Anda di halaman 1dari 9

Bentuk Kepemilikan Tanah di

Kabupaten Gunungkidul

Oleh :
1. Nadia Rahmawati
2. Raden Ayu Ratih Rania
3. Gilang Baharessy N
4. Ramadhani Mukti W

Program Studi DIV Pertanahan


Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional
Sejarah Kepemilikan Tanah di Kab Gunung Kidul

Tanah Milik
Rakyat
(terdaftar dalam
Letter C Desa)

Seluruh bidang tanah merupakan


SEJARAH
milik Kraton Kesultanan dan PERTANAHA
Kraton Pakualaman sebagaimana N DI
yang tertera dalam Rijksblad GUNUNG
Kasultanan Tahun 1918 No. 16 KIDUL
Kraton
dan Rijksblad Pakualaman Tahun Kesultanan
Tanah Kas (SG) dan
1919 No. 18 menyatakan bahwa Desa Kraton
semula seluruh tanah di DIY Pakualaman
(PAG)
adalah milik raja
Rekapitulasi Kepemilikan Tanah di Kab Gunung Kidul

600,000

500,000

400,000

300,000

200,000
Pemilikan Tanah
Hubungan hukum antara orang per orang, 100,000
kelompok orang, atau badan hukum sebagai subyek
dengan obyek yg dilengkapi dgn bukti kepemilikan
baik yg sudah terdaftar (sertipikat hak atas tanah) 0
maupun yg belum terdaftar (Juklak Data & Informasi Jumlah To- HM HGU HGB HP HPL HW
Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan & tal
Pemanfaatan Tanah (P4T).

Sumber :https://statistik.atrbpn.go.id/BukuTanah/JenisHakKantah tanggal 13 April 2022


O
0
Pemilikan Atiek Damayanti
0
0 Berdasarkan peta pendaftaran Kantor Pertanahan Kabupaten Gunung Kidul terdapat 11 bidang tanah yang dibawahnya dilewati
sungai bawah tanah Goa Pindul. Terdapat 2 bidang tanah diantaranya yang telah terdaftar berstatus HAK MILIK dengan rincian
sebagai berikut:

Sedangkan 9 diantaranya merupakan hasil proyek dari LMPDP,


Jenis Hak Hak Milik Hak Milik namun tidak didapatkan secara pasti prmilik-prmilik tanahnya.
Informasi yang didapat hanyalah NIB.
Nama Pemegang Hak Atiek Damayanti Atiek Damayanti
Nomor Hak 1335 1336
Peta pendaftaran hanya memetakan bidang tnah yang berada di
Luas 5889 m2 4776 m2 permukaan tanah sehingga aliran sungai bawah tanah tidak
NIB 13.02.07.08.01340 13.02.07.08.03141 diukur dan dipetakan karena tidak berada di permukaan tanah.
No SU 35/2001 36/2001
Tanggal SU 06/01/2001 06/01/2001 Permasalahan Pemilikan :
Letter C No 38 Persil Letter C No 147 Pemilik tanah merasa bahwa bidang tanah tersebut termasuk
Asal Persil
338 P.V Persil 234 P.V ruang dibawahnya menjadi haknya.
Pemilikan Atiek Damayanti (2)
Asas Pemisahan Horisontal :

• Pasal 4 ayat (1) UUPA : hak atas tanah adalah hak atas permukaan bumi tidak termasuk tubuh bumi yang ada dibawah
permukaan bumi.

• Diperkuat dengan penjelasan umum UUPA Romawi II angka 1 : Dalam pada itu hanya permukaan bumi saja, yang dapat dihaki
seseorang.

Asas Perlekatan :
• Pasal 4 ayat (2) UUPA : Pemilik tanah diberi kewenangan untuk menggunakan tubuh bumi dan ruang hanya sekedar untuk yang ada
hubungannya dengan penggunaan tanah permukaan yang menjadi haknya,

Tanah yang sudah jelas kepemilikannya, diatur untuk dipergunakan sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung
berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut UUPA dan peraturan yang terkait. Maksud dari
pengertian"sekedar" disini adalah pemilik tanah diberikan kewenangan oleh Negara untuk menggunakan tanah maupun tubuh bumi
tidak secara bebas, melainkan dibatasi hanya untuk keperluan pribadi dan keluarga yang langsung berhubungan dengan
pengeunaan permukaanbumi. Penggunaan tersebut tidak untuk kegiatan komersil.
Permasalahan Goa Pindul

Menurut Atiek, dialah orang yang berhak untuk menggunakan ruang bawah tanah dan air tanah/sungai
bawah tanah di bawah tanah miliknya sehingga terjadilah konflik. Atiek Damayanti mengajukan gugatan kepada Polda DIY tentang
dugaan pengrusakan dan penyerobotan tanah di Obyek Wisata Goa Pindul oleh 3 (tiga) pokdarwis yang selama ini mengelola
Obyek Wisata Goa Pindul, yaitu Dewa Bejo, Wira
Wisata, dan Panca Wisata.

Di balik angka fantastis keuntungan yang didapatkan dari pengelolaan Goa Pindul maupun manfaat yang banyak dirasakan oleh
masyarakat sekitar dan Pemerintah Daerah sendiri dalam meningkatkan pendapatan daerah, terdapat pihak yang merasa dirugikan
dan tidak merasakan hasil atas pengelolaan Goa Pindul.
Penyelesaian Permasalahan dalam (Nurohman, 2017)

1. Cara persuasif, dilakukan dengan menggunakan perundingan dan musyawarah untuk mencari titik temu antara pihak-pihak yang terlibat
konflik dalam upaya penyelesaian konflik pengelolaan Goa Pindul, namun cara persuasif tidak pernah berjalan secara efektif karena salah
satu pihak terpentok pada orientasi bisnis;
2. Pengajuan Gugatan ke Kepolisian. Gugatan pertama diajukan oleh Atiek ke Polda DIY pada akhir Februari 2013 kepada 3 (tiga)
kelompok masyarakat pengelola Goa Pindul, yaitu Dewa Bejo, Panca Wisata, dan Wira Wisata atas dugaan pengrusakan dan penyerobotan
tanah di kawasan obyek wisata Goa Pindul. Hasil Gelar Perkara atas laporan tersebut, Pasal yang dilaporkan oleh Atiek yaitu
penyerobotan atau menempati tanah tanpa izin dan unsur perusakan tidak terpenuhi;
3. Deklarasi Damai. Deklarasi damai atas konflik pengelolaan obyek wisata Goa Pindul dilakukan di Balai Desa Bejiharjo yang dihadiri oleh
Bupati Gunungkidul dan muspida beserta beberapa jajaran pemkab dan warga Desa Bejiharjo. Upaya penyelesaian konflik seperti ini
disebut sebagai upaya dengan jalan bawah atau informal. Upaya dilakukan dengan adanya kesediaan dari berbagai pihak untuk membuka
berbagai dialog sehingga ada kemungkinan untuk saling memberikan pengertian. Namun demikian, ternyata dari pihak Atiek maupun
perwakilan dari Kelompok Taruna Wisata tidak ada yang hadir;
4. Pengundangan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 5 Tahun 2013 tentang Peyelenggaraan Kepariwisataan yang sangat
dinanti oleh seluruh elemen masyarakat dalam menyelesaikan konflik pengelolaan obyek wisata Goa Pindul. Meskipun pemerintah
terlihat lambat dalam merespon konflik dan menentukan suatu kebijakan, namun dengan adanya payung hukum yang jelas, maka konflik
Goa Pindul akan dapat segera diselesaikan;
5. Penunjukan Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Gunungkidul sebagai Pengelola Obyek Wisata Goa Pindul. Bupati Gunungkidul
menerbitkan Keputusan Nomor 316/KPTS/2013 tentang Penunjukan Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Kabupaten Gunungkidul
sebagai Pengelola Obyek Wisata dan Tempat Rekreasi Kawasan Goa Pindul. Dengan mempertahankan konsep pemberdayaan masyarakat.
Penyelesaian Permasalahan dalam (Nurohman, 2017) (2)

6. Pengukuhan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dewa Bejo berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan
Kabupaten Gunungkidul Nomor 016A/KPTS/2015 tentang Pengukuhan Kelompok Sadar Wisata Dewa Bejo Desa Bejiharjo, Kecamatan
Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul;
7. Pengukuhan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dewa Bejo berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan
Kabupaten Gunungkidul Nomor 016A/KPTS/2015 tentang Pengukuhan Kelompok Sadar Wisata Dewa Bejo Desa Bejiharjo, Kecamatan
Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul.

Sehingga dengan dilakukannya Pengundangan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 5 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Kepariwisataan merupakan salah satu solusi dan mampu meredam konflik pengelolaan Goa Pindul
melalui upaya: memberikan kepastian hukum kepada pihak yang berwenang mengelola Obyek wisata Goa Pindul melalui
Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Nomor: 016A/KPTD/2015; memberikan kesempatan kepada
setiap pelaku usaha pariwisata untuk mengelola usahanya dengan tidak mengabaikan kewajiban untuk memenuhi
persyaratan administratif atau melalui Kerjasama.
Terimakasih

"Kerja sama adalah orang-orang yang bersatu


dengan orang lain menuju tujuan bersama melalui
berbagi informasi dan berbagai ide, yang
memberdayakan orang lain dan mengembangkan
kepercayaan." - Dennis Kinlaw

Anda mungkin juga menyukai