Anda di halaman 1dari 11

jenis-jenis hak atas tanah sebelum

dan setelah berlakunya UUPA serta


Hak-hak adat atas tanah
Sebelum Bangsa Indonesia merdeka, sebagian besar hukum
agraria, terutama yang dibuat oleh penjajah dari Belanda,
dibuat dengan tujuan kepentingan dan keuntungan
penjajah. Hukum agraria yang berlaku sebelum
diundangkannya Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA)
adalah hukum agraria yang sebagian besar tersusun
berdasarkan tujuan dan keinginan sendiri-sendiri dari
pemerintah jajahan dan sebagian dipengaruhi olehnya.
Sehingga ketentuan Hukum agraria yang ada dan berlaku di
Indonesia sebelum UUPA dihasilkan oleh bangsa sendiri
masih bersifat Hukum Agraria Kolonial yang sangat
merugikan bagi kepentingan bangsa Indonesia.
 Sekilas tentang Hak

Pada umunya, Hak adalah sesuatu yang dapat diperoleh atau dihasilkan setelah
menunaikan kewajiban. Knottenbelt menyatakan bahwa Hak itu memberikan
kenikmatan dan keleluasaan kepada individu dalam melaksanakannya.
Sedangkan kewajiban merupakan pembatasan dan bebean, sehingga
yangmenonjol ialah segi aktif dalam hubungan hukum itu, yaitu hak. 
Istilah “Hak” selalu tidak dapat dilepaskan dengan istilah “Hukum”. Dalam
literature hukum Belanda, keudanya disebut dengan “recht”. Akan tetapi antara
hak dan hukum dapat dibedakan dengan menggunakan istilah ”Objektief
recht” dan “Subjektief recht”. Van Apeldoorn (1978:55-58) mengartikan objektief
recht dengan hukum objektif, yaitu peraturan hukum yang berlaku umum.
Subjektief recht diartikan dengan hukum subjektif yaitu untuk menyatakan
hubungan yang diatur oleh hukum objektif, berdasarkan mana yang satu
mempunyai hak, dan yang lain mempunyai kewajiban terhadap sesuatu.
Hak-hak Atas Tanah Sebelum UUPA
Bila dipandang menurut sejarahnya di Indonesia, maka hukum agraria dapat
dibagi atas dua fase, yakni:
• Hukum Agraria sebelum UUPA
• Hukum Agraria setelah UUPA
Pembahasan dalam materi ini, lebih difokuskan pada Hak atas tanah sebelum
UUPA, dimana dalam Hukum Agraria sebelum berlakunya UUPA terdapat dua
kutub hukum, yaitu:
• Hukum Agraria adat, dimana hukum ini berasal dari adat istiadat atau kebiasaan
penduduk pribumi yang telah menjadi aturan atau norma yang harus dipatuhi.
Hukum ini mengenal hak atas tanah seperti hak ulayat, hak milik dan hak pakai.
• Hukum Agraria Barat, dimana hukum ini adalah hukum yang sengaja diterapkan
oleh Belanda sejak zaman penjajahan di Indonesia. Hukum ini juaga bisa disebut
Hukum Perdata Barat, hukum ini melahirkan hak-hak atas tanah seperti hak
eigendom, hak opsal, hak arfpacth, hak gebruik. 
Hak atas tanah menurut hukum Adat sebelum berlakunya UUPA:
1. Hak Ulayat
Hak ulayat ialah hak atas tanah yang dipegang oleh seluruh anggotamasyarakat
hukum adapt secara bersama sama atau komunal. Dengan hak ulayat ini,
masyarakat hukum adapt yang bersangkutan menguasai tanah tersebut secara
menyeluruh. Adapun hak warga masyarakat atas tanah yang terwujud dalam hak
ulayat ini pada dasarnya berupa:
• Hak untuk meramu atau mengumpulkan hasil hutan yang ada diwilayah
wewenang hukum masyarakat mereka yang bersangkutan.
• Hak untuk berburu dalam batas wilayah atau wewenang hukum masyarakat
mereka.
Tetapi dalam konsepsi hak ulayat yang bersifat komunal ini pada hakikatnya tetap
terdapat juga hak anggota mwsyarakat yang bersangkutan untuk secara
perorangan menguasai sebagian dari objek penguasaan hak ulayat tersebut secara
tertentu agar diketahui para anggota lainnya semasyarakat dalam waktu yang
tertentu pula.
2. Hak Milik dan Hak Pakai
Hak milik (adat) atas tanah adalah suatu hak atas tanah yang dipegang
oleh perorangan atas sebidang tanah tertentu yang terletak di dalam
wilayah hak ulayat masyarakat hukumadat yang bersangkutan.
Contohnya tanah yang dikuasai dengan hak milik dalam hukum adapt
itu berupa sawah dan beralih turun-menurun.
Hak Pakai (adat) atas tanah ialah suatu hak atas tanah menurut hukum
adat yang telah memberikan wewenang kepada seseorang tertentu
untuk memakai sebidang tanah tertentu bagi kepentingannya.
Biasanya tanah yang dikuasai dengan hak dalam hukum adat itu berupa
ladang.
Hak hak atas tanah diatas tadi merupakan macam hak atas tanah adat
yang secara garis besar atau pada umumnya. Adapun macam hak atas
tanah lainnya,yaitu:
 Hak Gogol
Hak Gogol ialah hak seorang googol, atas apa yang ada
dalam perungdang undangan agrariadalam zaman
hindia belanda dahulu, disebut komunal desa. “Hak
Gogol” biasanya disebut “Hak Sanggao”, atau “Hak
Pekulen”. Untuk diketahui Hak Gogol itu disebut hak
komunal (Communal Bezit) yang dianggap sebagai
tanah desa, yang diusahakan oleh orang orang
tertentu,gogol(=Kuli), sedang tanahnya disebut tanah
gogolan atau tanah Pekulen.
 Hak Grant 
Hak Grant adalah Hak atas tanah atas pemberian Hak Raja raja kepada
bangsa asing. Hak Grant dapat disebut juga Geran Sultan, Geran Datuk
atau Geran Raja. Gak Grant dikenal ada 3 macam , yaitu:
 Grant Sultan adalah merupakan hak untuk mengusahakan tanah, yang
diberikan oleh Sultan kepada para kaula Swapraja. Hak Grant Sultan ini,
didaftar dikantor Pejabat Pamong Praja.
 Grant Controleur adalah hak yang diberikan kepada para bukan kaula
Swapraja. Hak dimaksud disebutControleur, karena pendaftarannya
dilakukan di kantor Controleur. Hak ini banyak diubah menjadi Hak
Opstal atAU Hak Erfpacht.
 Grant Deli Maatschappy adalah hak yang diberikan oleh Sultan kepada
Deli Maatschappy, lalu Deli Maatscheppy diberikan wewenang untuk
memberikan bagian bagian tanah Grant kepada pihak ketiga/lain.
Hak Hanggaduh 
Hak Hanggaduh adalah hak untuk memakai tanah
kepunyaan Raja. Menurut penyataan ini, maka semua
tanah Yogyakarta, adalah kepunyaan Raja, sedang
Rakyat hanya menggaduh saja. Untuk diketahui,
bahwa tanah-tanah didaerah istimewa Yogyakarta,
adalah tanah-tanah yang berasal :
 hak-hak yang berasal bekas Hak Barat
 hak-hak yang berasal dari bekas Swapraja.
Pengakuan Hak Ulayat
Pada dasarnya, berdasarkan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945(“UUD
1945”) bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
 
Pengakuan hak ulayat juga terdapat pada Pasal 18B ayat (2) UUD 1945 yang
menyatakan:
 
Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta
hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam
undang-undang.
 
Lalu, Pasal 2 ayat (4) 
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok A
graria
 (“UUPA”) mengatur bahwa hak menguasai dari Negara tersebut di atas
pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada daerah-daerah Swatantra dan masyarakat-
masyarakat hukum adat, sekedar diperlukan dan tidak bertentangan dengan
kepentingan nasional, menurut ketentuan-ketentuan peraturan pemerintah.
Pengaturan inilah yang menjadi dasar bagi pengaturan tanah ulayat.
Untuk dapat dikatakan sebagai hak ulayat dan diakui
setidaknya harus memenuhui 3 hal berikut:
Sepanjang kenyataannya masyarakat hukum adat itu
masih ada;
Sesuai dengan kepentingan nasional dan negara;
Tidak bertentangan dengan undang-undang dan
peraturan yang lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai