjutnya disebut Franchisor.
2. Leni Marleni, swasta beralamat di Jl. Van Java No. 32 Radio Dalam Jakarta Selatan, dalam hal ini
bertindak untuk dan atas nama pribadi selaku penerima Franchise yang selanjutnya disebut
Franchisee.
Pada hari ini Kamis, tanggal duabelas bulan enam tahun duaribu delapan (12-06-2008)
bertempat di kantor Restoran Serba Wenak di alamat tersebut di atas Franchisor dan
Franchisee sepakat untuk mengikatkan diri dalam perjanjian kerja sama Franchise dengan
menerangkan terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut:
Bahwa Franchisor adalah restoran yang menyajikan makanan siap saja yang dikenal
dengan nama Restoran Serba Wenak.
Bahwa Franchisor setuju memberikan izin dan membantu Franchise menjual dan menyajikan
makanan Serba Wenak untuk wilayah Jakarta Selatan.
Bahwa Franchisee berjanji akan mengawasi, menjaga dan mengendalikan mutu makanan
Serba Wenak serta memebrikan pelayanan terbaik bagi setiap konsumen sesuai dengan
standar yang ditetapkan oleh Franchisor.
Bahwa Franchisor memberikan hak ekslusif kepada Franchisee untuk membuka restoran yang
menyediakan dan menyajikan makanan siap saji yang ditetapkan Franchisor di seluruh
wilayah Jakarta Selatan.

12
Franchisor memberikan izin kepada Franchisee dengan nama Restoran Serba Wenak untuk
itu Franchisee dapat m enggunakan merek dan system secara bersamaan dengan Franchisee
lainnya yang sudah diizinkan oleh Franchisor sebelumnya.
Franchisee setuju membeli dan menjalankan serta mematuhi semua ketetapan dan
persyaratan-persyaratan yang ditetapkan oleh Franchisor.
Bahwa berdasarkan hal-hal yang telah ditetapkan di atas dengan ini Franchisor dan
Franchisee sepakat untuk melaksanakan Perjanjian ini dalam bentuk kerjasama yang untuk
selanjutnya disebut sebagai Perjanjian degnan syarat-syarat dan ketentuan sebagai berikut:

Pasal 1:
Syarat-Syarat
Franchisee menyatakan bahwa untuk memenuh seluruh persyaratan yang ditetapkah oleh
Franchisor antara lain:
1. Memiliki tempat usaha baik miliki sendiri atau hak sewa minimal 5 (lima) tahun seluas 400
meter npersegi dengan desain sebagaimana terlampir.
2. Menyediakan fasilitas parkir yang memadai minimal untuk 15 kendaraan roda 4 (empat)
dan 50 (limapuluh) kendaraan roda 2 (dua) dan minimal satu toilet untuk konsumen.
3. Menyediakan modal awal usaha sebesar Rp. 300.000.000 (tigaratus juta rupiah) dan uang
jaminan sebesar Rp. 35.000.000 (tigapuluh lima juta rupiah) yang harus disetor ke
rekening Franchisor.
4. Tidak akan menyediakan dan menyajikan makanan lain dan atas usaha lain selain
makanan Serba Wenak yang ditetapkan oleh Franchisor.


Pasal 2: Franchisee Fee dan Royalti
1. Franchisee setuju membayar Franchisee Fee sebesar Rp. 50.000.000 (limapuluh juta rupiah),
pembayaran mana dilakukan pada saat perjanjian ini ditandatangani.
2. Franchisor berhak mendapatkan royalty sebesar 2% (dua persen) dari omzet penjualan setiap
restoran yagn dibayarkan pada setiap tanggal 25 setiap bulannya untuk penjualan bulan
sebelumnya.

13
3. untuk keperluan promosi secara nasional produk Serba Wenak, Franchisee bersedia membayar
marketing fee sebesar 1% (satu persen) dari omzet penjualan kepada Franchisor.
4. marketinf fee sebagaimana diatur dalam ayat 3 pasal ini semata-mata hanya dieprgunakan oleh
Franchisor untuk mempromosikan prpoduk Serba Wenak secara nasional yang dibayarkan
bersamaan dengan pembayaran royalti.


Pasal 3: Sengketa dengan Pihak Ketiga
Franchisee tidak akan melibatkan baik secara langsung maupun tidak langsung Franchisor bila
Franchisee terlibat tuntutan hukum dan/atau non hukum yang dilakukan oleh pihak lain
berkaitan dengan usaha restoran yang dikelolanya.


Pasal 4: Jam Buka Restoran
1. Pada tiga bulan pertama sejak perjanjian ini ditandatangani Franchisee akan membuka dan
mengoperasikan restoran di Jl. Kutuloncat No. 33 Radio Dalam, Jakarta Selatan dan selanjutnya
secara bertahap akan membuka 2 (dua cabang) antara lain:
a. Cabang ciputat tepat di depan kampus UIN Syarif HIdayatullah Jakarta Selatan
b. Cabang lebak bulus tepat di samping Perpustakaan Iman Jamak Lebak bulus Jakarta
Selatan
2. Franchisee tidak diperkenankan memindahkan alamat restoran ke tempat lain tanpa persetujuan
tertulis dari Franchisor.
3. Dalam hal Franchisor memberikan izin pemindahan lokasi restoran, maka Franchisee wajib
membayar biaya administrasi sebesar Rp. 4.000.000 (empat juta rupiah). Atas seluruh biaya baik
renovasi, izin, pajak dan biaya apapun yang timbul akibat perpindahan lokasi ditanggung oleh
Franchisee sendiri.


Pasal 5: Kewajiban Franchisor
Selama perjanjian ini berlangsung Franchisor berkewajiban untuk:

14
1. Memberikan panduan operasional pengelolaan restoran kepada franchisee dan menyediakan
secara Cuma-Cuma pengetahuan tentang manajemen pengelolaan dan teknik penyajian menu
Serba Wenak.
2. Menyediakan desain interior, peleatih dan materi pelatihan untuk para pekerja restoran
franchisee atas biaya franchisor sendiri.
3. Menyelenggarakan program pelatihan untuk franchisee secara berkesinambungan dan berkala
paling sedikit 2 (dua) kali dalam setahun.
4. Memberikan konsultasi gratis kepada franchisee apabila restoran franchisee berada dalam
keadaan krisis yang dapat menyebabkan tutupnya atau berhentinya bisnis restoran franchisee.
5. Memberikan rekomendasi kepada pihak perbankan/lembaga keuangan guna membentu
franchisee memeproleh pinjaman untuk pengembangan restorannya.


Pasal 6: Kewajiban Franchisee
1. Seluruh biaya untuk pengadaan perabotan untuk keperluan restoran serta bahan-bahan baku
pembuat menu Serba Wenak yang sesuai dengan standar franchisor serta biaya-biaya lain seperti
pengurusan perizinan atas pembukaan dan pengoperasian restoran menjadi tanggungan
franchisee sendiri.
2. franchisee setuju bahwa pengadaan brosur, kartu nama, formulir, kwitansi, seragam, bahan/atau
alat promosi dan benda-benda lain yang diperlukan untuk menunjang usaha restoran, franchisee
sepakat untuk membeli dari franchisor atas biaya franchisee.
3. Franchisee atau pekerja yang dipekerjakan oleh franchisee pada restoran yang dimaksudkan
dalam perjanjian ini wajib mengikuti program pelatihan dna kerja praktek yang diselenggarakan
franchisor atas biaya franchisee.


Pasal 7: Biaya-Biaya
1. Franchisee sestuju membayar kepada franchisor semua biaya dan iuran sesuai dengan perjanjian
ini termasuk biaya atau tagihan tambahan atas semua produk atau jasa-jasa yang diberikan atau
akan diberikan kepada franchisor. Setiap pembayaran yang terlambat akan dikenakan denda
keterlambatan sebesar 1% per hari untuk paling lama satu bulan.

15
2. Franchisee setuju untuk biaya penyelenggaraan seminar, workshop/pelatihan dan pertemuan
bulanan dan/atau tahunan yang diselenggarakan franchisor bersama-sama dengan franchisee
lainnya.


Pasal 8: Pajak
Setiap pembayaran yang dilakukan oleh franchisee kepada franchisor yang atas pembayaran
tersebut franchisor dibebani pajak sesusai dengan kegtentuan peraturan perundang-
undangan, maka beban pajak tersebut ditanggung oleh franchisee.


Pasal 9: Perubahan Sistem
Franchisor berhak untuk mengubah dan menyesuaikan system marketing, termasuk
penentuan adanya pemakaian nama dagang, tanda dagang, tanda pelayanan baru,
identifikasi baru, produk dan menu-menu baru yang dilakukan dengan itikad baik demi usaha
franchisee.


Pasal 10: Jangka Waktu
Perjanjian ini berlaku selama 5 (lima) tahun sejak perjanjian ini ditandatangani yakni tanggal
12 juni 2008 dan berakhir pada tanggal 11 Juni 2013 dan atas kesepakatan kedua belah pihak
dapat diperpanjang dngan syarat dan jangka waktu yang akan ditetapkan kemudian.


Pasal 11: Kuasa
1. Franchisee dengan ini memberikan kuasa kepada franchisor untuk sewaktu-waktu seuai dengan
keinginan franchisor untuk memeriksa dan atau mengaudit segala catatan dan pembukuan
franchisee tanpa pengecualian apapun juga.
2. Seluruh biaya audit dan biaya lain termasuk biaya pengacara dibayar dalam proses pemeriksaan
dan atau audit sebagaimana dimaksud pada ayat 1 sepenuhnya ditanggung oleh franchisee.


Pasal 12: Laporan

16
1. Franchisee setuju memberikan laporan penjualan secara periodic setiap bulan yang diserahkan
paling lambat tanggal 5 setiap bulannya untuk laporan penjualan bulan sebelumnya.
2. dalam sekali setahun franchisee wajib melaporkan semua transaksi keuangan secara tertulis
termasuk neraca dan daftar laba rugi secara terus-menerus selama masa perjanjian ini.
3. laporan tahunan sebagaimana tersebut di atas disiapkan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
paling lambat 30 hari setelah berakhirnya tahun yang bersangkutan. Laporan tersebut harus
ditandatangani oleh penanggungjawab restoran bersama akuntan publik yang ditunjuk oleh
franchisor.


Pasal 13: Rahasia Dagang
Franchisee diwajibkan untuk merahasiakan system, manajemen dan cara-cara pengelolaan
restoran yang didapat dari franchisor.


Pasal 14: Pembatalan
Franchisor dapat membatalkan secara sepihak perjanjian ini karena hal-hal berikut:
1. Apabila franchisee lalai dan atau tidak melakukan kewajibannya yang diatur dalam eprjanjian ini
padahal sudah diberikan peringatan ketiga oleh franchisor namun masih melakukan pelanggaran
baik berbeda maupun yang sama, pelanggaran mana yang dianggap serius sebagaimana tertulis
dalam surat peringatan/teguran yang menurut ukuran franchisor.
2. apabila franchisee bangkrut atau dinyatakan pailit kecuali jika franchisee dengan segera
memenuhi kembali semua kewajiban-kewajiban yang ditetapkan dalam perjanjian ini.
3. dalam hal perjanjian ini diakhiri atau dibatalkan, franchisee berkewajiban untuk:
a. membayar kepada franchisor dengan segera seluruh jumlah hutang-hutangnya
sekaligus dan lunas dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari setelah tanggal
perjanjian ini berakhir.
b. Tidak menuntut dan meminta kembali franchise fee dan biaya-biaya lain yang sudah
dikeluarkan beserta bunganya.
c. Dengan segera dan secara tetap menghentikan penggunaan semua tanda milik/label
franchisor.

17
d. Franchisee tidak diperkenankan mempromosikan atau menngiklankan restorannya
dengan menggunakan nama dan merek franchisor.
e. Franchisee dengan segera mengembalikan kepada franchisor semua buku manual
penuntun, video, kaset, formulir atau peralatan dan barang-barang cetakan yang
berisi tanda-tanda paroduk makanan milik franchisor paling lambat 14 hari setelah
perjanjian ini berakhir.
f. Franchisee memberikan kausa penuh kepada franchisor melakukan
pemeriksaan/inspeksi dan memasuki restoran franchisee serta mengambil tanda-
tanda yang bercirikan merek franchisor.


Pasal 16: Penyelesaian Perselisihan
Apabila timbul sengketa diantara kedua belah pihak akibat dari perjanjian ini akan
diselesaikan secara musyawarah dan mufakat. Apabila dalam musyawarah untuk mufakat
tersebut tidak berhasil mencapai kesepakatan maka kedua belah pihak akan menyelesaikan
secara hukum dan karenanya kedua belah pihak memilih domisili hukum yang tetap di kantor
Kepaniteraan Pengalidan Negeri Jakarta Barat.


Pasal 16: Penutup
Demikianlah perjanjian ini dibuat dan ditandatangani oleh para pihak dalam keadaan sehat
jasmani dan rohani tanpa adanya paksaan dari pihak manapun serta dibuat 2 (dua) rangkap
masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama. Dibuat danditandatangani di Jakarta
pada tanggal 12 Juni tahun 2008.
Franchisee Franchisor
Leni Marleni Drs. Adung Darmadung

Keuntungan dari franchise :
1. Merek yang terkenal
2. Strandar kualitas srta keseragaman dari produk dan service;
3. Resep khusus dalam pemasaran , dan pencatatan;

18
4. Saran pemilihan lokasi, desain outlet , pemasaran, dan permodalan
5. Kerangka bisnis
6. Metode dan prosedur operasi untuk membuat serta menjual produk
7. Sudah dikenal
8. Menerima informasi yang berguan seperti kompetisi, kebutuhan produk kebiasaan
masyarakat.
9. Sumber pengadaan barang dan jasa
10. Pelatihan dari orang yang sudah profesional
11. Bantuankeuangan

Kerugian – kerugian dari Franchisee :
1. Penekanan kontrol
2. Franchisee fee
3. Sukar menilai kualitas franchisor;
4. Kontrak yang membatasi
5. Tingkat ketergantungan pada franchisor tinggi
6. Kebijakan – kebijakan franchisor
7. Reputasi dan citra merek turun.

Jenis –jenis Franchise :
1. Product franchise; Produsen menggunakan product franchise untuk
mengatur bagaimaan cara pedagang eceran menjual produk yang diahasilkan oleh
produsen.
2. Manufacturing Franchise; jenis ini memberikan hak pada suatu badan usaha membuat
suatu produk dan menjualnya pada masyarakat dengan menggunakan merek dagang dan
merek Franchsor.
3. Bussiness Oportunity Ventures; Bentuk ini secara khusus mengharuskan pemilik bisnis
untuk membeli dan mendistribusikan produk –produk dari suatu perusahaan tertentu

19
4. Business Format Franchising; Perusahaan menyediakan suatu metode yang telah terbukti
dalam mengoperasikan bisnis lagi pemilik bisnis dengan menggunakan nama dan merek
dagang dari perusahaan.
5. Umumnya perusahaan menyediakan sejumlah bantuan tertentu bagi pemilik bisis
memulai dan mengatur perusahaan.





















20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam perkembangan zaman, banyak hal berubah dari segala hal, maupun dari cara
pandang, cara hidup, bahkan aturan-aturan barupun bermunculan, sehingga banyak hal yang
berubah, sehingga aturan yang mengaturpun ikut berubah. Namun dalam hal ini hanya
membahas bentuk kontrak diluar Kitab Undang-undang Perdata , yaitu franchise, yang akan
memberi wawasan yang sangat baik untuk perkembangan ilmu pendidikan saat ini.
Dalam kontrak ini pun akan membawa kita semua dalam hal yang baru, karena
kontrak ini adalah kontrak yang baru berkembang dalam duni usaha. Dengan begitu makalah
ini akan membimbing kita semua kearah yang lebih modern dalam menjalani perjanjian sehai-
hari. Dengan contoh yang ada maka akan lebih mempermudah kita dalam mempelajari
kontrak ini.


B. Saran
Pada masa saat sekarang dalam menjalani kehidupan tidak hanya terpaku dalam
sebuah permasalahan yang lama saja, seperti kontrak yang ada dalam BW saja, tapi kontrak
itu semua sudah berkembang secara pesat dalam masyarakat pada saat ini.
Maka dari pada itu diharapkan kepada semua sarjana hukum agar dapat memahami
kontrak-kontark yang ada diluar dari hukum perdata yang diatur dalam BW.






21
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad, Abdulkadir. 2010. Hukum Perusahaan Indonesia. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
https://dipl-keu.usu.ac.id/images/modul/MODUL_HUKUM_BISNIS.pdf
http://eprints.unpam.ac.id/8573/1/PENGANTAR%20HUKUM%20BISNIS.ok.pdf
https://www.kajianpustaka.com/2018/04/pengertian-jenis-karakteristik-dan-landasan-hukum-
waralaba.html?m=1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Waralaba

22

Anda mungkin juga menyukai